You are on page 1of 180

GAYA HIDUP PASIEN PENYAKIT JANTUNG

KORONER DI RUANG KARDIOLOGI


RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG
TAHUN 2008

OLEH

MELDAWATI
04.10105.31.13

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PA L E M B A N G
2008
GAYA HIDUP PASIEN PENYAKIT JANTUNG
KORONER DI RUANG KARDIOLOGI
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG
TAHUN 2008

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA KEPERAWATAN

Oleh :

MELDAWATI
04.10105.31.13

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PA L E M B A N G
2008
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SKRIPSI, JULI 2008

MELDAWATI

Gaya Hidup Pasien Penyakit Jantung Koroner di Ruang Kardiologi Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2008

( xvii + 124 hal, 37 Tabel, 1 Gambar)

ABSTRAK

Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit tidak menular yang
banyak ditemukan. Menurut data WHO mencatat tahun 2002 tercatat lebih dari 55,9
juta orang meninggal karena jantung koroner. Untuk di Indonesia hasil survey
kesehatan nasional tahun 2001 memperlihatkan angka 26,4 persen terkena penyakit
jantung koroner. Sementara itu di Sumatera Selatan tahun 2005 jumlah prevalensi
penyakit jantung adalah 39,6 per 10.000 penduduk termasuk didalammya penyakit
jantung koroner. Sedangkan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang pasien yang berkunjung pada tahun 2006 terdapat 1169 orang, sedangkan
tahun 2007 terdapat 1275 orang. Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang
dipengaruhi gaya hidup dalam sehari-hari yang tidak baik. Perawatan pasien jantung
koroner tidak hanya dengan obat, tapi juga merubah gaya hidup menjadi sehat. Bertitik
tolak dari hal tersebut maka disusunlah suatu kerangka pikir yang bertujuan untuk
mengetahui gaya hidup pasien penyakit jantung koroner di ruang kardiologi Rumah
Sakit umum pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2008.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini
dilakukan di ruang kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang dengan informannya adalah pasien penyakit jantung koroner, keluarga pasien
penyakit jantung koroner dan perawat di ruang kardiologi. Cara pengambilan informasi
menggunakan tehnik wawancara mendalam dan observasi kemudian informasi dianalisa
dengan mencatat dan direkam dengan radio kaset setelah itu dikelompokan sesuai
dengan petanyaan dan tujuan penelitian.
Hasil penelitian menunjukan bahwa gaya hidup pasien jantung koroner sudah
baik, walaupun belum semua informan mengetahui tentang gaya hidup yang sehat untuk
penyakit jantung koroner, karena masih ada pasien yang merokok, mengkonsumsi
makanan berkolesterol dan kurang aktivitas.
Disimpulkan bahwa gaya hidup pasien penyakit jantung koroner sudah baik dan
dapat menerima nasehat petugas kesehatan. Dalam upaya mencegah penyakit jantung
koroner, cara yang dapat dilakukan adalah dengan cara berperilaku sehat. Untuk itu
petugas kesehatan hendaknya terus mengadakan penyuluhan tentang gaya hidup sehat
dan bagi pasien penyakit jantung koroner sendiri merubah gaya hidup menjadi sehat.

Daftar Pustaka : 24 (2000 -2008)


ABSTRACT
BINA HUSADA INSTITUTE OF HEALTH SCIENCES
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
STUDENT THESSIS, JULY 2008

MELDAWATI

Lifestyle To Patient Coronary Heart Disease in Cardiology Room in Dr.


Mohammad Hoesin Public Hospital Palembang in 2008

( xvii + 124 pages, 37 table, 1 picture)

ABSTRACT
Coronary heart disease is one of the uninfectious disease that has been found a
lot. According to the data of WHO there were more than 55,9 million people who died
because of coronary heart disease in 2002. According to the data of National Health
Survey there were more 26,4 persent people who died because of coronary heart disease
in 2001 in Indonesia. Meanwhile the total number of disease’s sufferers is 39,6 per
10.000 population where coronary heart disease included in that number in south
Sumatera Selatan in 2005. While the patient’s who visited in 2006 namely 1169 people
in Dr.Mohammad Hoesin Public Hospital while there were 1275 people in 2007. The
treatment of coronary heart disease patients is not only with medicine but also changes
lifestyle to be healthier. Based on the above problem the writer make a frame thinking
to know the lifestyle to patient of coronary heart disease in cardiology room in Dr.
Mohammad Hoesin Public Hospital in 2008.
This a descriptive research with qualitative approach done in cardiology room in
Dr. Mohammad Hoesin Public Hospital. The source of information is the patient of
coronary heart disease, family of patient coronary heart disease and nurse in cardiology
room. The writer uses in deep interview technique to collect the information and
observation. Then information is analyzed by means of taking notes and recorded with
radio cassette. After that all information is classified according to the questions and the
objectives of the research.
The result of this research shows that the patient lifestyle of coronary heart
disease has been better although all source of information has not been known the
meaning of healt lifestyle for patient coronary heart disease, because the patient still to
smoke, consume collesterol food and do not some aktivity
It is concluded that the patients of coronary heart disease have been positive and
can accept any advises from health employed. To avoid of coronary heart disease, the
patient should behave healthily. That why the health officer should continuously give
some advices to the patients and for the coronary heart disease’s patients themselves
should change their lifestyle to be healthier.

Bibliography : 24 (2000 -2008)


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

GAYA HIDUP PASIEN PENYAKIT JANTUNG


KORONER DI RUANG KARDIOLOGI
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG
TAHUN 2008

Oleh

MELDAWATI
04.10105.31.13

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Telah disetujui,diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi


Program Studi Ilmu Keperawatan.

Palembang, Juli 2008

PEMBIMBING

Ns. MUHAMMAD SYAPIK, S.Kep


PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG

Palembang, Juli 2008

KETUA

Ns. MUHAMMAD SYAPIK, S.Kep

Anggota I

H. MARTAWAN MADARI, SKM, MKM

Anggota II

Dr. NURHAYATI RAMLI, M. Kes

Anggota III

SRI SUSILAWATI, S.Sos, MM


HALAMAN PERSEMBAHAN

The thessies special for: My father, My mother, My husband,


and My son, and also My family. I love you and I am always to
pity your. The thessies also for my friend and people like to read
and knowledge thirsty.

The poetry for your :


“My Heart”
(Jantung ku)

Kau sumber kehidupan ku


Tanpa dirimu aku tak kan bisa hidup
Bila dirimu meninggalkan daku
Roh ku pun ikut melayang bersama mu
Bila diri mu sehat
Hidup ku juga kan sehat
Bila diri mu sakit
Hidup ku juga kan sakit
Kita adalah dua kehidupan yang menyatu
Kau dan aku bagaikan romeo and juliet
Kan kurawat slalu dirimu
Kan ku jaga slalu dirimu
Karna aku sangat menyayangi mu
I love you, my health heart
Kau jantung ku
Kau sumber kehidupan ku

Cardiology, June’2008

Motto :
Simple living high thinking. Mencoba untuk hidup sederhana,
berpikir luas apa adanya, selalu mensyukuri apa yang sudah
diperoleh dan selalu berusaha untuk menjadi lebih baik.
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : MELDAWATI

Tempat/ Tanggal Lahir : Koto Panai / 13 September 1980

Alamat Rumah : Jl. Kha. Wahid Khasym. Lrg. Jambangan No. 2115 Rt.37

Rw. 11 Kel 3-4 Ulu Palembang

Telpon : Palembang : 0711-514867

Padang : 0757-7344146

Hp : 085267509923

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TK Aiysia Koto Panai Air Haji Tamat Tahun 1987

2. SD Negeri Koto Panai Air Haji Tamat Tahun 1993

3. SLTP Negeri Koto Panai Air Haji Tamat Tahun 1996

4. SPK Ranah Minang Padang Tamat Tahun 1999


UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Bina Husada
Palembang Program Studi Ilmu Keperawatan.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Ns. Muhammad Syapik, S.Kep sebagai pembimbing yang telah
memberikan bimbingan selama penulisan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Danardono
Soekimin, MPA, ASC, selaku Ketua STIK Bina Husada Palembang, Ibu Ns. Putinah,
S.Kep, selaku an. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan
kemudahan dalam pengurusan administasi penulisan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. Martawan Madari,
SKM. MKM, Ibu Dr. Nurhayati Ramli, M.Kes, dan Ibu Sri Susilawati, S.Sos, MM, yang
telah memberikan masukan dan bantuannya sehingga skripsi ini dapat penulis
selesaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang memerlukan dan bagi siapa saja yang
membaca.

Palembang, Juli 2008


Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI................................................. ii
ABSTRAK............................................................................................................. iii
ABSTRACT........................................................................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. vi
LEMBARAN PENGESAHAN............................................................................ vii
LEMBARAN PERSEMBAHAN......................................................................... viii
RIWAYAT HIDUP................................................................................................ ix
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................. x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xv
DAFTAR ISTILAH.............................................................................................. xvi
DAFTAR SINGKATAN........................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 4
1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................ 4
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum.............................................................. 5
1.4.2 Tujuan khusus ............................................................ 5
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Rumah Sakit Mohammad Hoesin...................... 6
1.5.2 Bagi institusi pendidikan............................................. 6
1.5.3 Bagi peneliti................................................................ 6
1.5.4 Bagi pasien pjk ........................................................... 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian....................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penyakit Jantung Koroner (PJK)............................................ 8
2.1.1 Definisi ....................................................................... 8
2.1.2 Faktor-faktor resiko pjk.............................................. 8
2.2 Macam-Macam PJK................................................................ 18
2.2.1 Aterosklerosis ............................................................ 18
2.2.2 Angina pektoris........................................................... 21
2.2.3 Infark miokardium.................................................. 26
2.3 Upaya Pencegahan PJK.......................................................... 32
2.4 Cara Memiliki Jantung Sehat.................................................. 34
2.5 Gaya Hidup............................................................................. 37
2.5.1 Definisi........................................................................ 37
2.5.2 Gaya hidup sehat......................................................... 39

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH


3.1 Kerangka Pikir....................................................................... 40
3.2 Definisi Istilah........................................................................ 41

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Jenis Penelitian....................................................................... 42
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................. 42
4.3 Jenis dan Keabsahan Informasi.............................................. 42
4.4 Sumber Informasi................................................................... 44
4.5 Kriteria Informan................................................................... 45
4.6 Metode dan Alat Pengumpulan Informasi............................. 46
4.7 Pengolahan dan Analisis Informasi ....................................... 47

BAB V HASIL PENELITIAN


5.1 Gambaran Umum Ruang Kardiologi
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang............................ 48
5.2 Karakteristik Informan........................................................... 51
5.3 Gaya Hidup............................................................................ 57
5.3.1 Pola merokok............................................................. 57
5.3.2 Pola diet/makan.......................................................... 68
5.3.3 Kebiasaan stress......................................................... 80
5.3.4 Pola aktivitas/olahraga............................................... 90
5.3.5 Kebiasaan alkohol...................................................... 99

BAB V PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Peneliti ............................................................ 106
6.2 Karakteristik Informan Pasien............................................... 107
6.3 Gaya Hidup............................................................................ 115
6.3.1 Pola merokok............................................................. 115
6.3.2 Pola diet/makan.......................................................... 116
6.3.3 Kebiasaan stress......................................................... 118
6.3.4 Pola aktivitas/olahraga............................................... 119
6.3.5 Kebiasaan alkohol...................................................... 120

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN


7.1 Simpulan................................................................................ 123
7.2 Saran ..................................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

4.1 Jenis informasi 43


4.2 Informasi menurut sumber dan metode 45
5.1 Karakteristik informan pasien 51
5.2 Karakteristik inforan keluarga pasien 54
5.3 Karakteristik informan perawat 56
5.4 Kebiasaan merokok aktif pasien 57
5.5 Jumlah rokok yang dapat dihabiskan 58
5.6 Alasan pasien tidak bisa berhenti merokok 59
5.7 Cara yang baik untuk berhenti merokok 60
5.8 Lama pasien merokok 62
5.9 Lamanya pasien berhenti merokok 63
5.10 Manfaat berhenti merokok 64
5.11 Bahaya merokok bagi kesehatan 65
5.12 Orang yang sering merokok didekat pasien 66
5.13 Jenis makanan yang dimakan pasien 69
5.14 Makanan yang dipantangi pasien 70
5.15 Makanan yang baik dimakan menurut pasien 72
5.16 Cara diet yang baik untuk pasien 73
5.17 Frekuensi makan pasien dalam sehari semalam 75
5.18 Jumlah makanan yang dimakan oleh pasien 76
5.19 Makanan selingan yang dimakan oleh pasien 78
5.20 Arti stress menurut pasien 80
5.21 Kegiatan yang dilakukan oleh pasien untuk mengurangi stress 82
5.22 Tempat rekreasi pasien 83
5.23 Tempat/cara rekreasi pasien 85
5.24 Frekuensi rekreasi dalam seminggu 86
5.25 Hobi pasien 88
5.26 Olahraga yang baik untuk pasien 90
5.27 Frekuensi olahraga pasien 92
5.28 Lamanya pasien berolahraga 93
5.29 Pentingnya berolahraga 94
5.30 Manfaat yang dirasakan oleh pasien dengan berolahraga 96
5.31 Jenis aktivitas yang dilakukan oleh pasien 97
5.32 Kebiasaan minum alkohol pasien 100
5.33 Jumlah minuman beralkohol yang diminum pasien 101
5.34 Lamanya pasien pernah mengkonsumsi minuman beralkohol 102
5.35 Bahaya minum alkohol menurut pasien 103
DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman
3.1 Kerangka Pikir 40
DAFTAR LAMPIRAN

No lampiran

Lampiran I Pedoman Wawancara Mendalam


Lampiran II Matrix Wawancara Mendalam
Lampiran III Check List Observasi
Lampiran IV Surat Izin Pengambilan Data Awal
LampiranV Surat keterangan Telah Mengambil Data Awal
Lampiran VI Surat Izin Melakukan Penelitian
Lampiran VII Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran VIII Undangan Seminar Proposal
Lampiran IX Undangan Seminar Hasil Penelitian
DAFTAR ISTILAH

ISTILAH ARTI
Kalo Kalau
Capek Lelah
Karno Karena
Idak Tidak
Ngilu Nyeri
Terkeno Terkena
Sampe Sampai
Caro Cara
Nian Benar
Dado Dada
Rasonyo Rasanya
Bareng Bersama
Tulah Itulah
Pegi Pergi
Iyo Iya
Kato Kata
Denger Dengar
Bae Saja
Biasonyo Biasanya
Sampe Sampai
Ado Ada
Wong Orang
Se centong Satu sendok untuk pengambil nasi
DAFTAR SINGKATAN

ADH : Anti Diuretic Horman


ACLS : Advance Cardiac Life Support
ASKES : Asuransi Kesehatan
ASKESKIN : Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin
BB : Berat Badan
BCLS : Basic Cardiac Life Support (bantuan hidup dasar)
BHD : Bantuan Hidup Dasar
BMI : Body Mass Index
BMV : Balon Mitral Valvuloplasty
CHD : Coronary Heart Disease
CK : Kreatinin Fosfokinase
CO : Carbon Monoksida
CPR : Cardiopulmonary Rescuitation
Depkes : Departemen Kesehatan
Dinkes : Dinas Kesehatan
DM : Diabetes Mellitus
EKG : Elektrokardiografy
ECG : Echocardiograpy
FKUI : Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia
HDL : High Density Lipoprotein
LDL : Low Density Lipoprotein
O2 : Oksigen
PDGF : Platelet Derived Growth Faktor
PJPD : Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
PJK : Penyakit Jantung Koroner
PPGD : Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
PPM : Permanent Pace Maker
Promkes : Promosi Kesehatan
PTCA : Percutaneous Transluminal Caronary Angioplasty
OBS : Observasi
RS : Rumah Sakit
SKRT : Survey Kesehatan Rumah Tangga
SpJP : Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah
Susenas : Survey Sosial Ekonomi Nasional
TB : Tinggi Badan
TMT : Treadmill Test
TPM : Temporary Pace Maker
WHO : Word Healt Organization
WM : Wawancara Mendalam

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit jantung merupakan problem kesehatan utama. Badan Kesehatan Dunia

World Health Organization (WHO) pada tahun 2002 mencatat lebih dari 55,9 juta orang

meninggal karena akibat penyakit jantung koroner diseluruh dunia dan akan terus

meningkat, ini setara dengan 30,3% dari total kematian didunia (Yahya, 2008).

Di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat penyakit jantung menduduki

peringkat pertama penyebab kematian. Kematian akibat Penyakit Jantung dan Pembuluh

Darah (PJPD) di seluruh Amerika Serikat pada tahun 1996 mencapai 959.227 orang,

yakni 41,4% dari seluruh kematian. Setiap hari 2600 penduduk meninggal akibat

penyakit ini. Meskipun berbagai pertolongan mutakhir telah diupayakan, namun setiap

33 detik tetap saja seorang warga Amerika meninggal akibat penyakit ini. Dari jumlah

tersebut, 476.124 kematian disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner (PJK). Pada

tahun 1999 diperkirakan 1.100.000 warga Amerika mengalami serangan jantung,

650.000 serangan pertama kali dan 450.000 serangan ulangan. Sekitar 250.000

penderita meninggal dalam waktu 1 jam setelah timbul serangan (Ulfah, 2008).

Pengobatan penyakit jantung yang dilakukan sesuai dengan standar Internasional

sangat besar biayanya, dan merupakan beban yang berat untuk negara. Permasalahan ini
sudah dikeluhkan oleh negara-negara maju, baik di benua Amerika, Eropa, maupun

Australia. Bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, sulit rasanya

pengobatan yang ideal dapat dilaksanakan pada semua pasien (Ulfah, 2008).

Saat ini penyakit kardiovaskular yang didalamnya termasuk PJK telah menjadi

penyebab kematian nomor satu di Indonesia. Penyebab selurah kematian yaitu 16 persen

pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992. Pada SKRT 1995 meningkat

menjadi 18,9 persen. Hasil Suskernas 2001 malahan memperlihatkan angka 26,4 persen

(Yahya, 2008). Budiarso dkk, melaporkan prevalensi PJK di Indonesia adalah

18,3/100,000 penduduk pada golongan umur 15-24 tahun, dan meningkat menjadi

174,6/100,000 penduduk pada umur 55 tahun (Kabo, 2008). Di Sumatera Selatan jumlah

prevalensi penyakit jantung pada tahun 2005 sebanyak 39,6 per 10.000 penduduk,

termasuk didalamnya penyakit jantung koroner (Dinkes Provinsi Sumsel, 2005 ).

Berdasarkan data yang didapat dari Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad

Hoesin Palembang, diperoleh data pasien dengan penyakit jantung koroner tahun 2006

dengan jumlah 1169 orang dengan jumlah kasus baru 216 orang dan jumlah kasus lama

953 orang. Pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebanyak 106 orang dengan jumlah

kasus baru 375 orang dan jumlah kasus lama 900 orang. Pada tahun 2008 ini, dari bulan

Januari sampai bulan Maret didapat data pasien dengan penyakit jantung koroner

sebanyak 429 orang, dengan jumlah kasus baru 351 orang dan jumlah kasus lama 78

orang (Rekam Medik, 2008).

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang merupakan

Rumah Sakit Pemerintah, pendidikan, dan rujukan dari segenap RS yang ada di Propinsi
Sumatera Selatan, baik rujukan dari RS Pemerintah maupun RS Swasta. Rumah Sakit

Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang memiliki 16 fasilitas pelayanan,

diantaranya memiliki ruang perawatan khusus jantung yang dilengkapi dengan peralatan

yang cukup canggih untuk mengatasi permasalahan jantung.

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang yang memiliki

ruang khusus perawatan jantung diantaranya adalah ruang kardiologi. Pada ruang

kardiologi didapat data pasien penyakit jantung koroner yang dirawat dari bulan Januari

sampai bulan Desember 2006 sebanyak 111 orang. Sedangkan Januari sampai bulan

Desember 2007 sebanyak 161 orang. Sehingga mengalami peningkatan sebanyak 50

orang. Pada tahun 2008 ini, data yang didapat dari bulan Januari sampai bulan Maret

sebanyak 98 orang (Ruang kardiologi, 2008).

Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004 yang bekerjasama

dengan Promkes Depkes, Litbang dan BPS tahun 2004 hasilnya sungguh

memprihatinkan. Tiga faktor resiko utama yang saling terkait sebagai Penyakit Tidak

Menular (PTM) yaitu penyakit jantung, stroke, dan hipertensi. Penyakit ini dapat

disebabkan oleh kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik, makan tidak seimbang,

kegemukan, diet rendah serat (kurang buah dan sayur), tinggi kalori/lemak hewani,

keadaan stress, dll yang terus meningkat (Yayasan Jantung Indonesia, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian Guru Besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Dede

Kusmana (2005), disebutkan 99 persen penyakit jantung memang disebabkan oleh

perubahan pola dan gaya hidup. Perubahan itu membuat masyarakat kurang aktif
bergerak, mengkonsumsi makanan berlemak (kolesterol tinggi), merokok, dan stress.

Inilah yang dapat memicu munculnya resiko penyakit jantung (Emporium, 2008).

Gaya hidup modern membuat orang sibuk sehingga untuk membuat makan yang

sehat tidak ada waktu dan cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji. Makanan cepat

saji mempunyai kadar kolestrol tinggi yang dapat menyebabkan hiperkolesterol.

Sedangkan hiperkolesterol adalah faktor resiko timbulnya plak pada arteri jantung

(Soeharto, 2004).

Perawatan penderita jantung koroner bukan hanya menggunakan obat saja tetapi

juga dengan merubah gaya hidup menjadi lebih baik (Soeharto, 2004). Semakin tidak

baik gaya hidup seseorang semakin besar kemungkinan terjadinya serangan ulang PJK.

Berdasarkan uraian diatas, terlihat masih tingginya jumlah pasien PJK yang

diduga penyebabnya adalah akibat gaya hidup yang tidak baik. Maka dari itu peneliti

tertarik untuk meneliti gaya hidup pasien penyakit jantung koroner di ruang kardiologi

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2008.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas, penulis merumuskan masalahnya adalah belum diperolehnya

informasi mendalam tentang gaya hidup pasien PJK di ruang kardiologi Rumah Sakit

Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2008.

1.3 Pertanyaan Penelitian


Bagaimana gaya hidup pasien PJK di ruang kardiologi Rumah Sakit Umum

Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2008 ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum

Diperolehnya informasi mendalam tentang gaya hidup pasien PJK di ruang

kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2008.

1.4.2 Tujuan khusus

1) Diperolehnya informasi mendalam tentang pola merokok

pasien PJK di ruang kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad

Hoesin Palembang tahun 2008.

2) Diperolehnya informasi mendalam tentang pola diet/pola

makan pasien PJK di ruang kardiologi Palembang tahun 2008.

3) Diperolehnya informasi mendalam tentang pola stress

pasien PJK di ruang kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad

Hoesin Palembang tahun 2008.

4) Diperolehnya informasi mendalam tentang pola

olahraga/aktivitas pasien PJK di ruang kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

Mohammad Hoesin Palembang tahun 2008.


5) Diperolehnya informasi mendalam tentang pola minum

alkohol pasien PJK di ruang kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

Mohammad Hoesin Palembang tahun 2008.

1.5 Manfaat Penelitian

1) Bagi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi dalam upaya meningkatkan

pelayanan yang lebih optimal, khususnya perawatan pasien penyakit jantung

koroner.

2) Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk dapat

meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan (STIK) Bina Husada Palembang khususnya dan mahasiswa

kesehatan pada umumnya.

3) Bagi peneliti

Sebagai wadah untuk mengaplikasikan ilmu metodelogi penelitian, ilmu

keperawatan medikal bedah, dan menambah wawasan serta wacana baru bagi

peneliti.

4) Bagi pasien PJK

Dapat menambah wawasan pengetahuan untuk mencegah dan mengatasi serangan

ulang pada pasien penyakit jantung koroner.


1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam area Keperawatan Medikal Bedah (KMB),

khususnya perawatan pasien penyakit jantung koroner yang dilaksanakan di ruang

kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Palembang. Adapun informan

penelitian ini adalah pasien jantung koroner yang menjalani perawatan di ruang

kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Waktu yang

digunakan untuk penelitian adalah bulan Juni 2008 sampai dengan Juli 2008.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Jantung Koroner (PJK)

2.1.1 Definisi

Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan

arteri koroner, mulai terjadinya aterosklerosis (kekakuan arteri) maupun yang sudah

terjadi penimbunan lemak atau plak (plague) pada dinding arteri koroner, baik disertai

gejala klinis atau tanpa gejala sekalipun (Kabo, 2008).

Penyakit   jantung   koroner   adalah   suatu   kelainan   yang   disebabkan   oleh

penyempitan   atau   penghambatan   pembuluh   arteri   yang   mengalirkan   darah   ke   otot

jantung,   bilamana   penyempitan   ini   menjadi   parah   dapat   terjadi   serangan   jantung

(Soeharto, 2004).

Penyakit jantung koroner terjadi bila pembuluh arteri koroner tersebut tersumbat

atau menyempit karena endapan lemak, yang secara bertahap menumpuk di dinding

arteri (Salma, 2008).


2.1.2 Faktor-faktor resiko PJK

Faktor resiko PJK dapat dibagi menjadi dua klasifikasi, yaitu yang tidak dapat

dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi (Anwar, 2008).

2.1.2.1 Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi

Faktor resiko PJK yang tidak dapat dimodifikasi baik oleh dokter maupun oleh

pasien sendiri, antara lain adalah : 1) Umur, 2) Jenis kelamin, dan 3) Keturunan.

1) Umur

Telah terbukti adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK. Sebagian

besar kasus kematian terjadi pada laki-laki 35-44 tahun dan meningkat dengan

bertambahnya umur. Juga terdapat hubungan antara umur dan kadar kolesterol yaitu

kadar kolesterol total akan meningkat dengan bertambahnya umur. Di Amerika Serikat

kadar kolesterol pada laki-laki maupun perempuan mulai meningkat pada umur 20

tahun. Pada laki-laki kadar kolesterol akan meningkat sampai umur 50 tahun dan

akhirnya turun sedikit setelah umur 50 tahun. Kadar kolesterol perempuan sebelum

menopause (45-60 tahun) lebih rendah dari laki-laki dengan umur yang sama. Setelah

menopause kadar kolesterol perempuan biasanya akan meningkat menjadi lebih tinggi

daripada laki-laki (Anwar, 2008).

2) Jenis kelamin
Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5

laki-laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti laki-laki mempunyai resiko PJK 2-3 kali

lebih besar dari pada perempuan. Pada perempuan pemakai oral kontrasepsi dan selama

kehamilan akan meningkatkan kadar kolesterol. Pada perempuan hamil kadar

kolesterolnya akan kembali normal 20 minggu setelah melahirkan (Anwar, 2008).

Faktor penyebab laki-laki mempunyai resiko PJK 2-3 kali lebih besar dari pada

perempuan, salah satunya adalah faktor gaya hidup, sebab laki-laki mempunyai

kebiasaan yang cendrung menyebabkan PJK. Seperti : merokok, minum-minuman

beralkohol, makan-makanan yang berkadar kolesterol tinggi, tingkat stress yang tinggi

sehubungan dengan pekerjaan, dll.

3) Keturunan

Hipertensi dan hiperkolesterolemia dipengaruhi juga oleh faktor genetik.

Sebagian kecil orang dengan makanan sehari-harinya tinggi lemak jenuh dan kolesterol

ternyata kadar kolesterol darahnya rendah, sedangkan kebalikannya ada orang yang

tidak dapat menurunkan kadar kolesterol darahnya dengan diet rendah lemak jenuh dan

kolesterol, akan tetapi kelompok ini hanya sebagian kecil saja. Sebagian besar manusia

dapat mengatur kadar kolesterol darahnya dengan diet rendah lemak jenuh dan

kolesterol (Anwar, 2008).

2.1.2.2 Faktor resiko yang dapat dimodifikasi

Faktor resiko PJK yang dapat dimodifikasi, antara lain adalah : 1) Merokok, 2)

Makanan berkolesterol tinggi, 3) Stress, 4) Kurang gerak/aktivitas, 5) Minum-minuman


alkohol, 6) Diabetes mellitus, 7) Tekanan darah tinggi, 8) Kegemukan, dan 9) Sindrom

metabolis.

1) Merokok

Pada saat ini merokok telah termasuk sebagai salah satu faktor resiko utama PJK

disamping hipertensi dan hiperkolesterolemia. Orang yang merokok lebih dari 20 batang

perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek utama resiko lainnya. Penelitian

Framingham mendapatkan kematian mendadak akibat PJK pada laki-laki perokok 10

kali lebih besar dari pada bukan perokok dan pada perempuan perokok 4 1/2 kali lebih

besar daripada bukan perokok. Rokok dapat menyebabkan 25% kematian PJK pada laki-

laki umur kurang dari 65 tahun atau 80% kematian PJK pada laki-laki umur kurang dari

45 tahun (Anwar, 2008).

Menurut Brunner & Suddarth (2002), merokok berperan dalam memperparah

penyakit jantung koroner melalui tiga cara, meliputi :

a) Menghirup asap akan meningkatkan kadar karbon monoksida (CO) darah.

Hemoglobin, komponen darah yang mengangkut oksigen, lebih mudah terikat

kepada CO dari pada O2. Jadi oksigen yang disuplai ke jantung menjadi sangat

berkurang, membuat jantung bekerja lebih berat untuk menghasilkan energi yang

sama besarnya.

b) Asam nikotinat pada tembakau memicu pelepasan katekolamin, yang

menyebabkan kontriksi arteri. Aliran darah dan oksigenasi jaringan menjadi

terganggu.
c) Merokok meningkatkan adhesi trombosit, mengakibatkan kemungkinan

peningkatan pembentukan trombus.

Menurut Gray (2005), peran rokok dalam patogenesis PJK merupakan hal yang

kompleks, meliputi:

a) Timbulnya aterosklerosis.

b) Peningkatan trombogenesis dan vasokontriksi (termasuk spasme arteri koroner).

c) Peningkatan kebutuhan oksigen miokard.

d) Penurunan kapasitas pengangkutan oksigen.

e) Pencetus aritmia jantung.

Menurut Soeharto (2004), berhenti merokok memiliki manfaat yang besar, baik

bagi laki-laki maupun perempuan pada setiap umur. Para ahli berpendapat bahwa

berhenti merokok merupakan langkah pertama yang terbaik bagi perokok untuk

meningkatkan kualitas hidup. Berbagai manfaat berhenti merokok, meliputi :

a) Setelah beberapa hari berhenti merokok badan memulai langkah kesembuhan.

Tingkat karbon monoksida dan nikotin di dalam tubuh berkurang secara cepat.

Jantung dan paru-paru akan mulai memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan asap

rokok.

b) Dalam beberapa hari, indra penciuman dan indra perasa akan berangsur baik.

Batuk yang ada hubungannya dengan merokok akan lenyap dan pencernaan akan

kembali normal.

c) Setelah berhenti merokok, terlepas dari beberapa lama atau beberapa banyak

telah merokok, resiko penyakit jantung secara cepat akan berkurang.


d) Bahkan untuk orang yang sedang sakit, berhenti merokok akan banyak

menolong. Bila terkena penyakit jantung dan berhenti merokok, resiko terulangnya

serangan jantung akan turun drastis.

