You are on page 1of 16

AL - ISLAM

HAKIKAT HAJI, SEJARAH HAJI, HIKMAH HAJI, DAN MAKNA


SPIRITUALHAJI BAGI KEHIDUPAN

DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 12

1) SUCI AISYAH (NPM. 2018727033)


2) SURTINAH (NPM. 2018727034)

FIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


PRODI S1 KEPERAWATAN (I-A TRANSFER)
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat Rahmat, Hidayah
dan Karunia-Nya lah sehingga makalah yang berjudul Hakikat haji, sejarah haji, hikmah haji,
dan makna spiritual haji bagi kehidupan dapat diselesaikan sesuai dengan tenggat waktu yang
telah ditentukan sebelumnya.
Tak lupa pula kami menghaturkan terima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah
yang tidak henti-hentinya memberikan kami semangat moral dan moril demi terselesaikannya
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun kami harap dapat diberikan oleh pembaca demi
kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Jakarta, Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI
Sampul ……………………………………………………………………… 1
Kata Pengantar ……………………………………………………………… 2
Daftar Isi ……………………………………………………………………. 3
BAB I Pendahuluan ………………………………………………………… 4
A. Latar Belakang ……………………………………………………… 4
B. Rumusan Masalah …………………………………………………... 4
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………. 5
BAB II Pembahasan ………………………………………………………… 6
A. Definisi haji …………………………………..................................... 6
B. Hukum haji…………………………………….................................... 6
C. Syarat- syarat haji……………………………….................................. 6
D. Macam- macam haji………………………………............... .............. 7
E. Sunah- sunah haji…………………………....................................... 8
F. Kewajiban haji…………………....................................................... 8
G. Hakikat haji…………………………................................................ 9
H. Sejarah haji........................................................................................ 10
I. Hikmah haji......................................................................................... 11
J. Makna spiritul haji.............................................................................. 13
BAB IV Penutup ………………………………………………………...… 15
A. Kesimpulan …………………………………………………………. 15
B. Saran ………………………………………………………................ 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk (Mekah) yang diberka-
manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkal hi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam."(Ali
'Imran [3]:96) Sejarah Mekah merujuk pada abad XIX sebelum Masehi, tepatnya pada masa
Ibrahim dan Isma'il. Keduanya adalah orang pertama yang menempati Mekah.
Allah berfirman seraya menuturkan tentang Ibrahim Ya Tuhan, sesungguhnya aku
telah menempatkan sebagian keturunanku dilembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman
di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar
mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada
mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (lIb
rahim [14]:37).
Berkat doa Ibrahim, air Zamzam memancar dari kedua kaki Isma'il ketika persediaan
air dan makanan ibunya, Hajar, habis. Sejak saat itu, berbagai kabilah berdatangan ke sumber
air tersebut, dan kehidupan mulai merayap di sana, Kabilah kabilah mulai berdatangan dan
kian banyak. Kekuasaan terhadap air Zamzam pada akhirnya dipegang kaum Quraisy.
Kaum Quraisy tetap memegang kekuasaan terhadap sumber air Zamzam hingga Nabi
muncul yang berpengaruh besar dalam merubah kehidupan di Mekah dan seluruh dunia
Nabdiutus di Mekah, Kabah menjadi kiblat kaum muslimin, dan Mekah menjadi basis
dakwah Islam. Sayangnya, penduduk negeri ini sangat membenci dakwah Islam dan begitu
gencar menyiksa para pemeluk Islam. Hingga akhirmya kaum muslimin terpaksa berhijrah ke
Madinah Al Munawwarah Daulah Islam kuat di Madinah, kemudian nabi kembali sebagai
penakluk Mekah Sejak saat itu, Mekah menjadi negeri islam nan besar hingga saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian haji?
2. Apa hukum haji?
3. Apa syarat- syarat haji?
4. Apa macam- macam haji?
5. Apa sunnah haji?
6. Apa kewajiban haji?
7. Apa yang dimaksud dengan hakikat haji?
8. Bagaimana sejarah haji?
9. Apa saja hikmah dari haji?
10. Apa yang dimaksud dengan makna spiritual haji?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian haji?
2. Mengetahuihukum haji?
3. Mengetahui syarat- syarat haji?
4. Mengetahui macam- macam haji?
5. Mengetahui sunnah haji?
6. Mengetahui kewajiban haji?
7. Mengetahui yang dimaksud dengan hakikat haji?
8. Mengetahui sejarah haji?
9. Mengetahui hikmah dari haji?
10. Mengetahui makna spiritual haji?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Haji

Haji (al-hajj) secara bahasa berarti al-qashdu (menyengaja, menuju, maksud).


