Professional Documents
Culture Documents
DEFINISI NYERI
Nyeri suatu kondisi yang lebih dari pada sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu.
Nyeri bersifat subjektif dan individual. Selain itu nyeri juga bersifat tidak menyenangkan, sesuatu
kekuatan yang mendominasi, dan bersifat tidak berkesudahan. Stimulus nyeri dapat bersifat fisik
dan/atau mental, dan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seseorang.
Nyeri melelahkan dan menuntut energi seseorang sehingga dapat mengganggu hubungan personal
dan mempengaruhi makna kehidupan. Nyeri tidak dapat diukur secara objektif, seperti
menggunakan sinar-X atau pemeriksaan darah. Walaupun tipe nyeri tertentu menimbulkan gejala
yang dapat diprediksi, sering kali perawat mengkaji nyeri dari kata-kata, prilaku ataupun respons
yang diberikan oleh klien.hanya klien yang tahu apakah terdapat nyeri dan seperti apa nyeri
tersebut. Untuk membantu seorang klien dalam upaya menghilangkan nyeri maka perawat harus
yakin dahulu bahwa nyeri itu memang ada . kerusukakan pada jaringan yang berpotensi rusak atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan nyeri merupakan mekanisme yang bertujuan untuk
melindungi diri. Apabila seseorang merasakan nyeri , maka prilakunya akan berubah.
Transduksi
Merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) dirubah menjadi suatu
aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan),
suhu (panas) ataukimia (substansinyeri). Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator
nyeri mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga lingkaran nyeri meluas.
Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor
karena pengaruh mediator-mediator tersebut di atas dan penurunan pH jaringan. Akibatnya nyeri
dapat timbul karena rangsang yang sebelumnya tidak menimbul kan nyeri misal nya rabaan.
Sensitisasi perifer ini mengakibatkan pula terjadinya sensitisasi sentral yaitu hipereksitabilitas
neuron pada spinalis, terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan intraseluler yang
menyebabkan nyeri dirasakan lebih lama
Transmisi
Merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf perifer melewati
kornu dorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri. Transmisi sepanjang akson berlangsung
karena proses polarisasi, sedangkan dari neuron presinaps ke pasca sinap melewati neuro
transmiter.
Modulas
Adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat meningkatkan atau
mengurangi penerusan impuls nyeri.Hambatan terjadi melalui sistem analgesia endogen
yang melibatkan bermacam-macam neurotansmiter antara lain endorphin yang dikeluarkan
oleh sel otak dan neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG)
dan menghambat transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modulasi
nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula spinalis atau supraspinalis.
Persepsi
Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri yang
diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi kognitif
(korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala). Persepsi
menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik , emosi , dan perilaku . cara yang baik untuk
memahami pengalaman nyeri , akan membantu menjelaskan tiga komponen fisiologis berikut, yakni
: resepsi dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf saraf perifer.
Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan
akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medulla spinalis.terdapat pesan nyeri dapat
berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak
atau ditransmisi tanpa ahambatan ke kortek serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan
memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan
dalam upaya mempersepsikan nyeri (McNair,1990).
Berdasarkan sumbernya
a. Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya bersifat
burning (seperti terbakar). Ex: terkena ujung pisau atau gunting
b. Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pemb. Darah, tendon dan
syaraf, nyeri menyebar & lbh lama drpd cutaneus. Ex: sprain sendi
c. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan
thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan
Berdasarkan lokalisasi/letak
a. Radiating pain
Nyeri menyebar dr sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex: cardiac pain)
b. Referred pain
Nyeri dirasakan pd bagian tubuh ttt yg diperkirakan berasal dr jaringan penyebab
c. Intractable pain
Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker maligna)
d. Phantom pain
Sensasi nyeri dirasakan pd bag. Tubuh yg hilang
e. Berdasarkan penyebab:
Fisik Psycogenic . Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut
f. Menurut Serangannya
- Nyeri akut
- Nyeri kronik
0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri,
dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon
terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat
diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
Karakteristik paling subyektif pada nyeri adlah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien
seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun,
makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga
sulit untuk dipastikan.
Sikap dari petugas kesehatan memengaruhi menejemen nyeri. Terkecuali jika klaien memiliki tanda
tanda objektif akan adanya nyeri, beberapa perawat tidak percaya kalau mereka klaien merasakan
ketidaknyamanan. Beberapa contoh pengobatan tradisional dapat menyebabkan prilaku atau
ketidak nyamanan terkait dengan nyeri yang di rasakan. Contoh ini mengungkapkan bahwa masalah-
masalah fisik timbul akibat dari penyebab fisik. Oleh karena itu nyeri merupakan respon fisik
terhadap adanya disfungsi organ. Ketika tidak ada sumber nyeri yang jelas pemberi pelayanan
kesehatan terkadang menganggap penderita nyeri sebagai orang yang berpura-pura sakit.