2) Makanan berkolesterol tinggi

Menurut Brunner & Suddarth (2002), hubungan antara tingginya kolesterol darah

dengan penyakit jantung koroner telah terbukti dan di pahami. Meskipun metabolisme

lemak sangat kompleks dan sangat sulit di pahami, namun ada beberapa komponen

kunci yang penting di pahami dalam perkembangan penyakit jantung koroner (CHD =

Coronary Heart Disease).

Lemak, yang tidak larut dalam air, terikat dengan lipoprotein yang larut dalam

air, yang memungkinkannya dapat diangkut dalam sistem peredaran darah. Tiga elemen

metabolisme lemak: kolesterol total, lipoprotein densitas rendah (LDL = Low Density

Lipoprotein), dan lipoprotein densitas tinggi (HDL = High Density Lipoprotein)

dianggap sebagai faktor primer yang mempengaruhi perkembangan CHD. Pengontrolan

kadar serum kolesterol total, LDL dan HDL dalam batas terapeutik adalah tujuan yang

harus dicapai dalam penatalaksanaan diet CHD.

LDL menyebabkan efek bahaya pada dinding arteri dan mempercepat proses

aterosklerosis. Sebaliknya, HDL membantu penggunaan kolesterol total dengan cara

mengangkut LDL ke hati, mengalami biodegrasi dan kemudian diekskresi. Tujuan yang

diinginkan adalah menurunkan kadar LDL (kurang dari 130 mg/dl), meningkatkan kadar

HDL (lebih dari 50 mg/dl), dan menurunkan kadar kolesterol total kurang dari 200
mg/dl. Kadar normal tersebut dianjurkan pada pasien tanpa penyakit jantung koroner

atau faktor resiko lain yang bermakna.

Kontrol dan pencegahan. Kadar serum kolesterol biasanya dapat di kontrol

dengan diet dan latihan. Mengurangi jumlah lemak yang di makan sehari-hari dapat

menurunkan kadar lemak untuk metabolisme dan kadar lemak yang akan di konversi ke

kolesterol.

3) Stress

Penelitian Supargo dkk (1981-1985) di FK UI menunjukkan orang yang stress 1


1
/2 lebih besar mendapat resiko PJK. Stress disamping dapat menaikkan tekanan darah

dan juga dapat meningkatkan kadar kolesterol darah (Anwar, 2008).

Penelitian psikobiologis dan epidemiologis menunjukkan perilaku seseorang

yang rentan terhadap PJK adalah tipe A, yaitu orang yang menunjukkan kepribadian

ambisius, selalu tergesa, agresif, dan kejam (Brunner & Suddarth, 2002).

4) Kurang gerak/aktivitas

Kurang aktivitas merupakan salah satu faktor resiko PJK. Kurang aktivitas

terkait erat dengan kegemukan dalam arti sedikitnya tenaga yang dikeluarkan

dibandingkan dengan masukan sehingga zat makanan yang dimakan akan tersimpan dan

tertumpuk dalam tubuh sebagai lemak (Soeharto, 2004).

Sejumlah studi mengatakan insiden penyakit jantung koroner hampir dua kali

lipat lebih banyak pada pria yang kurang melakukan aktivitas fisik di banding dengan
yang secara teratur berolahraga. Manfaat utama latihan, terutama untuk mengurangi

kebutuhan oksigen miokard untuk suatu beban kerja submaksimal yang berarti

meningkatkan kapasitas fungsional. Latihan secara konsisten meninggikan kadar

kolesterol HDL dan menurunkan kadar kolesterol LDL. Sejumlah studi juga melaporkan

dampak positif latihan dalam mengendalikan faktor resiko lainnya, seperti :

Dislipidemia, Merokok, Diabetes Mellitus, Stress, dan Hipertensi (Sitorus, 2006).

5) Minum-minuman beralkohol

Jumlah alkohol yang cukup tinggi diminum secara teratur dapat menjadi racun

bagi tubuh. Makin banyak konsumsi alkohol maka kemungkinan terkena penyakit

jantung koroner makin tinggi. Alkohol dapat menaikan tekanan darah, memperlemah

jantung, mengentalkan darah, dan menyebabkan kejang arteri. Di mana ke semua ini

merupakan faktor penyebabkan penyakit jantung koroner. Jalan yang terbaik untuk

mencegah penyakit jantung koroner salah satunya adalah berhenti minum-minuman

beralkohol (Anwar, 2008).

6) Diabetes mellitus

Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah di ketahui sebagai predisposisi

penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki yang menderita Diabetes

Mellitus (DM) resiko PJK 50% lebih tinggi daripada orang normal, sedangkan

perempuan resikonya menjadi dua kali lipat. Mekanismenya belum jelas, akan tetapi

terjadi peningkatan hiperlipidemia dan hipertrigliserida (Anwar, 2008).


Hubungan antara tingginya kadar glukosa dan meningkatnya PJK telah terbukti,

hiperglikemia menyebabkan peningkatan agregasi trombosit yang dapat menyebabkan

trombus. Trombus menyebabkan penyempitan total arteri (Brunner & Suddarth, 2002).

Akibat penyempitan total arteri koroner, jantung mengalami kekurangan darah

sehingga kebutuhan oksigen jantung terganggu. Bila jantung mengalami kekurangan

oksigen lebih dari 20 menit maka sel-sel miokard mulai mengalami kematian, keadaan

ini akan mencetuskan terjadinya infark miokardium.

7) Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi merupakan salah satu faktor resiko utama untuk terjadinya

PJK, penelitian berbagai tempat di Indonesia (1978) mendapat prevalensi hipertensi

untuk Indonesia berkisar antara 6-15%, sedangkan di negara-negara maju seperti

misalnya Amerika National Health Survey menentukan frekuensi yang lebih tinggi yaitu

mencapai 15-20%. Lebih kurang 60% pasien hipertensi tidak terdeteksi, 20% dapat

diketahui tetapi tidak diobati atau tidak terkontrol dengan baik, sedangkan hanya 20%

dapat diobati dengan baik. Penyebab kematian akibat hipertensi di Amerika adalah

kegagalan jantung 45%, infark miokardium 35%, cerebrovasculer accident 15% dan

gagal ginjal 5% (Anwar, 2008).

Tekanan darah tinggi menyebabkan tingginya gradien tekanan yang harus di

lawan oleh ventrikel kiri saat memompa darah. Tekanan tinggi yang terus menerus

menyebabkan suplai oksigen jantung meningkat. Mulailah terjadi lingkaran nyeri

sehubungan dengan penyakit jantung koroner (Brunner & Suddarth, 2002).


8) Kegemukan

Kegemukan atau obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh lebih dari 19%

pada laki-laki dan lebih dari 21% pada perempuan. Obesitas sering didapatkan bersama-

sama dengan hipertensi, DM, dan hiperkolesterolemia. Obesitas juga dapat

meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL kolesterol. Resiko PJK akan jelas

meningkat bila berat badan mulai melebihi 20% dari berat badan ideal. Orang yang

gemuk dengan kadar kolesterol yang tinggi dapat menurunkan kadar kolesterolnya

dengan mengurangi berat badan melalui diet ataupun menambah exercise (Anwar,

2008). Populasi yang diklasifikasikan sebagai obesitas bila indeks massa tubuh (body

mass index /BMI) lebih dari 30 kg/m2 (Gray, 2005).

Berbagai hasil penelitian melaporkan bahwa IMT lebih dari 25 kg/m 2 bagi wanita

dan lebih dari 27 kg/m2 bagi laki-laki, atau lingkar pinggang lebih dari 80 cm bagi

wanita dan lebih dari 90 cm bagi laki-laki sudah menunjukkan beresiko mendapat PJK

(Kabo, 2008).

Kegemukan mendorong timbulnya faktor resiko yang lain seperti: Diabetes

Mellitus, Hipertensi, yang pada taraf selanjutnya meningkatkan resiko PJK. Demikian

pula kegemukan memperparah PJK yang telah diderita oleh seseorang, dimana

kegemukan terkait erat dengan kurang aktivitas.

9) Sindrom metabolis

Sindrom metabolis adalah kumpulan gejala dari suatu karakteristik

antropometrik dan metabolisme termasuk intoleransi glukosa darah (glukosa puasa lebih

dari 100 mg/dl), distribusi lemak dibagian atas badan (lingkaran pinggang: laki-laki
lebih dari 102 cm dan perempuan lebih dari 88 cm), displidemia (triglyceride meningkat

sedangkan HDL menurun), gangguan fibrinolisis dan hipertensi.

Jadi, jelas tampak sindrom metabolis merupakan kumpulan faktor resiko yang

dapat menjadi penyakit DM dan penyakit kardiovaskuler. Prevalensi sindrom metabolis

meningkat seiring dengan pertambahan usia. Pada orang yang mengalami sindroma

metabolis, biasanya terjadi resistensi insulin, sekresi asam lemak bebas meningkat, yang

selanjutnya meningkatkan lipoprotein trigliserida dan menurunkan HDL kolesterol,

meningkatkan sekresi zat inflamasi yang akhirnya terjadi gangguan endotel dan fungsi

vaskuler (Kabo, 2008).

2.2 Macam-Macam PJK

2.2.1 Aterosklerosis

2.2.1.1 Definisi

WHO pada tahun 1958 mendefinisikan sebagai berikut : “perubahan variabel

intima arteri yang merupakan akumulasi fokal lemak (lipid), kompleks karbohidrat,

darah, hasil produk darah, jaringan fibrus dan deposit kalsium yang kemudian diikuti

dengan perubahan lapisan media” (Tjokronegoro, 2002).

Aterosklerosis, atau pengerasan arteri, adalah suatu keadaan pada arteri besar dan

kecil yang ditandai oleh penimbunan endapan lemak, trombosit, makrofag, dan sel-sel

darah putih lainnya di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel) dan

akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang sering terkena adalah arteri

koroner, aorta, dan arteri-arteri serebrum (Corwin, 2001).


Aterosklerosis adalah suatu proses penyempitan perlahan-lahan pembuluh darah

koroner akibat penumpukan lemak, bertambahnya sel-sel otot polos, peningkatan

pembentukan jaringan ikat kolagen, dan kadang-kadang terjadi pengapuran (Kalsifikasi)

(Sitorus, 2006).

2.2.1.2 Patofisiologi

Ateroskelorosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri

besar. Timbunan ini dinamakan plak atau ateroma akan mengganggu absorbsi nutrien

oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan

menyumbat aliran darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami

nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen akan semakin sempit dan aliran

darah terhambat. Pada lumen yang sempit dan berdinding kasar akan cenderung terjadi

pembentukan bekuan darah. Berbagai teori mengenai bagaimana lesi aterosklerosis

terjadi telah diajukan, tetapi tidak satupun yang terbukti menyakinkan. Mekanisme yang

mungkin adalah pembentukan trombus pada permukaan plak, perdarahan ke dalam

plak, dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka

lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri dan kapiler disebelah

distal plak yang pecah (Bunner& Suddarth, 2002).

2.2.1.3 Manifestasi klinis


PJK menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai akibat penyempitan lumen

arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung. Sumbatan aliran darah berlangsung

progresif, dan suplai darah yang tidak adekuat (iskemia) yang ditimbulkan akan

membuat sel-sel otot kekurangan komponen darah yang dibutuhkan untuk hidup.

Kerusakan sel akibat iskemia terjadi dalam berbagai tingkat. Manifestasi utama iskemia

miokardium adalah nyeri dada (angina pektoris) dan manifestasi iskemia lanjut adalah

kerusakan sel (infark miokard) (Brunner & Suddarth, 2002).

2.2.1.4 Penatalaksanaan

Menurut Corwin (2001), penatalaksanaan aterosklerosis selain dengan pemberian

obat-obatan juga ditekankan pada perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat, meliputi :

1) Modifikasi diet atau obat untuk menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida.

2) Aspirin atau obat-obat anti-trombosit untuk mengurangi pembentukan trombus.

3) Program olahraga yang terancang baik dapat meningkatkan dan memperbaiki

arteri sekitar bagian yang tersumbat serta dapat menurunkan jumlah lemak dalam

darah serta meningkatkan HDL.

4) Pada pasien DM, kadar gula darah perlu dikontrol dengan teratur.

5) Pasien aterosklerosis perlu menghentikan kebiasaan merokok karena efek

senyawa-senyawa dalam asap rokok dapat merusak dinding sel endotel.

6) Obat antihipertensi akan mengurangi gaya-gaya regang terhadap dinding endotel.

7) Penghambatan saluran kalsium (calcium channer blocker) digunakan untuk

mengobati pasien yang mengalami komplikasi vasospastik misalnya stroke.


8) obat antivirus mungkin memberikan perlindungan terhadap cedera lapisan

endotel yang disebabkan oleh virus.

9) Donor darah sebanyak tiga kali dalam setahun akan menurunkan kadar besi.

2.2.2 Angina pektoris

2.2.2.1 Definisi

Angina pektoris adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan episode nyeri

atau perasaan tertekan di dada depan. Penyebabnya diperkirakan berkurangnya aliran

darah koroner yang menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat, atau dengan

kata lain, suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat (Brunner & Suddarth, 2002).

Angina pektoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai

respons terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium dibandingkan

kebutuhan jantung akan oksigen, nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke

punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen (Corwin, 2001).

Angina pektoris adalah ”jeritan” otot jantung yang merupakan sakit dada

kekurangan oksigen; suatu gejala klinik yang disebabkan oleh iskemia miokard yang

sementara. Ini adalah akibat dari tidak adanya keseimbangan antara kebutuhan oksigen

miokard dan kemampuan pembuluh darah koroner menyediakan oksigen secukupnya

untuk kontraksi miokard (Tjokronegoro, 2002).


2.2.2.2 Jenis angina pektoris

Menurut Corwin (2001) dan Tjokronegoro (2002), menyatakan bahwa terdapat

tiga jenis angina, meliputi :

1) Angina stabil/angina klasik

Terjadi sewaktu arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat berdilatasi untuk

meningkatkan alirannya sewaktu terjadi kebutuhan akan oksigen. Peningkatan kerja

jantung dapat menyertai aktivitas misalnya olahraga atau naik tangga. Pajanan dingin,

terutama bila di sertai dengan kerja misalnya menyekop salju, meningkatkan kebutuhan

metabolik jantung dan merupakan stimulasi kuat untuk timbulnya angina klasik. Stress

mental, termasuk stress yang ditimbulkan oleh rasa marah serta tugas-tugas mental

misalnya berhitung, dapat mencetuskan angina klasik. Nyeri pada angina jenis ini

biasanya menghilang apabila individu yang bersangkutan menghentikan aktivitasnya

(Corwin, 2001). Nyeri dada pada angina klasik tidak lebih lama dari 15 menit

(Tjokronegoro, 2002).

2) Angina prinzmental

Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung, dan pada kenyataannya,

sering timbul sewaktu istirahat atau tidur. Pada angina prinzmental (varian), terjadi

spasme pada arteri koroner yang menimbulkan iskemia jantung. Kadang-kadang tempat

spasme berkaitan dengan aterosklerosis. Pada lain waktu, arteri koroner tidak tampak

mengalami aterosklerosis. Adalah mungkin walaupun tidak jelas tampak lesi pada arteri,

dan dapat terjadi kerusakan lapisan endotel yang samar. Hal ini menyebabkan peptida-
peptida vasoaktif memiliki akses langsung ke lapisan otot polos dan menyebabkannya

berkontraksi. Disritmia sering terjadi pada angina varian (Corwin, 2001).

3) Angina tidak stabil

Adalah kombinasi angina klasik dan angina varian, dan di jumpai pada individu

dengan perburukkan penyakit arteri koroner. Angina ini biasanya menyertai peningkatan

beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat aterosklerosis koroner, yang

ditandai oleh trombus yang tumbuh atau mengalami spasme. Terjadi spasme sebagai

respons terhadap peptida-peptida vasoaktif yang dikeluarkan oleh trombosit yang

tertarik ke daerah kerusakan. Konstriktor paling kuat yang dilepaskan oleh trombosit

adalah tromboksan dan serotinin, serta faktor pertumbuhan yang berasal dari trombosit

(platelet-derived growth factor, PDGF). Seiring dengan perkembangan trombus,

frekuensi dan keparahan serangan angina tidak stabil meningkat dan individu beresiko

mengalami kerusakan jantung ireversibel (Corwin, 2001).

2.2.2.3 Patofisiologi

Menurut Brunner & Suddarth (2002), angina biasanya diakibatkan oleh penyakit

jantung aterosklerosis dan hampir selalu berhubungan dengan sumbatan arteri koroner

utama. Sejumlah faktor yang dapat menimbulkan nyeri angina, meliputi :

1) Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan

oksigen jantung.

2) Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan

tekanan darah, di sertai peningkatan kebutuhan oksigen.


3) Makan makanan yang mengandung kolesterol tinggi akan meningkatkan aliran

darah ke daerah mesenterik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan

darah untuk suplai jantung.

4) Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan

frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan peningkatan tekanan

darah, dengan demikian kerja jantung juga meningkat.

2.2.2.4 Manifestasi klinis

Iskemia otot jantung akan menyebabkan nyeri dengan derajat bervariasi, mulai

dari rasa tertekan pada dada atas sampai nyeri berat yang di sertai dengan rasa takut

seperti akan menjelang ajal. Nyeri sangat terasa pada dada di daerah belakang sternum

atas atau sternum ketiga tengah (retrosternal). Meskipun rasa nyeri biasanya

terlokalisasi, namun nyeri tersebut dapat menyebar keleher, dagu, bahu dan ekstremitas

atas. Pasien biasanya memperlihatkan rasa sesak, tercekik dengan kualitas terus

menerus. Rasa lemah/baal di lengan atas dan pergelangan tangan di sertai rasa nyeri.

Selama terjadi nyeri fisik, pasien mungkin akan merasa segera meninggal. Karakteristik

utama nyeri angina adalah nyeri tersebut akan berkurang bila faktor presipitasinya

dihilangkan (Brunner & Suddarth 2002).

Serangan nyeri dada biasanya berlansung 1-5 menit, walaupun perasaan tidak

enak di dada masih dapat terasa setelah nyeri dada berkurang. Bila nyeri dada lebih lama

dari 20 menit, mungkin pasien mendapat serangan infark miokardium akut

(Tjokronegoro, 2002).
2.2.2.5 Diagnosis
Dengan Elektrokardiografi (EKG), pada angina pektoris memperlihatkan

perubahan  yang berupa depresi segmen S­T sebesar 0.5­1 mm (Abdurahman, 2008).  Diagnosa angina

sering dibuat berdasarkan evaluasi manifestasi klinis dan riwayat pasien. Pada angina

jenis tertentu, perubahan pola EKG dapat membantu dalam membuat berbagai diagnosa

angina. Respons pasien terhadap kerja berat dan stress juga dapat di uji dengan

pemantauan elektrokardiografi (Brunner & Suddarth 2002).

2.2.2.6 Penatalaksanaan

Menurut Corwin (2001), pengobatan angina ditujukan untuk menurunkan

kebutuhan energi, meliputi :

1) Beristirahat memungkinkan jantung memompa lebih sedikit darah (penurunan

volume sekuncup) dengan kecepatan yang lambat (penurunan kecepatan denyut

jantung). Hal ini menurunkan kerja jantung sehingga kebutuhan oksigen juga

berkurang. Duduk adalah postur yang dianjurkan sewaktu beristirahat. Berbaring,

sebaliknya, meningkatkan aliran balik darah ke jantung sehingga terjadi

peningkatan volume diastolik-akhir, volume sekuncup, dan curah jantung.

2) Menghindari pekerjaan pada keadaan dingin atau stress lain yang di ketahui

mencetuskan serangan angina klasik pada seseorang.

3) Nitrogliserin atau nitrat lain bekerja sebagai dilator kuat sistem vena, akan

menurunkan aliran darah vena kembali ke jantung. Penurunan aliran balik vena
menurunkan volume diastolik-akhir sehingga jantung dapat mengurangi volume

sekuncupnya. Nitrat menyebabkan dilatasi sistem arteri, menurunkan afterload

yang harus dilawan oleh pompa jantung dan meningkatkan aliran darah koroner.

Arteri koroner yang sedang mengalami spasme dapat berdilatasi. Semua efek ini

menurunkan ketidakseimbangan kebutuhan dengan suplai oksigen, dan

nitrogliserin yang diberikan secara sublingual (di bawah lidah) biasanya

meredakan angina.

4) Penyekat adrenergik-beta dan penyekat saluran kalsium mengurangi angina

dengan menurunkan kecepatan denyut dan kontraktilitas jantung sehingga

kebutuhan oksigennya juga berkurang. Penghambatan saluran kalsium

menurunkan afterload yang harus dilawan oleh pompa jantung dengan

menyebabkan dilatasi arteri dan arteriol. Penyekat saluran kalsium tampaknya

sangat efektif dalam mengurangi spasme angina varian.

5) Terapi oksigen untuk mengurangi kebutuhan oksigen jantung.

6) Teknik-teknik invasif misalnya Percutaneous Transluminal Coronary

Angioplasty (PTCA) dan bedah pintas arteri koroner dapat menurunkan serangan

angina klasik.

2.2.3 Infark miokardium

2.2.3.1 Definisi
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai

darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang (Brunner & Suddarth,

2002).

Infark miokardium adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat

kekurangan oksigen berkepanjangan. Hal ini adalah respons terakhir terhadap iskemia

miokardium yang tak teratasi (Corwin, 2001).

Infark miokardium disebabkan oleh penurunan aliran darah melalui satu atau

lebih arteri koroner, mengakibatkan iskemia miokard dan nekrosis (Doenges, 2000).

2.2.3.2 Patofisiologi

Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai

darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab penurunan

suplai darah mungkin akibat penyempitan krisis arteri koroner karena aterosklerosis atau

penyumbatan total arteri oleh emboli atau trombus. Penurunan aliran darah koroner juga

bisa diakibatkan oleh syok atau perdarahan. Pada setiap kasus ini selalu terjadi

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen jantung (Brunner & Suddarth,

2002).

Akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen jantung yang

berkepanjangan, sel-sel miokardium mulai mati sekitar 20 menit setelah mengalami

kekurangan oksigen. Setelah periode ini, kemampuan sel untuk menghasilkan ATP

secara aerobis lenyap, dan sel tidak dapat memenuhi kebutuhan energi. Tanpa ATP,

pompa natrium-kalium berhenti sehingga sel akan terisi ion natrium dan air, yang pada

akhirnya menyebabkan sel pecah (lisis). Dengan lisis, sel melepaskan simpanan kalium
intrasel dan enzim-enzim intrasel, yang dapat mencederai sel-sel di sekitarnya. Protein-

protein intrasel mulai mendapat akses ke sirkulasi sistemik dan ruang interstisium,

sehingga menyebabkan edema dan pembengkakkan interstisium di sekitar sel

miokardium, akibat kematian sel, tercetus reaksi peradangan. Di tempat peradangan,

terjadi penimbunan trombosit dan pelepasan faktor-faktor pembekuan. Terjadi granulasi

sel mast yang menyebabkan pelepasan histamin dan berbagai prostaglandin. Sebagian

bersifat vasokonstriktif dan sebagian merangsang pembekuan atau tromboksan (Corwin,

2001).

Penyumbatan koroner, serangan jantung, dan infark miokard mempunyai arti

yang sama namun istilah yang paling disukai adalah infark miokardium (MI). MI

dijelaskan lebih lanjut berdasarkan lokasi terjadinya di dinding miokardium : inferior,

posterior, dan lateral. Meskipun ventrikel kiri merupakan tempat cedera yang paling

sering ditimbulkan, namun ventrikel kanan juga dapat mengalami infark (Brunner &

Suddarth, 2002).

2.2.3.3 Manifestasi klinis

Bila terjadi serangan atau timbulnya infark miokardium, maka akan timbul suatu

manifestasi klinis yang dirasakan oleh pasien, meliputi :

1) Nyeri dengan awitan yang (biasanya) mendadak, sering digambarkan memiliki

sifat meremukkan dan parah. Nyeri dapat menyebar ke bagian atas tubuh mana

saja, tetapi sebagian besar menyebar kelengan kiri, leher, atau rahang. Nitrat dan

istirahat dapat menghilangkan iskemia di luar zona nekrotik dengan menurunkan


beban kerja jantung (Corwin, 2001). Nyeri infark miokardium biasanya berlansung

lebih dari setengah jam, dan jarang ada hubungannya dengan aktivitas

(Tjokronegoro, 2002). Nyeri terjadi muncul secara spontan (bukan setelah bekerja

berat atau gangguan emosi), dan menetap selama beberapa jam sampai beberapa

hari. Pada beberapa kasus nyeri bisa menjalar ke dagu dan leher. Nyeri sering di

sertai dengan nafas pendek, pucat, berkeringat dingin, pusing kepala ringan, mual

dan muntah (Brunner & Suddarth, 2002).

2) Perasaan lemas yang berkaitan dengan penurunan aliran darah ke otot-otot

rangka.

3) Kulit yang dingin dan pucat akibat vasokontriksi simpatis.

4) Pengeluaran urine berkurang karena penurunan aliran darah ginjal serta

peningkatan aldosteron dan ADH.

5) Takikardia akibat peningkatan stimulasi simpatis jantung.

6) Keadaan mental berupa rasa cemas yang disertai perasaan mendekati kematian.

2.2.3.4 Diagnosis

1) Pada EKG terdapat gambaran yang khas yaitu timbulnya gelombang Q yang

besar, elevasi segmen ST dan inversi gelombang T. Walaupun mekanisme pasti

dari perubahan EKG belum diketahui, diduga perubahan gelombang Q disebabkan

oleh jaringan yang mati, kelainan segmen ST karena injuri otot dan kelainan

gelombang T karena iskemia (Tjokronegoro, 2002). Pada EKG pasien segera

setelah infark, gelombang T yang tinggi dan simetris dapat terlihat dan terbalik
ketika segmen ST mengalami elevasi. Depresi segmen ST resiprokal didapatkan

pada lead yang berlawanan pada infark. Segmen ST kembali pada garis isoelektrik

dalam beberapa hari tergantung pada besar infark, diikuti oleh terbaliknya

gelombang T yang bisa menetap selamanya. Kemudian gelombang Q patologis,

didefenisikan sebagai gelombang Q dengan durasi lebih dari 30 melimeter/detik

dan amplitudo lebih dari 25% gelombang R, timbul pada daerah infark.

Gelombang Q tidak spesifik karena bisa didapatkan pada kardiomiopati dan

hipertrofi ventrikel. Pada sepertiga pasien, gelombang Q kembali normal dalam 18

bulan setelah kejadian infark (Gray, 2005).

2) Timbul gejala-gejala sistemik peradangan, termasuk demam, peningkatan jumlah

leukosit, dan peningkatan laju endap darah. Tanda-tanda ini dimulai sekitar 24 jam

setelah infark dan menetap sampai 2 minggu (Corwin, 2001).

3) Kreatinin fosfokinase (CK) yang terdapat di jantung, otot skelet dan otak.

Meningkat dalam 6 jam setelah infark, mencapai puncaknya dalam 18 sampai 24

jam dan kembali normal setelah 72 jam. CKMB adalah spesifik untuk otot jantung

dan sekarang di pakai secara luas untuk mendiagnosis infark miokardium

(Tjokronegoro, 2002).

2.2.3.5 Penatalaksanaan

Menurut Corwin (2001), dalam penatalaksanaan infark miokardium perlu

tindakkan untuk mengurangi kerusakkan jantung yang lebih lanjut, meliputi :


1) Penghentian aktivitas fisik untuk mengurangi beban kerja jantung membantu

membatasi luas kerusakan.

2) Resusitasi jantung-paru (cardiopulonary rescuitation, CPR) mungkin diperlukan

apabila terjadi henti jantung.

3) Infus intravena atau intrakoroner segera dengan obat-obat trombolitik

(penghancur bekuan) akan menghancurkan embolus penyebab. Pengunaan obat ini

secara dini (sebaiknya dalam 1 jam setelah infark) menyebabkan peningkatan

dramatis angka bertahan hidup dan pembatasan luas cedera miokardium lebih

lanjut. Obat-obat yang mencegah pembentukan bekuan baru, misalnya heparin,

juga diperlukan. Disamping penggunaan obat-obat penghancur bekuan, angioplasti

koroner mungkin digunakan untuk membuka arteri koroner.

4) Diberikan oksigen untuk meningkatkan oksigenasi darah sehingga beban atas

jantung berkurang dan perfusi sistemik meningkat.

5) Obat untuk menghilangkan nyeri (biasanya morfin dan meperidin [demerol])

digunakan untuk menenangkan pasien karena nyeri akut meransang saraf simpatis

yang menyebabkan peningkatan denyut jantung dan resistensi vaskuler. Selain itu

nyeri meningkatkan stres mental dan rasa cemas. Morfin juga bersifat vasodilator

yang bekerja menurunkan preload dan afterload.

6) Diberikan nitrat untuk mengurangi aliran balik vena dan melebarkan arteri-arteri,

sehingga preload dan afterload berkurang dan aliran darah koroner meningkat.

7) Diberikan obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor) untuk

mengurangi preload dan afterload.


8) Penghambat beta diberikan untuk menurunkan kecepatan denyut jantung

sehingga kerja jantung berkurang.

9) Diberikan diuretik untuk meningkatkan aliran darah ginjal. Hal ini

mempertahankan fungsi ginjal dan mencegah kelebihan volume serta timbulnya

gagal jantung kongestif. Peningkatan aliran darah ginjal juga menurunkan

pelepasan renin.

10) Obat-obat inotropik positif (digitalis) digunakan untuk meningkatkan

kontraktilitas jantung.

11) Dapat dipertimbangkan bedah pintas arteri koroner apabila infark disebabkan

oleh sumbatan trombotik.

12) Rehabilitasi jantung setelah infark berupa keseimbangan antara istirahat dan olah

raga dan modifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko aterosklerosis dan

hipertensi. Berbagai obat jantung dapat diresepkan. Merokok sebaiknya

dihentikan, dan dianjurkan penurunan berat badan serta pengurangan stress.

2.3 Upaya Pencegahan PJK

Upaya pencegahan yang biasa dilakukan terhadap penyakit jantung koroner

terdiri dari 4 kategori, meliputi :

2.3.1 Pencegahan primordial

Pencegahan primordial adalah upaya mencegah adanya faktor resiko penyakit

jantung koroner pada individu yang belum tampak adanya faktor-faktor resiko penyakit

jantung koroner (Sitorus, 2006).


Upaya ini dimaksudkan dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang

memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan

faktor resiko lainnya. Upaya pencegahan ini sangat kompleks dan tidak hanya

merupakan upaya dari pihak kesehatan saja. Prakondisi harus diciptakan dengan

multimitra (Potter & Perry, 2005).

2.3.2 Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah upaya mencegah atau menghambat berbangkitnya

penyakit jantung koroner (Sitorus, 2006). Dalam upaya pencegahan primer merupaka

upaya awal pencegahan penyakit jantung koroner sebelum seseorang menderita.

