You are on page 1of 6

Keadaan Ekonomi,Sosial, Budaya, Politik dan Hukum di Indonesia

Ekonomi Indonesia
Indonesia memiliki ekonomi berbasis-pasar di mana pemerintah memainkan peranan penting.
Pemerintah memiliki lebih dari 164 BUMN dan menetapkan harga beberapa barang pokok,
termasuk bahan bakar, beras, dan listrik. Setelah krisis finansial Asia yang dimulai pada
pertengahan 1997, pemerintah menjaga banyak porsi dari aset sektor swasta melalui
pengambilalihan pinjaman bank tak berjalan dan asset perusahaan melalui proses
penstrukturan hutang. Selama lebih dari 30 tahun pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto,
ekonomi Indonesia tumbuh dari GDP per kapita $70 menjadi lebih dari $1.000 pada 1996.
Melalui kebijakan moneter dan keuangan yang ketat, inflasi ditahan sekitar 5%-
10%, rupiahstabil dan dapat diterka, dan pemerintah menerapkan sistem anggaran berimbang.
Banyak dari anggaran pembangunan dibiayai melalui bantuan asing.

Politik Indonesia
Indonesia adalah sebuah negara hukum yang berbentuk kesatuan dengan pemerintahan
berbentuk republik dan sistem pemerintahan presidensialdengan sifat parlementer. Indonesia
tidak menganut sistem pemisahan kekuasaan melainkan pembagian kekuasaan. Walaupun ±
90% penduduknya beragama islam, Indonesia bukanlah sebuah negara islam.
Cabang eksekutif dipimpin oleh seorang Presiden yang merupakan kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan yang dibantu oleh seorang Wakil Presiden yang kedudukannya sebagai
pembantu presiden diatas para menteri yang juga pembantu presiden. Kekuasaan legislatif
dibagi di antara dua kamar di dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat/MPR yaitu, Dewan
Perwakilan Rakyat/DPR dan Dewan Perwakilan Daerah/DPD. Cabang yudikatif terdiri
dari Mahkamah Agung/MA yang dan sebuah Mahkamah Konstitusi/MK yang secara bersama-
sama memegang kekuasaan kehakiman. Kekuasaan Inspektif dikendalikan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan yang memiliki perwakilan disetiap Provinsi dan Kabupaten/Kota
diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Indonesia terdiri dari 33 provinsi yang memiliki otonomi, 5 di antaranya memiliki status
otonomi yang berbeda, terdiri dari 3 Daerah Otonomi Khusus yaituAceh, Papua, dan Papua
Barat; 1 Daerah Istimewa yaitu Yogyakarta; dan 1 Daerah Khusus Ibukota yaitu Jakarta.
Setiap propinsi dibagi-bagi lagi menjadikota/kabupaten dan setiap kota/kabupaten dibagi-bagi
lagi menjadi kecamatan/distrik kemudian dibagi lagi menjadi keluarahan/desa/nagari hingga
terakhir adalah rukun tetangga.
Pemilihan Umum diselenggarakan setiap 5 tahun untuk memilih anggota DPR, anggota DPD,
dan anggota DPRD yang disebut pemilihan umum legislatif (Pileg) dan untuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden atau yang disebut pemilihan umum presiden (Pilpres). Pemilihan
Umum di Indonesia menganut sistem multipartai.
Ada perbedaan yang besar antara sistem politik Indonesia dan negara demokratis lainnya
didunia. Diantaranya adalah adanya Majelis Permusyawaratan Rakyat yang merupakan ciri
khas dari kearifan lokal Indonesia, Mahkamah Konstitusi yang juga berwenang mengadili
sengketa hasil pemilihan umum, bentuk negara kesatuan yang menerapkan prinsip-prinsip
federalisme seperti adanya Dewan Perwakilan Daerah, dan sistem multipartai berbatas dimana
setiap partai yang mengikuti pemilihan umum harus memenuhi ambang batas 2.5% untuk dapat
menempatkan anggotanya di Dewan Perwakilan Rakyat maupun di Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah/DPRD Kabupaten/Kota.