Skala Nyeri
Fisiologi Nyeri
Campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Komponen untuk memahami pengalaman nyeri yaitu :
Resepsi, Persepsi, dan Reaksi
Sedangkan dalam penghantaran stimulus terhadap terjadinya nyeri melibatkan proses transduksi,
transmisi, persepsi, dan modulasi
1. Transduksi
Stimulus berbahaya memicu pelepasan mediator biokimia yang mensensitisasi nosiseptor. Stimulus
menyakitkan menyebabkan pergerakan ion menembus membran sel yang membangkitkan
nosiseptor. Obat nyeri dapat bekerja pada fase ini dengan menghambat produksi prostaglandin
2. Transmisi
Pertama : impuls nyeri berjalan dari serabut saraf tepi ke medulla spinalis
Ketiga : transmisi sinyal antara talamus ke korteks sensorik somatik tempat terjadinya
resepsi nyeri
3. Persepsi
terjadi saat klien menyadari rasa nyeri . persepsi nyeri terjadi dalam struktur kortikal yang
menginginkan strategi kognitif – perilaku yang berbeda dipakai untuk mengurangi komponen
sensorik dan afektif nyeri. Seperti imajinasi terbimbing dan musik dapat membantu mengalihkan
perhatian klien dari nyeri
4. Modulasi
Sistem desenden saat neuron dibatang otak mengirimkan sinyal menuruni kornu dorsalis medula
spinalis. Serabut desenden melepaskan zat yang dapat menghambat naiknya impuls berbahaya. Fase
modulasi membantu menghambat naiknya stimulus yang menyakitkan
Impuls saraf yang dihasilkan oleh stimulus nyeri, menyebar di sepanjang serabut saraf perifer.
Serabut A-delta yang bermielinasi cepat dan C yang tidak bermielinasi serta berukuran sangat kecil
dan lambat. Serabut A mengirim sensasi yang tajam, terlokalisasi, dan mendeteksi intensitas nyeri.
Serabut tersebut menghantarkan cedera akut yang segera
Ketika serabut C dan A-delta mentransmisikan impuls dari saraf perifer, maka akan melepaskan
mediator biokimia yang mengaktifkan peka akan respon nyeri. dilepaskan ketika sel-sel lokal
mengalami kerusakan, Transmisi stimulus nyeri berlanjut disepanjang serabut saraf aferen sampai
berakhir di bagian dorsalis medula spinalis
Stimulus nyeri di transmisikan naik ke medulla spinalis ke talamus dan otak tengah. Dari talamus,
serabut mentransmisikan ke berbagai area otak, termasuk korteks sensori dan asosiasi. Sel di dalam
sistem limbik diyakini mengontrol emosi. Setelah transmisi saraf berakhir di dalam pusat otak yang
lebih tinggi, maka individu akan mempersepsikan sensasi nyeri
Neuroregulator
Mempengaruhi substansi stimulus saraf, terletak di kornu dorsalis pada medulla spinalis.
Neurotransmiter seperti mengirim impuls listrik melewati celah sinaps diantara serabut eksitator
dan ihibitor sedangkan neuromodulator yaitu memvariasikan transmisi stimulus nyeri tanpa secara
langsung mentransfer tanda saraf melalui sebuah sinaps
Respon Fisiologis
Pada saat impuls naik ke medulla spinalis menuju ke batang otak dan talamus, sistem saraf otonom
menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon stres. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang
dan nyeri yang superfisial menimbulkan reaksi ‘’ Flight atau Fight”, yang merupakan sindrom
adaptasi umum. Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom menghasilkan respon
fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus menerus , berat atau dalam, dan secara tipikal melibatkan
organ-organ viseral (seperti kolik akibat kandung empedu atau batu ginjal), sistem saraf parasimpatis
menghasilkan suatu aksi
Respon fisiologis terhadap nyeri dapat sangat membahayakan individu. Kecuali pada kasus-kasus
nyeri traumatik yang berat, yang meyebabkan individu mengalami syok, kebanyakan individu
mencapai tingkat adaptasi, yaitu tanda-tanda fisik kembali normal. Dengan demikian, klien yang
mengalami nyeri tidak akan slalu memperlihatkan tanda-tanda fisik
Respon Perilaku
Pada saat nyeri dirasakan, pada saat itu juga dimulai suatu siklus yang apabila tidak diobati dapat
mengubah kualitas kehidupan individu. Meinhart dan McCaffery mendeskripsikan 3 fase
pengalaman nyeri yaitu : antisipasi, sensasi, dan akibat
Fase Antisipasi
klien belajar untuk memahami nyeri dan mengontrolnya sebelum terjadi sedangkan perawat
menjelaskan sensasi kesemutan akibat tusukan jarum. Penjelasan yang benar membantu klien untuk
memahaminya, pada situasi klien merasa takut atau cemas maka antisipasi dapat meningkatkan
persepsi keparahan nyeri
Fase Sensasi
Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Toleransi individu terhadap nyeri merupakan titik yang
bergantung pada sikap, motivasi, dan persepsi. Toleransi yang tinggi mampu menahan tanpa
bantuan sedangkan yang rendah akan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri sebelum terjadi.