Dilakukan pendekatan komuniti berupa penyuluhan faktor-faktor resiko penyakit

jantung koroner terutama pada kelompok resiko tinggi. Pencegahan primer ditujukan

kepada pencegahan terhadap berkembangnya proses ateroskelosis secara dini (Potter &

Perry, 2005).

2.3.3 Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah keadaan penyakit jantung koroner

yang sudah pernah terjadi untuk tidak berulang atau menjadi berat. Disini diperlukan

perubahan pola hidup dan kepatuhan berobat bagi mereka yang sudah menderita

penyakit jantung koroner (Sitorus, 2006).


Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan untuk mempertahankan nilai prognosis

yang lebih baik dan menurunkan kematian. Pencegahan ini merupakan usaha untuk

mencegah orang yang telah sakit agar sembuh dan menghindari komplikasi. Pencegahan

ini dapat dilakukan dengan mendeteksi penyakit secara dini, mengadakan pengobatan

yang cepat dan tepat (Budiarto, 2003 dalam Roslita, 2007).

2.3.4 Pencegahan tersier

Pencegahan tersier adalah upaya mencegah komplikasi dari penyakit jantung

koroner. Upaya pencegahan penyakit jantung koroner ini dapat dilakukan melalui

modifikasi berbagai faktor resiko koroner, sebenarnya dapat dilakukan oleh siapa saja,

oleh karena itu sebagian besar faktor-faktor itu berhubungan dengan pola hidup yang

tidak sehat (Sitorus, 2006).

Pencegahan ini juga dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan

mengadakan rehabilitasi. Upaya pencegahan ketiga ini dapat dilakukan selama pasien

belum meninggal dunia (Budiarto, 2003 dalam Roslita, 2007). Pencegahan tersier

mencakup usaha untuk mempertahankan kesehatan yang optimal setelah mengalami

suatu penyakit. Pencegahan ini juga mencakup usaha untuk mencegah terjadinya

penurunan kesehatan .

2.4 Cara Memiliki Jantung Yang Sehat


Yayasan Jantung Indonesia (2008) menyatakan bahwa cara memiliki jantung

yang sehat hanya dengan melakukan sedikit perubahan dalam kehidupan agar mendapat

banyak manfaat bagi kesehatan jantung, meliputi :

2.4.1 Masalah rokok

Pada saat ini merokok telah termasuk sebagai salah satu faktor resiko utama PJK,

sehingga diperlukan pencegahan sejak dini, meliputi :

1) Menjaga diri, teman, dan keluarga untuk tidak merokok. Merokok merupakan

salah satu penyebab kanker, penyakit jantung, penyakit pembuluh darah, dan

stroke.

2) Seseorang yang berada di sekitar perokok, memiliki 70% resiko menderita

penyakit akibat merokok.

3) Menerapkan pola hidup sehat diawali dengan mengupayakan lingkungan rumah

atau tempat-tempat umum sebagai area bebas asap rokok.

2.4.2 Kurang gerak

Kurang gerak berkaitan erat dengan kegemukan, kegemukan merupakan salah

satu faktor resiko penyebab PJK, untuk mencegah atau mengurangi kegemukan

diperlukan olahraga, meliputi :

1) Melakukan olahraga secara teratur sebagai bagian dari hidup.

2) Melakukan gerak jalan cepat selama 30 menit sehari dapat menurunkan resiko

penyakit jantung dan pembuluh darah.


3) Segera konsultasikan dengan dokter, bila ada hal-hal yang kurang enak di tubuh,

supaya dokter dapat memilihkan olahraga yang cocok.

4) Jagalah agar berat badan tetap ideal. Kegemukan dapat memperburuk resiko

kematian dini akibat hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah, serta stroke.

2.4.3 Berat badan bagi perempuan

Perempuan cenderung lebih mudah terjadi peningkatan berat badan di

bandingkan dengan laki-laki, oleh karena itu perempuan harus memperhatikan beberapa

hal dibawah ini, meliputi :

1) Perempuan hendaknya berhati-hati dengan berat badan, tekanan darah, diabetes,

dan meningkatnya kolesterol.

2) Diet seimbang, dengan : memperbaiki makanan buah dan sayur, mengurangi

mengkonsumsi daging yang berlemak, cara memasak sesuai anjuran kesehatan,

serta menghindari gorengan-gorengan, santan, dan garam yang berlebihan.

3) Bagi pasien diabetes hendaknya mengontrol gizi yang baik sesuai takaran yang

dianjurkan.

4) Periksa kesehatan secara teratur.

2.4.4 Usahakan kurangi stress


Mengurangi stress dalam kehidupan merupakan salah satu faktor pencegahan

PJK, dengan cara meliputi :

1) Stress yang terus menerus dapat berakibat terkena penyakit jantung, sehingga

perlu mengurangi stress dengan cara sendiri, misalnya: melakukan kegiatan

fisik/olahraga, menjadi pekerja sosial, atau mengerjakan kegiatan.

2) Pola hidup sehat.

3) Gizi seimbang.

4) Stop rokok.

5) Hindari dan atasi stress.

6) Awasi tekanan darah.

7) Teratur berolahraga.

2.4.5 Menanamkan pentingnya kesehatan jantung

Gaya hidup sehat harus ditanamkan sejak dini pada anak-anak, meliputi :

1) Tanamkan kepada anak-anak sejak dini tentang cara menjaga jantung agar tetap

sehat dan kuat.

2) Hidup dengan gaya hidup sehat.

3) Mengajarkan kebiasaan olahraga yang sehat secara teratur.

4) Menghindari kebiasaan mengkonsumsi gula, garam, dan makanan-makanan yang

tidak sehat.

5) Memperbanyak konsumsi sayur, buah, dan kacang-kacangan.


2.4.6 Keadaan di hari tua, bagaimana memulainya di waktu muda

Penyakit yang terjadi diwaktu tua, salah satu faktor penyebabnya adalah perilaku

diwaktu muda, oleh karena itu diperlukan perilaku yang sehat diwaktu muda, meliputi :

1) Mencegah penyakit jantung sejak remaja tentu akan menurunkan resiko di hari

tua terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah.

2) Biasakan dengan gizi seimbang, aktivitas fisik yang teratur, jangan merokok,

kurangi makanan-makanan cepat saji dengan karbohidrat dan kolesterol tinggi,

serta sediakan waktu untuk senam atau olahraga lainnya.

3) Dianjurkan mengontrol takanan darah selama hamil secara teratur. Kurang

kontrol kesehatan dan tekanan darah, dapat mengganggu saat kehamilan. Bukan

saja membahayakan ibu, tetapi juga bagi janin yang dikandungnya.

2.5 Gaya Hidup

2.5.1 Definisi

Dalam health promotion glossary (WHO, 1998), merumuskan pengertian gaya

hidup sebagai berikut : Lyfestyle is a way of living based on identifiable patterns of

behaviour which are determined by the interplay between an individual’s personal

characteristics, social interactions, and socioeconomicand environmental living

condition (Ari, 2008). Dari definisi WHO (1998) diatas, dapat diambil kesimpulan

bahwa gaya hidup adalah cara hidup berdasarkan pola tingkahlaku dengan kesungguhan

hati yang dipengaruhi oleh karakteristik interpersonal, interaksi sosial, dan kondisi

sosial-ekonomi lingkungan hidup.


Deklarasi Vientiane tentang Gaya Hidup Sehat Asean, mengartikan bahwa gaya

hidup sebagai praktek perilaku dan praktek sosial yang mendukung kesehatan dan

merupakan cerminan dari nilai-nilai dan jati diri dari kelompok dan masyarakat di mana

penduduk hidup dan menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk memenuhi

kehidupan ekonomi, sosial dan lingkungan fisik (Ari, 2008).

2.5.2 Perilaku hidup sehat/ Gaya hidup sehat

Menurut Pete Cohen, psikolog dan physical trainer, bahwa tidak ada manusia

lahir dengan kebiasaan buruk. Kebiasaan ini dipelajari saat tumbuh dewasa. Cara yang

paling jitu untuk membuang kebiasaan buruk adalah dengan menggantinya dengan

kebiasaan yang lebih baik. Menurut beberapa penelitian, diperlukan pengulangan 20 - 30

kali untuk kemudian menjadi kebiasaan baru (Carribean, 2008).

Menurut Becker (1979) dalam Notoadmojo (2007), perilaku hidup sehat adalah

perilaku untuk mempertahankankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini

mencakup:

1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang disini dalam

arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam

arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga

tidak lebih).
2) Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam

arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua

aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.

3) Tidak merokok.

4) Tidak minum alkohol dan mengkonsumsi narkoba.

5) Istirahat yang cukup.

6) Mengendalikan stress.

BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Pikir

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan sebelumnya maka faktor

resiko penyebab penyakit jantung koroner dibagi menjadi dua, yaitu yang tidak dapat

dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi (Anwar, 2008). Salah satu faktor resiko yang

dapat dimodifikasi adalah gaya hidup, meliputi: merokok, diet, stress, aktivitas/olahraga,

dan minum-minuman beralkohol. Maka kerangka pikir yang dapat disusun dalam

penelitian ini, sebagai berikut :

Gambar 3.1
Kerangka Pikir
Gaya hidup :

1. Merokok
2. Diet/pola makan Penyakit Jantung
3. Stress Koroner (PJK)
4. Olahraga/aktivitas
5. Minum alkohol

Area yang diteliti


3.2 Definisi Istilah

1) Merokok

Adalah pola atau frekuensi merokok pasien penyakit jantung koroner dalam satu

hari di ruang Kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin

Palembang.

2) Diet/pola makan

Adalah pola atau jenis makanan yang dimakan pasien penyakit jantung koroner di

ruang Kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

3) Stress

Adalah kebiasaan atau cara untuk mengatasi stress bagi pasien penyakit jantung

koroner di ruang Kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin

Palembang.

4) Olahraga/aktivitas
Adalah pola atau jenis olahraga/aktivitas yang dilakukan pasien penyakit jantung

koroner di ruang Kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin

Palembang.

5) Minum alkohol

Adalah pola atau kebiasaan minum-minuman beralkohol bagi pasien penyakit

jantung koroner di ruang Kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad

Hoesin Palembang.

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan

kualitatif. Digunakan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan informasi mendalam

mengenai gaya hidup pasien penyakit jantung koroner.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di ruang Kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat

Dr.Mohammad Hoesin Palembang. Waktu penelitian dimulai bulan Juni 2008 sampai

Juli 2008.
4.3 Jenis dan Keabsahan Informasi

4.3.1 Jenis informasi

Informasi yang didapat adalah informasi primer, sebab peneliti langsung ke

lapangan, sumber informasi diperoleh dari pasien penyakit jantung koroner, keluarga

pasien penyakit jantung koroner, dan perawat ruang kardiologi.

Tabel 4.1
Jenis Informasi

No Variabel Topik Informasi Yang Hendak Sumber Informasi


Diperoleh
1. Merokok Merokok 1. Kebiasaan merokok aktif Pasien, Keluarga
2. Lamanya berhenti
merokok
3. Kebiasaan merokok pasif Perawat
4. Dampak merokok bagi
pasien

2. Pola diet/ Pola diet/ 1. Jenis makanan yang Pasien, Keluarga


makan makan dimakan.
2. Pantangan dalam makan.
3. Makanan yang baik
dimakan.
4. Cara diet yang baik.
5. Frekuensi makan dalam
sehari semalam.
6. Jumlah makanan yang
dimakan.
7. Makanan selingan yang
dimakan.
8. Frekuensi makanan selingan
yang dimakan dalam sehari
semalam.
9. Diet yang baik bagi pasien. Perawat

3. Stress Stress 1. Arti stress. Pasien, Keluarga


2. Kegiatan untuk
mengurangi stress.
3. Tindakan yang dilakukan
dalam keadaan kesal
4. Kebisaan rekreasi
5. Hobi.
6. Pengendalian stress yang Perawat
baik bagi pasien.

4. Olahraga/ Olahraga/ 1. Olahraga yang baik. Pasien, Keluarga


aktivitas aktivitas 2. Frekuensi berolahraga.
3. Lamanya berolahraga.
4. Jenis olahraga yang
penting.
5. Manfaat berolahraga.
6. Jenis aktivitas setiap Perawat
hari.
7. Aktivitas/olahraga yang
baik bagi pasien

5. Alkohol Alkohol 1. Jumlah minum alkohol Pasien, Keluarga


sehari.
2. Lamanya mengkonsumsi
alkohol.
3. Bahaya minum alkohol.
4. Kebiasaan minum Keluarga
alkohol Perawat
5. Dampak minum alkohol
bagi pasien.

4.3.2 Keabsahan Informasi

Untuk menjamin keabsahan informasi dilakukan trianggulasi sumber dan

trianggulasi metode, meliputi :


1) Trianggulasi sumber yaitu dengan cara melakukan pengecekan ulang antara

informan yang satu dengan informan yang lain melalui wawancara mendalam.

Selain itu juga dilakukan pengecekan pada keluarga pasien dan perawat atas

kebenaran jawaban pasien melalui wawancara mendalam .

2) Trianggulasi metode yaitu dengan membandingkan informasi yang diperoleh dari

hasil wawancara mendalam dengan observasi partisipatif.

4.4 Sumber Informasi

Adapun sumber informasi dalam penelitian ini, meliputi :

1) Pasien penyakit jantung koroner di ruang kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

Mohammad Hoesin Palembang sebagai informan kunci.

2) Keluarga pasien penyakit jantung koroner di ruang kardiologi Rumah Sakit Umum

Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

3) Perawat di ruang kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin

Palembang.

Tabel 4.2
Informasi Yang Dikumpulkan Menurut Sumber dan Metode

Pengumpulan Data
No Informan Jumlah
WM OBS
1 Pasien penyakit jantung koroner 7 7 14

2 Keluarga pasien penyakit jantung koroner 7 - 7

3 Perawat ruang kardiologi 1 - 1


Jumlah 15 7 22

Ket : WM = Wawancara Mendalam OBS = Observasi


4.5 Kriteria Informan

4.5.1 Pasien

Adapun kriteria pasien dalam penelitian ini, meliputi :

1) Pasien yang menderita penyakit jantung koroner.

2) Dirawat di ruang kardiolodi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin

Palembang.

3) Pasien mampu berkomunikasi dengan baik.

4) Pasien bersedia menjadi informan.

4.5.2 Keluarga pasien

Adapun kriteria keluarga pasien dalam penelitian ini, meliputi :

1) Mempunyai hubungan darah atau ikatan perkawinan.

2) Tinggal satu rumah dengan pasien.

3) Mampu berkomunikasi dengan baik.

4) Bersedia menjadi informan.

4.5.3 Perawat

Adapun kriteria perawat dalam penelitian ini, meliputi :

1) Bertugas di ruang kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin

Palembang minimal satu tahun.

2) Pendidikan minimal D III Keperawatan.

3) Bersedia menjadi informan.


4.6 Metode dan Alat Pengumpulan Informasi

4.6.1 Metode

Informasi dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara mendalam dan

observasi partisipatif yang dilakukan di ruang kardiologi. Dalam pengumpulan

informasi dilakukan secara bertahap yaitu pertama dilakukan uji coba pedoman

wawancara mendalam, kemudian perbaikkan bahasa dan pemahaman informasi

pertanyaan, lalu kedua melakukan wawancara mendalam dengan pasien penyakit

jantung koroner, keluarga pasien penyakit jantung koroner, dan perawat ruang

kardiologi.

4.6.2 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi :

1) Pedoman wawancara mendalam

2) Cek list observasi

3) Tepe recoder

4) Kaset

5) Buku tulis

6) Pulpen

4.7 Pengolahan dan Analisis Informasi

Informasi yang di dapat segera dianalisis tanpa menunggu semua informan

diwawancarai Informasi yang diperoleh dengan mencatat dan direkam radio kaset
kemudian dibuat transkrip dan matrik, setelah itu dikelompokkan sesuai dengan

pertanyaan dan tujuan penelitian. Informasi dianalisis secara manual yang disusun untuk

pemecahan masalah, sedangkan tehnik analisis dalam penelitian ini adalah content

analisys.

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Ruang Kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat

Dr.Mohammad Hoesin Palembang

Rumah sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang terletak di Jalan

Jendral Sudirman Km 3,5 di ibukota Propinsi Sumatera Selatan memiliki luas tanah

218.455 m² dengan luas bangunan 63.460.70 m².

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang merupakan rumah

sakit pendidikan dan pusat rujukan untuk daerah lain sehingga mempunyai pelayanan

unggulan dibidang kardiovaskuler. Pelayanan di bidang kardiovaskuler ini merupakan

salah satu program unggulan, karena Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin

Palembang merupakan pusat pelayanan jantung dan diharapkan menjadi cardiac center

terlengkap di daerah Sumatera bagian Selatan. Pelayan ini didukung fasilitas yang

canggih, ruangan yang memadai dan tenaga medis dan keperawatan yang ahli.
Pelayanan dibidang kardiovaskuler pada pelayanan gawat darurat dengan

ruangan khusus darurat jantung dilengkapi fasilitas yang memadai dan lengkap.

Disamping itu juga dilengkapi dengan ambulance khusus untuk penyakit jantung

(Mobile Coronary Unit) yang dapat dipanggil sewaktu-waktu. Instalasi rawat inap

mempunyai ruangan khusus kardiologi dan intensive cardiologi care unit.

Ruang kardiologi berdiri pada tanggal 1 Juni 2006, dengan kapasitas tempat tidur

sebanyak 15 tempat tidur. Dimana dibagi lagi menurut kelas yang terdiri dari kelas I

sebanyak 6 tempat tidur, kelas II sebanyak 4 tempat tidur, dan kelas III sebanyak 5

tempat tidur. Selain itu ruang kardiologi melayani mulai dari pasien ASKES (Asuransi

Kesehatan), ASKESKIN (Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin), dan Pasien

Swasta/Umum. Selain itu ruang kardiologi juga dilengkapi oleh tenaga-tenaga yang ahli

dibidangnya, antara lain :

1) 5 orang Dokter SpJP (Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah).

2) 4 orang Dokter Umum.

3) 16 orang perawat yang terdiri dari :

a) 3 orang dengan latar belakang pendidikan S1 Keperawatan Ners (S.Kep,

Ners)

b) 12 orang dengan latar belakang pendidikan D III Keperawatan (AmKep).

c) 1 orang dengan latar belakang pendidikan D III Kebidanan (AmKeb).

4) 4 orang Prakarya.

Peralatan penunjang untuk perawatan penyakit kardiovaskuler yang tersedia:

1) Uji Latih Bedah Jantung (Tredmill).


2) Echo Cardiography.

3) DC. Shock.

4) Coronary Angiography.

Tindakan medik untuk penyakit kardiovaskuler, meliputi :

1) Trans Thoracal Echocardiography.

2) Trans Esophagial Echocardiograph.

3) (PTCA) Percutaneous Transluminal Coronary Angiography.

4) PTCA dengan Stent.

5) BMV (Balon Mitral Valvuloplasty).

6) TPM (Temporary Pace Maker) / Pacu Jantung Sementara.

7) PPM (Permanent Pace Maker) / Pacu Jantung Permanen.

Perawat-perawat di ruang kardiologi sebagian besar telah mengikuti pelatihan

BHD (Bantuan Hidup Dasar), ECG (Elektrokardiografy), ACLS (Advance Cardiac Life

Support), PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat) dan Kardiologi Dasar di

Rumah Sakit Jantung Harapan Kita. Departemen kardiologi juga mengadakan program

pelatihan dan seminar, meliputi :

1) ACLS, diadakan dua kali dalam satu tahun.

2) EKG, diadakan dua sampai tiga kali dalam satu tahun.

3) Echografy, diadakan dua sampai tiga kali dalam satu tahun.

4) TMT (Treadmill Test), diadakan dua sampai tiga kali dalam satu tahun.

5) BCLS (Basic Cardiac Life Support), diadakan satu kali dalam setahun, pelatihan

ini khusus untuk perawat.


6) Seminar cadiologi up date, baik oleh dokter maupun perawat yang diadakan satu

kali dalam satu tahun.

Sekarang telah berdiri gedung baru yaitu “Brain and Health Centre” (Pusat

penyakit jantung dan syaraf). Tentu lebih lengkap dan lebih canggih untuk mengatasi

permasalahan jantung dan persyarafan.

5.2 Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini terdiri dari lima belas orang yang terdiri dari ;

tujuh orang pasien, tujuh orang keluarga pasien, dan satu orang perawat yang mana

kesemua informan dianggap dapat memberikan informasi yang akurat mengenai gaya

hidup pasien penyakit jantung koroner di ruang kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat

Dr.Mohammad Hoesin Palembang. Informasi yang diperoleh melalui wawancara

mendalam dengan informan, meliputi :

1) Informan dari pasien

Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini, didapat dari tujuh orang informan

pasien. Dimana ketujuh orang informan pasien ini, mereka merupakan orang yang paling

mengetahui tentang gaya hidup mereka sendiri. Informasi yang diperoleh melalui

wawancara mendalam dengan informan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.1
Karakteristik Informan Dari Pasien di Ruang Kardiologi
RSUP Dr. Mohammad Hoesin palembang tahun 2008
Topik Informan dari pasien Kesim- Interprestai
Inisial NY DA AH ST SI SL MH pulan
Umur 47 th 60 th 54 th 76 th 43 th 39 th 62 Semua Usia ≥ 20 th
th berusia ≥ mulai terjadi
20 th peningkatan
kadar
kolesterol
Pendi- SPK SMA SD SMP SD SMA SPR Sebagian Belum
dikan masih mampu
berpendidi berpikir
kan kritis karena
rendah pendidikan
belum
begitu tinggi
Jenis PR PR LK LK PR LK PR Sebagian Lebih teliti
kela- besar dalam
min berjenis mengatur
kelamin pola hidup
perempun
TB 155 150 153 165 150 155 154
cm cm cm cm cm cm cm
BB 51 70 53 60 48 50 52 Satu BB tidak
kg kg kg kg kg kg kg informan ideal salah
dengan satu faktor
BB 50 45 48 55 45 50 49
BB yang penyebab
Ideal kg kg kg kg Kg kg kg
tidak ideal PJK
BMI 21,2 31,1 22,6 22,0 21,3 20,8 21,9

Hiper- Ya Ya Ya Tdk Tdk Tdk Tdk Sebagian Hipertensi


tensi informan dapat
menderita menyebab-
hipertensi kan PJK
DM Tdk Tdk Tdk Ya Tdk Tdk Tdk Satu DM dapat
informan menyebab
menderita kan PJK
DM
Meno- Tdk Ya - - Tdk - Ya Dari 4 Menopause
pouse informan menyebab-
wanita 2 kan
menga- peningkatan
lami me- kolesterol
nopause
Keterangan :
PR : Perempuan TB : Tinggi badan DM : Diabetes Mellitus
LK : Laki-laki BB : Berat badan Tdk : Tidak

Hasil wawancara mendalam tentang karakteristik informan dari pasien diperoleh

gambaran umur, pendidikan, jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan. Berdasarkan

gambaran umur informan, diketahui bahwa semua informan berusia ≥ 20 tahun dan

bahkan sebagian sudah berusia lanjut. Artinya informan-informan sudah mengalami

peningkatan kadar kolesterol yang dipengaruhi oleh usia.

Berdasarkan gambaran pendidikan informan. Diketahui sebagian besar informan

masih berpendidikan rendah, rata-rata berpendidikan SMA kebawah termasuk dua

informan dengan pendidikan perawat (berpendidikan SPK dan SPR) sehingga dapat

dikatakan bahwa informan belum dapat berpikir secara kritis dan ilmiah.

Berdasarkan gambaran jenis kelamin. Sebagian besar informan berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak empat informan, dan biasanya perempuan dalam mengatur

pola hidup dapat dikatakan cukup baik.

Berdasarkan gambaran tinggi badan dan berat badan. Didapat satu informan

dengan berat badan tidak ideal. Sedangkan berat badan tidak normal (obesitas)

merupakan salah satu faktor penyebab penyakit jantung koroner.

Berdasarkan gambaran dari penyakit hipertensi, sebagian kecil informan yaitu

tiga informan menderita hipertensi. Sedangkan hipertensi merupakan salah satu faktor

yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner.


Berdasarkan gambaran penyakit diabetes mellitus, didapat satu informan

menderita diabetes mellitus. Seperti hipertensi, diabetes mellitus juga merupakan salah

satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner.

Berdasarkan gambaran menopause, didapat dua informan mengalami menopause

dari empat informan perempuan. Menopause dapat menyebabkan peningkatan kadar

kolesterol yang disebabkan karena ketidakseimbangan hormonal.

2) Informan dari keluarga pasien

Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini, didapat dari tujuh orang keluarga

pasien. Dimana ketujuh orang keluarga pasien ini, mereka merupakan orang yang paling

dekat dengan pasien dan dianggap yang paling banyak mengetahui tentang gaya hidup

pasien. Informasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan keluarga pasien

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.2
Karakteristik Informan Dari Keluarga Pasien di Ruang Kardiologi
RSUP Dr. Mohammad Hoesin palembang tahun 2008

Topik Informan dari keluarga pasien Kesimpul Interprestasi


Inisial IG MT NH AN EK HK RN an
Umur 49 63 52 th 49 20 24 th 37 Semua Sudah
th th th th th berusia ≥ matang
20 th karena usia
sudah
dewasa
Jenis LK LK PR PR LK LK LK Sebagian Tidak
kelamin besar mempunyai
berjenis interprestasi
kelamin yang berarti
laki-laki
Pendidi- S1 S1 PGA SMA Maha S1 SMA Sebagian Dapat
kan 6 th siswa besar berpikir
berpendid kritis dan
ikan ilmiah
tinggi
Hubung- Sua- Sua- Isteri Anak Anak Adek Anak Tinggal Lebih
an mi mi serumah mengetahui
dengan dengan gaya hidup
pasien informan informan

Hasil wawancara mendalam tentang karakteristik informan dari keluarga pasien

diperoleh gambaran umur, jenis kelamin, pendidikan, dan hubungan dengan pasien.

Berdasarkan gambaran umur informan, diketahui bahwa semua keluarga pasien berusia

≥ 20 tahun. Artinya kesemua keluarga pasien dalam penelitian ini sudah matang karena

usia mereka sudah dewasa.

Berdasar gambaran jenis kelamin, diketahui sebagian besar keluarga pasien

berjenis kelamin laki-laki, namun dalam penelitian ini jenis kelamin dari keluarga pasien

tidak dipermasalahkan asalkan keluarga pasien ada hubungan yang dekat dan tinggal

satu rumah dengan pasien. Sehingga gambaran jenis kelamin pada keluarga pasien tidak

mempunyai interprestasi yang berarti.

Berdasarkan gambaran pendidikan keluarga pasien, diketahui bahwa sebagaian

besar keluarga pasien berpendidikan tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa mereka

mampu untuk berpikir kritis dan ilmiah.

Berdasarkan gambaran hubungan keluarga pasien dengan pasien, diketahui

keseluruhan informan mempunyai hubungan yang sangat dekat dan juga tinggal satu

rumah dengan pasien. Sehingga mereka dianggap lebih mengetahui gaya hidup pasien.

3) Informan dari perawat


Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini hanya satu informan dari perawat

ruang kardiologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, dimana satu perawat ini

dapat memberikan informasi yang cukup akurat mengenai gaya hidup yang sehat bagi

pasien penyakit jantung koroner. Informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan

informan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3
Karakteristik Informan Dari Perawat Ruang Kardiologi

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Inisial DN
Umur 27 tahun Informan berusia diatas 25 Informan sudah matang
tahun karena usia sudah dewasa
Jenis Perempuan Informan berjenis kelamin Perawat perempuan lebih
kelamin perempuan bisa diterima oleh pasien
Pendidikan D III Informan berpendidikan Telah mampu berpikir
Keperawatan tinggi kritis dan ilmiah karena
berpendidikan tinggi
Masa kerja 4 tahun Informan dengan masa Informan dapat dikatakan
kerja yang lumayan lama sudah berpengalaman
sebagai seorang perawat

Hasil wawancara mendalam tentang karakteristik informan dari perawat di ruang

kardiologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, diperoleh gambaran umur, jenis

kelamin, pendidikan, dan lamanya masa kerja. Berdasarkan gambaran umur diketahui

perawat berumur diatas 27 tahun, artinya perawat sudah matang karena usianya sudah
dewasa. Berdasarkan gambaran jenis kelamin, perawat berjenis kelamin perempuan,

dimana biasanya perawat perempuan lebih mudah diterima oleh pasien. Berdasarkan

gambaran latar belakang pendidikan perawat, diketahui bahwa perawat berpendidikan

tinggi karena perawat tamatan D III Keperawatan, sehingga dapat dikatakan bahwa

perawat telah mampu berpikir kritis dan ilmiah. Sedangkan berdasarkan gambaran

lamanya masa kerja, dapat dikatakan bahwa perawat sudah berpengalaman karena sudah

bekerja lebih dari 4 tahun.

5.3 Gaya Hidup

5.3.1 Pola merokok

Adapun informasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam mengenai pola

merokok pasien baik aktif maupun pasif, meliputi :

1) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

kebiasaan merokok aktif pasien, diperoleh data seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.4
Kebiasaan Merokok Aktif Pasien

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola ”Aku tidak merokok”(NY) 5 dari 7 orang Sebagian besar
merokok ”Tidak merokok”(DA) informan mengatakan informan berperilaku
”Dulu merokok”(AH) tidak merokok, 1 sehat karena (5 dari 7
”Idak (tidak)”(ST) orang mengatakan informan) tidak
”Idak (tidak)”(SI) merokok dan 1 orang merokok
”Iyo (iya)”(SL) lagi pernah merokok
”Idak (tidak)”(MH)
Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 5 dari 7 orang informan

mengatakan tidak merokok, 1 orang mengatakan merokok dan 1 orang lagi pernah

merokok. Beberapa petikan keterangan dari informan yang diperoleh sebagai berikut :

”Aku tidak pernah merokok”(NY)

”Tidak merokok, malahan aku benci sama orang yang perokok”(DA)

”Dulu aku pernah merokok, lama juga dari SMP sampai 2003 kalau merokok
bisa habis 3 bungkus dalam sehari semalam”(AH)

”Idak (Tidak)”(ST)

”Idak (tidak) pernah aku ini merokok”(SI)

”Iyo, aku ini perokok kalau idak merokok rasonyo ada yang kurang (iya, aku ini
perokok kalau tidak merokok rasanya ada yang kurang”(SL)
”Idak (tidak)”(MH)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 5 dari 7 orang keluarga mengatakan bahwa informan tidak merokok, 1 orang

keluarga mengatakan informan merokok dan 1 orang keluarga lagi mengatakan bahwa

dulu informan pernah merokok dan sekarang sudah berhenti merokok. Sedangkan hasil

observasi tidak terlihat informan yang merokok.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa sebagian besar

informan berperilaku sehat karena (5 dari 7 informan) tidak merokok.

2) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

jumlah rokok yang dapat dihabiskan dalam sehari semalam oleh pasien diperoleh

data seperti pada tabel berikut ini :


Tebel 5.5
Jumlah Rokok Yang Dihabiskan Pasien Dalam Sehari Semalam

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola ”3 bungkus” 2 dari 7 orang informan yang Adanya kemungkinan
merokok (AH) mengatakan merokok, diantaranya PJK yang diderita oleh
”1 bungkus” 1 orang dapat menghabiskan 3 ke-2 orang informan
(SL) bungkus rokok dan 1 orang lagi yang merokok dapat
dapat menghabiskan 1 bungkus disebabkan karena
rokok dalam sehari semalam kebiasaan merokok
mereka yang tidak baik

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 2 dari 7 orang informan

yang mengatakan merokok, diantaranya 1 orang dapat menghabiskan 3 bungkus rokok

dan 1 orang lagi dapat menghabiskan 1 bungkus rokok bungkus dalam sehari semalam.

Beberapa petikan keterangan dari informan yang diperoleh sebagai berikut :

”Dulu saya kuat merokok dari SMP sampai 2003, kalau dalam sehari saya
dapat menghabiskan 3 bungkus rokok, sekarang tidak lagi merokok” (AH)

”Sebungkus sehari semalam, cuma kopi agak kuat duo cangkir, apo tigo cangkir,
pagi, tengah hari, samo sore (1 bungkus dalam sehari semalam, tapi minum kopi
lebih sering, 2 cangkir atau 3 cangkir. Pagi, siang, sama sore)” (SL)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 2 dari 7 orang keluarga yang mengatakan bahwa informan merokok. 1 orang

keluarga mengatakan informan dapat menghabiskan 3 bungkus rokok dalam sehari

semalam dan 1 orang keluarga lagi mengatakan bahwa informan dapat menghabiskan 1

bungkus rokok dalam sehari semalam dan terkadang dapat lebih.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa PJK yang diderita

oleh ke-2 orang informan yang merokok dapat disebabkan karena kebiasaan merokok

mereka yang tidak baik.


3) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

alasan pasien tidak bisa berhenti merokok diperoleh data seperti pada tabel berikut

ini :

Tabel 5.6
Alasan Pasien Tidak Bisa Berhenti Merokok

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola ”Saya sudah 2 dari 7 orang informan Proses penyembuhan PJK
merokok berhenti yang mengatakan yang diderita oleh informan
merokok”(AH) merokok, diantaranya 1 dapat tidak optimal karena (1
”Sudah orang sudah berhenti dari 2 informan) belum dapat
kebiasaan” (SL) merokok dan 1 orang lagi berhenti dari kebiasaan
belum dapat berhenti dari merokok
kebiasaan merokok

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 2 dari 7 orang informan

yang mengatakan merokok, diantaranya 1 orang sudah berhenti merokok dan 1 orang

lagi belum dapat berhenti dari kebiasaan merokok. Beberapa petikan keterangan dari

informan yang diperoleh sebagai berikut :

”Saya sudah berhenti merokok, kalau dulu memang kuat merokok”(AH)

”Sudah kebiasaan, sulit-sulitlah, kalau sudah kebiasaan merokok” (SL)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 2 dari 7 orang keluarga yang mengatakan bahwa informan merokok. 1 orang

keluarga mengatakan informan sudah lama berhenti dari kebiasaan merokok dan 1 orang

keluarga lagi mengatakan bahwa informan sulit untuk berhenti dari kebiasaan merokok.
Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa proses

penyembuhan PJK yang diderita oleh informan dapat tidak optimal karena (1 dari 2

informan) belum dapat berhenti dari kebiasaan merokok.

4) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

cara yang baik untuk berhenti merokok, diperoleh data seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.7
Cara Yang Baik Untuk Berhenti Merokok

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola ”Sudah 2 dari 7 orang informan Cara informan berhenti dari
merokok jantungan ini” yang mengatakan merokok, kebiasaan merokok kurang
(AH) ke-2 informan mempunyai baik karena (2 dari 7
”Keno cara yang sama untuk informan) baru dapat
serangan berhenti dari kebiasaan berhenti dari kebiasaan
jantung inilah” merokok yaitu setelah merokok setelah terkena
(SL) terkena penyakit jantung penyakit jantung
Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 2 dari 7 orang informan

yang mengatakan merokok, ke-2 informan mempunyai cara yang sama untuk berhenti

dari kebiasaan merokok yaitu setelah terkena penyakit jantung. Beberapa petikan

keterangan dari informan yang diperoleh sebagai berikut :

”Ya.. sudah jantungan ini baru dapat cara terbaik berhenti merokok” (AH)

”Lah keno serangan jantung inilah baru pacak berhenti (Sudah terkena
serangan jantung ini baru bisa berhenti merokok)” (SL)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 2 dari 7 orang keluarga yang mengatakan bahwa informan merokok. 1 orang

keluarga mengatakan informan berhenti merokok setelah terkena penyakir jantung pada
tahun 2003 dan 1 orang keluarga lagi mengatakan bahwa informan baru berhenti

merokok ketika di rumah sakit karena penyakit jantung.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa cara informan

berhenti dari kebiasaan merokok kurang baik karena (2 dari 7 informan) baru dapat

berhenti dari kebiasaan merokok setelah terkena penyakit jantung.

5) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

lamanya pasien merokok, diperoleh data seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.8
Lama Pasien Merokok

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola ”Dari SMP sampai 2 dari 7 orang informan yang PJK yang diderita
merokok 2003” (AH) mengatakan merokok, oleh informan dapat
”Sepuluh tahun” diantaranya 1 orang lamanya disebabkan karena
(SL) merokok dari SMP sampai lamanya informan
2003 dan 1 orang lagi lamanya merokok
merokok ≥ 10 tahun

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 2 dari 7 informan yang

mengatakan merokok, diantaranya 1 orang lamanya merokok dari SMP sampai 2003 dan
1 orang lagi lamanya merokok ≥ 10 tahun. Beberapa petikan keterangan dari informan

yang diperoleh sebagai berikut :

”Dari SMP sampai 2003, lamo jugo” (AH)

”Barangkali sepuluh tahun lah”(SL)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 2 dari 7 orang keluarga yang mengatakan bahwa informan merokok. 1 orang

keluarga mengatakan informan merokok ≥ 20 tahun dan 1 orang keluarga lagi

mengatakan bahwa informan merokok ≥ 10 tahun.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa PJK yang diderita

oleh informan dapat disebabkan karena lamanya informan merokok.

6) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

sudah berapa lama pasien berhenti merokok, diperoleh data seperti pada tabel berikut

ini :

Tabel 5.9
Lamanya Pasien Berhenti Merokok

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola ”Tahun 2003 2 dari 7 orang informan yang Lamanya informan
merokok akhir” (AH) mengatakan merokok, berhenti merokok sudah
”Baru masuk diantaranya 1 orang sudah cukup baik karena (1
rumah sakit ini berhenti merokok dari tahun dari 2 informan) sudah
berhenti 2003 dan 1 orang lagi berhenti merokok dari
merokok”(SL) berhenti merokok baru masuk tahun 2003
rumah sakit

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 2 dari 7 orang informan

yang mengatakan merokok, diantaranya 1 orang sudah berhenti merokok dari tahun
2003 dan 1 orang lagi berhenti merokok baru masuk rumah sakit. Beberapa petikan

keterangan dari informan yang diperoleh sebagai berikut :

”Saya berhenti merokok mulai tahun 2003 akhir, waktu itu pertama kali kena
jantung” (AH)

”Baru masuk rumah sakit inilah baru bisa berhenti merokok”(SL)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 2 dari 7 orang keluarga yang mengatakan bahwa informan merokok, 1 orang

keluarga mengatakan informan sudah lama berhenti merokok semenjak terkena penyakit

jantung tahun 2003 dan 1 orang keluarga lagi mengatakan bahwa informan berhenti

merokok baru masuk rumah sakit.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa lamanya informan

berhenti merokok sudah cukup baik karena (1 dari 2 informan) sudah berhenti merokok

dari tahun 2003.

7) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

manfaat berhenti merokok, diperoleh data seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.10
Manfaat Berhenti Merokok

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola ”Belum ada rasa 2 dari 7 orang informan Tidak ada manfaat berhenti
merokok manfaatnya” (AH) yang mengatakan dari kebiasaan merokok
”Katik (tidak merokok, ke-2 karena (1 dari 2 informan)
ada)”(SL) informan belum yang sudah lama berhenti
merasakan manfaat dari merokok dari tahun 2003
berhenti merokok juga tidak merasakan
manfaatnya
Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 2 dari 7 orang informan

yang mengatakan merokok, ke-2 informan belum merasakan manfaat dari berhenti

merokok. Beberapa petikan keterangan dari informan yang diperoleh sebagai berikut :

”Belum ada rasa manfaatnya, malahan sekarang saya masuk rumah sakit lagi”
(AH)

”Katik manfaatnyo, soalnyo aku ini baru berhenti merokok baru mak inilah
(Tidak ada manfaatnya, soalnya saya baru berhenti merokok baru
sekaranglah)”(SL)

Kebenaran jawaban informan diatas, menurut peneliti kebenarannya tidak dapat

diperkuat oleh siapapun termasuk keluarga karena orang yang paling mengetahui

manfaat dari berhenti merokok adalah informan sendiri.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa tidak ada manfaat

berhenti dari kebiasaan merokok karena (1 dari 2 informan) yang sudah lama berhenti

merokok dari tahun 2003 juga tidak merasakan manfaatnya.

8) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

bahaya merokok, diperoleh data seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.11
Bahaya Merokok Bagi Kesehatan

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola ”Terkena jantung, 2 dari 7 orang informan Kurangnya pengetahuan
merokok hipertensi”(AH) yang mengatakan informan tentang bahaya
”Katik bahayonyo” merokok, diantaranya 1 dari merokok terhadap
(SL) orang mengetahui kesehatan karena (1 dari 2
bahaya dari merokok dan informan) tidak
1 orang lagi tidak mengetahui bahaya dari
mengetahui bahaya dari merokok
merokok
Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 2 dari 7 orang informan

yang mengatakan merokok, diantaranya 1 orang mengetahui bahaya dari merokok dan 1

orang lagi tidak mengetahui bahaya dari merokok. Beberapa petikan keterangan dari

informan yang diperoleh sebagai berikut :

”Ya... kayak saya ini terkena jantung, hipertensi”(AH)

”Bahayonyo ? aku raso katik bahayonyo malahan nikmat lagi ado (Bahaya ?
saya rasa tidak ada bahaya dari merokok malahan ada nikamatnya lagi)” (SL)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana dari 7 orang keluarga informan, ke-7 keluarga mengetahui bahaya merokok bagi

kesehatan pasien. Sedangkan menurut perawat di ruang kardiologi bahaya dari merokok

dapat menyebabkan penyumbatan pada arteri koroner (pembuluh darah jantung), selain

itu juga dapat memperparah penyakit jantung yang sudah ada.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa kurangnya

pengetahuan informan tentang bahaya dari merokok terhadap kesehatan karena (1 dari 2

informan) tidak mengetahui bahaya dari merokok.

9) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

orang yang sering merokok didekat pasien, diperoleh data seperti pada tabel berikut

ini :

Tabel 5.12
Orang Yang Sering Merokok Didekat Pasien

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Perokok ”Bapak” (NY) 2 dari 7 orang informan Sebagian besar
pasif ”Tidak ada”(DA) mengatakan tidak informan berperilaku
”Kalau dulu saya perokok aktif atau pasif, tidak sehat karena (2
merokok”(AH) sedangkan 2 orang dari 7 informan)
”Tidak ada”(ST) perokok aktif dan 3 orang merupakan perokok
”Bapak” (SI) lagi perokok pasif aktif sedangkan (3 dari
”Aku inilan 7 informan) merupakan
merokok”(SL) perokok pasif
”Anak” (MH)

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 2 dari 7 orang informan

mengatakan tidak perokok aktif atau pasif, sedangkan 2 orang perokok aktif dan 3 orang

lagi perokok pasif. Beberapa petikan keterangan dari informan yang diperoleh sebagai

berikut :

” Iya..bapaklah kalau dirumah” (NY)

”Tidak ada yang merokok, baik bapak maupun anak-anak”(DA)

”Ya... saya sendiri yang merokok”(AH)

”(Idak katik, aku jugo idak merokok (Tidak ada, saya juga tidak merokok)”(ST)
”Bapak” (SI)

”aku inilah yang merokok, kalau ditempat kerja galo-galo kawan merokok”(SL)

”Anak kito tu lah (Anak kita)” (MH)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 2 dari 7 orang keluarga mengatakan bahwa informan tidak merokok, 2 orang

keluarga mengatakan informan merupakan perokok aktif, dan 3 orang keluarga lagi

mengatakan informan merupakan perokok pasif. Pada hasil observasi tidak terlihat

informan dan keluarga informan yang merokok.


Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa sebagian besar

informan berperilaku tidak sehat karena (2 dari 7 informan) merupakan perokok aktif

sedangkan (3 dari 7 informan) merupakan perokok pasif.

Bahaya merokok terhadap kesehatan menurut perawat di ruang kardiologi RSUP

Dr. Mohammad Hoesin Palembang, terungkap seperti ini :

”Karena rokok mengandung nikotin, pada PJK kan terjadi penyumbatan


pembuluh darah jantung jadi takut dapat memperparah penyakit jantung
pasien” (DN)

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa merokok dapat

menyebabkan penyakit jantung koroner dan memperparah penyakit jantung yang

diderita oleh pasien.

Pada hasil observasi yang dilakukan di ruang kardiologi RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang tidak terlihat satupun informan yang merokok, begitupun dengan

keluarga informan.

Dari berbagai pertanyaan yang diajukan pada informan tentang pola merokok

pasien penyakit jantung koroner di ruang kardiologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang, mulai dari pertanyaan nomor 1 sampai dengan pertanyaan nomor 9 dapat

disimpulkan bahwa 2 dari 7 orang informan merupakan perokok aktif, diantaranya 1

orang dapat menghabiskan 3 bungkus rokok dalam sehari semalam dan 1 orang lagi

dapat menghabiskan ≥ 1 bungkus dalam sehari semalam. Sedangkan 3 dari 7 orang

informan merupakan perokok pasif.


Kesimpulan diatas dapat diinterprestasikan bahwa perilaku informan tidak sehat

karena (2 dari 7 informan) merupakan perokok aktif, diantaranya 1 orang dapat

menghabiskan 3 bungkus rokok dalam sehari semalam dan 1 orang lagi dapat

menghabiskan ≥ 1 bungkus dalam sehari semalam. Sedangkan (3 dari 7 informan)

merupakan perokok pasif.

5.3.2 Pola diet/makan

Adapun informasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam mengenai pola

diet/makan pasien, meliputi :

1) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

jenis makanan yang dimakan pasien, diperoleh data seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.13
Jenis Makanan Yang Dimakan Pasien

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola diet ”Semua kecuali yang 4 dari 7 orang Jenis makanan yang
/ makan asin dan jeroan’ (NY) informan mengatakan dimakan informan adalah
”Buah, sayur” (DA) makan buah dan tinggi serat, rendah
”Semua” (AH) sayur, sedangkan 3 kolesterol, dan rendah
”buah” (ST) dari 7 orang informan garam karena (4 dari 7
”sayur“(SI) mengatakan semua informan) mengkonsumsi
“Nasi, gado-gado“ (SL) dimakan buah dan sayur.
”Kue-kue”(MH)
Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 4 dari 7 orang informan

mengatakan makan buah dan sayur, sedangkan 3 dari 7 orang informan mengatakan

semua dimakan. Beberapa petikan keterangan dari informan yang diperoleh sebagai

berikut :

”Kalau dalam keseharian, kayaknya semua aku makan, tapi aku pantangi yang
asin, kayak jeroan juga” (NY)

”Yang sering dimakan ya kayak buah-buahan, sayur-sayuran, yang banyak


gizilah” (DA)

”Pokoknya saya makan semua kecuali yang di pantangi” (AH)

”Aku ini masuk anggota donor darah, walaupun darah aku diambil aku cukup
makan nasi bae, idak ado tambahan lain, tapi kadang-kadang buah-buahan
masih aku makan jugo” (ST)

”Sayur-sayuran inilah, macam-macam” (SI)

“Nasi, gado-gado, lauknyo ikan, daging idak biso katik duit kendak belinyo,
jarang jugo makan ayam (Nasi, gado-gado, lauknya ikan, daging tidak dimakan
karena tidak ada uang untuk membelinya begitupun dengan ayam)” (SL)

“Aman bagian kue-kue nyo, maklumlah tuo ini, kalau bangun tengah malam
kendak begigitan roti-roti yang kering, maklum caro wong tuo banyak lagu
(Kue-kuenya suka, maklum sudah tua, kalau bangun tengah malam ingin ada
yang dimakan,maklum orang sudah tua banyak keinginan)” (MH)
Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 4 dari 7 orang keluarga mengatakan bahwa informan mengkonsumsi makanan

yang tinggi serat, rendah kolesterol, dan rendah garam, sedangkan 3 dari 7 orang

keluarga mengatakan bahwa informan mengkonsumsi semua makanan kecuali yang

dipantangi (yang tidak boleh dimakan). Pada hasil obesvasi terlihat 1 orang informan

mengkonsumsi makanan berkolesterol seperti daging, makanan ini memang tidak


disediakan oleh rumah sakit tetapi dibawa sendiri oleh anak informan sesuai permintaan

informan sendiri karena informan tidak mempunyai selera untuk makanan.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa jenis makanan

yang dimakan informan adalah tinggi serat, rendah kolesterol, dan rendah garam karena

(4 dari 7 informan) mengkonsumsi buah dan sayur.

2) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

makanan yang dipantangi pasien, diperoleh data seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.14
Makanan Yang Dipatangi Pasien

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola ”Ikan asin” (NY) 5 dari 7 orang informan Pengetahuan informan
diet / ”Jeroan” (DA) mengatakan sangat baik terhadap
makan ”Bersantan” (AH) mempunyai pantangan makanan yang harus
”Gula” (ST) terhadap makanan dipantangi karena (5
”Idak ado (Tidak ada) tertentu sedangkan 2 dari 7 informan)
pantangan”(SI) orang lagi megatakan mempunyai pantangan
”Idak katik (Tidak tidak mempunyai terhadap makanan
ada)”(SL) pantangan tertentu tertentu
”Sayur” (MH) terhadap makanan

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 5 dari 7 orang informan

mengatakan mempunyai pantangan terhadap makanan tertentu sedangkan 2 orang lagi

megatakan tidak mempunyai pantangan tertentu terhadap makanan. Beberapa petikan

keterangan dari informan yang diperoleh sebagai berikut :

”Ikan asin yang paling aku pantangin” (NY)

”Kalau pantangan ya... karena kita sudah tau penyakit darah tinggi, penyakit
jantung, jadi tau dirilah kalau makan kalau berbahaya ya... dihindarilah, seperti
jeroan, tapi terkadang sih dimakan karena kita juga masih butuh gizi tapi tidak
berlebihan” (DA)

”Saya pantangi makanan yang bersantan, daging, pokoknya yang berkolesterol”


(AH)

”Semenjak sakit inilah di pantangkan, terutama makan gulo, kareno aku ini ado
sakit diabetes, kalau sakit jantung dilarang makan gemuk-gemuk, pedas-pedas
(Semenjak sakit ini baru dipantangi, terutama makan gula karena saya ada
penyakit diabetes, kalau sakit jantung saya dilarang makan yang banyak
mengandung lemak dan yang pedas)”(ST)

”Idak ado patangan, cuma kito yang bapantang, pedas-pedas, asin-asin kurang
(Tidak ada pantangan, cuma kita yyang berpantangan, pedas-pedas, asin-asin di
kurangi)”(SI)

”Idak katik (Tidak ada)”(SL)

”Pantangan ? soal mak ini aku kurang makan sayur, kalau aku makan perut aku
sakit, kadang mencret (Pantangan ? kalau sekarang saya kurang makan sayur
karena bila makan sayur perut saya sakit dan bisa diare)” (MH)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 5 dari 7 orang keluarga mengatakan bahwa informan mempunyai pantangan

terhadap makanan tertentu, sedangkan 2 dari 7 orang keluarga mengatakan bahwa

informan informan tidak mempunyai pantangan terhadap makanan tertentu.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa pengetahuan

informan sangat baik terhadap makanan yang harus dipantangi karena (5 dari 7

informan) mempunyai pantangan terhadap makanan tertentu.

3) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

makanan yang baik dimakan menurut pasien, diperoleh data seperti pada tabel

berikut ini :
Tabel 5.15
Makanan Yang Baik Dimakan Menurut Pasien

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola diet / ”Non kolesterol”(NY) Dari 7 orang Pengetahuan informan
makan ”Bervitamin”(DA) informan kesemua tentang makanan yang
”Semua baik”(AH) innforman baik bagi mereka sudah
”Makanan lembut (ST) mempunyai cukup baik karena ke-7
”Nasi”(SI) persepsi tersendiri informan mempunyai
”Martabak Har”(SL) terhadap makanan persepsi tersendiri
”Roti”(MH) yang baik untuk terhadap makanan yang
mereka baik untuk mereka

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat dari 7 orang informan

kesemua informan mempunyai persepsi tersendiri terhadap makanan yang baik untuk

mereka. Beberapa petikan keterangan dari informan yang diperoleh sebagai berikut :

”Kalau aku sih, menganggap makanan yang paling baik dengan aku ya, yang
istilahnya kita kan tau makan yang paling kolesterol tidak baik untuk kesehatan,
jadi menurut aku mekanan yang baik ya yang non kolesterol” (NY)

”Ya makanan semuanya baik. Tapi kita pililah yang murah namun mengandung
vitamin banyak, umpama : tahu, tempe, sayur-sayuran, semua kita makan.
Terkadang daging dan ayam masih dimakan tapi tidak berlebihan” (DA)

”Saya rasa semua makanan baik untuk saya, kecuali yang saya pantangi tadi”
(AH)
”Aku kiro kalau untuk aku, makanan yang lembut-lembut (Saya kira kalau untuk
saya makanan yang lunak)” (ST)

”Makan nasilah, cak biaso (Makan nasi seperti biasa)” (SI)

”Martabak har itulah lemaknyo (Martabak Har yang enak)” (SL)

”Roti-roti, kalau goreng-gorengan aku idak setuju (Roti-roti kalau goreng-


gorengan saya tidak suka)” (MH)
Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana dari 7 orang keluarga kesemuanya mengatakan bahwa informan memang

mempunyai makanan kesukaan tersendiri yang mereka anggap baik untuk dikonsumsi.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa pengetahuan

informan tentang makanan yang baik bagi mereka sudah cukup baik karena ke-7

informan mempunyai persepsi tersendiri terhadap makanan yang baik untuk mereka.

4) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

cara diet yang baik untuk pasien, diperoleh data seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.16
Cara Diet Yang Baik Untuk Pasien

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola ”Makan tidak terlalu kenyang” (NY) Dari 7 orang
Persepsi informan
diet / ”Ada takaran”(DA) informan terhadap cara diet
makan ”Secukupnya”(AH) kesemua yang baik untuk
”Jangan makan yang manis”(ST) informan mereka sudah
”Cak biasolah (Seperti biasa)” (SI) mempunyai cukup baik karena
”Makan, sarapan” (SL) persepsi ke-7 informan
”Makan buah-buahan” (MH) tersendiri mempunyai
terhadap diet
persepsi sendiri
yang baik terhadap cara diet
untuk mereka
yang baik untuk
mereka
Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat dari 7 orang informan

kesemua informan mempunyai persepsi tersendiri terhadap diet yang baik untuk mereka.

Beberapa petikan keterangan dari informan yang diperoleh sebagai berikut :

”Cara diet yang paling baik untuk aku, ya sekurang – kurangnya makan tidak
terlalu kenyanglah” (NY)
”Kalau saya makan ada takarannya, misal nasi satu mangkok kecil, baik pagi,
siang dan malam” (DA)

” Makan secukupnya lah...Tapi saya tidak bisa, kalau makan kapan belum
kenyang saya belum berhenti haa.....” (AH)

”Iyo...kalau aku senang pisang rebus, roti-roti yang penting jangan makan yang
manis” (ST)

”Cak biasolah, makan pagi, siang, samo sore apo malam (Seperti biasa,
sarapan, makan siang dan makan malam)” (SI)

”Makan, sarapan, siang jarang makan, kalau nasi panas aku dinginke dulu biar
asam lambung idak naik” (SL)

”Kalau aku sekarang katik diet, aku dianjurkan oleh dokter banyak makan
buah-buahan (Kalau saya sekarang tidak ada diet, saya hanya dianjurkan oleh
dokter banyak makan buah-buahan)” (MH)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 4 dari 7 orang keluarga mengatakan cara diet informan sudah baik, 2 orang

keluarga mengatakan cara diet informan belum baik dan 1 orang keluarga lagi

mengatakan bahwa cara diet informan sudah lumayan.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa persepsi informan

terhadap cara diet yang baik untuk mereka sudah cukup baik karena ke-7 informan

mempunyai persepsi sendiri terhadap cara diet yang baik untuk mereka.

5) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

frekuensi makan pasien dalam sehari semalam, diperoleh data seperti pada tabel

berikut ini :

Tabel 5.17
Frekuensi Makan Pasien Dalam Sehari Semalam
Topik Informan Kesimpulan Interprestasi
Pola ”Tiga kali”( NY) 4 dari 7 orang informan Frekuensi makan informan
diet / ”Tiga kali”(DA) mengatakan makan 3 kali dalam sehari semalam
makan ”Dua kali”(AH) sehari semalam, 2 orang sudah dapat dikatakan baik
”Tiga kali”(ST) mengatakan 2 kali dan 1 karena (4 dari 7 informan)
”Tiga kali”(SI) orang lagi mengatakan 1 mengatakan makan 3 kali
”Dua kali”(SL) kali. dalam sehari semalam
”Satu kali”(MH)

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 4 dari 7 orang informan

mengatakan makan 3 kali sehari semalam, 2 orang mengatakan 2 kali dan 1 orang lagi

mengatakan 1 kali. Beberapa petikan keterangan dari informan yang diperoleh sebagai

berikut :

”Tiga kali..” (NY)

”Makan ya... tiga kali” (DA)

”Kalau di rumah dua kali, tapi banyak samapai dua piring”(AH)

”Tigo kali, makan nasi terus” (ST)

”Sehari semalam ? sehari 3 kali, kalau malam, kadang makan, kadang idak”
(SI)

”Paling banyak duo kali, karno pagi aku idak makan paling makan roti (Paling
bayak dua kali, karena pagi saya tidak makan paling cuma makan roti)” (SL)

”Sehari satu kali, idak pulo kuat paling kuat setengah centong, sudah itu sudah,
makonyo ditambah cak ubi kayu yang di rebus, di goreng, kadang pisang goreng
jugo (Sehari cuma satu kali, tidak banyak paling banyak setengah sendok nasi,
suda itu selesai, makanya ditambah seperti ubi kayu yang di rebus, di goreng,
terkadang pisang goreng juga)”(MH)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 4 dari 7 orang keluarga mengatakan informan makan 3 kali dalam sehari

semalam, 2 orang keluarga mengatakan informan makan 2 kali dalam sehari semalam
dan 1 orang keluarga lagi mengatakan bahwa informan makan 1 kali dalam sehari

semalam.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa frekuensi makan

informan dalam sehari semalam sudah dapat dikatakan baik karena (4 dari 7 informan)

mengatakan makan 3 kali dalam sehari semalam.

6) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

jumlah makanan yang dimakan oleh pasien dalam satu kali makan, diperoleh data

seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.18
Jumlah Makanan Yang Dimakan Oleh Pasien

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola diet ”Sudah kenyang”(NY) 2 dari 7 orang Jumlah makanan yang
/ makan ”Semangkok”(DA) informan mengatakan dimakan sudah cukup
”Sampai kenyang” (AH) makan sampai baik karena ke-7
”Segelas”(MT) kenyang, 2 orang se informan makan
”Se centong”(SI) centong, 1 orang secukupnya dan tidak
”Sepiring”(SL) semangkok, 1 orang berlebihan
”Se centong”(MH) sepiring dan 1 orang
lagi segelas

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 2 dari 7 orang informan

mengatakan makan sampai kenyang, 2 orang secentong (satu sendok untuk pengambil

nasi), 1 orang semangkok, 1 orang sepiring dan 1 orang lagi segelas. Beberapa petikan

keterangan dari informan yang diperoleh sebagai berikut :

”Kalau makan aku tidak terlalu banyak, kalau sudah kenyang aku berhenti”
(NY)
”Nasi semangkok takaran, ayam sepotong, sayur-sayuran, yang lebih banyak
makan lauk pauk dari nasi” (DA)

”Sekali makan 2 piring sampai saya kenyang” (AH)

”Satu gelas, kareno aku ada diabetes” (ST)

”Aku ini kurang makannya, paling-paling se centong” (SI)

”Sepiring, idak banyak pulo” (SL)

”Kalau nasi setengah centong, kalau cak pisang goreng habis duo ikok” (MH)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 4 dari 7 orang keluarga mengatakan jumlah makanan yang dimakan informan

dalam sekali makan sebanyak sepiring, 1 orang keluarga mengatakan jumlah makanan

yang dimakan informan sampai informan kenyang, 1 orang keluarga mengatakan jumlah

makanan yang dimakan secukupnya dan 1 orang keluarga lagi mengatakan jumlah

makanan yang dimakan adalah semangkok.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa jumlah makanan

yang dimakan sudah cukup baik karena ke-7 informan makan secukupnya dan tidak

berlebihan.

7) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

makanan selingan yang dimakan oleh pasien, diperoleh data seperti pada tabel

berikut ini :

Tabel 5.19
Makanan Selingan Yang Dimakan Oleh Pasien

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola ”Kemplang”(NY) 4 dari 7 orang informan Makanan selingan
diet / ”Kue”(DA) mengatakan makan- informan adalah baik
makan ”Apa saja”(AH) makanan selingan seperti untuk kesehatan karena
”Buah-buahan”(ST) buah, 1 orang makan (4 dari 7 informan)
”Buah-buahan”(SI) kemplang, 1 orang makan memakan-makanan
”Pisang”(SL) kue dan 1 orang lagi makan selingan seperti buah-
”Pisang rebus”(MH) apa saja buahan

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 4 dari 7 orang informan

mengatakan makan-makanan selingan seperti buah, 1 orang makan kemplang, 1 orang

makan kue dan 1 orang lagi makan apa saja. Beberapa petikan keterangan dari informan

yang diperoleh sebagai berikut :

”Kayaknya aku senang kemplang” (NY)

”Biasa ! kadang-kadang kue tapi kue yang tidak banyak mengandung mentega,
gorengan saya juga suka” (DA)

”Apa saja saya makan kecuali yang dipantangi” (AH)

”Aku kiro kalau selingan, iyo..buah-buahan, pisang, jeruk, itulah” (ST)

”Buah-buahan” (SI)

”Roti, pempek, yo...itulah, kopi pisang goreng” (SL)

”Selain nasi, makan pisang direbus, macam tekwan aku kurang, kalau pepes ubi
aku galak” (MH)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 5 dari 7 orang keluarga mengatakan bahwa makanan selingan informan adalah

buah-buahan, 1 orang keluarga mengatakan makanan selingan informan adalah

kemplang dan 1 orang keluarga lagi mengatakan makanan selingan informan adalah roti.
Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa makanan selingan

informan adalah baik untuk kesehatan karena (4 dari 7 informan) memakan-makanan

selingan seperti buah-buahan.