Sedangkan secara istilah, haji adalah menyengaja pergi menuju Makkah dengan maksud
mengerjakan ibadah thawaf, sa'i, wuquf di Arafah, bermalam di Muzdalifah, Mabit di Mina
dan ibadah- ibadah lain pada waktu-waktu yang telah ditentukan untuk memenuhi perintah
Allah dan mengharapkan ridha-Nya.

B. Hukum Haji

Ibadah haji adalah salah satu dari rukun Islam ang lima dan wajib dilaksanakan oleh
setiap Muslim nukallaf (baligh dan berakal) merdeka dan mempunyai esanggupan
(istitha'ah), berdasarkan firman Allah SWT ”Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di
antaranya) maqam Ibrahim, barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkan (kewajiban haji), maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam ( Q.S. Ali
Imran/3: 97).

C. Syarat- syarat haji

 Islam.
Haji tidak wajib dan tidak sah bagi oran kafir.

 Akal
Haji tidak wajib bagi orang gila, berdasarkan sabda Nabi ( Pena diangkat dari
tiga orang, orang tidur sampai bangun, anak kecil sampai baligh dan orang gila
sampai berakal.

 Baligh
Haji tidak wajib bagi anak kecil. Apabila anak kecil berihram untuk haji,
hukumnya sah. Hanya saja tidak cukup untuk haji Islam (haji wajib), dan hajinya
menjadi haji sunnah, berdasarkan hadits Ibnu Abbas "Seorang wanita mengangkat
anak kecil lalu bertanya, "Apakah (anak) ini mendapatkan hai Ya, dan kau mendapat
pahala" jawab beliau.
 Merdeka
Haji tidak wajib bagi budak, berdasarkan sabda Nabi Siapapun budak yang
melaksanakan haji kemudian ia dimerdekakan, ia wajib melakukan haji lagi.

 Mampu.
Maksudnya adanya perbekalan dan kendaraan, berdasarkan firman Allah Dan
(di antara) kewajiban manusia terha- dap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke
Baitullah, yaitu bag orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana.
Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam" (Ali'Im- ran [3]:97).

 Adanya mahram yang mendampingi wanita,


Berdasarkan hadits lbnu Abbas la berkata, "Aku mendengar Nablbe Khutbah,
beliau menyampaikan “Janganlah seorang wanita bepergian melainkan bersama mal
ramnya. Seseorang lantas berdiri lalu berkata, 'Wahai Rasululla istriku pergi haji,
sementara aku diwajbkan untuk berperang dan itu. Beliau kemudian bersabda,
Pergilah, lalu laksanakanlah bersama istrimu.

D. Macam-Macam Haji

Ada tiga macam cara pelaksanaan ibadah haji, setiap orang boleh memilih salah satu
di antaranya. Perbedaannya terletak pada apakah dilakukan umrah dahulu baru haji atau haji
lebih dahulu baru umrah atau kedua-duanya sekaligus dengan satu niat.

 Tamattu
Mengerjakan umrah lebih dahulu pada bulan-bulan hai, kemudian mengerjakan
haji pada musim itu juga seseorang yang mengerjakan haji tamattu' berniat ihram
dari migat untuk umrah. Setelah umrah dia bebas dari segala
laranganihram.Setelahitu dia menunggu di Makkah sampa kemudian tanggal 8
Dzulhijah dia berihram untuk haji dari tempat tinggalnya di Makkah, lalu
mengerjakan semua rukun dan wajib haji Dinamai tamattu' (bersenang-senang)
karena setelah selesai mengerjakan umrah dia dapat menikmati kembali apa yang
tadinya dilarang tatkala dalam ihram.

 Ifrad
Mengerjakan haji terlebih dahulu baru umrah. Seorang yang mengejakan haji
ifrad beriniat ihram dari migat untuk haji. Sampai di Makkah dia melaksanakan
thawaf qudum (thawaf selamat datang) Setelah thawaf dia tetap dalam keadaan
ihram di Makkah sampai selesai amalan-amalan haji Setelah tahallul awal baru
dia boleh memakai pakaian biasa dan semua larangan ihram tidak lagi berlaku
kecuali berhubungan suami istri. Berhubungan suami isteri baru dihalalkan
setelah tahallul isani. Setelah selesi haji baru dia mengerjakan umrah dengan niat
ihram d halal haji baru dari tanah halal.