Sensasi nyeri dapat terlihat melalui ekspresi wajah
Fase Akibat
Nyeri murapakan suatu krisis. Setelah mengalami nyeri, klien mungkin memperlihatkan gejala fisik.
Jika klien mengalami nyeri yang berulang, maka respon akibat dapat menjadi masalah kesehatan
yang berat. Perawat membantu klien memperoleh kontrol dan harga diri untuk meminimalkan rasa
takut akan kemungkinan pengalaman nyeri.
1. Nyeri akut/transien
Nyeri yang tejadi setelah tubuh terkena cidera akut, penyakit, atau intevensi bedah dan
memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas bervariasi (ringan sampai berat) dan
berlangsung untuk waktu singkat. Fungsi nyeri akut ialah memberi peringatan akan cedera
atau penyakit yang akan datang.
2. Nyeri kronik/transien
Nyeri yang berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari
enam bulan. Nyeri ini di sebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol, karena pengobatan
kanker tersebut, atau gangguan progesif lain.
3. Nyeri kronik episodic
Nyeri yang sesekali terjadi dalam jangka waktu tertentu.Nyeri ini berlangsung selama
beberapa jam, hari, atau minggu.
4. Nyeri kanker
Nyeri kanker umumnya diakibatkan oleh infiltrasi sel tumor pada struktur yang sensitif
dengan nyeri seperti tulang, jaringan lunak, serabut saraf, organ dalam, dan pembuluh
darah.
5. Nyeri idiopatik
Adalah nyeri kronis dari ketiadaan penyebab fisik atau psikologis yang dapat diidentifikasi
atau nyeri yang dirasakan sebagai berlebihannya tingkat kondisi patologis suatu organ.
1. Faktor fisiologi
Usia
dapat mempengaruhi nyeri terutama pada Anak, dewasa, dan lansia. Perbedaan
kelompok usia dapat mempengaruhi bagaimana reaksi terhadap nyeri. Anak-anak
memiliki kesulitan dalam mengenal/memahami nyeri, sehingga perawat harus
mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika
sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung
memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal
alamiah yang harus dijalani dan mereka takut mengalami penyakit berat atau
meninggal jika nyeri diperiksakan.
Kelelahan
meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan menurunkan kemampuan untuk
mengatasi masalah.
Fungsi saraf
pada klien mempengaruhi pengalaman nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi
persepsi nyeri yang normal (contoh: cidera medula spinalis, neuropatik perifer dan
penyakit saraf lainnya) dapat mempengaruhi kesadaran dan respon klien.
2. Faktor social
Perhatian
tingkatan dimana klien memfokuskan perhatiannya terhadap nyeri yang dirasakan
mempengaruhi persepsi nyeri.
Pengalaman nyeri sebelumnya
Adanya pengalaman sebelumnya bukan berarti seseorang tersebut akan lebih
mudah menerima rasa nyeri di masa yang akan datang.
Dukungan keluarga dan social
orang dengan nyeri kadang selalu bergantung pada keluarga, orang lain, atau teman
dekat untuk memberi dukungan, bantuan, maupun perlindungan.
3. Faktor spiritual
Spiritualitas menjangkau antara agama dan mencakup pencarian secara terhadap makna
situasi dimana seseorang menemukan dirinya sendiri.
4. Faktor psikologi
Kecemasan
terkadang meningkatkan persepsi nyeri dan menyebabkan perasaan cemas. Wall
dan melzack (1999) melaporkan bahwa stimulus nyeri yang mengaktivasi bagian dari
sistem limbik dipercaya dapat mengontrol emosi, terutama kecemasan.