Sosial Indonesia
Secara spesifik keadaan sosial budaya Indonesia sangat kompleks, mengingat penduduk
Indonesia kurang lebih sudah di atas 200 juta dalam 30 kesatuan suku bangsa. Oleh karena itu
pada bagian ini akan dibicarakan keadaan sosial budaya Indonesia dalam garis besar. Kesatuan
politis Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas 6000 buah pulau yang terhuni
dari jumlah keseluruhan sekitar 13.667 buah pulau. Dapat dibayangkan bahwa bahasa
Indonesia yang dijadikan sebagai bahasa nasional belum tentu sudah tersosialisasikan pada
6000 pulau tersebut, mengingat sebagian besar bermukim di pedesaan. Hanya 10-15%
penduduk Indonesia yang bermukim di daerah urban. Indonesia sudah tentu bukan hanya Jawa
dan Bali saja, karena kenyataan Jawa mencakup 8% penduduk urban. Sementara itu bahasa
Indonesia masih dapat dikatakan sebagai “bahasa bagi kaum terdidik/sekolah

Hukum Indonesia
Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum Eropa, hukum Agama
dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana, berbasis
pada hukum Eropa kontinental, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu
Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-
Indie). Hukum Agama, karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka
dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan
dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat yang diserap dalam
perundang-undangan atau yurisprudensi,[1] yang merupakan penerusan dari aturan-aturan
setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah Nusantara.

Kebudayaan Indonesia
Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi
kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:
“Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya
dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia
Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta
diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional
dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional
merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bai Masyarakat
Pendukukungnya, Semarang: P&K, 199”
Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32.
Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan
daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32
dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh
kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara
gamblang.
Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi
kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-
kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh
Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang
sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam
kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan
menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan
unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional.
1. Vietnam-Indonesia

Hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dengan Vietnam dimulai pada tahun
1955. Hubungan bilateral antara Indonesia dan Vietnam mencakup berbagai aspek, antara lain:
 Hubungan di bidang Ekonomi
Hubungan kerjasama antara Indonesia dengan Vietnam didasarkan pada Persetujuan antara
pemerintah RI dan Pemerintah Republik Sosialis Vietnam mengenai kerjasama ekonomi, ilmu
pengetahuan dan teknik yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri kedua negara pada
tanggal 21 Nopember 1990, dan telah diperbaharui pada tanggal 10 Nopember 2001. Komoditi
ekspor utama Indonesia-Vietnam adalah tekstil, bahan kimia, pupuk, barang dari logam tidak
mulia, kertas dan barang dari kertas dan damar tiruan bahan plastik, komoditi impor utama
Indonesia-Vietnam adalah minyak mentah, beras giling, makan olahan, alat listrik, gula pasir,
makanan ternak dan tekstil. Hal – hal yang menghambat ekspor impor kedua negara adalah
sebagai berikut:
1. Hambatan ekspor tetap diberlakukan bagi garment oleh karena adanya pengenaan kuota dari
negara pengimpor, Pada saat ini, pemerintah Vietnam sedang melakukan perudndingan untuk
menghapuskan kuota. Sementara itu perbandingan antara jaminan kuota tekstil dan gartnen
melalui tender terus meningkat setiap tahunnya.
2. Adanya persepsi dari sebagian besar pengusaha Indonesia yang masih menganggap bahwa
Vietnam sebagai negara yang kurang potensial dan berbisn s di Vietnam sangat sulit.
3. Kegiatan perdagangan dan d stribusi di Vietnam hanya diperuntukkan bagi perusahaan lokal.
Oleh karena itu setiap perusahaan acing yang akan menjual barang-barang produksi diluar
Vietnam harus menggunakan jasa agen distributor lokal. Dalam prakteknya perusahaan asing
tersebut termasuk perusahaan Indonesia sering kali menemui kesulitan dalam memilih agen
yang dapat dipercaya.
4. Hambatan perdagangan terhadap beberapa produk utama termasuk larangan bagi produk yang
berbahaya seperti antara lain kimia beracun, senjata api, amunisi dll.
5. Pemerintah Vietnam masih memberlakukan kebijaksanaan yaitu menetapakan tujuh komoditi
yang memMukan lisensi perdagangan dari Kementerian Perdagangan Vietnam, yaitu antara
lain; bahan bakar minyak, kaca, besi, minyak goreng, gula, sepeda motor dan kendaraan roda
empat dengan 9 tempat duduk/ kursi.
6. Indonesia harus mencantumkan label pada produk obat-obatan yang diekspor ke Vietnam.
 Hubungan di bidang Politik
Hubungan politik Indonesia-Vietnam dibuka pada tingkat konsulat pada tanggal 30
Desember 1955. Pada tanggal 10 Agustus 1965 hubungan Indonesia-Vietnam ditingkatkan
menjadi Kedutaan Besar, namun setelah peristiwa G-30 S / PKI, Vietnam menarik Duta
Besarnya di Jakarta yang kemudian diikuti oleh Indonesia menarik Duta Besarnya di Hanoi
dan pada Tahun 1973 kedua negara menempatkan kembali Duta Besanya masing-masing di
Jakarta dan Hanoi. Indonesia telah membuka kembali perwakilan pada tingkat Konsulat
Jenderal pada bulan Mei 1993 di Ho Chi Minh City dengan persetujuan Pemerintah Vietnam
guna meningkatkan hubungan bilateral RI – Vietnam.Hubungan baik di bidang politik secara
kongkrit antara lain tercermin dalam hal-hal sebagai berikut :
1. Penghargaan oleh Vietnam terhadap bantuan beras Indonesia pada tahun 1986, sewaktu
Vietnam mengalami kekurangan pangan.
2. Dukungan Vietnam terhadap terpilihnya Indonesia sebagai Ketua NonBlok.
3. Bantuan Indonesia didalam usaha penanganan program keluarga berencana, saran
kebijaksanaan dalam bidang perminyakan, investasi, perbankan dan transpor.
4. Dukungan Indonesia terhadap keinginan Vietnam untuk menandatangani ASEAN Treaty of
Amity and Cooperation.
5. Bantuan-bantuan Indonesia lainnya kepada Vietnam berupa training dan pengembangan
sumber daya manusia.
6. Berbagai kunjungan para pimpinan dan pejabat tinggi kedua negara yang mencapai puncaknya
dengan kunjungan kenegaraan Presiden Soeharto ke Vietnam pada bulan November 1990 yang
dinilai oleh pihak Vietnam sebagi kunjungan bersejarah pertama tokoh non-sosialis ke Hanoi
sejak tahun 1975.
7. Kunjungan terpenting yang dilakukan Vietnam adalah kunjungan PM Vietnam yang baru, Vo
Van Kiet ke Indonesia pada tanggal 24 – 27 Oktober 1991
 Hubungan di bidang Pertanian
Dasar kerjasama Indonesia-Vietnam di sektor pertanian yaitu telah ditandatanganinya
Memorandum of Understanding (MOU) di sektor pertanian pada tanggal 12 Desember 1992
di Hanoi dengan lebih ditekankan pada :
1. Pertukaran tenaga ahli untuk meningkatkan teknologi dan informasi teknik pertanian.
2. Pertukaran penelitian, training dan study banding
3. Joint venture dalam bidang produksi, pemrosesan dan pemasaran komoditi pertanian
Pemerintah Vietnam menyatakan minalnya untuk belajar dan pengalaman Indonesia dalam
bidang pembangunan pertanian pada umunya dan IPTEK pertanian, peternakan dan
pertambakan udang pada khususnya, pemerintah Vietnam mengusulkan kepada pemerintah
Indonesia untuk mengadakan Counter Tradel, dimana komoditi yang ditawarkan oleh pihak
Vietnam adalah beras, sementara yang diharapkan dan pemerintah Indonesia adalah Pupuk
 Hubungan di bidang Kesehatan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Vietnam Phan Van Khai
telah menyetujui rencana kedua negara untuk memperkuat kerjasama bilateral bidang ekonomi,
perdagangan dan upaya memberantas flu burung, pada tanggal 13 Desember 2005 di Kuala
Lumpur, Malaysia. Selama pertemuan tersebut, kedua pemimpin juga telah menyetujui para
menteri kesehatan kedua negara itu membahas langkah-langkah untuk memerangi wabah flu
burung dalam bentuk kerjasama memasok vaksin anti virus. Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menyatakan perlunya untuk meningkatkan kerjasama antar pengusaha dari
Indonesia dan Vietnam, yang merupakan bagian dari memperluas hubungan kedua
pemerintahan dan masyarakat kedua negara.
 Hubungan di bidang Pertahanan dan Keamanan
Pada tanggal 27 Juni 2003 yang lalu, Vietnam dan Indonesia menandatangani
kesepakatan tentang perbatasan maritim kedua negara di Laut China Selatan yang berpotensi
kaya minyak setelah melalui perundingan yang berjalan selama 25 tahun. Penandatanganan itu
dilakukan di Hanoi oleh Menlu Vietnam Nguyen Dy Nien dan Menlu Hassan Wirajuda. Acara
itu disaksikan masing-masing kepala negara, Tran Duc Luong dan Megawati Soekarno Putri.
Luong dan Megawati juga mencapai kata sepakat mengenai kerangka kerja untuk
meningkatkan kerja sama bilateral di bidang politik dan ekonomi. “Dokumen ini memberikan
panduan, arahan, dan prinsip-prinsip bagi hubungan Indonesia-Vietnam di masa yang akan
datang. Karena itu, kesepakatan ini sangat penting,” kata Luong. Selain itu, kedua negara juga
menandatangani kesepakatan bilateral mengenai ‘kontra perdagangan’ dan ‘penghapusan
visa’.Dalam acara penandatanganan yang berlangsung di Istana Presiden itu, Presiden
Megawati memuji ‘Kesepakatan Perbatasan Kontinental (BLK/ Batas Landasan Kontinen)’.
Perundingan untuk menentukan perbatasan itu telah dimulai sejak 1978. Wilayah yang
dimasukkan di dalam perundingan itu terletak di wilayah selatan Laut China Selatan, di Uinta
Semenanjung Malaysia, dan utara Pulau Kalimantan. Menyusul tercapainya kesepakatan itu,
pemerintah Indonesia diperkirakan akan melanjutkan rencana eksplorasi cadangan minyak dan
gas di perairan yang terletak di sekitar pulau Natuna.
 Hubungan di bidang Ilmu Pengetahuan dalam Teknologi