 Qiran
Mengerjakan haji dan umrah dengan satu niat ihram dari miqat. Seseorang yang
mengerjakan haji qiran berniat ihram dari migat untuk haji dan umrah sekaligus.
Sampai di Makkah dia melaksanakan thawaf qudum elamat datang). Setelah
thawaf dia tetap dalam keadaan ihram di Makkah sampai selesai amalan-amalan
haji. Setelah tahallul awal baru dia boleh memakai pakaian biasa dan semua
larangan ihram tidak lagi berlaku kecuali berhubungan suami isteri. Berhubungan
suami istri dihalalkan setelah tahallul tsani.

E. Sunah- sunah haji

Siapa meninggalkan salah satu sunnah haji, ia tidak dikenakan sanksi apapun dan
hajinya tetap sah.
 Membaca talbiyah sejak mulai berihram hingga melempar jumroh aqabah
 Mandi dan mengenakan wewangian untuk berihram
 Mengenakan dua helai kain putih.
 Thawaf qudum bagi yang melaksanakan haji ifrad dan qiran
 Mempercepat langkah pada tiga putaran pertama pada tawah qudum. Idhthiba
pada thawaf qudum, yaitu menempatkan bagian tengah kain ihram di bawah
ketiak kanan, dan kedua ujungnya di tempat kan di pundak kiri.
 Bermalam di Mina pada malam Arafah Mencium Hajar Aswad.
 Menjamak taqdim Maghrib dan Isyak di Muzdalifah.
 Wakuf di Muzdalifah di Masy'aril Haram dari fajar hingga terbitny matahari jika
memungkinkan. Jika tidak, boleh wukuf di mar saja di Muzdalifah karena seluruh
wilayah Muzdalifah adalah tempat wukuf

F. Kewajiban haji

 Ihram dari migat berdasarkan sabda Nabi setelah menyebut miqat-miqat


"(Migat-migat) ini untuk mereka dan orang-orang yang melalui (kawasan-
kawasan tersebut) dari selain pendudukn yang ingin melaksanakan haji dan
umrah. Dan siapa yang di luar (migat-migat itu, ia (memulai ihram dari miqat-
miqat) penduduk setempat. Bahkan penduduk Mekah (memulai ihram) dari
Mekah.
 Wukuf di Arafah hingga matahari terbenam bagi yang wukuf pada siang hari,
karena Nabi wukuf hingga matahani terbenam.
 Bermalam di Muzdalifah, karena Nabi bermalam di sana dan beliau bersabda:
Hendaklah umatku mempelajari manasik mereka, karena aku tidak tahu mungkin
aku tidak bertemu mereka setelah tahun ini.
 Bermalam di Mina pada malam-malam tasyriq, berdasarkan ri-wayat bahwa Nabi
memberi keringanan kepada para pengem- bala untuk tidak bermalam di Mina.
Ini menunjukkan bahwa pada dasarnya bermalam di Mina wajib hukumnya.
 Melempar jumrah, berdasarkan firman Allah,"Dan berzikirlah kepada Allah pada
hari yang telah ditentukan jumlahnya" Al-Bagarah 12]:203). Hari-hari yang telah
ditentukan jumlahnya adalah hari- hari tasyria Melempar jumrah termasuk dzikir
mengingat Allah.
 Mencukur atau memendekkan rambut, berdasarkan firman Allah (Sungguh, Allah
akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya bahwa kamu
pasti akan memasuki Masjidil Haram, jika Allah menghendaki dalam keadaan
aman, dengan menggundul rambut kepala dan memendekkannya, sedang kamu
tidak merasa takut.. (AI-Fath [48]:27).
 Thawaf wada berdasarkan riwayat dari ibnu Abbas ia berkata, Orang-orang
diperintahkan agar (manasik) terakhir yang mereka lakukan adalah (tawaf wada
di) Baitullah.