Menurut perawat kardiologi ada pola makan yang baik bagi pasien penyakit

jantung koroner, terungkap seperti ini :

”Pola makan ? rendah garam, banyak makan sayur, banyak makan buah” (DN)

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa pola makanan

yang baik bagi pasien penyakit jantung koroner adalah rendah garam, rendah kolesterol,

dan tinggi serat.

Pada hasil observasi yang dilakukan di ruang kardiologi RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang terlihat satu informan makan-makanan yang berkolesterol seperti

daging.

Dari berbagai pertanyaan yang diajukan pada informan tentang pola diet/makan

pasien penyakit jantung koroner di ruang kardiologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang, mulai dari pertanyaan nomor 1 sampai dengan pertanyaan nomor 7 dapat

disimpulkan bahwa 4 dari 7 orang informan mengkonsumsi makanan buah dan sayur, 5

dari 7 informan mempunyai pantangan terhadap makanan tertentu, 4 dari 7 informan

makan 3 kali dalam sehari semalam, 2 orang informan makan 2 kali dalam sehari

semalam dan 1 orang makan 1 kali dalam sehari semalam, sedangkan 4 dari 7 informan
makan-makanan selingan yaitu buah-buahan, 1 orang informan makan selingan yaitu

kue dan 1 orang lagi makan selingan apa saja.

Kesimpulan diatas dapat diinterprestasikan bahwa jenis makanan yang

dikonsumsi informan adalah tinggi serat, rendah kolesterol, dan rendah garam karena 4

dari 7 orang informan mengkonsumsi buah dan sayur, 5 dari 7 orang informan

mempunyai pantangan terhadap makanan tertentu, dan 4 dari 7 orang informan makan-

makanan selingan yaitu buah-buahan.

5.3.3 Kebiasaan stress

Adapun informasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam mengenai

kebiasaan stress pasien, meliputi :

1) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai arti

stress, diperoleh data seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.20
Arti Stress Menurut Pasien

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Kebiasaan ”Tertekan”(NY) Dari 7 orang Pengetahuan informan
stress ”Marah-marah”(DA) informan, kesemua terhadap arti stress
”Ngamuk-ngamuk”(AH) informan belum masih kurang karena
”Banyak pikiran”(SI) tepat menyebutkan kesemua informan
”Terganggu saraf”(ST) arti stress belum mengetahui arti
”Idak tahu”(SL) stress yang sebenarnya
”Pikiran kacau”(MH)

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat dari 7 orang informan,

kesemua informan belum tepat menyebutkan arti stress. Beberapa petikan keterangan

dari informan yang diperoleh sebagai berikut :


”Stress itu sesuatu yang tertekan terhadap diri” (NY)

”Arti stress apa ya...? mungkin marah-marah” (DA)

”Arti stress ? saya belum pernah merasakan apa itu stress, kalau saya lihat
orang yang stress itu orangnya tidak sadar, ngamuk-ngamuk”(AH)

”Kalau stress itu terganggu saraf kiro-kiro, tapi aku belum pernah terkeno stress
(ST)

”Idak taulah, banyak-banyak pikiran kalua”(SI)

”Aku idak pernah stress, stress ? idak tau aku, atau wong yang pening itu ?
(Saya tidak pernah stress, stress ? tidak tahu saya, atau orang yang pening
itu ?)”(SL)

”Yo..stress namonyo pikiran itu kacau, kurang tiduk, banyak pikiran” (MH)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas tidak dapat diperkuat oleh

orang lain; baik keluarga maupu perawat karena menurut peneliti orang yang sangat

mengetahui tentang pengetahuan informan terhadap stress hanya informan sendiri.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa pengetahuan

informan terhadap arti stress masih kurang karena kesemua informan belum mengetahui

arti stress yang sebenarnya.

2) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

kegiatan untuk mengurangi stress, diperoleh data seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.21
Kegiatan Yang Dilakukan Oleh Pasien Untuk Mengurangi Stress

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Kebiasaan ”Cerita sama 6 dari 7 orang informan Cara untuk mengurangi
stress teman”(NY) mempunyai cara yang stress sudah baik karena (6
”Wudlu”(DA) positif untuk dari 7) informan
”Diam”(AH) mengurangi stress melakukan kegiatan yang
”Sholat”(ST) sedangkan 1 orang lagi positif untuk mengurangi
“Marah besak”(SI) mempunyai cara yang stress
“Jauhi”(SL) negatif yaitu dengan
”Zikir”(MH) marah

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 6 dari 7 orang informan

mempunyai cara yang positif untuk mengurangi stress sedangkan 1 orang lagi

mempunyai cara yang negatif yaitu dengan marah. Beberapa petikan keterangan dari

informan yang diperoleh sebagai berikut :

”Ya... Kadang-kadang luapin sama pasien, kadang-kadang cerita sama teman,


tapi ambil hikmahlah” (YN)

”Cepat-cepat ambil air wudlu aja” (DA)

”Diam aja, kalau saya sedang kesal sama orang. Orangnya saya diamkan
saja” (AH)

”Kadang-kadang aku bawak guling, tiduk. Kadang-kadang sholat, mbek air


wudlu (Terkadang saya bawa berbaring, terkadangg sholat, ambil air wudlhu)”
(ST)

”Tiduk, mandap dirumah nian idak keluar-keluar. Kalau sedang kesal lansung
marah besak, apo yang ado lansung dihempaske (Tidur, diam dirumah tidak
keluar, kalau sedang kesal lansung marah besar, apa yang ada langsung
dibanting)” (SI)

”Kalau kesal dengan wong, jauhi ke bae wong nyo biar idak kejingokan raihnyo
(Kalau kesal dengan orang, saya jauhi orangnya biar tidak kelihatan
wajahnya)” (SL)
”Kito berangkat, hilang hilangkan dewek sambil zikir, katik lain obatnyo (Kita
pergi, Usahakan untuk menghilangkan sendiri sambil zikir, tidak ada yang lain
obatnya)” (MH)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 6 dari 7 orang keluarga mengatakan bahwa cara informan untuk mengurangi
stress adalah dengan cara yang positif, sedangkan 1 orang keluarga lagi mengatakan cara

informan untuk mengurangi stress kurang baik karena informan sering marah-marah.

Sedangkan hasil observasi terlihat 1 orang informan dalam keadaan emosi labil (dalam

keadaan marah).

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa cara untuk

mengurangi stress sudah baik karena (6 dari 7 informan) melakukan kegiatan yang

positif untuk mengurangi stress.

3) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

kebiasaan rekreasi, diperoleh data seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.22
Tempat Rekreasi Pasien

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Kebiasaan ”Jalan-jalan”(NY) 5 dari 7 orang Kebiasaan rekreasi
stress ”Keliling kota”(DA) informan mengatakan informan adalah baik
”Jalan-jalan”(AH) berekreasi dengan karena (5 dari 7
”Ke Medan”(ST) jalan-jalan, 1 orang informan) mempunyai
”Jalan-jalan”(SI) memancing dan 1 kebiasaan berekreasi
”Mancing”(SL) orang lagi tidur dengan jalan-jalan
”Tiduk (Tidur)”(MH)

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 5 dari 7 orang informan

mengatakan berekreasi dengan jalan-jalan, 1 orang memancing dan 1 orang lagi tidur.

Beberapa petikan keterangan dari informan yang diperoleh sebagai berikut :

”Kadang-kadang jalan-jalan, kalau ada waktu jalan-jalan sama keluarga”(NY)


”Kalau di Palembang Cuma jalan-jalan ke Moll, kadang-kadang diajak bapak
naik mobil keliling kota”(DA)
”Kalau jalan-jalan, mungkin keluar negeri saya belum pernah pergi. Kalau ke
Medan, Jambi, Jogya. Pokoknya semua daerah yang ada di Indonesia hampir
semua saya kunjungi karena saya ini orang tarikat”(AH)

”Kalau rekreasi pengalaman aku yang sudah-sudah ke Medan, ke Bukit tinggi,


Kepantai kota Padang”(ST)

”Jalan-jalan biaso (biasa) ke Bellitang, Pagar alam”(SI)


”Kalau di Palembang idak katik (tidak ada) tempat rekreasi, paling-paling
mancing”(SL)

” Idak katik tempat berlari aku, soalnyo kito bejalan idak kuat, jadi lain di pada
tiduk (Tidak ada tempat pergi lagi, soalnya kita tidak sanggup lagi berjalan, jadi
hanya tidur)” (MH)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 5 dari 7 orang keluarga mengatakan kebiasaan rekreasi informan dengan jalan-

jalan, 1 orang keluarga mengatakan kebiasaan rekreasi informan memacing dan 1 orang

keluarga lagi mengatakan kebiasaan rekreasi informan adalah tidur. Sedangkan menurut

perawat ruang kardiologi; cara yang baik untuk mengurangi stress adalah dengan cara

merubah pola hidup menjadi lebih baik seperti refresing, bercocok tanaman, dan

berkolam. Sehingga mempunyai kegiataan untuk mengurangi stress.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa kebiasaan rekreasi

informan adalah baik karena (5 dari 7 informan) mempunyai kebiasaan berekreasi

dengan jalan-jalan.

4) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

tempat/cara rekreasi pasien, diperoleh data seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.23
Tempat/cara rekreasi pasien

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Kebiasaan ”Jalan-jalan”(NY) 4 dari 7 orang informan Cara rekreasi informan
stress ”Ke moll”(DA) mengatakan sudah baik karena (4 dari 7
”Jalan-jalan”(AH) tempat/cara rekreasi informan) mempunyai
”Jalan-jalan”(ST) mereka adalah dengan tempat/cara rekreasi
”Jalan-jalan”(SI) jalan-jalan, 1 orang ke dengan jalan-jalan dimana
”Mancing”(SL) moll, 1 orang dengan cara ini dapat
”Idak katik”(MH) memancing dan 1 mengurangi stress
orang lagi tidak ada

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 4 dari 7 orang informan

mengatakan tempat/cara rekreasi mereka adalah dengan jalan-jalan, 1 orang ke moll, 1

orang memancing dan 1 orang lagi tidak ada. Beberapa petikan keterangan dari informan

yang diperoleh sebagai berikut :

”Kadang-kadang jalan-jalan, kalau ada waktu jalan-jalan sama keluarga” (NY)

”Kalau di Palembang Cuma jalan-jalan ke moll, kadang-kadang diajak bapak


naik mobil keliling kota” (DA)

”Kalau jalan-jalan, mungkin keluar negeri saya belum pernah pergi. Kalau ke
Medan, Jambi, Jogya. Pokoknya semua daerah yang ada di Indonesia hampir
semua saya kunjungi karena saya ini orang tarikat” (AH)

”Kalau rekreasi pengalaman aku yang sudah-sudah ke Medan, ke Bukit tinggi,


Kepantai kota Padang” (ST)

”Jalan-jalan, biaso(biasa) ke Belitang,Pagar alam” (SI)

”Kalau di Palembang katik tempat rekreasi, paling-paling mancing (Kalau di


Palembbang tidak ada tempat rekreasi, paling-paling cuma mancing)” (SL)

”Idak katik tempat berlari aku, soalnyo kito bejalan idak kuat, jadi lain di pado
tiduk (Tidak ada tempat untuk pergi, soalnya saya tidak sanggup lagi berjalan,
jadi hanya tidur)”(MH)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 5 dari 7 orang keluarga mengatakan bahwa tempat/cara informan dalam

berekreasi adalah dengan jalan-jalan, 1 orang keluarga mengatakan cara informan


berekreasi dengan memancing dan 1 orang keluarga lagi mengatakan informan tidak

pernah berekreasi karena informan sudah tua dan tidak kuat lagi untuk berjalan.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa cara rekreasi

informan sudah baik karena (4 dari 7 informan) mempunyai tempat/cara rekreasi dengan

jalan-jalan dimana dengan cara ini dapat mengurangi stress.

5) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

frekuensi rekreasi dalam seminggu, diperoleh data seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.24
Frekuensi Rekreasi Dalam Seminggu

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Kebiasaan ”Satu kali”(NY) 3 dari 7 orang Frekuensi rekreasi
stress ”Sekali”(DA) informan mengatakan informan adalah
”Kalau ada kesempatan”(AH) berekreasi setiap baik, karena (3
”Idak tergantung minggu”(ST) minggu, 3 orang tidak dari 7 informan)
”Idak tentu”(SI) tentu dan 1 orang lagi setiap minggunya
”Sekali”(SL) tidak pernah selalu berekreasi
”Idak pernah”(MH)

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 3 dari 7 orang informan

mengatakan berekreasi setiap minggu, 3 orang tidak tentu dan 1 orang lagi tidak pernah.

Beberapa petikan keterangan dari informan yang diperoleh sebagai berikut :

”Kadang-kadang satu minggu sekali, kadang-kadang dua minggu sekali” (NY)

”Ya...,paling-paling seminggu sekali, kalau tiap hari sudah bosan pula” (DA)

”Kalau ada kesempatan, badan sehat, uang ada dan ibu mengizinkan ya... saya
pergi”(AH)
”Berhubungan aku ini punyo usaha angkutan, sering dicater wong, aku sering
ikut, itu idak tergantung minggu, kadang-kadang sebulan sekali, kadang
setengah bulan 2 kali”(ST)

”Idak tentu, kalau jalan-jalan tu..lah lamo nian”(SI)

”Tergantung, paling sekali seminggu tapi kalau katik gawe biso duo kali
(Tergantung, paling sekali seminggu tapi kalau tidak ada kerja bisa dua kali)”
(SL)

”Idak pernah lagi aku ini berekreasi”(MH)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 3 dari 7 orang keluarga mengatakan informan berekreasi setiap minnggunya, 3

orang keluarga mengatakan informan tidak tentu waktunya berekreasi dan 1 orang

keluarga lagi mengatakan informan tidak pernah pergi berekreasi.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa frekuensi rekreasi

informan adalah baik, karena (3 dari 7 informan) setiap minggunya selalu berekreasi.

6) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

hobi, diperoleh data seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.25
Hobi Pasien

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Kebiasaan ”Merawat kembang”(NY) Dari 7 orang Hobi informan adalah
stress ”Ceramah”(DA) informan, kesemua baik karena semua
”Rabana”(AH) informan informan yaitu 7
”Donor darah”(ST) mempunyai hobi informan mempunyai
”Orkes”(SI) yang positif hobi yang positif
”Mancing”(SL)
”Ngaji”(MH)

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat dari 7 orang informan,

kesemua informan mempunyai hobi yang positif. Beberapa petikan keterangan dari

informan yang diperoleh berikut :

”kadang-kadang kalau ada waktu ya merawat kembang” (NY)

”Hobi saya ? yang paling hobi saya mendengar ceramah dan berita. Kalau
dengar ceramah rasanya dada ini lapang rasanya” (DA)

”Olah raga saya hobi, nonton saya hobi, kalau dulu setiap ada pesta didaerah
Muba saya pasti ada, karena saya diminta sebagai keamanan, tapi sekarang
semenjak terkena jantung dan sudah tua, saya sudah merasa malu” (AH)

”Kalau hobi olahraga dulu aku ini satu-satunya pelari, kalau sekarang aku hobi
donor darah, sudah sampai 60 kali” (ST)

”Rabana hobi, pesta mak itulah, dengar orkes hobi” (SI)

”Katik hobi, mancing tu lah hobi (Tidak ada hobi, Cuma manting hobinya)”
(SL)

“Kalau mak ini hobi aku kendak ngaji tu lah (Kalau sekarang hobinya cuma
ngaji) ” (MH)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana dari 7 orang keluarga, kesemuanya mengatakan bahwa hobi informan adalah

positif seperti mengaji, mendengar ceramah, latihan rebana, dan lain-lain.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa hobi informan

adalah baik karena semua informan yaitu 7 informan mempunyai hobi yang positif.
Menurut informan perawat di ruang kardiologi ada cara yang baik untuk

mengendalikan stress bagi pasien penyakit jantung koroner, terungkap sebagai berikut :

”Pengendalian stress ? kayak mana ya ? pola hidup kali ! banyak refresing,


kalau punya tanaman bisa cocok tanam, bisa berkolam sehingga punya
kegiatan” (DN)

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa stress dapat diatas

dengan pola hidup yang baik seperti adanya kegiatan yang dilakukan oleh pasien.

Pada hasil observasi yang dilakukan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang, terlihat satu informan dalam keadaan emosi labil atau dalam keadaan kesal

yang disebabkan informan tidak jadi menjalani kateterisasi jantung karena alat

kateterisasi jantung dalam keadaan rusak.

Dari berbagai pertanyaan yang diajukan pada informan tentang kebiasaan stress

pasien penyakit jantung koroner di ruang kardiologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang, mulai dari pertanyaan nomor 1 sampai dengan pertanyaan nomor 6 dapat

disimpulkan bahwa ke-7 informan belum benar menyebutkan arti stress, 6 dari 7 orang

informan mempunyai cara yang positif untuk mengurangi stress yaitu mendengarkan

cermah, mengaji, rekreasi dengan jalan-jalan, melakukan hobi seperti memancing ikan,

dan lain-lain, sedangkan 1 orang lagi mempunyai cara yang negatif untuk mengurangi

stress yaitu dengan marah.

Kesimpulan diatas dapat diinterprestasikan bahwa cara informan untuk

mengurangi stress sudah baik karena 6 dari 7 orang informan melakukan kegiatan yang
positif seperti mendengarkan cermah, mengaji, rekreasi dengan jalan-jalan, melakukan

hobi seperti memancing ikan, dan lain-lain.

5.3.4 Pola olahraga/aktivitas

Adapun informasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam mengenai pola

aktivitas/olahraga pasien, meliputi :

1) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

olahraga yang baik untuk pasien penyakit jantung koroner diperoleh data seperti

pada tabel berikut ini :

Tabel 5.26
Olahraga Yang Baik Untuk Pasien PJK

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola ”Jalan kaki”(NY) 5 dari 7 orang Perilaku informan
aktivitas / ”Jalan pagi”(DA) informan mengatakan berolahraga sudah
olahraga ”Jalan santai”(AH) olahraga yang baik sangat baik karena
”Jalan pagi”(ST) untuk mereka adalah (5 dari 7 informan)
”Jalan”(SI) jalan santai/kaki, melakukan olahraga
”Idak biso (Tidak bisa)”(SL) sedangkan 2 orang dengan jalan santai
”Katik (Tidak ada)”(MH) lagi tidak berolahraga

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 5 dari 7 orang informan

mengatakan olahraga yang baik untuk mereka adalah jalan santai/kaki, sedangkan 2

orang lagi tidak berolahraga. Beberapa petikan keterangan dari informan yang diperoleh

berikut :

”Jalan kaki” (NY)


”Saya cuma dianjurkan oleh dokter jalan pagi, sambil jalan pagi saya
menggerakkan tangan” (DA)
”Olahraga yang baik untuk saya sekarang, rasanya belum saya temukan, kalau
sekarang olahraga tidak ada yang enak jalan santai saja saya sudah mengas,
tapi biasanya setelah sholat subuh saya jalan santailah” (AH)

”Kareno sakit jantung ini jalan pagi, mbek jarak sekilo, apo duo kilo (Karena
sakit jantung ini, jalan pagi ambil jarak satu kilo atau dua kilo)”(ST)

”Mak ini jalan (Sekarang jalan)” (SI)

”Kalau aku olahraga idak biso, soalnyo aku sejak kecik dulu pernafasan
terganggu, Asma, jadi idak biso olahraga kuat-kuat, paling ado jalan-jalan
santai (Kalau olahraga saya tidak bisa, soalnya saya sejak kecil pernafasan
terganggu, Asma, jadi tidak bisa olahraga kuat-kuat, paling jalan-jalan
santai”(SL)

”Aku idak katik lagi olahraga”(MH)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 5 dari 7 orang keluarga mengatakan bahwa informan berolahraga dengan jalan

santai dan 2 orang keluarga lagi mengatakan informan tidak pernah berolahraga.

Sedangkan menurut perawat di ruang kardiologi mengatakan olahraga yang baik untuk

pasien penyakit jantung koroner adalah berjalan kaki selama 30 menit setiap harinya,

bisa dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Pada hasil observasi tidak terlihat informan

yang berolahraga.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa perilaku informan

berolahraga sudah sangat baik karena (5 dari 7 informan) melakukan olahraga dengan

jalan santai.

2) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

frekuensi berolahraga pasien setiap minggu, diperoleh data seperti pada tabel berikut

ini
Tabel 5.27
Frekuensi Olahraga Pasien

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola ”Satu kali 5 dari 7 orang informan yang Frekuensi olahraga
aktivitas / seminggu”(NY) mengatakan berolahraga, sudah cukup baik
olahraga ”Dua kali diantaranya 2 orang karena (2 dari 5
seminggu”(DA) berolahraga setiap hari, 1 informan) yang
”Setiap hari”(AH) orang 1 kali dalam seminggu, berolahraga, setiap
”Setiap hari”(ST) 1 orang 2 kali dalam seminggu harinya mereka
”Idak tetap”(SI) dan 1 orang lagi tidak tetap selalu berolahraga

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 5 dari 7 orang informan

yang mengatakan berolahraga, diantaranya 2 orang berolahraga setiap hari, 1 orang 1

kali dalam seminggu, 1 orang 2 kali dalam seminggu dan 1 orang lagi tidak tetap.

Beberapa petikan keterangan dari informan yang diperoleh berikut :

”Sebaiknya 3 sampai 4 kali seminggu. Tapi lihat keadaan, terkadang satu kali
seminggu” (NY)

”Kalau tidak malas tiap hari tapi kalau malas ya... 2 kali seminggu” (DA)

”Saya jalan santai setiap hari” (AH)

”Yo... biaso tiap pagi, asal idak hujan, semenjak di rumah sakit ini berhenti
dulu” (ST)

”Idak (Tidak) tetap” (SI)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 5 dari 7 orang keluarga yang mengatakan bahwa informan berolahraga,

diantaranya 3 orang keluarga mengatakan bahwa informan berolahraga jalan santai

setiap paginya, 1 orang keluarga mengatakan informan jarang berolahraga dan 1 orang

keluarga mengatakan informan berolahraga satu kali dalam seminggu yaitu setiap hari

minggu.
Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa frekuensi olahraga

sudah cukup baik karena (2 dari 5 informan) yang berolahraga, setiap harinya mereka

selalu berolahraga.

3) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

lamanya pasien berolahraga, diperoleh data seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.28
Lamanya Pasien Berolahraga

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola ”1 tahun”(NY) 5 dari 7 orang informan Lamanya berolahraga
aktivitas / ”Dari tahun 2002”(DA) yang mengatakan sudah sangat baik
olahraga ”Januari 2004”(AH) berolahraga, diantaranya karena (4 dari 5
”Tahun 2007”(ST) 4 orang sudah informan) yang
”Baru(SI) berolahraga ≥ 1 tahun berolahraga ternyata
dan 1 orang lagi baru mereka sudah ≥ 1
melakukan olahraga tahun berolahraga

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 5 dari 7 orang informan

yang mengatakan berolahraga, diantaranya 4 orang sudah berolahraga ≥ 1 tahun dan 1

orang lagi baru melakukan olahraga. Beberapa petikan keterangan dari informan yang

diperoleh berikut :

”Sudah satu tahun” (NY)

”Sudah lamalah, dari tahun 2002 sudah mulai sering jalan tapi itu tidak rutin,
kalau lagi bosan waktu itu satu bulan tidak olahraga” (DA)

”Dari Januari 2004 saya sudah mulai jalan pagi” (AH)

”Semenjak masuk rumah sakit tahun 2007” (ST)

”Baru minggu-minggu belakang ini lah”(SI)


Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 5 dari 7 orang keluarga yang mengatakan bahwa informan berolahraga,

diantaranya 4 orang keluarga mengatakan bahwa informan rata-rata sudah berolaraga ≥

1 tahun dan 1 orang keluarga lagi mengatakan bahwa informan baru berolaraga.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa lamanya

berolahraga sudah sangat baik karena (4 dari 5 informan) yang berolahraga ternyata

mereka sudah ≥ 1 tahun berolahraga.

4) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

pentingnya berolahraga, diperoleh data seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.29
Pentingnya Berolahraga

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola ”Menjaga 5 dari 7 orang informan Pengetahuan tentang
aktivitas / kesehatan”(NY) yang mengatakan pentingnya berolahraga
olahraga ”Darah jalan”(DA) berolahraga, sangat cukup baik
”Menembus sumbatan diantaranya 4 orang karena (4 dari 5
jantung”(AH) mengetahui pentingnya informan) yang
”Untuk kesehatan”(ST) berolahraga dan 1 berolahraga ternyata
”Idak tau (Tidak orang lagi tidak mereka mengetahui
tahu)”(SI) mengetahui pentingnya pentingnya berolahraga
berolahraga

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 5 dari 7 orang informan

yang mengatakan berolahraga, diantaranya 4 orang mengetahui pentingnya berolahraga

dan 1 orang lagi tidak mengetahui pentingnya berolahraga. Beberapa petikan keterangan

dari informan yang diperoleh berikut :

”Untuk menjaga kesehatan badan” (NY)


”Olahraga itu kan penting untuk kita, untuk menggerakkan urat-urat kita supaya
darah jalan, jadi kalau tidak berolahraga badan jadi pegal” (DA)

”Ini bukan menurut saya, saya disarankan dokter, karena dengan jalan
sumbatan pada jantung dapat tembus katanya” (AH)

”Iyo..untuk kesehatan” (ST)

”Idak tau aku”(SI)

Kebenaran terangan yang diberikan oleh informan diatas, menurut peneliti tidak

dapat diperkuat oleh keluarga dan perawat karena orang yang paling mengetahui

pentingnya berolahraga adalah informan sendiri.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa pengetahuan

tentang pentingnya berolahraga sangat cukup baik karena (4 dari 5 informan) yang

berolahraga ternyata mereka mengetahui pentingnya berolahraga.

5) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

manfaat yang dirasakan dengan berolahraga, diperoleh data seperti pada tabel berikut

ini :

Tabel 5.30
Manfaat Yang Dirasakan Oleh Pasien Dengan Berolahraga

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola ”Tidak masuk 5 dari 7 orang informan Manfaat berolahraga yang
aktivitas / angin”(NY) yang mengatakan dirasakan sudah cukup baik
olahraga ”Enak”(DA) berolaraga, diantaranya 4 karena (4 dari 5 informan)
”Belum saya orang merasakan manfaat yang berolaraga sudah
rasakan”(AH) berolahraga dan 1 orang merasakan manfaat dari
”Bagus”(ST) lagi tidak merasakan berolahraga
”Lemak”(SI) manfaat dari berolaraga

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 5 dari 7 orang informan

yang mengatakan berolaraga, diantaranya 4 orang merasakan manfaat berolahraga dan 1

orang lagi tidak merasakan manfaat dari berolahraga. Beberapa petikan keterangan dari

informan yang diperoleh berikut :

”Dulu aku sering masuk angin, tapi semenjak berolahraga tidak lagi gampang
masuk angin” (NY)

”Ya...Sehat ! badan menjadi enak” (DA)

”Sekarangkan saya mau diperiksa, tapi manfaatnya belum saya rasakan karena
badan saya masih merasa sakit”(AH)

”Manfaat olahraga itu bagus untuk kesehatan” (ST)

”Lemak rasonyo jalan-jalan itu, hati lemak rasonyo” (SI)

Kebenaran terangan yang diberikan oleh informan diatas, menurut peneliti tidak

dapat diperkuat oleh keluarga dan perawat karena orang yang paling mengetahui penting

dan merasakan manfaat dari berolahraga adalah informan sendiri.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa manfaat

berolahraga yang dirasakan sudah cukup baik karena (4 dari 5 informan) yang

berolahraga sudah merasakan manfaat dari berolahraga.


6) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

jenis aktivitas yang dilakukan pasien setiap hari, diperoleh data seperti pada tabel

berikut ini :

Tabel 5.31
Jenis Aktivitas Setiap Hari Yang Dilakukan Oleh Pasien

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Pola ”Beres-beres rumah”(NY) 4 dari 7 orang Kebiasaan aktivitas
aktivitas / ”Macam-macam”(DA) informan informan tidak baik
olahraga ”Tidak ada”(AH) mengatakan tidak karena (4 dari 7
”Pensiun”(ST) ada aktivitas informan) tidak
”Idak katik (Tidak ada)”(SI) sedangkan 3 orang mempunyai aktivitas
”Ngumpul”(SL) lagi mengatakan
”Idak katik (Tidak ada)”(MH) ada aktivitas

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 4 dari 7 orang informan

mengatakan tidak ada aktivitas sedangkan 3 orang lagi mengatakan ada aktivitas.

Beberapa petikan keterangan dari informan yang diperoleh berikut :

”Ya... Biasalah ibu rumah tangga, nyuci baju, nyuci piring, beres-beres
rumahlah”(NY)

”Aktivitas setiap hari itu biasalah, kitakan ibu rumah tangga, ya... macam-
macalah, bisa nyuci, walaupun punya pembantu kalau kita kurang merasa puas
kita nyuci, masak, nyapu, motong kembang, banyaklah dirumah”(DA)

”Sekarang saya tidak lagi bekerja, jadi tidak ada aktivitas yang berarti” (AH)

”Sekarang dirumah bae, pensiun” (ST)

”Macam-macam, cuma aku mak ini idak biso nyapu lemas badan. Idak katik
gawe di rumah tu..(Macam-macam, cuma saya sekarang tidak bisa nyapu
karena badan terasa lemas, tidak ada kerjaan dirumah itu) ” (SI)

”Main-mainlah, ngumpul-ngumpul dengan kawan-kawan, jalan-jalan, soalnyo


gawe balek sore malam ngumpul-ngumpul”(SL)
”Idak katik kegiatan aku, cuma nyapu, kalau jalan-jalan jauh idak kuat (Tidak
ada kegiatan, cuma nyapu, kalau jalan-jalan jauh tidak sannggup)” (MH)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 4 dari 7 orang keluarga mengatakan bahwa informan tidak mempunyai aktivitas

yang berarti karena informan sudah pensiun sedangkan 3 orang keluarga lagi

mengatakan informan mempunyai aktivitas seperti bekerja, melakukan pekerjaan rumah,

dan lain-lain.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa kebiasaan

aktivitas informan tidak baik karena (4 dari 7 informan) tidak mempunyai aktivitas.

Menurut informan perawat ruang kardiologi ada pola aktivitas/olahraga yang

baik bagi pasien penyakit jantung koroner, terungkap sebagai berikut :

”PJK, yang lebih bagus olahraganya jalan kaki selama 30 menit, kalau tidak

bisa pagi, bisa juga dilakukan pada sore hari” (DN)

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa dengan berjalan

kaki selama 30 menit dapat mencegah terjadinya PJK.

Pada hasil observasi yang dilakukan di ruang kardiologi RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang, tidak telihat satupun informan yang berolahraga, mungkin ini

dikarenakan informan sedang menjalani perawatan dan pengobatan.

