You are on page 1of 7

KONSEP TERJADINYA SPESIASI ALOPATRIK

Oleh :
Nama : Arlina Setyoningtyas
NIM : B1A017150
Rombongan :1
Kelompok :1
Asisten : Yana Setiani Putri

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN I

LABORATORIUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses terbentuknya spesies baru dari spesies yang telah ada sebelumnya disebut
dengan spesiasi. Spesiasi adalah proses kreatif yang mengarah pada penciptaan
keanekaragaman jenis. Jenis baru yang terbentuk mampu mengadakan pertukaran gen
atau melakukan perkawinan secara alami (interbreeding) untuk menghasilkan keturunan
yang fertil. Anggota-anggota suatu jenis memiliki lungkang gen (gene pool) yang sama
dan dengan aliran gen (gene flow) yang bebas di antara organisme-organismenya
(Cowman & David, 2013).
Dua proses yang mengakibatkan terbentuknya spesiasi yaitu spesies baru
terbentuk karena isolasi reproduksi, seperti dalam poliploidi dan spesies baru terbentuk
karena rekonstruksi genetik secara gradual didalam populasi. Terdapat tiga macam
model spesiasi yaitu spesiasi alopatrik dan spesiasi simpatrik. Spesiasi alopatrik
terbentuk karena adanya perbedaan atau isolasi gegrafis. Spesiasi parapatrik terbentuk
karena isolasi reproduksi berkembang dalam beberapa gen flow diantara populasi-
populasi. Spesiasi simpatrik yaitu terbentuknya spesies baru karena pada tempat atau
lokasi yang sama (Wallace, 1992).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya spesiasi alopatrik yaitu fragmentasi habitat
akibat perubahan geografis, populasi yang terisolasi kemudian mengalami perbedaan
genotipik dan fenotipik mereka mengalami tekanan selektif yang berbeda atau secara
independen mereka menjalani pergeseran genetik. Ketika populasi kembali ke dalam
kontak, mereka telah berkembang dan tidak lagi mampu bertukar gen. gene pool,
kecenderungan kecil, kolam genetik terisolasi untuk menghasilkan sifat-sifat yang tidak
biasa (Kottelat et al., 1996).
Populasi yang terpisah secara geografis dapat terisolasi oleh kemandulan atau
perbedaan perilaku (ketika diuji secara eksperimen) dibandingkan dengan populasi yang
berdekatan. Populasi yang terisolasi mungkin tidak dapat melakukan interbreeding jika
mereka bertemu, karena bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan kemudian
masuk ke dalam simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik
merupakan mekanisme isolasi yang terjadi gradual (Kottelat et al., 1996).

B. Tujuan

Tujuan praktikum acara Konsep Terjadinya Spesiasi Alopatrik, antara lain :