G. Hakikat haji

Hakikat haji adalah kembali menuju kepada Allah swt. Namun disimbolkan dengan
menuju kepada Baitullah, sehingga orang yang menunaikan haji diharapkan kembali
mendekat kepada Allah swt baik secara lahir maupun batin.
Pada dasarnya haji adalah suatu tindak mujahadah (upaya jiwa yang sungguh-
sungguh) untuk memeperoleh kesadaran musyahadah (penyaksian). Yakni proses kegigihan
seorang hamba mengunjungi Baitullah sebagai sarana bertemu (liqa’) dengan Tuhan. Ibadah
Haji adalah simbol kepulangan manusia kepada Tuhan yang Maha Mutlak oleh karena itu,
niatkan haji hanya semata-mata karena Allah Swt. Pakailah pakain kejujuran dan buang jauh-
jauh sifat keangkuhan, kebanggaan dan semua atribut yang biasa melekat pada diri.
Manusia harus menjadikannya titik orientasinya hanya kepada Allah (QS. Al-
An’am:162- 163), sebagaimana yang digambarkan ketika sedang thawaf. Bahwa kita bagian
dari seluruh jagad raya yang selalu tunduk dan patuh kepada Tuhan. Sekaligus gambaran
akan larut dan leburnya manusia dalam hadirat Ilahi (al-fana’fi Allah).
H. Sejarah haji

Haji dalam Islam bermula dari ribuan tahun yang lalu. Pada masa Nabi
Ibrahim ‘alaihis salaam (1861 – 1686 SM), yang merupakan keturunan Sam Bin Nuh AS
(3900 – 2900 SM). Al Quran menjelaskan bahwa haji kembali ribuan tahun ke zaman Nabi
Ibrahim. Allah memerintahkannya untuk meninggalkan istrinya Hajar dan anaknya Ismail
sendirian di padang pasir Makkah dengan sedikit makanan dan air dan ketika bekal air mulai
habis, Hajar mulai mencari air dengan putus asa dengan berlari tujuh kali di antara dua bukit
Al-Safa dan Al-Marwah. Namun meski sudah bolak-balik, air tetap tidak dapat ditemukan.
Di ujung keputusasaan mencari air untuk pada Ismail, Hajar melihat bayi itu
menendang tanah dengan kakinya dan air pun kemudian muncul dari bawah kakinya.
‘‘Zamzam-Zamzam (berkumpul-berkumpul) air itu,” kata Hajar ketika menjumpai ke luarnya
mata air dari bawah kaki Ismail. Maka mata air yang muncul itu kemudian dinamakan sumur
Zam-zam.
Setelah peristiwa ditemukannya sumur Zam-zam, bertahun-tahun kemudian, Ibrahim
diperintahkan oleh Allah untuk membangun kembali Ka’bah. Nabi Ibrahim dan putranya,
Ismail kemudian mengangkat batu untuk membangun Ka’bah.
Ulama Islam, Shibli Nomani, menyebutkan bahwa Ka’bah yang diangkat oleh Nabi
Ibrahim setinggi 27 kaki, lebarnya 96 kaki, dan lebar 66 kaki. Dia meletakkan Batu Hitam
yang kemudian kita menyebutnya Hajar Aswad di sudut timur Ka’bah. Pada saat itulah, Nabi
Ibrahim kemudian menerima wahyu. Dalam wahyu itu, Allah memberitahunya bahwa dia
harus mewartakan ziarah ke Ka’bah kepada umat manusia.
Setelah membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim akan datang ke Makkah untuk melakukan
haji setiap tahun. Setelah beliau wafat, anak keturunan bapak para nabi ini melanjutkan ritual
ini. Namun, sering perjalanan waktu lambat laun baik bentuk maupun tujuan ritual haji pun
berubah.
Selama periode pra-Islam, haji menjadi acara beberapa festival dan kegiatan seperti
kompetisi puisi. Puisi-puisi yang paling terkenal yang digunakan dipajang di dinding Ka’bah.
Kegiatan dan pertunjukan yang tidak dapat diterima lainnya juga berlangsung selama masa
haji.
Pada saat itu, Ka’bah dikelilingi oleh berbagai berhala yang dipasang oleh orang-
orang Makkah maupun pendatang yang berasal dari luar yang terbiasa mengunjungi Ka’bah
selama musim ziarah tahunan ini.
Shibli Nomani menyebutkan bahwa orang-orang Arab saat itu tidak berjalan di antara
perbukitan Al-Safa dan Al-Marwah atau berkumpul di Arafah. Tapi mereka biasa
menghabiskan satu hari di daerah terpencil di luar Makkah dan kembali ke Makkah yang
mengelilingi Ka’bah.
Keadaan menyedihkan ini berlanjut selama hampir dua setengah ribu tahun dan baru
berubah setelah periode Rasulullah. Pada 630 M, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan orang-orang Muslim kembali dari Madinah ke Makkah serta membebaskan
Ka’bah dari ritual kaum pagan dan penyembah berhala dan menghancurkan semua berhala
yang ada di dalamnya.
Tahun berikutnya, Abu Bakar, memimpin 300 Muslim untuk melakukan ibadah haji
di Makkah. Ali ibn Abi Thalib berbicara kepada orang-orang, yang menentukan ritual haji
yang baru. Dia menyatakan bahwa tidak ada orang kafir atau telanjang yang diizinkan untuk
mengelilingi Ka’bah dari tahun berikutnya.
Hingga tahun kesepuluh setelah Hijrah (632 M), Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam melakukan haji terakhir dan terakhir dengan sejumlah besar umat Islam, dan dia
mengajar mereka ritual haji dan tata krama untuk melakukan ibadah haji.

