You are on page 1of 6

A.

ANAMNESIS :
Anamnesis adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan antara dokter
sebagai pemeriksa dan dengan pasien tentang informasi tentang penyakit yang
diderita serta informasi lainnya serta dapat mengarahkan kepada diagnosis
pada penyakit pasien. Keluhan yang diajukan oleh pasien akan dikumpulkan
dan diteliti serta disimpulkan untuk membantu menentukan diagnosis dari
suatu penyakit. Terdapat banyak macam keluhan yang diajukan oleh seorang
penderita, meskipun banyak keluhan yang tidak menjurus terhadap suatu
penyakit tetapi tetap dapat menjadi informasi tambahan.
Terdapat 7 hal yang dapat dilakukan ketika anamnesis:
 Identitas Pasien
Diperlukan sebagai pasca tindakan dapat pula sebagai data indentitas,
meliputi :
 Nama Lengkap, Panggilan
 Tempat tanggal lahir
 Alamat tinggal
 Golongan darah
 Pekerjaan
 Nomor telfon
 Pendidikan

 Keluhan Utama
Dapat dikaitkan dengan keluhan pertama oleh pasien yang datang ke
dokter gigi. Keluhan utama berpengaruh terhadap pertimbangan dokter
dalam menentukan tindakan/diagnosis yang akan dilakukan pada
pasien.
Pada kasus, pasien mengeluhkan sakit jika menelan dan merasa
terganggu serta terdapat sariawan pada pangkal lidah kiri.
 Present illness
Perlunya pertanyaan tentang hal ini dikarenakan minimalnya informasi
yang didapatkan jika hanya berdasarkan keluhan utama. Dokter gigi
dapat mengembangkan informasi dengan menanyakan pertanyaan ini
untuk mencari tahu sejak kapan pasien merasa tidak nyaman,
bagaimana sifat sakitnya apakah terus menerus atau hilang timbul.
Pada kasus, pasien mengatakan sakit yang hilang timbul.
 Riwayat Medis
Riwayat medis digunakan untuk mengetahui apakah pasien pernah
melakukan perawatan medis seperti rawat inap, operasi, alergi obat,
alergi makan dan sebagainya.
 Riwayat Dental
Riwayat Dental bertujuan untuk menanyakan apakah pasien pernah
datang ke dokter gigi, sikap pasien saat dilakukan perawatan pada
dokter gigi, perawatan restorasi, keluhan gigi pasien.
 Riwayat Keluarga
Riwayat Keluarga berkaitan dengan masalah herediter yang ada dan
berkaitan dengan riwayat penyakit keluarga, seperti apakah ayah ibu
pernah mengunjungi dokter gigi, apakah ayah ibu memiliki penyakit
herediter dan sebagainya.
 Riwayat Sosial
Riwayat sosial dapat dipertimbangkan adalah apakah pasien masih
memiliki keluarga, keadaan sosial ekonomi, riwayat seksual, kebiasaan
kebiasaan seperti merokok, minum alcohol, maupun penggunaan obat-
OBATAN.
B. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL
 Inspeksi
 Palpasi : Limfonodi, TMJ, otot mastikasi
C. PEMERIKSAAN INTRA ORAL
 Inspeksi : OH, bibir, gusi, gigi, tempat lesi
Inspeksi pada kasus, terdapat karies pada gigi 3.7 dan 3.8 dengan sisa
mahkota tajam dan linguoversi, dan gigi 3.3 hingga 4.3 ekstruded
 Palpasi : pada bagian ulcer atau gigi untuk mengecek kegoyahan.
Pada kasus, gigi 4.8 goyang derajat 4.
 Sondasi : pada gigi karies
 Perkusi
 Tes Mobilitas
 Tes Suhu
 Tes Elektrik
D. DIAGNOSIS SEMENTARA
Untuk menegakkan suatu diagnosis biasanya berdasarkan pada riwayat dan
pemeriksaan klinis, kemudian dapat dilihat juga gejala, penyebab lesi yang muncul.
Dari kasus yang telah diberikan, diketahui bahwa pasien dengan rahang atas tanpa
gigi, kemudian ada beberapa gigi yang ektrusi dan karies dengan mahkota tajam.
Adanya lesi yang tidak sembuh-sembuh, kadang terasa sakit kadang tidak, dan sudah
kumur menggunakan larutan betadine tetapi tidak hilang.
Hal tersebut mungkin disebabkan oleh trauma, jadi diagnosis penyakit tersebut adalah
ulkus traumatikus.
Apabila etiologi belum di hilangkan, maka tidak akan sembuh.

E. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI


Trauma fisik yang disebabkan oleh permukaan tajam, seperti cengkeram atau
tepi-tepi protesa, peralatan ortodonti, kebiasaan menggigit bibir, atau gigi yang
fraktur. Ulser dapat diakibatkan oleh kontak dengan gigi patah, cengkeram gigi tiruan
sebagian atau mukosa tergigit secara tak sengaja.
Trauma mekanis, serta stimulus kimia, listrik, atau termal, mungkin juga karena
fraktur, karies, maloklusi, malposisi gigi.
Faktor predisposisi trauma dari fisik, gaya mekanik, kimia, listrik