Senin 26 Februari 2006, Menteri Negara Ristek Kusmayanto Kadiman didampingi


Deputi Bidang Program RIPTEK menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Vietnam HE
Mr. NGUYEN Hoang An dan Delegasi Partai Komunis Vietnam (PKV) yang dipimpin oleh
Dr. Phan Tung Mau sebagai Wakil Direktur Departemen Ilmu Pengetahuan Alam, Teknologi
dan Lingkungan, Komisi Pusat Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan serta 4 anggota. Kunjungan
bertujuan untuk mempelajari kebijakan dan peranan Indonesia tentang masalah umum di
bidang pengetahuan ilmu pegetahuan dan teknologi serta pemasaran iptek di Indonesia, baik
pada lembaga pemerintah, swasta, universitas maupun LSM.
Untuk tahun-tahun mendatang, kedua negara berusaha untuk mencapai target
perdagangan USD 5 miliar sebelum 2015. Harapan ini sejalan dengan kecenderungan
peningkatan perdagangan bilateral, yaitu mencapai USD 4,8 miliar pada 2012 sementara pada
tahun sebelumnya mencapai USD 4,7 miliar.
Banyak perusahaan Indonesia yang akan berinvestasi di Vietnam.
Misalnya dalam pembangunan infrastruktur, proyek energi maupun batubara. Juga tercapai
kesepakatan untuk meningkatkan kerja sama di bidang pangan dan pertanian, antara lain beras.
Sementara di bidang energi, kedua negara juga sepakat saling berperan dalam membangun
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Vietnam.

You might also like