I. Hikmah haji

b. Mengikhlaskan Seluruh Ibadah

Beribadah semata-mata untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menghadapkan


hati kepada-Nya dengan keyakinan bahwa tidak ada yang diibadahi dengan haq,
kecuali Dia dan bahwa Dia adalah satu-satunya pemilik nama-nama yang indah dan
sifat-sifat yang mulia. Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya
dan tidak ada tandingan-Nya.

c. Mendapat Ampunan Dosa-Dosa Dan Balasan Jannah

“Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


“Satu umrah sampai umrah yang lain adalah sebagai penghapus dosa antara keduanya
dan tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali jannah” [HR Bukhari dan Muslim,
Bahjatun Nanzhirin no. 1275].

d. Menyambut Seruan Nabi Ibrahima Alaihissalam

Nabi Ibrahim Alaihissalam telah menyerukan (agar berhaji) kepada manusia.


Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan siapa saja yang Dia kehendaki (untuk
bisa) mendengar seruan Nabi Ibrahim Alaihissalam tersebut dan menyambutnya. Hal
itu berlangsung semenjak zaman Nabi Ibrahim hingga sekarang.

e. Saling Mengenal Dan Saling Menasehati

Kaum muslimin bisa saling mengenal dan saling berwasiat dan menasehati
dengan al-haq. Mereka datang dari segala penjuru, dari barat, timur, selatan dan utara
Makkah, berkumpul di rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tua, di Arafah, di
Muzdalifah, di Mina dan di Makkah. Mereka saling mengenal, saling menasehati,
sebagian mengajari yang lain, membimbing, menolong, membantu untuk maslahat-
maslahat dunia akhirat, maslahat taklim tata cara haji, shalat, zakat, maslahat
bimbingan, pengarahan dan dakwah kepala Allah.

f. Mempelajari Agama Allah Subhanahu wa Ta’ala

Kaum muslimin mempelajari agama Allah dilingkungan rumah Allah yang


tua, dan di lingkungann masjid Nabawi dari para ulama dan pembimbing serta
memberi peringatan tentang apa yang mereka tidak ketahui mengenai hukum-hukum
agama, haji, umrah dan lainnya. Sehingga mereka bisa menunaikan kewajiban
mereka dengan ilmu.

Dari Makkah inilah tertib ilmu itu, yaitu ilmu tauhid dan agama. Kemudian
(berkembang) dari Madinah, dari seluruh jazirah ini dan dari seluruh negeri-negeri
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang ada ilmu dan ahli ilmu. Namun semua asalnya
adalah dari sini, dari lingkungan rumah Allah yang tua.

g. Menyebarkan Ilmu

Di antara manfaat haji adalah menyebarkan ilmu kepada saudara-saudaranya


yang melaksanakan ibadah haji dan teman-temannya seperjalanan, yang di mobil, di
pesawat terbang, di tenda, di Mekkah dan di segala tempat. Ini adalah kesempatan
yang Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan. Kaum muslimin bisa menyebarkan
ilmu dan menjelaskan apa yang di miliki, akan tetapi haruslah berdasarkan Al-Kitab
dan As-Sunnah dan istimbath ahli ilmu dari keduanya. Bukan dari kebodohan dan
pemikiran-pemikiran yang menyimpang dari Al-Kitab dan As-Sunnah.