F. DIFFERENSIAL DIAGNOSIS
Differensial diagnosis dari ulkus traumatik adalah stomatitis aphthous rekuren,
squamous carcinoma cell, dan ulkus tuberkulosis.
Beberapa ulkus karena trauma dapat menyerupai Squamous Cell Carcinoma atau
ulkusgranulomatosa (yaitu ulkus yang disebabkan karena infeksi jamur atau kuman
tuberkulosis). Bila ulkus tidak responsif terhadap pengobatan, pengambilan sampel
untuk biopsi dapat dipertimbangkan untuk menyingkirkan keganasan.
Reccurent Apthous Stomatitis (RAS) merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh
ulkus rekuren pada mukosa oral dan orofaring. Penyebab RAS sering dikaitkan
dengan trauma, stress, faktor mikroba, bakteri, beberapa jenis makanan, drug reaction,
defek imun, ketidakseimbangan hormon, kebiasaan merokok, defisiensi vitamin B,
kelainan gastrointestinal, dan inflammatory bowel disease (IBD).
G. RENCANA PERAWATAN ULKUS TRAUMATIKUS
Mencari faktor etiologi penyebab terjadinya ulkus traumatikus, lalu
menghilangkan faktor penyebab dan pemberian suplemen pendukung regenerasi sel
seperti vitamin C dan obat kumur serta DHE.
Perawatan pada kasus ini:
 DHE
Pasien dijelaksan mengenai ulkus traumatikus serta penyebab terjadinya, pada
kasus ini penyebabnya adalah adanya gesekan tajam pada sisa mahkota gigi
3.7 dan 3.8 yang mengalami karies.
 Menghilangkan faktor penyebabnya, pada kasus ini bisa dilakukan perawatan
pada gigi yang karies dan Selective Grinding pada mahkota gigi 3.7 dan 3.8.
 Pemberian suplemen serta obat kumur, pasien disarankan untuk tidak
menggerakan lidah terlalu sering selama masa penyembuhan.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Radiologi
 Darah
 Patologi Anatomi
 Mikrobiologi
I. DIAGNOSIS PASTI
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperoleh pada kasus yaitu rahang atas
tanpa gigi, rahang bawah hanya tampak gigi 3.3 sampai dengan gigi 4.3 ekstruded
dan goyang derajat 3, gigi 3.7 dan 3.8 karies dengan sisa mahkota tajam dan
linguoversi, 48 goyang derajat 4. Serta pasien memiliki keluhan yaitu rasa
terganggu dan sakit waktu menelan, juga mengeluh adanya sariawan pada pangkal
lidah kiri yang tidak sembuh-sembuh, kadang terasa sakit dan kadang tidak. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa diagnosis pastinya yaitu Traumatic Ulcer (Ulkus
Traumatikus) karena memiliki ciri-ciri yang sama sesuai dengan pada kasus.

J. TERAPI DEFINITIF
Terapi definitif merupakan terapi yang diberikan setelah adanya hasil kultur
dan hasil tes sensitivitas mikroba / Antimicroba Susceptability Test (AST). Terapi
antibiotik (biasanya penisilin) diberikan untuk mencegah adanya infeksi sekunder
jika lesi yang terjadi parah dan dalam. Kebanyakan traumatic ulcer sembuh tanpa
memerlukan terapi antibiotik. Terapi yang biasa diberikan yaitu:

 Menghilangkan iritan atau penyebab


 Menggunakan obat kumur
 Mengonsumsi makanan yang halus dan lunak
 Aplikasi kortikosteroid topikal
 Aplikasi anestesi topikal

K. EDUKASI PASIEN
Pasien diberikan instruksi untuk lebh berhati=hati dalam menyikat gigi, serta
menjelaskan kepada pasien cara penggunaan obat dan pasien diminta datang control
setelah 7 hari. Dan pasien harus di sarankan untuk menjaga oral hygiene lebih baik
sehingga ulkus tidak bertambah parah. Pasien harus patuh untuk pengobatan yang
diberikan.

L. KONSULTASI
Apabila ulkus terjadi tanda-tanda keganasan maka konsulke bagian Histologi
untuk di cek apakah ulkus itu menjadi malign atau tidak, dan selama kondisi pasien
tidak memburuk tidak di sarankan untuk mengajukan konsultasi ke dokter lainya atau
bagian lainya.

M. DAFTAR PUSTAKA
 Apriasari, Maharani Laillyza. The management of chronic traumatic ulcer in
oral cavity (case report).Department of Oral Medicine-Study Program of
Dentistry, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University. Kalimantan
Selatan – Indonesia. Dental Journal. 2012
 Field, A. dan Lesley Longman. 2003. Tyldesley’s Oral Medicine 5th ed.
Oxford University Press.
 Houston,G. 2009. Traumatic Ulcers. Available online at
http://emedicine.medscape.com/article/1079501-treatment#showall (diakses
tanggal 27 September 2013).
 Mei RM, Lima AA, Filho JC, Tanaka OM, Filho OG, Camargo ES. 2013. A
cytological analysis of the oral mucosa adjacent to orthodontic devices. Europ
J of GenDent; 2(2): 119-123. 9.
 Liu C, Qin ZP, Fan ZN, et al. 2014. New treatment strategy for granulomatous
epulis: intralesional injection of propranolol. Med Hypotheses;78 2:327–329
 Oyetola EO, Mogaji I.K, Agho T.O, Ayilara O.A. Pattern of presentation of
Oral Ulcerations in Patients Attending an Oral Medicine Clinic in Nigeria.
Ann Ibd Pg. Med. Vol.16 No.1 9-11. 2018

You might also like