Dari berbagai pertanyaan yang diajukan pada informan tentang pola

olahraga/aktivitas pasien penyakit jantung koroner di ruang kardiologi RSUP

Dr.Mohammad Hoesin Palembang, mulai dari pertanyaan nomor 1 sampai dengan


pertanyaan nomor 6 dapat disimpulkan bahwa 5 dari 7 orang informan melakukan

olahraga secara rutin, diantaranya 2 orang melakukan olahraga setiap hari, 1 orang

melakukan olahraga 1 kali dalam seminggu, 1 orang melakukan olahraga 2 kali dalam

seminggu dan 1 orang lagi tidak tetap, sedangkan 4 dari 7 orang informan tidak

mempunyai aktivitas yang berarti karena informan sudah tua dan pensiun dan 3 orang

lagi masih mempunyai aktivitas seperti bekerja, dan lain-lain.

Kesimpulan diatas dapat diinterprestasikan bahwa perilaku olahraga/aktivitas

informan sudah cukup baik karena 5 dari 7 orang informan melakukan olahraga secara

rutin setiap hari atau setiap minggu dan 4 dari 7 orang informan masih mempunyai

aktivitas rutin seperti bekerja.

5.3.5 Pola minuman beralkohol

Adapun informasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam mengenai

kebiasaan alkohol pasien, meliputi :

1) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

kebiasaan minum alkohol pasien, diperoleh data seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 5.32
Kebiasaan Minum Alkohol Pasien

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Kebiasaan ”Tidak”(NY) 5 dari 7 orang informan Sebagaian besar
alkohol ”Tidak”(DA) mengatakan tidak berperilaku sehat yaitu
”Dulu pernah”(AH) pernah mengkonsumsi tidak mengkonsumsi
”Idak (Tidak) minuman berolakohol alkohol karena hanya (2
pernah”(ST) sedangkan 2 orang lagi dari 7 informan) yang
”Idak (Tidak)”(SI) pernah mengkonsumsi dulunya pernah
”Dulu iyo (Dula minuman beralkohol mengkonsumsi
iya)”(SL) minuman beralkohol
”Idak (Tidak)”(MH)

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 5 dari 7 orang informan

mengatakan tidak pernah mengkonsumsi minuman berolakohol sedangkan 2 orang lagi

pernah mengkonsumsi minuman beralkohol. Beberapa petikan keterangan dari informan

yang diperoleh berikut :

”Tidak pernah”(NY)

”Sama sekali tidak”(DA)

”Dulu pernah, malahan perpuluh tahun”(AH)

”Idak (Tidak) pernah”(ST)

”Idak (Tidak)”(SI)

”Dulu Iyo, waktu SMP”(SL)

”Idak (Tidak)”(MH)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 5 dari 7 orang keluarga mengatakan bahwa informan tidak pernah

mengkonsumsi minuman beralkohol sedangkan 2 orang keluarga lagi mengatakan

bahwa informan dulunya pernah mengkonsumsi minuman beralkohol.


Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa sebagaian besar

berperilaku sehat yaitu tidak mengkonsumsi alkohol karena hanya (2 dari 7 informan)

yang dulunya pernah mengkonsumsi minuman beralkohol.

2) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

jumlah alkohol yang diminum dalam sehari semalam, diperoleh data seperti pada

tabel berikut ini :

Tabel 5.33
Jumlah Minuman Beralkohol Yang Diminum Pasien

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Kebiasaan ”Dulu tergantung 2 dari 7 orang informan yang Ada kemungkin PJK
alkohol kemampuan”(AH) pernah mengkonsumsi yang di derita
”Dulu setengah minuman beralkohol, informan dapat
cangkir”(SL) diantaranya 1 orang disebabkan oleh
banyaknya minum alkohol kebiasaan informan
tergantung kemampuan yang dulunya pernah
sedangkan 1 orang lagi mengkonsumsi
sebanyak setengah cangkir minuman beralkohol

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 2 dari 7 orang informan

yang pernah mengkonsumsi minuman beralkohol, diantaranya 1 orang banyaknya

minum alkohol tergantung kemampuan sedangkan 1 orang lagi sebanyak setengah

cangkir. Beberapa petikan keterangan dari informan yang diperoleh berikut:

”Kalau dulu saya minum sering malam. Kalau banyaknya tergantung


kemampuan, baik kemampuan untuk minum maupun kemampuan uang untuk
membeli” (AH)

” Waktu SMP kalau minum setengah cangkirlah seminggu sekali” (SL)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 2 dari 7 orang keluarga yang mengatakan bahwa informan dulunya pernah
mengkonsumsi minuman beralkohol, ke-2 keluarga mengatakan bahwa informan dapat

menghabiskan 1 botol dalam sekali minum.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa ada kemungkin

PJK yang di derita informan dapat disebabkan oleh kebiasaan informan yang dulunya

pernah mengkonsumsi minuman beralkohol.

3) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

lamanya pasien pernah mengkonsumsi alkohol, diperoleh data seperti pada tabel

berikut ini :

Tabel 5.34
Lamanya Pasien Pernah Mengkonsumsi Alkohol

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Kebiasaan ”82 samapai 2 dari 7 orang informan Lamanya mengkonsumsi
alkohol 2000”(AH) yang pernah alkohol tidak baik untuk
”Setahun”(SL) mengkonsumsi minuman kesehatan karena 1 orang
alkohol, diantaranya 1 informan pernah
orang mengkonsumsi mengkonsumsi alkohol dari
alkohol dari tahun 1982- tahun 1982-2000 dan 1
2000, sedangkan 1 orang orang lagi ≥ 1 tahun
lagi ≥ 1 tahun

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat 2 dari 7 orang informan

yang pernah mengkonsumsi minuman alkohol, diantaranya 1 orang mengkonsumsi

alkohol dari tahun 1982-2000, sedangkan 1 orang lagi ≥ 1 tahun. Beberapa petikan

keterangan dari informan yang diperoleh berikut:

”Dari tahun 82 sampai 2000, setelah itu saya berhenti” (AH)

”Lamo, sehatunlah (Lama, satu tahun)” (SL)


Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana 2 dari 7 orang keluarga yang mengatakan bahwa informan dulunya pernah

mengkonsumsi minuman beralkohol, diantaranya 1 orang keluarga mengatakan

informan pernah mengkonsumsi alkohol selama 20 tahun, sedangkan 1 keluarga lagi

mengatakan informan pernah mengkonsumsi alkohol selama 1 tahun.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa lamanya

mengkonsumsi alkohol tidak baik untuk kesehatan karena 1 orang informan pernah

mengkonsumsi alkohol dari tahun 1982-2000 dan 1 orang lagi ≥ 1 tahun.

4) Informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan mengenai

bahaya mengkonsumsi alkohol, diperoleh data seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.35
Bahaya Minum Alkohol Menurut Pasien

Topik Informan Kesimpulan Interprestasi


Kebiasaan ”Merugikan kesehatan”(NY) Dari 7 orang Pengetahuan
alkohol ”Merusak jantung”(DA) informan informan mengenai
”Banyak”(AH) kesemuanya bahaya
”Mengganggu kesehatan”(ST) mengatakan mengkonsumsi
”Membuat mabuk”(SI) adanya bahaya alkohol sudah baik
”Makar jantung”(SL) dari karena ke-7 informan
”Merusak kesehatan”(MH) mengkonsumsi mengetahui bahaya
minuman alkohol dari mengkonsumsi
bagi kesehatan minuman beralkohol

Hasil wawancara mendalam dengan informan, didapat dari 7 orang informan

kesemuanya mengatakan adanya bahaya dari mengkonsumsi minuman alkohol bagi

kesehatan. Beberapa petikan keterangan dari informan yang diperoleh berikut:

”Banyak ! yang jelas merugikan kesehatan badan” (NY)


”Banyak bahayanya, merusak jantung, merusak paru-paru, truss katanya perut
menjadi gendut” (DA)

”Banyak sekali, saya terkena hipertensi, terkena jantung mungkin dari sanalah
penyebabnya” (AH)

”Aku kiro sangat bahayo mengganggu kesehatan jadi idak perlu (Saya kira
sangat berbahaya mengganggu kesehatan jadi tidak perlu)” (ST)

”Idak tau, idak terti aku alkohol itu, apo alkohol itu ? apo yang buat wong
mabuk ? kalau itu biso merusak jantung kalau (Tidak tahu, tidak mengerti saya
alkohol, apa alkohol itu ? apa yang membuat orang mabuk)” (SI)

”Kalau sedikit segar, kalau bahayonyo biso makar jantung, paru-paru (Kalau
sedikit segar, kalau bahayanya bisa membakar jantung, paru-paru)” (SL)

”Banyaklah, merusak kesehatan” (MH)

Kebenaran keterangan yang diberikan informan diatas diperkuat oleh keluarga

dimana dari 7 orang keluarga, kesemua keluarga mengatakan adanya bahaya dari

mengkonsumsi minuman beralkohol bagi kesehatan.

Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa pengetahuan

informan mengenai bahaya mengkonsumsi alkohol sudah baik karena ke-7 informan

mengetahui bahaya dari mengkonsumsi minuman beralkohol.

Menurut informan perawat di ruang kardiologi ada dampak dari minum-

minuman beralkohol bagi kesehatan pasien penyakit jantung koroner, terungkap sebagai

berikut :

”Banyak ! bukan jantung kali tapi lebih kehepar, kalau jantung ya pasti sangat-

sangat berpengaruh” (DN)


Dari keterangan yang diberikan diatas, dapat dikatakan bahwa alkohol dapat

merugikan kesehatan dan juga penyebab PJK.

Pada hasil observasi yang dilakukan di ruang kardiologi RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang, tidak didapat satupun informan yang minum-minuman beralkohol.

Dari berbagai pertanyaan yang diajukan pada informan tentang kebiasaan

mengkonsumsi minuman beralkohol pada pasien penyakit jantung koroner di ruang

kardiologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, mulai dari pertanyaan nomor 1

sampai dengan pertanyaan nomor 4 dapat disimpulkan bahwa 2 dari 7 orang informan

pernah mengkonsumsi minuman beralkohol, diantaranya 1 orang pernah mengkonsumsi

minumam beralkohol dari 1982 sampai 2000 yang jumlah minumnya dalam sekali

minum tergantung kemampuan dan 1 orang lagi pernah mengkonsumsi alkohol ≥ 1

tahun yang jumlah minumnya dalam sekali minum sebanyak setengah cangkir,

sedangkan 5 orang lagi tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol.

Kesimpulan diatas dapat diinterprestasikan bahwa perilaku informan sehat

karena 5 dari 7 orang informan tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol dan

hanya 2 dari 7 orang informan dulunya pernah mengkonsumsi minuman beralkohol

yangmana sekarang informan tersebut sudah berhenti dari kebiasaan minum-minuman

beralkohol.
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Peneliti

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tujuan menemukan

informasi mendalam mengenai gaya hidup pasien penyakit jantung koroner dan juga

ingin menemukan akar permasalahan yang ada pada pasien penyakit jantung koroner.

Pengumpulan informasi selain dilakukan sendiri oleh peneliti, terkadang juga ditemani

oleh teman sebagai notulen, selain itu juga bertujuan untuk mendapatkan informasi yang

lebih akurat dari informan, sebagai perbandingan bagi peneliti antara hasil yang didapat

oleh peneliti dengan teman yang menemani peneliti, pengumpulan informasi juga

menggunakan tape recorder untuk wawancara mendalam serta menggunakan pedoman

wawancara mendalam, selain itu dilakukan juga observasi di ruang kardiologi RSUP

Dr.Mohammad Hoesin Palembang, untuk observasi peneliti menggunakan chek list

observasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penelitian ini seperti situasi,

kondisi dan lingkungan pada saat peneliti melakukan wawancara mendalam. Hal ini

sangat berpengaruh terhadap informasi yang diberikan oleh informan dalam wawancara

mendalam sehingga hanya berdasarkan daya ingat dan perasan informan pada saat

wawancara, jadi mungkin saja terjadi faktor lupa atau bias. Oleh karena itu peneliti

menggunakan trianggulasi sumber dan trianggulasi metode untuk melihat kebenaran

informasi yang diberikan informan.


6.2 Karakteristik Informan Pasien

6.2.1 Umur

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan

informan mengenai gaya hidup pasien penyakit jantung koroner di ruang kardiologi

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, diketahui bahwa semua informan berusia ≥

20 tahun dan bahkan sebagian sudah berusia lanjut.

Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Anwar

(2008), yang mana di Amerika Serikat kadar kolesterol pada laki-laki maupun

perempuan mulai meningkat pada umur 20 tahun. Pada laki-laki kadar kolesterol akan

meningkat sampai umur 50 tahun dan akhirnya turun sedikit setelah umur 50 tahun.

Kadar kolesterol perempuan sebelum menopause (45-60 tahun) lebih rendah dari laki-

laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar kolesterol perempuan biasanya

akan meningkat menjadi lebih tinggi daripada laki-laki.

Salah satu penyebab penyakit jantung koroner dapat disebabkan oleh faktor

umur. Dimana menurut teori mengatakan bahwa “umur 20 tahun” dapat menyebabkan

peningkatan kadar kolesterol baik pada laki-laki maupun perempuan. Pada hasil

penelitian didapat kesemua informan berumur ≥ 20 tahun, bahkan sebagian informan

sudah berusia lanjut. Jadi artinya pada informan dapat dikatakan sudah terjadi

peningkatan kadar kolesterol. Selain itu faktor umur juga dapat menyebabkan

pengerasan arteri, apa bila terjadi pengerasan pada arteri koroner maka disebut

aterosklerosis. Arterosklerosis akan menyebabkan kesulitan bagi arteri untuk

berkontraksi dan relaksasi sehingga aliran darah ke jantung menjadi terganggu.


Berdasarkan hasil penelitian dengan teori yang ada, maka peneliti berpendapat

bahwa ada kemungkinan penyakit jantung koroner yang diderita oleh informan, salah

satu penyebabnya dapat disebabkan oleh faktor umur.

6.2.2 Jenis kelamin

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan

informan mengenai gaya hidup pasien penyakit jantung koroner di ruang kardiologi

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, didapat 4 orang informan dengan jenis

kelamin perempuan. Sehingga dalam penelitian ini yang lebih dominan menderita

penyakit jantung koroner adalah informan dengan jenis kelamin perempuan.

Hasil penelitian diatas sangat tidak sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh

Anwar (2008), yang mengatakan bahwa di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60

tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti laki-laki

mempunyai resiko PJK 2 - 3 kali lebih besar dari pada perempuan.

Ketidaksamaan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh Anwar

(2008). Hal ini mungkin disebabkan karena penelitian menggunakan metode penelitian

kualitatif, dimana penelitian kualitatif jumlah informan tidak sebanyak jumlah

responden pada metode penelitian kuantitatif. Selain itu peneliti hanya meneliti pasien

yang ada pada saat dilakukan penelitian, peneliti tidak menghitung jumlah jenis kelamin,

baik laki-laki maupun perempuan yang menderita penyakit jantung koroner dalam satu

minggu, bulan, maupun tahun. Jadi mungkin saja terjadi faktor kebetulan saat dilakukan
penelitian, dimana saat dilakukan penelitian informan yang ada adalah informan berjenis

kelamin perempuan.

Berdasarkan hasil penelitian dengan teori yang ada, maka peneliti berpendapat

bahwa hasil penelitian yang ada hanya sebatas faktor kebetulan, karena pada saat

peneliti melakukan penelitian bisa saja waktu itu memang perempuan yang terkena

penyakit jantung koroner, tapi ini bukan berarti laki-laki sedikit jumlahnya terkena

penyakit jantung koroner dibanding perempuan.

6.2.3 Berat badan

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan

informan mengenai gaya hidup pasien penyakit jantung koroner di ruang kardiologi

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, didapat 1 orang informan dengan berat badan

tidak ideal dan BMI 31,1 kg/m2. Sedangkan berat badan tidak ideal (obesitas)

merupakan salah satu faktor penyebab penyakit jantung koroner.

Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gray (2005),

yang mana populasi yang diklasifikasikan sebagai obesitas bila indeks massa tubuh

(body mass index /BMI) lebih dari 30 kg/m2. Selain itu hasil penelitian juga sesuai teori

yang dikemukakan oleh Kabo (2008), yang mana hasil penelitiannya menyatakan bahwa

IMT lebih dari 25 kg/m2 bagi wanita dan lebih dari 27 kg/m2 bagi laki-laki, atau lingkar

pinggang lebih dari 80 cm bagi wanita dan lebih dari 90 cm bagi laki-laki sudah

menunjukkan beresiko mendapat penyakit jantung koroner.


Salah satu penyebab penyakit jantung koroner dapat disebabkan oleh faktor

kegemukan. Dimana menurut teori mengatakan resiko penyakit jantung koroner akan

meningkat bila berat badan mulai melebihi 20% dari berat badan ideal. Jadi dapat

dikatakan bila berat badan melebihi 20% dari berat badan ideal dapat meningkatkan

kadar kolesterol total dan LDL kolesterol, seperti diketahui bahwa kadar kolesterol yang

tinggi merupakan penyebab terjadinya pembentukan plak pada intima ateri. Plak yang

semangkin menebal akan meyebabkan aliran darah kejantung terganggu, keadaan ini

dapat menyebabkan penyakit jantung koroner yang lebih lanjut seperti angina pektoris

atau infark miokardium. Salah satu cara agar obesitas tidak berlanjut pada penyakit

jantung koroner adalah mengurangi berat badan dengan cara berolahraga secara teratur

dan mengatur pola diet dengan baik sehingga berat badan menjadi ideal. Berat badan

ideal merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya penyakit jantung

koroner.

Berdasarkan hasil penelitian dengan teori yang ada, maka peneliti berpendapat

bahwa ada kemungkinan penyakit jantung koroner yang diderita oleh informan, salah

satu penyebabnya dapat disebabkan oleh faktor kegemukan (berat badan tidak ideal).

6.2.4 Hipertensi

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan

informan mengenai gaya hidup pasien penyakit jantung koroner di ruang kardiologi

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, didapat tiga informan menderita hipertensi.
Sedangkan hipertensi merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan penyakit

jantung koroner.

Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Anwar (2008)

yang mana tekanan darah tinggi (Hipertensi) merupakan salah satu faktor resiko utama

untuk terjadinya penyakit jantung koroner, selain hasil penelitian berbagai tempat di

Indonesia (1978) mendapat prevalensi hipertensi untuk Indonesia berkisar antara 6-15%,

sedangkan di negara-negara maju seperti misalnya Amerika National Health Survey

menentukan frekuensi yang lebih tinggi yaitu mencapai 15-20%.

Adanya kesamaan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh Anwar

(2008) yang mengatakan salah satu faktor penyebab penyakit jantung koroner adalah

hipertensi, karena pada hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah baik tekanan sistole

maupun diastole, tekanan darah yang terus-menerus tinggi juga dapat menyebabkan

arteri selalu teregang sehingga arteri mengalami kesulitan untuk berkontraksi dan

relaksasi, yang mana pada akhirnya menyebabkan aliran darah kejantung terganggu,

aliran darah yang terus-menerus terganggu akan mengakibatkan jantung kekurangan

suplai oksigen dan nutrisi seperti diketahui bahwa oksigen dan nutrisi terikat dengan

hemoglobin. Apa bila aliran darah ke jantung terus terganggu maka jantung akan

mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi yang pada akhirnya membuat jantung

memanifestasikan kedalam bentuk nyeri dada yang sering dikenal dengan angina

pektoris. Angina pektoris yang lama dan tidak teratasi akan dapat menyebabkan

kematian jaringan pada jantung yang lebih dikenal dengan infark miokardium,

sedangkan manifestasi yang lebih buruk dari infark miokardium dapat menyebabkan
kematian. Salah satu cara agar hipertensi tidak berlanjut pada penyakit jantung koroner

adalah dengan cara mengontrol tekanan darah secara teratur, mencegah segala macam

bentuk yang dapat meningkatkan tekanan darah, selain itu yang lebih penting adalah

merubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

Berdasarkan hasil penelitian dengan teori yang ada, maka peneliti berpendapat

bahwa ada kemungkinan penyakit jantung koroner yang diderita oleh informan, salah

satu penyebabnya dapat disebabkan oleh hipertensi yang diderita oleh informan.

6.2.5 Diabetes mellitus

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan

informan mengenai gaya hidup pasien penyakit jantung koroner di ruang kardiologi

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, didapat 1 informan menderita diabetes

mellitus. Seperti hipertensi, diabetes mellitus juga merupakan salah satu faktor yang

dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner.

Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Anwar

(2008), yang mana intoleransi terhadap glukosa merupakan faktor predisposisi penyakit

jantung dan pembuluh darah, selain itu hasil penelitian menunjukkan laki-laki yang

menderita diabetes mellitus beresiko penyakit jantung koroner 50% lebih tinggi daripada

orang normal, sedangkan perempuan resikonya menjadi dua kali lipat. Mekanismenya

belum jelas, akan tetapi terjadi peningkatan hiperlipidemia dan hipertrigliserida.

Salah satu penyebab penyakit jantung koroner dapat disebabkan oleh diabetes

mellitus. Dimana pada diabetes mellitus terjadi peningkatan kadar gula darah, yang
mana peningkatan kadar gula darah dapat menyebabkan konsentrasi kekentalan darah

meningkat. Selain itu diabetes mellitus juga dapat menyebabkan peningkatan agregasi

trombosit yang dapat menyebabkan trombus. Apa bila trombus terjadi pada arteri

koroner dapat menyebabkan penyempitan arteri koroner. Penyempitan dapat sebagian

maupun total, penyempitan total pada arteri koroner, membuat jantung mengalami

kekurangan darah sehingga kebutuhan oksigen jantung terganggu. Bila jantung

mengalami kekurangan oksigen lebih dari 20 menit maka sel-sel miokard mulai

mengalami kematian, keadaan ini akan mencetuskan terjadinya infark miokardium.

Salah satu cara agar diabetes mellitus tidak berlanjut pada penyakit jantung koroner

adalah dengan cara mengontrol gula darah secara teratur, mencegah segala macam

bentuk yang dapat meningkatkan kadar gula darah, selain itu yang lebih penting adalah

merubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

Berdasarkan hasil penelitian dengan teori yang ada, maka peneliti berpendapat

bahwa ada kemungkinan penyakit jantung koroner yang diderita oleh informan, salah

satu penyebabnya dapat disebabkan oleh diabetes mellitus yang diderita informan.

6.2.6 Menopause

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan

informan mengenai gaya hidup pasien penyakit jantung koroner di ruang kardiologi

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, didapat 2 dari 4 orang informan perempuan

sudah mengalami menopause. Menopause dapat menyebabkan peningkatan kadar


kolesterol yang disebabkan karena ketidakseimbangan hormonal dimana peningkatan

kadar kolesterol dapat menyebabkan penyakit jantung koroner.

Hasil peneltian diatas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Anwar (2008),

yang mana kadar kolesterol perempuan sebelum menopause (45-60 tahun) lebih rendah

dari laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar kolesterol perempuan

biasanya akan meningkat menjadi lebih tinggi daripada laki-laki.

Menopause memang tidak termasuk dalam faktor penyebab penyakit jantung

koroner, baik penyebab yang tidak dapat dimodifikasi maupun penyebab yang dapat

dimodifikasi, namun sesuai teori yang dikemukakan oleh Anwar (2008) yang

mengatakan bahwa kadar kolesterol perempuan akan meningkat menjadi lebih tinggi

setelah mengalami menopause daripada laki-laki. Seperti diketahui kadar kolesterol

yang tinggi merupakan salah satu faktor penyebab penyakit jantung koroner, sehingga

dapat dikatakan menopause merupakan salah satu faktor tidak langsung penyebab

penyakit jantung koroner, selain itu menopause juga dapat menyebabkan

ketidakseimbangan hormanal pada perempuan, dimana pada menopause terjadi

ketidakseimbangan kadar hormon estrogen dan progesteron, sehingga membuat

perempuan mudah tidak stabil (emosional) dan cenderung mudah stress, sedangkan

stress juga merupakan salah satu faktor penyebab penyakit jantung koroner.

Berdasarkan hasil penelitian dengan teori yang ada, maka peneliti berpendapat

bahwa menopause yang dialami oleh informan merupakan salah satu faktor tidak

langsung penyebab penyakit jantung koroner yang diderita oleh informan.


6.3 Gaya Hidup

6.3.1 Pola merokok

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan

informan mengenai pola merokok pasien penyakit jantung koroner di ruang kardiologi

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, didapatkan bahwa perilaku informan tidak

sehat karena hanya 2 dari 7 orang informan merupakan perokok aktif, diantaranya 1

orang dapat menghabiskan rokok 3 bungkus dalam sehari semalam dan 1 orang lagi

dapat menghabiskan 1 bungkus dalam sehari semalam. Sedangkan 3 dari 7 orang

informan merupakan perokok pasif.

Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Anwar (2008)

dimana orang yang merokok lebih dari 20 batang perhari dapat mempengaruhi atau

memperkuat efek utama resiko lainnya. Sedangkan itu hasil penelitian Framingham;

mendapatkan kematian mendadak akibat penyakit jantung koroner pada laki-laki

perokok 10 kali lebih besar dari pada bukan perokok dan pada perempuan perokok 4 1/2

kali lebih besar daripada bukan perokok. Rokok dapat menyebabkan 25% kematian

penyakit jantung koroner pada laki-laki umur kurang dari 65 tahun atau 80% kematian

penyakit jantung koroner pada laki-laki umur kurang dari 45 tahun. Selain itu hasil

penelitian diatas juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yayasan Jantung

Indonesia (2008), dimana seseorang yang berada di sekitar perokok, memiliki 70%

resiko menderita penyakit akibat merokok.


Salah satu penyebab penyakit jantung koroner dapat disebabkan oleh kebiasaan

merokok dan menghirup asap rokok dari orang yang merokok, dimana pada orang yang

merokok dan menghirup asap rokok lebih cenderung menderita penyakit jantung

koroner dibandingkan yang bukan perokok, ini disebabkan karena pada rokok

terkandung suatu zat yang bernama nikotin yang mana dapat merusak kesehatan badan.

Nikotin menyebabkan kecenderungan hemoglobin (Hb) dalam darah untuk terikat

dengan karbondioksida dibandingkan oksigen, sehingga tubuh mengalami kekurangan

oksigen begitupun dengan jantung. Apabila jantung kekurangan oksigen, jantung akan

meningkatkan kerjanya dengan cara meningkatkan kontraktilitas jantung untuk lebih

cepat memompakan darah, keadaan ini bukannya meningkatkan oksigen ke jantung

malahan memperberat kerja jantung, yang mana semakin meningkatkan kebutuhan

oksigen jantung. Cara yang sangat baik untuk tidak terkena penyakit jantung koroner

adalah berhenti dari kebiasan merokok dan menghindari terhirup asap rokok.

Berdasarkan hasil penelitian dengan teori yang ada, maka peneliti berpendapat

bahwa salah satu penyebab penyakit jantung koroner yang diderita oleh informan dapat

disebabkan oleh kebiasaan merokok informan, baik perokok aktif maupun perokok

pasif.

6.3.2 Pola diet/makan

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan

informan mengenai pola diet/makan pasien penyakit jantung koroner di ruang kardiologi

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, didapatkan jenis makanan yang dimakan
informan adalah tinggi serat, rendah kolesterol, dan rendah garam karena 4 dari 7 orang

informan mengkonsumsi buah dan sayur, 5 dari 7 orang informan mempunyai pantangan

terhadap makanan tertentu, dan 4 dari 7 orang informan makan-makanan selingan yaitu

buah-buaahan.

Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yayasan

Jantung Indonesia (2008), dimana diet yang seimbang adalah dengan memperbaiki

makanan buah dan sayur, mengkonsumsi daging yang tidak berlemak, cara memasak

sesuai dengan anjuran kesehatan, serta menghindari gorengan-gorengan, santan, dan

garam yang berlebihan, yang paling penting adalah merubah gaya hidup yang tidak sehat

menjadi gaya hidup yang lebih sehat.

Menurut bagian Instalasi Gizi RSUP Dr.Moammad Hoesin Palembang, pola diet

bagi pasien penyakit jantung koroner yang menjalani perawatan di RS terbagi dalam 4

bagian, antara lain : 1) Diet jantung I berupa makanan cair, 2) Diet jantung II berupa

bubur saring atau bubur biasa, 3) Diet jantung III berupa nasi tim, dan 4) Diet jantung IV

berupa nasi biasa. Sedangkan syarat diet penyakit jantung koroner, baik bagi pasien di

RS maupun sudah pulang ke rumah adalah : rendah kolesterol terutama bila disertai

dengan dislipidemia, vitaman dan mineral yang cukup, rendah garam yaitu 2 – 3

gram/hari jika disertai hipertensi atau edema, makanan mudah dicerna, tidak

menimbulkan gas, dan serat yang cukup.

Pada pasien penyakit jantung koroner sangat diperlukan diet yang seimbang

dengan memperbaiki makanan seperti memperbanyak mengkonsumsi makanan yang

berserat tinggi, mengurangi makanan yang terlalu asin atau rendah garam dan
menghindari makanan yang mengandung kolesterol tinggi karena makanan yang

mengandung kolesterol tinggi akan mengakibatkan peningkatan kadar kolesterol dalam

darah, seperti diketahui bahwa kolesterol yang tinggi dalam darah merupakan salah satu

penyebab terjadinya penyakit jantung koroner. Diet yang seimbang dapat mencegah atau

membantu proses penyembuhan penyakit jantung koroner.

Berdasarkan hasil penelitian dengan teori yang ada, maka peneliti berpendapat

bahwa pola diet/makan informan sudah cukup baik karena informan mengkonsumsi

makanan yang tinggi serat, rendah garam dan rendah kolesterol.

6.3.3 Kebiasaan stress

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan

informan mengenai kebiasaan stress pasien penyakit jantung koroner di ruang kardiologi

RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang, didapatkan bahwa cara informan untuk

mengurangi stress sudah baik karena 6 dari 7 orang informan melakukan kegiatan yang

positif untuk mengurangi stress seperti mendengarkan ceramah, mengaji, jalan-jalan,

memancing ikan dan lain-lain.

Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yayasan

Jantung Indonesia (2008), dimana stress yang terus menerus dapat berakibat terkena

penyakit jantung, sehingga perlu mengurangi stress dengan cara sendiri, misalnya:

melakukan kegiatan fisik/olahraga, menjadi pekerja sosial, atau mengerjakan kegiatan.

Stress dapat diatasi dengan kegiatan positif karena stress yang kronis dapat

menyebabkan terjadinya pelepasan adrenalin yang berlebihan, sedangkan adrenalin yang


berlebihan didalam tubuh akan menyebabkan jantung lebih cepat berdenyut sehingga

dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan oksigen jantung, yang mana lebih

lanjut dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner. Selain itu stress juga

dapat mengganggu keadaan psikologis seseorang. Mencegah stress merupakan salah

satu cara untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner.

Berdasarkan hasil penelitian dengan teori yang ada, maka peneliti berpendapat

bahwa cara informan untuk mengurangi stress sudah cukup baik karena informan

melakukan kegiatan yang positif seperti berekreasi dan melakukan hobi.

6.3.4 Pola olahraga/aktivitas

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan

informan mengenai pola olahraga pasien penyakit jantung koroner di ruang kardiologi

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, didapatkan bahwa perilaku olahraga/aktivitas

informan sudah cukup baik karena 5 dari 7 orang informan melakukan olahraga secara

rutin setiap hari atau setiap minggu dan 4 dari 7 orang informan masih mempunyai

aktivitas rutin seperti bekerja.

Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yayasan

Jantung Indonesia (2008), dimana melakukan gerak jalan cepat selama 30 menit sehari

dapat menurunkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Selain itu hasil

penelitian diatas juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sitorus (2006), yang

mana manfaat utama latihan, terutama untuk mengurangi kebutuhan oksigen miokard

untuk suatu beban kerja submaksimal yang berarti meningkatkan kapasitas fungsional.
Salah satu cara yang terbaik untuk menghindari penyakit jantung koroner adalah

melakukan olahraga secara teratur dan beraktivitas, terutama melakukan jalan santai

selama 30 menit setiap harinya, olahraga jalan santai dapat dilakukan pada pagi hari

maupun sore hari. Olahraga yang dilakukan dan adanya aktivitas untuk bergerak dapat

membantu mengurangi kebutuhan oksigen miokard, selain itu latihan secara konsisten

juga dapat meninggikan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kadar kolesterol LDL.

Seperti diketahui kadar kolesterol LDL merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya

plak pada intima arteri, sedangkan kadar kolesterol HDL dapat berfungsi membantu

penggunaan kolesterol total dengan cara mengangkut LDL ke hati, mengalami

biodegrasi dan kemudian diekskresi. Ini berarti dengan berolahraga secara teratur dapat

meningkatkan kadar kolesterol HDL, dengan meningkatnya kadar kolesterol HDL

berarti dapat menurunkan kadar kolesterol LDL dalam darah sehingga dengan

menurunnya kadar kolesterol LDL dalam darah pembentukan plak pada intima arteri

tidak terjadi. Berolahraga secara teratur merupakan salah satu cara untuk mencegah

terjadinya penyakit jantung koroner.

Berdasarkan hasil penelitian dengan teori yang ada, maka peneliti berpendapat

bahwa cara olahraga/aktivitas informan sudah sangat baik, karena 5 dari 7 orang

informan melakukan jalan santai secara teratur setiap hari atau setiap minggunya, dan 4

dari 7 orang informan masih mempunyai aktivitas rutin seperti bekerja.


6.3.5 Kebiasaan alkohol

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan

informan mengenai kebiasaan alkohol pasien penyakit jantung koroner di ruang

kardiologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, didapatkan bahwa perilaku

informan sehat karena 5 dari 7 orang informan tidak pernah mengkonsumsi minuman

beralkohol dan hanya 2 dari 7 orang informan dulunya pernah mengkonsumsi minuman

beralkohol yangmana sekarang informan tersebut sudah berhenti dari kebiasaan minum-

minuman beralkohol.

Hasil penelitian diatas tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Anwar

(2008), dimana jumlah alkohol yang cukup tinggi diminum secara teratur dapat menjadi

racun bagi tubuh. Makin banyak konsumsi alkohol maka kemungkinan terkena penyakit

jantung koroner makin tinggi. Alkohol dapat menaikan tekanan darah, memperlemah

jantung, mengentalkan darah, dan menyebabkan kejang arteri.

Ketidaksamaan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh Anwar

(2008), karena hanya 2 dari 7 orang informan yang pernah mengkonsumsi minuman

beralkohol sehingga sebagian besar yaitu 5 dari 7 orang informan tidak mengkonsumsi

minuman beralkohol atau dapat dikatakan bahwa perilaku informan sebagian besar

adalah sehat. Sedangkan menurut teori yang dikemukakan oleh Anwar (2008) diatas;

bahwa minum-minuman beralkohol merupakan salah satu penyebab penyakit jantung

koroner karena dengan meminum-minuman beralkohol dengan jumlah yang banyak

dalam waktu yang lama menyebabkan peningkatan tekanan darah dan darah juga akan

menjadi kental. Tekanan darah yang tinggi seperti diketahui membuat tingginya gradien
tekanan yang harus dilawan oleh ventrikel kiri saat memompakan darah. Tekanan darah

yang tinggi secara terus menerus menyebabkan suplai oksigen jantung meningkat.

Sedangkan darah yang kental juga menyebabkan jantung bekerja lebih ekstra untuk

memompakan darah, kerja jantung yang meningkat dapat menyebabkan meningkatnya

kebutuhan oksigen jantung, yang pada akhirnya menyebabkan penyakit jantung koroner.

Jalan yang terbaik untuk mencegah penyakit jantung koroner salah satunya adalah

berhenti minum-minuman beralkohol.

Berdasarkan hasil penelitian dengan teori yang ada, maka peneliti berpendapat

bahwa perilaku informan adalah sehat karena hanya 2 dari 7 orang informan yang

pernah mengkonsumsi minuman beralkohol.


BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan yang

dikemukakan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1) Gaya hidup pasien penyakit jantung koroner sebagian besar adalah merokok,

baik perokok aktif maupun perokok pasif, selain itu informan juga tidak mengetahui

bahaya dari merokok dan asap rokok yang mereka hirup.

2) Kebiasaan pola diet/makan informan sudah cukup baik karena informan makan

dengan makanan yang tinggi serat, rendah garam dan rendah kolesterol.

3) Kebiasaan olahraga/aktivitas informan sudah cukup baik karena sebagian besar

informan berolahraga dan mempunyai aktivitas untuk bergerak.

4) Cara informan dalam mengatasi stress sudah cukup baik karena informan

mengatasi stress dengan cara yang positif seperti berekreasi dan melaksanakan hobi.

5) Sebagian besar informan berperilaku sehat yaitu tidak mengkonsumsi alkohol

karena hanya 2 dari 7 informan yang dulu pernah mengkonsumsi alkohol.

7.2 Saran

Guna mengatasi masalah seperti pada simpulan penelitian ini, ada beberapa saran

yang dapat disampaikan, antara lain :


1) Bagi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Sangat diharapkan agar rumah sakit mengadakan penyuluhan secara berkala dan

berkelanjutan tentang bahaya merokok bagi kesehatan khususnya kesehatan jantung,

baik bagi perokok aktif maupun perokok pasif. Penyuluhan ini sasarannya hendaklah

bagi semua pengunjung RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, baik dewasa

maupun anak-anak.

2) Bagi Ruang Kardiologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Terus meningkatkan kualitas penyuluhan yang telah dilakukan pada semua pasien

penyakit jantung khususnya pada pasien penyakit jantung koroner. Selain itu juga

terus meningkatkan pengetahuan perawat dengan cara terus melaksanakan berbagai

bentuk pelatihan dan seminar yang telah dilakukan oleh ruang kardiologi.

3) Bagi Instalasi Gizi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Terus memberikan penyuluhan tentang pentingnya pengaturan pola diet yang baik di

rumah bagi pasien penyakit jantung koroner.

4) Bagi pasien penyakit jantung koroner

Pasien penyakit jantung koroner diharapkan mengubah gaya hidup menjadi lebih

sehat, dengan tidak merokok, melakukan diet yang lebih baik lagi, tidak mudah

stress, berolahraga secara teratur, dan juga tidak minum-minuman beralkohol.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, N. 2008. Angina Pektoris. ( http// srv/ www/ Portalkalbe/files/cdk,


diakses 15 April 2008).

Anwar, B. 2008. Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. ( http// www. pjkhk. go. Id,
diakses 9 April 2008).

Ari, 2008. Gaya Hidup Dan Gaya Hidup Sehat, Tantangan Promosi Kesehatan Di
Indonesia. ( http// www. Promosi kesehatan. Com, diakses 20 April 2008).

Brunner, L.S. & Suddarth, D.S. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2.
Jakarta: EGC.

Carribean, 2008. Hidup Sehat. ( http// www. Sehat sukses. Com, diakses 20 April
2008).

Corwin, J.E. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

[Data tidak dipublikasikan], (2008). Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang. Palembang: Rekam Medik.

[Data tidak dipublikasikan], (2008). Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang. Palembang: Ruang Kardiologi.

[Data tidak dipublikasikan], (2005). Profil Kesehatan. Palembang: Dinkes Sumatera


Selatan.

Doenges, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Emporium, 2008. Gaya Hidup "Menikam" Jantung. ( http// www. unhas. ac. Id, diakses
20 April 2008).

Gray, H.H. (2005). Lecture Notes Kardiologi. Edisi IV. Jakarta: Erlangga Medical Series.
Kabo, P. (2008). Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner, Kesaksian
Seorang Ahli Jantung Dan Ahli Obat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Renika Cipta.

Potter & Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktek. Jakarta: EGC.

Roslita, L. (2007). Analisis Klien Penyakit Jantung Koroner Dalam Mencegah Serangan
Ulang Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Tahun 2007. Palembang: Bina Husada.

Salma, 2008. Penyakit Jantung Koroner. (http;// www. Wikipedia. Org, diakses 20
April 2008).

Sitorus, H.R. (2006). Tiga Jenis Penyakit Pembunuh Utama Manusia. Bandung: Yrama
Widya.

Soeharto, I. (2004). Serangan Jantung dan Stroke Hubunganya dengan Lemak dan
Kolesterol. Jakarta: PT. Gramedia Pusat.

Tjokronegoro, A. (2002). Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FKUI.

Ulfah, A. 2008. Gejala Awal Dan Deteksi Dini Penyakit Jantung Koroner. (http;//www.
Pdpersi. co. Id, diakses 15 April 2008).

Yahya, F.A. 2008. Pilihan Terapi Penyakit Jantung Koroner. (http;// www. Kompas. go
id, diakses 9 April 2008).

Yayasan Jantung Indonesia, 2008. Bagaimana memiliki jantung yang sehat. (http;//
www. Inaheart. or. It, diakses 15 April 2008).

Yayasan Jantung Indonesia, 2008. Faktor Resiko Penyakit Jantung Meningkat. (http;//
www. Inaheart. or. It, diakses 15 April 2008).
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
ANALISIS GAYA HIDUP PASIEN JANTUNG KORONER DI RUANG
KARDIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG TAHUN 2008

OLEH:
MELDAWATI

Saya adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan ( PSIK) Sekolah


Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Bina Husada Palembang. Yang akan melakukan
penelitian untuk menyusun skripsi, sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian
sarjana keperawatan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gaya hidup pasien penyakit jantung
koroner di ruang Kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang.
Sehubungan dengan ini, maka saya memerlukan data/informasi yang jujur, nyata
serta menjawab sendiri pertanyaan tanpa di pengaruhi oleh orang lain. saya menjamin
kerahasian pendapat dan identitas diri. Informasi yang bapak/ibu berikan hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan
untuk maksud lain.
Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini bersifat bebas. Bapak/Ibu bebas untuk
ikut atau tanpa adanya sanksi apapun.
Bila bapak/ibu berkenan menjadi responden dalam penelitian ini, sebelum
menjawab pertanyaan wawancara mendalam, mohon untuk menandatangani kolom
dibawah ini.

Inisial Responden :
No Responden :
Tanggal :
Tanda Tangan :
PEDOMAN
WAWANCARA MENDALAM
DENGAN PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER

Petunjuk Umum Wawancara Mendalam


1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan dan kehadirannya.
2. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara.
3. Wawancara dilakukan peneliti.
4. Dalam wawancara informan bebas mengeluarkan pendapat.
5. Dijelaskan bahwa pendapat, saran, dan pengalaman dilapangan sangat berharga.
6. Dalam wawancara tidak ada jawaban yang salah atau benar serta akan dijaga
kerahasiannya.
7. Lakukan perkenalan dua arah baik peneliti maupun informan.

Inisial :
Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Usia :
Pendidikan :
Jenis Kelamin :
Tinggi Badan :
Berat Badan :
Menopause :
Riwayat Penyakit
1. Hipertensi :
2. Diabetes Mellitus :
PERTANYAAN
GAYA HIDUP

I. KEBIASAAN MEROKOK
1.1.Probe :
Seperti makan bapak/ibu tentunya mempunyai kebiasaan, begitupun dalam hal
merokok.
1.1.2 Pertanyaan :
1. Apa bapak/ibu merokok ?
2. Berapa bungkus sehari bapak/ibu merokok ?
3. Kenapa bapak/ibu tidak berhenti merokok ?
4. Bagaimana cara yang baik untuk berhenti merokok ?
5. Sudah berapa lama bapak/ibu merokok ?
6. Sudah berapa lama bapak/ibu berhenti merokok ?
7. Manfaat apa yang dirasa bapak/ibu dengan berhenti merokok ?
8. Menurut bapak/ibu apa bahaya merokok ?
9. Siapa yang sering merokok dekat bapak/ibu ?
II. POLA DIET/POLA MAKAN
2.1 Probe :
Dalam memilih makanan tentu bapak/ibu mempunyai makanan/menu kesukaan.
2.2 Pertanyaan :
1. Apa saja yang bapak/ibu makan ?
2. Apa pantangan makan bapak/ibu ?
3. Makanan apa saja yang baik untuk bapak/ibu ?
4. Bagaimana cara diet yang baik untuk bapak/ibu ?
5. Berapa kali bapak/ibu makan dalam sehari semalam ?
6. Berapa banyak makanan yang dimakan ?
7. Makanan selingan apa yang sering bapak/ibu makan ?
8. Berapa kali bapak/ibu makan-makanan selingan dalam sehari semalam ?
III. KEBIASAAN STRESS
3.1 Probe :
Dalam bekerja, pada saat-saat tertentu bapak/ibu pernah mengalami kebosanan
dimana membuat bapak/ibu merasa tertekan yang pada akhirnya dapat menyebabkan
stress.
3.2 Pertanyaan :
1. Apa arti stress menurut bapak/ibu ?
2. Apa yang bapak/ibu lakukan untuk mengurangi stress ?
3. Apa yang bapak/ibu lakukan bila dalam keadaan kesal ?
4. Kemana bapak/ibu rekreasi ?
5. Berapa kali seminggu bapak/ibu berekreasi ?
6. Apa hobi bapak/ibu ?

IV. POLA AKTIVITAS/OLAHRAGA


4.1 Probe :
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya bapak/ibu mempunyai kebiasaan
aktivitas/olahraga yang sering dilakukan.
4.2 Pertanyaan :
1. Olahraga apa yang baik untuk bapak/ibu ?
2. Berapa kali seminggu bapak/ibu berolahraga ?
3. Sudah berapa lama bapak/ibu berolahraga ?
4. Kenapa olahraga penting untuk bapak/ibu ?
5. Manfaat apa yang dirasakan bapak/ibu dengan berolahraga ?
6. Aktivitas apa saja yang bapak/ibu lakukan setiap hari ?

V. KEBIASAAN ALKOHOL
5.1 Probe :
Seperti halnya kebiasaan merokok, tentu bapak/ibu juga mempunyai kebiasaan tertentu
dalam minum alkohol.
5.2 Pertanyaan :
1. Apa bapak/ibu mengkonsumsi minuman beralkohol ?
2. Berapa banyak yang bapak/ibu minum-minuman beralkohol dalam sehari ?
3. Sudah berapa lama bapak/ibu minum-minuman beralkohol ?
4. Menurut bapak/ibu apa bahaya minum-minum beralkohol ?

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


DENGAN KELUARGA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER
Petunjuk Umum Wawancara Mendalam
1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan dan kehadirannya.
2. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara.
3. Wawancara dilakukan peneliti.
4. Dalam wawancara informan bebas mengeluarkan pendapat.
5. Dijelaskan bahwa pendapat, saran, dan pengalaman dilapangan sangat berharga.
6. Dalam wawancara tidak ada jawaban yang salah atau benar serta akan dijaga
kerahasiannya.
7. Lakukan perkenalan dua arah baik peneliti maupun informan.

Inisial :
Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Hubungan dengan pasien :
PERTANYAAN
GAYA HIDUP

I. KEBIASAAN MEROKOK
1.1 Probe :
Sesuai dengan pernyataan pasien, bahwa pasien merupakan seorang perokok,
bapak/ibu yang tinggal satu rumah dengan pasien tentu mengetahui banyak atau
sedikitnya tentang kebiasaan merokok pasien.
1.2 Pertanyaan :
1. Apa pasien merokok ?
2. Berapa bungkus sehari pasien merokok ?
3. Kenapa pasien tidak berhenti merokok ?
4. Bagaimana cara yang baik agar pasien bisa berhenti merokok ?
5. Sudah berapa lama pasien merokok ?
6. Sudah berapa lama pasien berhenti merokok ?
7. Apa bahaya merokok menurut bapak/ibu bagi pasien ?
8. Siapa yang sering merokok dekat pasien ?
II. POLA DIET/POLA MAKAN
2.1 Probe :
Bapak/ibu yang merupakan bagian dari keluarga pasien, tentunya mengetahui
banyak atau sedikitnya mengenai diet pasien.
2.2 Pertanyaan
1. Apa saja yang dimakan pasien ?
2. Apa pasien ada pantangan terhadap makanan ?
3. Makanan apa saja yang di pantangi pasien ?
4. Apa cara diet pasien sudah baik ?
5. Berapa kali pasien makan ?
6. Berapa banyak makanan yang dimakan oleh pasien ?
7. Makanan selingan apa yang sering di makan oleh pasien ?
III. KEBIASAAN STRESS
3.1 Probe :
Dalam menghadapi hidup ini tentu bapak/ibu pernah mengalami apa yang namanya
stress, keadaan inipun tentunya pernah dialami pasien.
3.2 Pertanyaan :
1. Apa yang pasien lakukan untuk mengurangi stressnya ?
2. Kemana pasien berekreasi ?
3. Berapa kali seminggu pasien berekreasi ?
4. Apa hobi pasien ?
5. Kapan pasien melakukan hobinya tersebut ?
6. Bagaimana sifat pasien ?

IV. POLA AKTIVITAS/OLAHRAGA


4.1 Probe :
Bapak/ibu yang merupakan bagian dari keluarga pasien, tentunya mengetahui
aktivitas/olahraga yang sering dilakukan pasien sehari-harinya.
4.2 Pertanyaan :
1. Olahraga apa yang dilakukan oleh pasien ?
2. Berapa kali seminggu pasien berolahraga ?
3. Sudah berapa lama pasien berolahraga ?
4. Manfaat apa yang dirasakan oleh pasien dengan berolahraga ?
5. Aktivitas apa saja yang pasien lakukan setiap hari ?

V. KEBIASAAN ALKOHOL
5.1 Probe :
Sesuai dengan pernyataan pasien, bahwa pasien merupakan seorang yang
mengkonsumsi alkohol, bapak/ibu sebagai bagian dari keluarga pasien tentunya
mengetahui banyak atau sedikitnya mengenai kebiasaan minum alkohol pasien.
5.2 Pertanyaan :
1. Apa pasien mengkonsumsi minuman beralkohol ?
2. Berapa banyak pasien minum-minuman beralkohol sehari ?
3. Sudah berapa lama pasien minum-minuman beralkohol ?
4. Apa bahaya alkohol menurut bapak/ibu bagi pasien ?

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


DENGAN PERAWAT RUANG KARDIOLOGI

Petunjuk Umum Wawancara Mendalam


1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan dan kehadirannya.
2. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara.
3. Wawancara dilakukan peneliti.
4. Dalam wawancara informan bebas mengeluarkan pendapat.
5. Dijelaskan bahwa pendapat , saran, dan pengalaman dilapangan sangat berharga.
6. Dalam wawancara tidak ada jawaban yang salah atau benar serta akan dijaga
kerahasaiannya.
7. Lakukan perkenalan dua arah baik peneliti maupun informan.

Pelaksanaan
Inisial :
Umur :
Jenis Kelamin :
Status Perkawinan :
Tempat Kerja :
Masa Kerja :
Pendidikan :

Keterangan Pewawancara
Nama Pewawancara :
Tanggal Pewawancara:
Lama Wawancara :
Situasi :

PERTANYAAN
I. GAYA HIDUP
1.1 Probe :
Sebagai seorang perawat yang bekerja di ruang kardiologi, sekaligus memberikan
asuhan keperawatan secara lansung pada pasien, bapak/ibu tentunya banyak
mengetahui tentang gaya hidup yang tidak baik bagi pasien penyakit jantung
koroner.
1.2 Pertanyaan :
1. Bagaimana dampak merokok bagi pasien penyakit jantung koroner ?
2. Bagaimana pola makan yang baik bagi pasien penyakit jantung koroner ?
3. Bagaimana mengendalikan stress yang baik bagi pasien penyakit jantung
koroner ?
4. Bagaimana pola aktivitas/olahraga yang baik bagi pasien penyakit
jantung koroner ?
5. Bagaimana dampak minuman beralkohol bagi pasien penyakit jantung
koroner ?

II. KEBIJAKAN
2.1 Probe :
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, tentu RS mempunyai kebijakan/ peraturan
yang diberikan kepada pasien. Bapak/ibu sebagai perawat di ruang kardiologi
tentunya mengetahui kebijakan/peraturan RS pada pasien penyakit jantung koroner
untuk mencegah serangan ulang.
2.2 Pertanyaan :
1. Prosedur bagaimana yang diberikan pada pasien untuk mencegah
serangan ulang penyakit jantung koroner ?
2. Bila pasien kembali menjalani perawatan yang sama, apa yang
dilakukan ?

III. SARANA DAN PRASARANA


3.1 Probe :
Dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan, tentunya RS harus
melengkapinya dengan sarana dan prasarana yang memadai, bapak/ibu sebagai
perawat yang bekerja di ruang kardiologi tentunya mengetahui bentuk sarana dan
prasarana yang diberikan RS untuk meningkatkan pelayanan keperawatan pada
pasien penyakit jantung koroner.
3.1 Pertanyaan :
1. Apa ada hari khusus untuk pemeriksaan bagi pasien penyaki jantung
koroner ?
2. Bagaimana ketersediaan obat bagi pasien penyakit jantung koroner ?
3. Bagaimana ketersediaan alat kesehatan yang diperlukan untuk melakukan
perawatan pasien penyakit jantung koroner ?
4. Pelayanan kesehatan seperti apa yang diberikan bagi pasien jantung
koroner khususnya pelayanan keperawatan ?
5. Penyuluhan seperti apa yang diberikan pada pasien penyakit jantung
koroner ?

IV. SIKAP
4.1 Pertanyaan :
1. Bagaimana pendapat bapak/ibu bila ada pasien penyakit jantung koroner yang
terkena serangan ulang dan kembali menjalani perawatan ?

CHECK LIST OBSERVASI PARTISIPATIF


PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER
Inisial :
Umur :
Jenis kelamin :
Tanggal :
Alamat :

NO PERNYATAAN HASIL OBSERVASI


YA TIDAK
1. Pasien merokok.
2. Pasien perokok aktif.
3. Pasien perokok pasif.
4. Pasien mengkonsumsi makanan
berkolesterol tinggi.
5. Pasien sering marah.
6. Pasien sering mengalami stress.
7. Pasien berolahraga.
8. Pasien minum-minuman
beralkohol.

CHECK LIST OBSERVASI PARTISIPATIF


PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER

Inisial : NY Pendidikan : SPK


Umur : 54 tahun Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Perumahan PUSRI Blok A No. 13

NO PERNYATAAN HASIL OBSERVASI


YA TIDAK
1. Pasien merokok. - -
2. Pasien perokok aktif. - -
3. Pasien perokok pasif. - -
4. Pasien mengkonsumsi makanan - -
berkolesterol tinggi.
5. Pasien sering marah. - -
6. Pasien sering mengalami stress. - -
7. Pasien berolahraga. - -
8. Pasien minum-minuman - -
beralkohol.

Inisial : DA Pendidikan : SMA


Umur : 60 tahun Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jln. RE. Martadinata No. 14

NO PERNYATAAN HASIL OBSERVASI


YA TIDAK
1. Pasien merokok. - -
2. Pasien perokok aktif. - -
3. Pasien perokok pasif. - -
4. Pasien mengkonsumsi makanan √ -
berkolesterol tinggi.
5. Pasien sering marah. - -
6. Pasien sering mengalami stress. - -
7. Pasien berolahraga. - -
8. Pasien minum-minuman - -
beralkohol.

Inisial : AH Pendidikan : SD
Umur : 54 tahun Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Desa tiga bailangun timur, Kec. Sekayu

NO PERNYATAAN HASIL OBSERVASI


YA TIDAK
1. Pasien merokok. - -
2. Pasien perokok aktif. - -
3. Pasien perokok pasif. - -
4. Pasien mengkonsumsi makanan - -
berkolesterol tinggi.
5. Pasien sering marah. √ -
6. Pasien sering mengalami stress. - -
7. Pasien berolahraga. - -
8. Pasien minum-minuman - -
beralkohol.

Inisial : ST Pendidikan : SMP


Umur : 76 tahun Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jln. Kyai Muarogan Lrg. Kyai Banten No. 1295

NO PERNYATAAN HASIL OBSERVASI


YA TIDAK
1. Pasien merokok. - -
2. Pasien perokok aktif. - -
3. Pasien perokok pasif. - -
4. Pasien mengkonsumsi makanan - -
berkolesterol tinggi.
5. Pasien sering marah. - -
6. Pasien sering mengalami stress. - -
7. Pasien berolahraga. - -
8. Pasien minum-minuman - -
beralkohol.

Inisial : SI Pendidikan : SD
Umur : 43 tahun Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Sri Kemang Kec. Pairan cinta manis

NO PERNYATAAN HASIL OBSERVASI


YA TIDAK
1. Pasien merokok. - -
2. Pasien perokok aktif. - -
3. Pasien perokok pasif. - -
4. Pasien mengkonsumsi makanan - -
berkolesterol tinggi.
5. Pasien sering marah. - -
6. Pasien sering mengalami stress. - -
7. Pasien berolahraga. - -
8. Pasien minum-minuman - -
beralkohol.

Inisial : SL Pendidikan : SMA


Umur : 39 tahun Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jln. SH. Sukarjo Hardoyo No. 17 Rt 11 Rw. 07

NO PERNYATAAN HASIL OBSERVASI


YA TIDAK
1. Pasien merokok. - -
2. Pasien perokok aktif. - -
3. Pasien perokok pasif. - -
4. Pasien mengkonsumsi makanan - -
berkolesterol tinggi.
5. Pasien sering marah. - -
6. Pasien sering mengalami stress. - -
7. Pasien berolahraga. - -
8. Pasien minum-minuman - -
beralkohol.

Inisial : MH Pendidikan : SPR


Umur : 62 tahun Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jln. KHA. Wahid Khasym, Lrg. Musyawarah No. 34 Rt 05 Rw 02

NO PERNYATAAN HASIL OBSERVASI


YA TIDAK
1. Pasien merokok. - -
2. Pasien perokok aktif. - -
3. Pasien perokok pasif. - -
4. Pasien mengkonsumsi makanan - -
berkolesterol tinggi.
5. Pasien sering marah. - -
6. Pasien sering mengalami stress. - -
7. Pasien berolahraga. - -
8. Pasien minum-minuman - -
beralkohol.

Keterangan : - : Pernyataan tidak ditemui pada saat dilakukan observasi pada


informan.
√ : Pernyataan ada ditemui pada saat dilakukan observasi pada
informan.