h. Memperbanyak Dzikir Kepada Allah

Di negeri yang aman ini hendaklah memperbanyak dzikir kepada Allah, baik
dalam keadaan berdiri, duduk dan bebaring, dengan tasbih (ucapan Subhanallah),
hamdalah (ucapan Alhamdulillah), tahlil (ucapan Laa ilaaha ilallah), takbir (ucapan
Allahu Akbar) dan hauqallah (ucapan Laa haula wa laa quwata illa billah).

i. Berdo’a Kepada-Nya

Di antara manfaat haji, hendaknya bersungguh-sungguh merendahkan diri dan


terus menerus berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, agar Dia menerima amal,
membereskan hati dan perbuatan ; agar Dia menolong untuk mengingat-Nya,
bersyukur kepada-Nya dan memperbagus ibadah kepada-Nya ; agar Dia menolong
untuk menunaikan kewajiban dengan sifat yang Dia ridhai serta agar Dia menolong
untuk berbuat baik kepada hamba-hamba-Nya.

J. Makna spiritual haji

Haji adalah ibadah yang sangat monumental dalam kehidupan seorang muslim. Sebab
tidak semua muslim bisa melaksanakannya. Sebagai ibadah yang paripurna, Haji melibatkan
semua aspek, mulai dari materi, fisik maupun psikis. Orang yang tidak memiliki tiga hal
tersebut tidak bisa melakukan ibadah haji. Betapa banyak orang yang dari segi fisik mampu
tapi materi tidak cukup. Atau punya harta yang cukup tapi fisik tak mendukung. Bahkan, ada
orang yang memiliki kemampuan finansial dan fisik tapi psikisnya terganggu, juga tidak bisa
melaksanakan ibadah haji.
Ali Syariati dalam bukunya Hajj: Reflection on its Rituals memberikan refleksi
bahwa Haji adalah sebuah “simbol”. Semakin dalam engkau menyelami lautan ini, semakin
jauh engkau dari tepiannya. Haji adalah samudera tak bertepi. Artinya haji sarat dengan
makna spiritual yang mendalam di balik ritual simboliknya.
 Thawaf,
Yaitu mengitari Kakbah sebanyak tujuh kali melawan arah jarum jam. Thawaf adalah
simbol bahwa alam ini tidak berhenti bergerak. Ini dilambangkan dengan mengelilingi
Kakbah. Manusia yang ingin eksis adalah yang manusia yang selalu bergerak. Maknanya,
bergerak adalah entitas kehidupan, sebab berhenti bergerak sama dengan kematian.
Kualitas seseorang ditentukan oleh bergeraknya ia ke arah yang memberi gerak. Bergerak
ke pusat orbitnya.
Dalam konteks kehidupan kita, seseorang yang haji adalah pribadi yang bergerak
dalam nilai-nilai ketuhanan di muka bumi. Bergerak dari perilaku yang penuh dengan
maksiat menuju perilaku yang penuh rahmat. Karena dengan bergerak ke arah
ketuhananlah kita akan selamat dalam kehidupan ini. Sebab berhenti bergerak adalah
statis dan itu sejatinya mati,walau tanpa dikebumi.
 Sa’i
Yaitu berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwa. Hal ini dilakukan ketika Siti
Hajar sangat membutuhkan air di padang yang tandus. Berdua dengan anak yang masih
kecil di tempat yang tidak dikenal dan tidak ada sumber kehidupan. Sebuah tantangan
kehidupan yang teramat berat. Berkali-kali Siti Hajar berlari-lari mencari sumber
kehidupan. Ketika sampai di Marwa, ia melihat air di Safa, ketika sampai di Safa, ia
melihat air di Marwa. Ternyata gambaran air itu adalah fatamorgana. Tanpa disangkanya
muncullah air di kaki Ismail, air yang dikenal dengan nama air Zam-Zam.
Perilaku Siti Hajar itu memberikan gambaran kepada kita bahwa untuk hidup perlu
usaha, usaha yang sungguh-sungguh dan maksimal. Kendati ia isteri nabi tapi Siti Hajar
tidak ujug-ujug minta kepada Allah Swt sebelum berusaha. Kendatipun usaha telah
maksimal, keputusan akhir ada di tangan Allah Swt. Terkadang dalam kehidupan kita
merasakan bagaimana usaha telah maksimal tapi hasil tak memuaskan. Sejatinya itu
menunjukkan bahwa yang menentukan hasil adalah Allah. Manusia tak satupun yang
punya kuasa.
 Melontar jumrah
Sebuah ibadah yang didasarkan kepada perilaku Nabi Ibrahim as yang melempar
setan ketika ia ingin menunaikan perintah Allah Swt. Setan adalah simbol menggagalkan
manusia untuk mentaati Allah. Dan itu harus dilawan dan dikeluarkan dari diri manusia.
Setan di dalam diri manusia terkadang muncul dengan berbagai personifikasi. Bagi
orang yang kaya setannya adalah perilaku Qarun. Orang yang memiliki kekuasaan adalah
sifat Fir’aun dan bagi yang intelektual adalah perilaku Bal’am. Untuk menjadi orang
yang selamat bergerak dalam kehidupan mesti setan-setan itu dilempar dari kehidupan
kita. Dan ini harus dimiliki seorang yang haji.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keberhasilan ibadah haji bukan dilihat dari berapa kalinya seseorang menunaikannya,
akan tetapi lebih ditentukan oleh kesadaran musyahadahnya kepada Tuhan. Karena
musyahadah inilah yang akan membentuk visi kemanusiaan, keadilan dan solidaritas sosial.
Kesadaran yang demikian akan membentuk manusia yang arif . Yakni manusia yang mampu
memberikan kesejukan, kecintaan, kebenaran dan keadilan di muka bumi sehingga mampu
membersihkan dari unsur-unsur duniawi dan membangunnya di atas batin yang tulus dan
suci. Dengan demikian, keadilan kejujuran dan kemanusiaan sejati akan mudah tersemai di
bumi.
Ibadah haji adalah salah satu dari rukun Islam yang lima dan wajib dilaksanakan oleh
setiap muslim mukallaf (baligh dan berakal) merdeka dan mempunyai kesanggupan, haji
merupakan kewajiban manusia terhadap Allah yaitu bagi orang yang mampu mengadakan
perjalanan kesana, kewajiban hai bagi yang sanggup hanya satu kali seumur hidup.
Haji lebih dari satu kali hukumnya sunah karena dalam hadis dari Ibn Abbas
Rasulullah SAW menyatakan: barang stapa yang menambahnya jatuhnya jadi sunnah"(
Ahmad, Abu Dawud dan al-Nasa’i dan juga Hakim yang menyatakan kesahihannya).
Bagi yang sudah masuk kategori sanggup, sebaiknya segera berangkat ke tanah suci
melaksanakan ibadah haji. Diriwayatkan dari Ibn Abbas RA bahwa Rasulu SAW bersabda
Barangsiapa hendak menunaikan ibadah haji hendaklaj dia lakukan segera, karena mungkin
di masa yang akan datang ada yang sakit, hilang kendaraannya atau ada keperluan lainnya
(HR. Ahmad, Baihaqi, Thawawi dan Ibn Majah).