1. Praktikan dapat memahami konsep spesiasi.
2. Praktikan dapat memahami konsep spesiasi pada ikan.
3. Praktikan dapat menggunakan software aplikasi komputer yang mendukung
penelitian tentang konsep terjadinya spesiasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Spesies adalah salah satu unit dasar untuk dibandingkan di hamper semua bidang
biologi, dari anatomi ke perilaku, pengembangan, ekologi, evolusi, genetika, biologi
molekuler, paleontologi, fisiologi, dan sistematika. Sebagian besar, pentingnya spesies
berasal dari signifikansi dalam sistematika (Aldhebiani, 2018). Spesies adalah kelompok
populasi ilmiah yang secara aktual maupun potensial bisa saling kawin, dan
menghasilkan keturunan yang fertil dan kelompok ini secara reproduktif terisolasi dari
kelompok lain. Sedangkan, spesiasi adalah proses suatu spesies berdivergen menjadi dua
atau lebih spesies. Spesiasi dihasilkan oleh isolasi reproduksi yang diikuti dengan
divergensi genealogis pada organisme yang berkembang biak secara seksual (Mayr,
1963).
Spesiasi pada suatu populasi umumnya dapat disebabkan oleh mekanisme
pengisolasian, mutasi dan seleksi alam, serta poliploidi. Mekanisme pengisolasian dapat
terjadi karena adanya isolasi geografi pada populasi yang selanjutnya dapat menciptakan
spesiasi simpatrik, alopatrik, peripatrik parapatrik dan spesiasi simpatrik karena
poliploidi (Muzayyinah, 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya sesiasi
menurut antara lain peran isolasi geografis, isolasi reproduksi dan isolasi sebelum
perkawinan. Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses
spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang sama
masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung gene flow masih dapat terjadi,
meskipun berbagai populasi di dalam sistem dapat menyimpang di dalam beberapa sifat
sehingga menyebabkan variasi intraspesies (Odum, 1993).
Isolasi reproduksi dapat terjadi karena pencegahan aliran gen antara dua sistem
populasi yang berdekatan akibat faktor ekstrinsik (geografis). Isolasi instrinsik dapat
mencegah bercampurnya dua populasi atau mencegah interbreeding jika kedua populasi
tersebut berkumpul kembali setelah batas pemisahan tidak ada. Mekanisme isolasi
intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi sebelum perkawinan dan isolasi
sesudah perkawinan. Isolasi sebelum perkawinan merintangi pembuahan telur jika
anggota-anggota spesies yang berbeda berusaha untuk saling mengawini (Odum, 1993).
Terdapat empat macam spesiasi yaitu spesiasi alopatrik, spesiasi simpatrik,
peripatrik dan parapatrik. Spesiasi alopatrik adalah spesiasi populasi yang terbagi dua.
Salah satunya populasi alopatrik geografis terisolasi, misalnya fragmentasi habitat akibat
perubahan geografis seperti dengan adanya gunung atau perubahan sosial seperti
emigrasi. Populasi yang terisolasi kemudian mengalami perbedaan genotipik dan
fenotipik, mereka mengalami tekanan selektif yang berbeda atau secara independen
mereka mengalami pergeseran genetik. Contoh dari peristiwa spesiasi allopatric terjadi
pada burung finch di Kepulauan Galapagos, meskipun sekilas burung finch Galapagos
memiliki bentuk morfologi yang sama. Namun, beberapa ciri morfologi seperti bentuk
paruh, warna bulu dan ukuran tubuhnya menunjukkan adanya perbedaan. Spesiasi
peripatrik adalah spesiasi yang terjadi ketika sebagian kecil populasi organisme
terisolasi dalam sebuah lingkungan yang kecil dari populasi tetua. Spesiasi peripatrik
dapat mengurangi variasi genetik karena tidak kawin secara acak dan akhirnya dapat
mengakibatkan hilangnya variasi genetik. Contoh dari peristiwa spesiasi peripatrik
adalah peristiwa evolusi beruang kutub dari beruang cokelat. Proses evolusi tersebut
menunjukkan terjadinya pembentukan spesies baru diluar persebaran spesies nenek
moyang (White, 1978).
Spesiasi parapatrik terbentuk melalui isolasi dan dapat membentuk populasi kecil
yang dapat dicegah dari pertukaran gen dengan penduduk asli. Hal ini terkait dengan
konsep efek pendiri karena populasi kecil sering mengalami kemacetan. Spesiasi
parapatrik adalah dua zona populasi divergen yang terpisah tetapi saling tumpang tindih.
Contoh peristiwa spesiasi parapatrik ditunjukkan melalui terbentuknya zona hybrid
diantara dua populasi yang berbeda, seperti yang terjadi pada burung Bullock’s Oriole
dan burung Baltimore Oriole. Spesiasi simpatrik adalah spesiesi yang terjadi karena
mendiami suatu tempat yang sama. Spesiasi simpatrik sering ditemukan pada hewan
serangga yang memilikinketergantungan pada tanaman inang host yang berbeda di
daerah sama. Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan (White,
1978).
Salah satu model spesiasi simpatrik adalah poliploid. Poliploidi terjadi karena
penggandaan perangkat komosom secara keseluruhan. Individu-individu yang tergolong
diploid dapat muncul turunan yang triploid maupun tetraploid. Fenomena poliploidi
lebih sering dijumpai pada spesies tumbuhan daripada hewan, tetapi pada kelompok
amphibi dan pisces poliploidi masih lazim terjadi. Spesies poliploidi dengan jumlah
kromosom homolog yang seimbang (jumlah kromosom genap) lebih berpeluang fertil
daripada spesies poliploidi yang kromosom homolognya tidak seimbang (jumlah
kromosom ganjil (Corebima, 2000).
Spesies poliploidi yang kromosom homolognya tidak seimbang (jumlah
kromosom ganjil) umumnya bersifat steril, sehingga tidak dapat dijumpai pada spesies
yang bereproduksi secara generative. Sebagai contoh spesiasi simpatrik adalah dua
burung kicau (Nuthatches) yang memiliki perbedaan yang sangat kuat dalam hal
morfologi sehingga mereka dapat dibedakan dengan mudah. Perbedaan pada burung
kicau (Nuthatches) terletak pada paruh dan garis muka hitam yang besar, sementara pada
jenis lain kecil. Perbedaan yang nyata dalam garis muka meningkatkan pengenalan jenis
dan menghalangi terjadinya pembastaran (Corebima, 2000).
Program Mega7 dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kemiripan antara
sekuen satu dengan sekuen pembanding (standar). Beberapa tahapan umumnya perlu
dilakukan, yaitu dimulai dari installing program, editing data sekuen dilanjutkan
alignment. Hasil analisis tersebut akan diketahui diagram filogeniknya. Hal ini
menunjukkan sekuen yang mempunyai hubungan kekerabatan dapat diidentifikasi
dengan menempati cabang yang terdekat. Program Mega7 dapat digunakan untuk dua
tujuan sekaligus yaitu pengambilan kesimpulan hubungan evolusi dari sekuen-sekuen
yang homolog dan memperkirakan keragaman evolusi netral dan selektif diantara
sekuen. Progam Mega7 ini dilengkapi dengan hasil berupa diagram pohon filogenetik
serta matrik jarak evolusi (Yuniarti, S, & Rinanti, 2016). Analisis NTSYS-PC adalah
perangkat lunak yang digunakan dalam biologi statistik untuk menemukan hubungan di
data multivariat berdasarkan analisis klaster aglomerasi dari beberapa matriks kesamaan
dan perbedaan. Jarak genetik antara morfotipe diukur dengan sesuai (Khalifa et al.,
2017).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan dalam Praktikum acara Konsep Terjadinya Spesiasi