Mekanisme koping
dapat mempengaruhi kemampuan mengatasi nyeri. Seseorang yang memiliki
kontrol terhadap situasi internal merasa bahwa mereka dapat mengontrol kejadian
dan akibat yang terjadi dalam hidup mereka. Sebaliknya, seseorang yang memiliki
kontrol terhadap situasi eksternal merasa bahwa faktor lain dalam hidupnya; seperti
perawat bertanggung jawab terhadap akibat suatu kejadian.
5. Faktor budaya
Nilai-nilai dan kepercayaan terhadap budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri.
Ada perbedaan makna dan perilaku yang berhubungan dengan nyeri antara beragam
kelompok budaya. Perawat perlu menggali akibat nyeri klien dari budayanya dan membuat
penyesuaian terhadap rencana perawatan.
KASUS
Seorang wanita diantar keluarganya ke RS. Pemerintah, keluarga mengatakan klien jatuh dari motor.
Pada pergelangan kaki klien tampak hematoma, klien tampak menangis kesakitan sambil memegang
pergelangan kaki. Perawat melakukan pengkajian keperawatan didapatkan hasil sebagai berikut:
klien mengatakan pergelangan kakinya terasa nyeri, perawat menganjurkan kilen menarik nafas
dalam untuk mengurangi rasa sakit
Asuhan Keperawatan
3. Patofisiologi
4. Gambaran klinis
Hematoma
Koleksi (kumpulan) dari darah diluar pembuluh darah yang terjadi karena dinding pembuluh
darah yaitu: arteri, vena, atau kapiler telah dirusak dan darah telah mengalami kebocoran ke
dalam jaringan-jaringan yang tidak ada tempatnya
Penyebab Hematoma
Trauma adalah penyebab yang paling umum dari hematoma. Hematoma terjadi karena kompresi
yang kuat di sepanjang traktus genitalia dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa. Hematoma
yang kecil diatasi dengan pemberian es di bagian hematomanya dan pemantauan yang terus
meneruss. Biasanya hematoma ini dapat diserap kembali secara alami
Intramuskular Hematoma
Trauma adalah penyebab yang paling umum dari hematoma. Hematoma terjadi karena kompresi
yang kuat di sepanjang traktus genitalia dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa. Hematoma
yang kecil diatasi dengan pemberian es di bagian hematomanya dan pemantauan yang terus
meneruss. Biasanya hematoma ini dapat diserap kembali secara alami
Gambaran Klinis
Digambarkan berdasarkan lokasinya dan bisa terjadi dimana saja dalam tubuh. Tidak peduli
bagaimana hematoma digambarkan atau dimana ia berlokasi, ia tetap kumpulan dari darah-darah
yang menggumpal diluar pembuluh darah
Pengkajian
Nama : An. X
Umur : 20 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Status : Single
Data Subjektif :
Data Objektif :
Riwayat Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Problem : Pergelangan kaki terasa nyeri, perawat menganjurkan menarik nafas dalam untuk
mengurangi rasa sakit
Etiologi : Klien jatuh dari motor sehingga pada pergelangan kakinya tampak hematoma
Dari massage wajah klien berada pada skala nyeri yang hebat yaitu pada skala 9 dapat
terlihat dari tingkah lakunya bahwa klien menangis kesakitan dan memegang pergelangan
kakinya.
Karena klien mengalami nyeri di bagian pergelangan kaki maka kemungkinan terjadi
kerusakan jaringan di intramuscular dan mengalami hematoma karena disebabkan oleh
tekanan yang kuat
Intervensi Keperawatan
Tujuan : Agar bisa kembali optimal dan dapat berfungsi kembali jaringan yang telah rusak
Tindakan: perawat menganjurkan menarik nafas untuk mengurangi rasa sakit dan melakukan
gerakan ringan untuk dapat rileks kembali
Implementasi Keperawatan
Pendokumentasian pelaksanaan
Jam 8 – 10 : menghirup udara pagi sambil melakukan pergerakan ringan pada kaki
jam 16 – 17 : melihat massege wajah klien dan tanyakaan responnya agar dapat membandingkan
skala nyeri
Evaluasi
S : nyeri berkurang
O : klien sudah bisa melakukan sedikit gerakan walaupun masih dengan ekspresi wajah yang
khawatir
P : melakukan tahap pemulihan dengan di pindahkan ke rehabilitasi untuk melakukan gerakan pada
fungsi jaringan di pergelangan kakinya