B. Saran

Ketika orang muslim sudah bertekad untuk pergi haji atau umrah, hendaknya yang
berwasiat kepada keluarga dan rekan-rekannya agar bertakwa kepada Allah dengan
mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Wajib segera
bertobat dari segala dosa. "Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang
yang beriman, agar kamu beruntung (An-Nur (24]:31). Jika masih memiliki sangkutan
dengan orang lain terkait diri, harta, ataupun kehormatan harus dikembalikan kepada yang
berhak atau melepaskan diri dari tanggungan-tanggungan tersebut sebelum pergi haji atau
umrah.
DAFTAR PUSTAKA

Bahamman, Dr. Abdullah bin Salim. 2016. Panduan Fiqih Ibadah Bergambar. Perpustakaan
Nasional RI, Solo

Jamaludin, Syakir. 2015. Kuliah Fiqih Ibadah. Gramasurya. Yogyakarta

https://www.researchgate.net/publication/315320816_HAKIKAT_HAJI_MENURUT
_PARA_SUFI [accessed Oct 04 2018].

Read more https://almanhaj.or.id/2296-hikmah-ibadah-haji.html

Disadur dari pengajian kitab al-Ghunyah karya al-Syeikh Abdul Qadir al-Jailani.
Masjid al-Hikam Depok, 29 Juli 2017 – 5 Dzulqa’dah 1438

You might also like