Alopatrik adalah bak preparat, pinset, gloves, jangka sorong, stereofoam, kertas
millimeter, jarum pentul dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam Praktikum acara onsep Terjadinya Spesiasi
Alopatrik adalah spesimen ikan baceman dari beberapa tempat.

B. Metode

1. Praktikan diberi beberapa data karakter dari beberapa spesies.


2. Data karakter antar spesies dibandingkan. Perbedaan dan persamaan karakter
dihitung.
3. Dibuat pohon filogenetik dari jumlah perbedaan morfologi preparat yang sudah
dihitung sebelumnya.
4. Hubungan kekerabatan antar preparat dianalisis lebih lanjut menggunakan
software.
5. Hasil yang diperoleh dimasukkan ke dalam laporan praktikum.
DAFTAR REFERENSI

Aldhebiani, A. Y., 2018. Species concept and speciation. Saudi Journal of Biological
Sciences, pp. 437-440.
Corebima, A.D., 2000. Genetika Mutasi dan rekombinasi. Malang: UM.

Cowman, P.F & David, R.B., 2013. Vicariance Across Major Marine Biogeographic
Barriers; Temporal Concordance and the Relative Intensity of Hard Versus Soft
Barriers. Proceedings of the Royal Society, pp. 280.

Khalifa, N. S., Amer, W. M., & Hamed, A. B., 2017. Bridging pheno-plasticity with
genetic profile of the hydrophyte Ludwigia stolonifera (Guill. & Perr.) P.H.
Raven: with reference to its expansion to new habitats. International Journal of
Cytology, Cytosystematics and Cytogenetics, pp. 1-12.
Kottelat, M., Whitten, A.J., Kartikasari, S.N. & Wiroatmodjo, S., 1993. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta: Periplus Edition (HK) Ltd.
Mayr, E., 1963. Animal Species and Evolution. Cambridge: Harvard University Press.
Muzayyinah., 2012. Jejak Evolusi dan Spesiasi Marga Indigofera. Jurnal Bioedukasi,
5(2), pp. 1-12.

Odum, E. P., 1993. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM press.

Wallace, A. 1992. Biology The World of Life. USA: Harper Collins Publisher Inc.
White, M.J.D., 1978. Modes of Speciation. San Francisco, California: W. H. Freeman
and Company.
Yuniarti, H., S, B. C., & Rinanti, A., 2016. Diagram Filogenik Hasil Sekuens Basa Dna
Menggunakan Program Mega-7 (Molecular Evolutionary Genetics Analysis).
Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah, pp. 109-117.

You might also like