MATRIK
HASIL WAWANCARA MENDALAM
DENGAN PERAWAT RUANG KARDIOLOGI

Tanggal : Senin, 2 Juni 2008


Pukul : 10.05s/d 10.20 WIB
Tempat : Ruang Kardiologi
Inisial Informan : DN
Umur : 27 Th
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : D III Keperawatan

No Pertanyaan Jawaban
GAYA HIDUP

1 Bagaimana dampak merokok bagi pasien ”Karena merokok mengandung nikotin. Pada PJK
penyakit jantung koroner ? kan terjadi penyumbatan di pembulu darah
jantung jadi takut dapat memperparah penyakit
jantung pasien”
2 Bagiamana pola makan yang baik bagi ”Pola makan ? rendah garam, banyak makan
pasien penyakit jantung koroner ? sayur, banyak makan buah”
3 Bagaimana pengendalian stress yang baik ”Pengendalian stress ? kayak mana ya ? pola
bagi pasien penyakit jantung koroner ? hidup kali ! banyak refresing, kalau punya
tanaman bisa cocok tanam, bisa berkolam
sehingga punya kegiatan”
4 Bagaimana pola aktivitas/olahraga yang ”PJK, yang lebih bagus olahraganya jalan kaki
baik bagi pasien penyakit jantung koroner ? selama 30 menit, kalau tidak bisa pagi, bisa juga
dilakukan pada sore hari”
5 Bagaimana dampak minuman beralkohol ”Banyak ! bukan jantung kali tapi lebih kehepar,
bagi pasien penyakit jantung koroner ? kalau jantung ya pasti sangat-sangat
berpengaruh”
KEBIJAKAN

1 Prosedur bagaimana yang diberikan pada ”Tidak boleh banyak gerak, istirahat ditempat
pasien untuk mencegah serangan ulang tidur”
penyakit jantung koroner ?
2 Bila pasien kembali menjalani perawatan ”Sesuai dengan keluhan, kalau nyeri dada ya
yang sama, apa yang dilakukan ? tindakkannya untuk mengurangi nyeri dada”

SARANA DAN PRASARANA

1 Apa ada hari khusus untuk pemeriksaan ”Kalau hari khusus tidak ada, tapi pasien jantung
bagi pasien penyakit jantung koroner ? pasti setiap hari di EKG”
2 Bagaimana ketersediaan obat bagi pasien ”Kalau untuk sekarang sih, kalau untuk ASKES
penyakit jantung koroner ? masih banyak, tapi kalau untuk ASKIN terkadang
ada obatnya, terkadang kosong”
3 Bagaimana ketersediaan alat kesehatan ”Kayaknya sih sudah cukup kalau untuk
yang diperlukan untuk melakukan perawatan”
perawatan pasien penyakit jantung
koroner ?
4 Pelayanan kesehatan seperti apa yang ”Pelayanan ? paling ya sesuai protap”
diberikan bagi pasien jantung koroner
khususnya pelayanan keperawatan ?
5 Penyuluhan seperti apa yang diberikan ”Paling kalau dirawat jangan makan dari luar,
pada pasien penyakit jantung koroner ? kalau tidur jangan terlalu malam. Kalau mengenai
penyuluhan gizi, ada dari gizi, selain itu
pengunjung pasien harus dibatasi”
SIKAP

Bagaimana pendapat bapak/ibu bila ada ”Mungkin pasien tidak mematuhui peraturan,
pasien penyakit jantung koroner terkena kalau pasien jantung kan tidak boleh putus obat,
serangan ulang dan kembali menjalani disuruh makan obat tidak makan obat, trus
perawatan ? disuruh kontrol ulang tidak kontrol”
MATRIK HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN
PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER

NO PERTANYAAN INFORMAN
NY (1) DA (2) AH (3) ST (4)

POLA MEROKOK

1. Apa bapak/ibu merokok ? “Aku tidak merokok” ”Tidak merokok” ”Dulu aku merokok, lama juga” ”Idak”

2. Berapa bungkus sehari bapak/ibu ”Dulu... Saya kuat merokok dari


merokok ? SMP sampai 2003, kalau dulu
. dalam sehari saya dapat
menghabiskan 3 bungkus
rokok sekarang tidak lagi
merokok”
3. Kenapa bapak/ibu tidak berhenti
merokok ?
4. Bagaimana cara yang baik untuk ”Ya... Sudah jantungan ini baru
berhenti merokok ? dapat cara terbaik berhenti
merokok he....”
5. Sudah berapa lama bapak/ibu ”Dari SMP sampai 2003, lama
merokok ? juga”
6. Sudah berapa lama bapak/ibu ”Saya berhenti merokok mulai
berhenti merokok ? tahun 2003 akhir, waktu itu
pertama kali kena jantung”
7. Manfaat apa yang dirasakan ”Belum ada rasa manfaatnya,
dengan berhenti merokok ? malahan sekarang saya masuk
rumah sakit lagi”
8. Menurut bapak/ibu apa bahaya ” O... Banyak ! terkena ”Banyak sekali, bisa jantung , “Ya…kayak saya ini, terkena ”Bahayo rokok ? aku rasa
rokok bagi ? jantung, kanker, pokoknya bisa hipertensi, bisa paru-paru” jantung, hipertensi biso jantung, paru-paru
banyak. jugo”
9. Siapa yang sering merokok ” Iya... bapaklah kalau di ”Tidak ada. Dirumah tidak ada ”Kalau dulu saya yang merokok,
dekat bapak/ibu ? rumah” yang merokok, mungkin kalau semenjak saya berhenti merokok
dijalan atau ditempat umum tidak ada lagi yang merokok di ”Tidak ada, anak-anak
lainnya ada orang yang rumah” idak katik yang merokok”
merokok, ya.. kita tidak bisa
menghindar”

POLA DIET/MAKAN

1 Apa saja yang bapak/ibu makan? ”Kalau dalam keseharian, ”Yang sering dimakan ya buah- ”Pokoknya saya makan semua ”Aku ini masuk anggota
kayaknya semua aku makan, buahanlah, sayur-sayuran, yang kecuali yang dipantangi” donor darah, walaupun
tapi aku pantangi yang asin, banyak gizilah” darah aku diambil aku
kayak jeroan juga cukup makan nasi bae,
idak ada tambahan lain”
2 Apa pantangan bapak/ibu ? ”Ikan asin yang paling aku ”Kalau pantangan ya... karena ”Saya pantangi makanan yang ”Semenjak sakit inilah di
pantangin” kita sudah tau penyakit darah bersantan, daging, pokoknya pantangkan, terutama
tinggi, penyakit jantung, jadi tau yang berkolesterol” makan gulo, kareno aku
dirilah kalau makan kalau ini ado sakit diabetes,
berbahaya ya... dihindarilah, kalau sakit jantung
seperti jeroan, tapi terkadang dilarang makan gemuk-
sih dimakan karena kita juga gemuk, pedas-pedas”
masih butuh gizi tapi tidak
berlebihan”
3 Makanan apa saja yang baik ”Kalau aku sih, menganggap ”Ya makanan semuanya baik. ”Saya rasa semua makanan baik ”Aku kiro kalau untuk
untuk bapak/ibu ? makanan yang paling baik Tapi kita pililah yang murah untuk saya, kecuali yang saya aku, makanan yang
dengan aku ya, yang namun mengandung vitamin pantangi tadi” lembut-lembut”
istilahnya kita kan tau makan banyak, umpama : tahu, tempe,
yang paling kolesterol tidak sayur-sayuran, semua kita
baik untuk kesehatan, jadi makan. Terkadang daging dan
menurut aku mekanan yang ayam masih dimakan tapi tidak
baik ya yang non kolesterol” berlebihan”
4 Bagaimana cara diet yang baik ”Cara diet yang paling baik ”Kalau saya makan ada ” Makan secukupnya lah...Tapi ”Iyo...kalau aku senang
untuk bapak/ibu ? untuk aku, ya sekurang – takarannya, misal nasi satu saya tidak bisa, kalau makan pisang rebus, roti-roti
kurangnya makan tidak mangkok kecil, baik pagi, siang kapan belum kenyang saya yang penting jangan
terlalu kenyanglah” dan malam” belum berhenti haa.....” makan yang manis”
5 Berapa kali bapak/ibu makan ”Tiga kali..” ”Makan ya... tiga kali” ”Kalau dirumah 2 kali tapi ”Tigo kali, makan nasi
dalam sehari semalam ? banyak sampai 2 piring” terus”
6 Berapa banyak makanan yang ”Kalau makan aku tidak ”Nasi semangkok takaran, ayam ”Sekali makan 2 piring sampai ”Satu gelas, kareno aku
dimakan ? terlalu banyak, kalau sudah sepotong, sayur-sayuran, yang saya kenyang” ada diabetes”
kenyang aku berhenti” lebih banyak makan lauk pauk
dari nasi”
7 Makanan selingan apa yang ”Kayaknya aku senanng ”Biasa ! kadang-kadang kue ”Apa saja saya makan kecuali ”Aku kiro kalau selingan,
sering bapak/ibu makan ? kemplang” tapi kue yang tidak banyak yang dipantangi” iyo..buah-buahan, pisang,
mengandung mentega, gorengan jeruk, itulah”
sya juga suka”
8 Berapa kali bapak/ibu makan- ”Tidak tentu, kadang-kadang ”Saya ini kan tidak boleh lapar ”Tidak tentu, kapan saya pingin ”Satu kali, sudah itu
makanan selingan sehari aku makan, kadang-kadang jadi tiap jam ada saja dimakan makanannya ada ya.. saya makan nasi, sudah itu
semalam ? tidak” kalau kuenya tidak ada saya makan” siap untuk tiduk”
makan buah-buahan”
KEBIASAAN STRESS

1 Apa arti stress menurut ”Stress itu sesuatu yang ”Arti stress apa ya...? mungkin ”Arti stress ? Saya belum ”Kalau stress itu
bapak/ibu ? tertekan terhadap diri” marah-marah” pernah merasakan apa itu terganggu saraf kiro-kiro,
stress, kalau saya lihat orang tapi aku belum pernah
yang stress itu orangnya tidak terkeno stress”
sadar, ngamuk-ngamuk”
2 Apa yang bapak/ibu lakukan ”Berzikir, berdo’a, ya... kayak ”Tidur aja, lagian dirumah
untuk mengurangi stress ? gitulah” banyak hiburan ada cucu,
nonton ceramah”
3 Apa yang bapak/ibu lakukan ”Ya... Kadang-kadang luapin ”Cepat-cepat ambil air wudlu ”Diam aja, kalau saya sedang ”Kadang-kadang aku
bila dalam keadaan kesal ? sama pasien, kadang-kadang aja” kesal sama orang. Orangnya bawak guling, tiduk.
cerita sama teman, tapi ambil saya diamkan saja” Kadang-kadang sholat,
hikmahlah” mbek air wudlu”
4 Kemana bapak/ibu rekreasi? ”Kadang-kadang jalan-jalan, ”Kalau di Palembang Cuma ”Kalau jalan-jalan, mungkin ”Kalau rekreasi
kalau ada waktu jalan-jalan jalan-jalan ke moll, kadang- keluar negeri saya belum pernah pengalaman aku yang
sama keluarga” kadang diajak bapak naik mobil pergi. Kalau ke Medan, Jambi, sudah-sudah ke Medan,
keliling kota” Jogya. Pokoknya semua daerah ke Bukit tinggi, Kepantai
yang ada di Indonesia hampir kota Padang”
semua saya kunjungi karena
saya ini orang tarikat”

5 Berapa kali seminggu bapak/ibu ”Kadang-kadang satu minggu ”Ya...,paling-paling seminggu ”Kalau ada kesempatan, badan ”Berhubungan aku ini
berekreasi ? sekali, kadang-kadang dua sekali, kalau tiap hari sudah sehat, uang ada dan ibu punyo usaha angkutan,
minggu sekali” bosan pula” mengizinkan ya... saya pergi” sering dicater wong, aku
sering ikut, itu idak
tergantung minggu,
kadang-kadang sebulan
sekali, kadang setengah
bulan 2 kali”
6 Apa hobi bapak/ibu ? ”kadang-kadang kalau ada ”Hobi saya ? yang paling hobi ”Olah raga saya hobi, nonton ”Kalau hobi olahraga
waktu ya merawat kembang” saya mendengar ceramah dan saya hobi, kalau dulu setiap ada dulu aku ini satu-satunya
berita. Kalau dengar ceramah pesta didaerah Muba saya pasti pelari, kalau sekarang
rasanya dada ini lapang ada, karena saya diminta aku hobi donor darah,
rasanya” sebagai keamanan, tapi sudah sampai 60 kali”
sekarang semenjak terkena
jantung dan sudah tua, saya
sudah merasa malu”
7 Kapan bapak/ibu melakukan ”Pulang dari kerja, dinas” ”Kalau ceramah itu jam 5 subuh ”Kalau dulu setiap ada pesta ”Kalau donor darah
hobi tersebut ? sudah mulai, habis sholat subuh pasti saya datang malahan setiap waktunyo datang
saya nonton ceramah, kalau kalau diluar saya mengaku sekali tigo bulan”
siangpun ada ceramah saya masih bujangan, dulu saya juga
pasti nonton, kalaupun tidak ada hobi pacaran”
di TV, saya juga sering
mendengar di Radio”
POLA AKTIVITAS

1 Olahraga apa yang baik untuk ”Jalan kaki” ”Saya cuma dianjurkan oleh ”Olahraga yang baik untuk saya ”Kareno sakit jantung ini
bapak/ibu ? dokter jalan pagi, sambil jalan sekarang, rasanya belum saya jalan pagi, mbek jarak
pagi saya menggerakkan temukan, kalau sekarang sekilo, apo duo kilo”
tangan” olahraga tidak ada yang enak
jalan santai saja saya sudah
mengas, tapi biasanya setelah
sholat subuh saya jalan
santailah”
2 Berapa kali seminggu bapak/ibu ”Sebaiknya 3 sampai 4 kali ”Kalau tidak malas tiap hari ”Saya jalan santai setiap hari” ”yo... biaso tiap pagi,
berolahraga ? seminggu. Tapi lihat keadaan, tapi kalau malas ya... 2 kali asal idak hujan, semenjak
terkadang satu kali seminggu” di rumah sakit ini
seminggu” berhenti dulu”

3 Sudah berapa lama bapak/ibu ”Sudah satu tahun” ”Sudah lamalah, dari tahun ”Dari Januari 2004 saya sudah ”Semenjak masuk rumah
berolahraga ? 2002 sudah mulai sering jalan mulai jalan pagi” sakit tahun 2007”
tapi itu tidak rutin, kalau lagi
bosan waktu itu satu bulan tidak
olahraga”
4 Kenapa olehraga penting untuk ”Untuk menjaga kesehatan ”Olahraga itu kan penting untuk ”Ini bukan menurut saya, saya ”Iyo..untuk kesehatan”
bapak/ibu ? badan” kita, untuk menggerakkan urat- disarankan dokter, karena
urat kita supaya darah jalan, dengan jalan sumbatan pada
jadi kalau tidak berolahraga jantung dapat tembus katanya”
badan jadi pegal”
5 Manfaat apa yang dirasakan ”Dulu aku sering masuk ”Ya...Sehat ! badan menjadi ”Sekarangkan saya mau ”Manfaat olahraga itu
bapak/ibu dengan berolahraga ? angin, tapi semenjak enak” diperiksa, tapi manfaatnya bagus untuk kesehatan”
berolahraga tidak lagi belum saya rasakan karena
gampang masuk angin” badan saya masih merasa sakit”
6 Aktivitas apa saja yang ”Ya... Biasalah ibu rumah ”Aktivitas setiap hari itu ”Seakarang saya tidak lagi ”Sekarang dirumah bae,
bapak/ibu lakukan setiap hari ? tangga, nyuci baju, nyuci biasalah, kitakan ibu rumah bekerja, jadi tidak ada aktivitas pensiun”
piring, beres-beres rumahlah” tangga, ya... macam-macalah, yang berarti”
bisa nyuci, walaupun punya
pembantu kalau kita kurang
merasa puas kita nyuci, masak,
nyapu, motong kembang,
banyaklah dirumah”
1 KEBIASAAN ALKOHOL

Apa bapak/ibu mengkonsumsi ”Tidak pernah” ”Sama sekali tidak” ”Dulu pernah, malahan ”Idak pernah”
minuman beralkohol ? berpuluh tahun”
2 Berapa banyak bapak/ibu minum ”Kalau dulu saya minum sering
alkohol sehari ? malam. Kalau banyaknya
tergantung kemampuan, baik
kemampuan untuk minum
maupun kemampuan uang untuk
membeli”
3 Sudah berapa lama bapak/ibu ”Dari tahun 82 sampai 2000,
minum alkohol ? setelah itu saya berhenti”

4 Menurut bapak/ibu apa bahaya ”Banyak ! yang jelas ”Banyak bahayanya, merusak ”Banyak sekali, saya terkena ”Aku kiro sangat bahayo
minum alkohol ? merugikan kesehatan badan” jantung, merusak paru-paru, hipertensi, terkena jantung mengganggu kesehatan
truss katanya perut menjadi mungkin dari sanalah jadi idak perlu”
gendut” penyebabnya”
NO PERTANYAAN INFORMAN
SI (5) SL (6) MH (7)

POLA MEROKOK

1 Apa bapak /ibu merokok ? “Idak pernah aku merokok” “Iyo aku ini perokok, kalau idak merokok “Idak”
rasonyo ado yang kurang”
2 Berapa bungkus sehari bapak/ibu “Sebungkus sehari semalam, Cuma kopi agak
merokok ? kuat 2 cangkir apo 3 cangkir, pagi, tengah
hari samo sore”

3 Kenapa bapak/ibu tidak berhenti ”Sudah kebiasaan, sulit-sulitlah kalau sudah


merokok ? kebiasaan merokok”
4 Bagaimana cara yang baik untuk ”Lah keno serangan jantung inilah baru
berhenti merokok ? pacak berhenti”
5 Sudah berapa lama bapak/ibu ”Barangkali 10 tahunlah”
merokok ?
6 Sudah berapa lama bapak/ibu ”Baru masuk rumah sakit inilah”
berhenti merokok ?
7 Manfaat apa yang dirasakan ”Katik manfaatnyo, soalnyo aku ini baru
dengan berhenti merokok ? berenti merokok baru mak inilah”
8 Menurut bapak/ibu apa bahaya “Bahayonyo raso sesak nafas tuu..” “Bahayo nyo ? aku raso katik bahayo nyo “Oii.. dari jaman dulu dilarang,
rokok ? malah nikmat lagi ada” sebab mengakibatkan segalo macam
penyakit, mengenai jantung, paru-
paru tapi dinasehati idak mempan
inilah yang payah tu..”
9 Siapa yang sering merokok ”Bapak” ”Kalau tempat begawe kami rato-rato ”Anak kito tu lah”
dekat bapak/ibu ? merokok”

POLA DIET/MAKAN

1 Apa saya yang bapak/ibu ”Sayur-sayuran inilah, macam-macam” “Nasi, gado-gado, lauknyo ikan, kalau daging “Aman bagian kue-kue nyo,
makan ? idak biso katik duit kendak belinyo. Jarang maklumlah tuo ini, kalau bangun
jugo makan ayam” tengah malam kendak begigitan roti-
roti yang kering, maklum caro wong
tuo banyak lagu”
2 Apa pantangan bapak/ibu ? ”Idak ado patangan, Cuma kito yang ”Idak katik” ”Pantangan ? soal mak ini aku
bapantang, pedas-pedas, asin-asin kurang makan sayur, kalau aku
kurang” makan perut aku sakit, kadang
mencret”
3 Makanan apa saja yang baik ”Makan nasilah, cak biaso” ”Martabak har itulah lemaknyo” ”Roti-roti, kalau goreng-gorengan
untuk bapak/ibu ? aku idak setuju”
4 Bagaimana cara diet yang baik ”Cak biasolah, makan pagi, siang, samo ”Makan, sarapan, siang jarang makan, kalau ”Kalau aku sekarang katik diet, aku
untuk bapak/ibu ? sore apo malam” nasi panas aku dinginke dulu biar asam dianjurkan oleh dokter banyak
lambung idak naik” makan buah-buahan”
5 Berapa kali bapak/ibu makan ”Sehari semalam ? sehari 3 kali, kalau ”Paling banyak 2 kali, karno pagi aku idak ”Sehari 1 kali, idak pulo kuat paling
dalam sehari semalam ? malam, kadang makan, kadang idak. makan paling makan roti” kuat setengah centong, sudah itu
sudah, makonyo ditambah cak ubi
kayu yang direbus, di goreng, kadang
pisang goreng jugo”
6 Berapa banyak makanan yang ”Aku ini kurang makannya, paling-paling ”Sepiring, idak banyak pulo” ”Kalau nasi setengah centong, kalau
dimakan ? se centong” cak pisang goreng habis duo ikok”
7 Makanan selingan apa yang ”Buah-buahan” ”Roti, pempek, yo...itulah, kopi pisang ”Selain nasi, makan pisang direbus,
sering bapak/ibu makan ? goreng” macam tekwan aku kurang, kalau
pepes ubi aku galak”
8 Berapa kali bapak/ibu makan- ”2 kali, 3 kalilah” ”Sering, pokoknyo kalau ado kepingin makan. ”Idak tentu, Cuma idak putus”
makanan selingan sehari Sejam, duo jam”
semalam ?

KEBIASAAN STRESS

1 Apa arti stress menurut ”Idak taulah, banyak-banyak fikiran ”Aku idak pernah stress, stress ? idak tau ”Yo..stress namonyo pikiran itu
bapak/ibu ? kalau” aku, atau wong yang pening itu” kacau, kurang tiduk, banyak pikiran”

2 Apa yang bapak/ibu lakukan ”Perai cak aku tu, idak begawe” ”Paling duduk, begendang di kayu, ditempat ”Aku kadang narik zikir bae agak
untuk mengurangi stress ? gawe kan banyak besi jadi begendang itulah” dingin rasonyo, kalau kendak marah
jadi kurang rasonyo”
3 Apa yang bapak/ibu lakukan ”Tiduk, mandap dirumah nian idak ”Kalau kesal dengan wong, jauhi ke bae ”Kito berangkat, hilang hilangkan
bila dalam keadaan kesal ? keluar-keluar. Kalau sedang kesal wong nyo biar idak kejingokan raihnyo” dewek sambil zikir, katik lain
lansung marah besak, apo yang ado obatnyo”
lansung dihempaske”
4 Kemana bapak/ibu rekreasi? ”Jalan-jalan, biaso ke Belitang,Pagar ”Kalau di Palembang katik tempat rekreasi, ”Idak katik tempat berlari aku,
alam” paling-paling mancing” soalnyo kito bejalan idak kuat, jadi
lain di pado tiduk”
5 Berapa kali seminggu bapak/ibu ”Idak tentu, kalau jalan-jalan tu..lah ”Tergantung, paling sekali seminggu tapi ”Idak pernah lagi aku ini
berekreasi ? lamo nian” kalau katik gawe biso duo kali” berekreasi”
6 Apa hobi bapak/ibu ? ”Rabana hobi, pesta mak itulah, dengar ”Katik hobi, mancing tu lah hobi” “Kalau mak ini hobi aku kendak
orkes hobi”
ngaji tu lah ”
7 Kapan bapak/ibu melakukan ”Kalau rabana tiap malam Rabu, di ”Kalau biaso mancing rombongan, biaso sore “Kapan dirumah ngaji tu lah, aman
hobi tersebut ? dusun kami tulah” jam 4” ngaji khusus diMesjid seminggu
sekali”
POLA AKTIVITAS

1 Olahraga apa yang baik untuk ”Mak ini jalan” ”Kalau aku olahraga idak biso, soalnyo aku ”Aku idak katik lagi olahraga”
bapak/ibu ? sejak kecik dulu pernafasan terganggu, Asma,
jadi idak biso olahraga kuat-kuat, paling ado
jalan-jalan santai”
2 Berapa kali seminggu bapak/ibu ”Idak tetap” ”Jalan santai aku sambil mancing itulah,
berolahraga ? kulur-kilir, masuk lobak keluar lobak, kadang-
kadang aku mancing ke Sekayu, kadang-
kadang ke Pemulutan”
3 Sudah berapa lama bapak/ibu ”Baru minggu-minggu belakang ini lah” ”Dari kecik aku hobi jalan”
berolahraga ?
4 Kenapa olehraga penting untuk ”Idak tau aku” ”Yo...untuk kesehatan jantung, paru-paru”
bapak/ibu ?
5 Manfaat apa yang dirasakan ”Lamak rasonyo jalan-jalan itu, hati ”Nafas agak lancar, kalau badan keringat
bapak/ibu dengan berolahraga ? lemak rasonyo” keluar galo, soalnyo kami yang gawe payah
ini kalau badan idak berkeringat badan sakit
galo”
6 Aktivitas apa saja yang ”Macam-macam, Cuma aku mak ini idak ”Main-mainlah, ngumpul-ngumpul dengan ”Idak katik kegiatan aku, Cuma
bapak/ibu lakukan setiap hari ? biso nyapu lemas badan. Idak katik gawe kawan-kawan, jalan-jalan, soalnyo gawe nyapu, kalau jalan-jalan jauh idak
di rumah tu..” balek sore malam ngumpul-ngumpul” kuat”
1 KEBIASAAN ALKOHOL

Apa bapak/ibu mengkonsumsi ”Idak” ”Dulu iyo waktu SMP” ” Idak”


minuman alkohol ?
2 Berapa banyak bapak/ibu minum ”Waktu SMP kalau minum setengah
alkohol sehari ? cangkirlah seminggu sekali”

3 Sudah berapa lama bapak/ibu ”Lamo, sehatunlah”


minum alkohol ?

4 Menurut bapak/ibu apa bahaya ”Idak tau, idak terti aku alkohol itu, apo ”Kalau sedikit segar, kalau bahayonyo biso ”Banyaklah, merusak kesehatan”
minum alkohol ? alkohol itu ? apo yang buat wong makar jantung, paru-paru”
mabuk ? kalau itu biso merusak jantung
kalau”

MATRIK HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN KELUARGA


PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER

No PERTANYAAN INFORMAN
IG (1) MT (2) NH (3) AN (4)
1 POLA MEROKOK

Apa pasien merokok ? ”O... Ibu tidak merokok” ”Tidak, malahan ibu tidak ”Kalau dulu dia merokok” ”Bapak idak merokok”
suka dengan orang yang
merookok”

2 Berapa bungkus sehari pasien ”Kalau dulu habis tiga


merokok ? bungkus, sekarang tidak lagi”
3 Kenapa pasien tidak berhenti
merokok ?
4 Bagaimana cara yang baik
agar pasien bisa berhenti
merokok ?
5 Sudah berapa lama pasien ”O...lama ! kalau tidak salah
merokok ? lebih 20 tahun dia merokok”
6 Sudah berapa lama pasien ”Kalau tidak salah dari tahun
berhenti merokok ? 2003, semenjak terkena
jantung ini lah”
7 Apa bahaya rokok menurut ”Bahaya merokok itu banyak, ”Banyak itu, bahaya rokok ”Itu lah contohnya, terkena ”Mungkin penyakit yang
bapak/ibu bagi pasien ? seperti kita ketahui dimedia merusak jantung dan paru- jantung, terkena hipertensi” sekarang adi biso tambah
TV, Radio, dan media massa paru” berat lagi”
lainnya, sehingga tidak perlu
dirincikan karena merokok itu
dapat merugikan kesehatan
8 Siapa yang sering merokok ”kayaknya saya” ”Tidak ada, saya sendiri ”Semenjak bapak berhenti ”Tidak ada, dirumah tidak
dekat pasien ? tidak merokok, anak-anak merokok, kayaknya tidak ada” ada yang merokok”
juga”
POLA DIET/MAKAN
1 Apa saja yang dimakan ”Yang dimakan ? semua ”Nasi, lauk pauknya ”Makanan yang bergizi, ”Sayur kacang hijau,
pasien ? dimakan ibu ? ya..ayam, daging, tapi bervitamin, sayur-sayuran, itukan kebiasaan wong
daging jarang karena ibu wortel, kecambah, lauk- bugis, biasonyo di bening
jantungan, makan di makan pauknya ikan” atau diberi santan”
tapi dibatasi. Selain itu juga
makan sayur-sayuran,
wortel, kacang panjang,
tahu, tempe, banyak lagilah
pokoknya yang
menyehatkan badanlah”
2 Apa pasien ada pantangan ”Ada” ”Pantangan tentu tidak ada ”Ada” ”Tidak ada”
terhadap makanan ? sama sekali, karena kita
memang tidak memantangi,
memang saran dokter boleh
makan apa saja kecuali
daging karena ibu ini selain
jantungan juga darah tinggi
tapi sesekali masih dimakan
juga”

3 Makanan apa saja yang ”Khususnya yang berbau asin, ”Ya..itu tadi semua ibu ”Yang mengandung lemak, ”Semua makanan dimakan
dipantangi pasien ? seperti ikan asin” makan tapi Cuma seperti minyak goreng yang bapak”
mengurangi makanan tidak bermutu”
seperti daging”
4 Apa cara diet pasien sudah baik ”Ya...menurut saya sudah ”Diet yang paling baik itu ”Ya...tentu” ”Kalau menurut ibu sudah
? cukup baik, tapi kalau diet itu mengatur makanan supaya baik”
ya... mengurangi kadar makan tidak terlalu
kolesterol yang agak tinggi, kenyang, saya sendiri
dimakan boleh tapi agak di sekarang juga sedang
kurangi kadarnya” menjalaninya karena perut
saya sudah mulai gendut”

5 Berapa kali pasien makan ? ”Kalau makan yang rutin ”Sehari semalam tiga kali ”Tiga kali kalau makan” ”Tiga kali, pagi, siang,
ya..tiga kali” tapi kalau malam sedikitlah sama sore”
ya... sama seperti saya”

6 Berapa banyak makanan yang ”Paling tidak satu pirang tapi ”Kami ini ada ukuran ”Sampai kenyanglah, ”Secukupnya lah”
dimakan pasien ? tergantung lauknya juga” mangkok kecil, saya juga biasannya satu piring
seperti itu” nambah”
7 Makanan selingan apa saja ”Yang utama itu kemplang ”Buah-buahan lah” ”Kue, buah-buahan” ”Ya...kayak pisang”
yang sering dimakan oleh seperti kerupuk-kerupuk.
pasien ?

KEBIASAAN STRESS

1 Apa yang dilakukan pasien ”Mengurangi stress itu banyak ”Ibu biasanya ngaji, sholat, ”Mencari hiburan, main-main ”Jalan-jalan ke rumah
untuk mengurangi stress ? dilakukan orang, seperti jalan- kalau sudah sholat subuh sama anak, cucung, dengan anak-anaknya,
jalan refresing ke moll, biasanya ibu dengar keponaan” keponakannya”
pokoknya yang menyenangkan ceramah”
hati ibu lah”

2 Kemana pasien berekreasi ? ”Di Palembang ya...ke moll- ”Paling-paling jalan-jalan, ”Jalan-jalan ke Jambi, ”Ya itu tadi, kerumah
moll lah, supermarket, tempat karena di Palembang ini Medan, Palembang” anak-anaknya,
inilah kayaknya yang paling tidak ada tempat rekreasi, keponakannya”
tepat” kalau kita belanja ke moll,
kadang-kadang kita makan
diluar”

3 Berapa kali seminggu pasien ”Paling tidak satu kali ”Ya...cukup sekali aja” ”Kira-kira setiap 20 hari” ”Tidak tentulah,
berekreasi ? seminggu lah” tergantung keadaan
kantong”
4 Apa hobi pasien ? ”Ya... menanam bunga ”Hobi ibu ya...masalah ”Hobinya ? sekarang tidak ”Hobi bapak itu kalau
ditempat kami tinggal” agama yang paling hobi, ada lagi Cuma ke ibadah” sekarang ya...ngerumput,
sesekali berolahraga jalan-jalan pagi”
terutama senam ditempat,
senam hembinglah”

5 Kapan pasien melakukan ”Sepertinya setiap sepulang ”Sejak lama, kalau dulu ”Setiap hari lah” ”Sudah sholat subuh”
hobinya ? kerja atau ada waktu-waktu sering hulu jalan dengan
lowonglah untuk melakukan saya, sudah lama”
hobinya”

6 Bagaimana sifat pasien ”Kalau ibu menurut saya, saya ”Biasa-biasa saja, tidak ”Bapak penyabar” ”Bapak orangnya
kan suaminya, yang pasti ibu banyak omong, ramah- pemarah, mudah
baik, ramah, semua yang baik tamahlah tapi harus diajak tersinggung”
ada pada dia” ngomong dulu, selain itu
ibu tidak senang ngumpul-
ngumpul seperti ngosip”

POLA AKTIVITAS
1 Olahraga apa yang dilakukan ”Olahraga yang murah ”Yang paling bagus jalan ”Selesai sembahyang subuh, ”Ya.. jalan-jalan santai
pasien ? meriah tidak makan biaya kaki atau senam” dia jalan-jalan santai” lah”
yang sudah pasti jalan-jalan
pagi”

2 Berapa kali seminggu pasien ”Kalau tidak ada kegiatan ”Tiap hari” ”Setiap pagi” ”Jarang, kaki bapak kan
berolahraga ? setiap pagi rutin, apa lagi hari agak sembab”
minggu pagi itu kan rame”

3 Sudah berapa lama pasien ”Sepertinya sudah lama, ”Sejak beliau terkena ”Dari tahun 2003 sampai ”Lebih 1 tahun”
berolahraga ? semenjak terkena penyakit jantung ya.. sejak tahun sekarang”
darah tinggi” 2005 yang lalu”
4 Manfaat apa yang dirasakan ”Manfaat yang dirasakan oleh ”Sehat, terasa sehat” ”Badannya sehat, tidak ”Sehat, ya...sehat lah”
oleh pasien dengan berolahraga ibu ? seperti badan agak segar, capek, tidak lesu”
? badan sehat dan bugar”
5 Aktivitas apa saja yang pasien ”Ibukan seorang tenaga ”Tidak ada, tapi terkadang ”Baca alquran, yasinan, ”Bapak kan sudah tua jadi
dilakukan setiap hari ? medis, dalam hal ini perawat ada pengajian” kalau ada yang meninggal bapak cuma di rumah”
ya.. sudah pasti setiap hari ibu dia pergi karena sekarang
kerja” bapak tidak lagi bekerja”
1 KEBIASAAN ALKOHOL

Apa pasien mengkonsumsi ”Tidak” ”Tidak, jauh itu” ”Dulu pernah, tapi sekarang ”Tidak”
minuman beralkohol ? sudah tidak lagi”
2 Berapa banyak pasien minum- ”Kalau dulu dia minum tapi
minum beralkohol sehari ? sekarang tidak lagi, kalau
dulu bapak minum tidak tiap
hari tapi dalam seminggu
pasti ada, biasanya habis satu
botol, apa lagi kalau ada
pesta bisa lebih itu”

3 Sudah berapa lama pasien ”Lama juga, kalau tidak salah


minum-minuman beralkohol ? lebih dari dua puluh tahun
sama kayak lamanya dia
merokok”

4 Apa bahaya alkohol menurut ”Ya... ibu tahu dapat merusak ”Kejantung juga itu, bisa ”Kurang sehat badannya kata ”Pasti bahaya, kalau
bapak/ibu bagi pasien ? kesehatan jantungnya jadi kesaraf-saraf juga” dokter menyebabkan penyakit minum alkohol pasti
dalam bentuk sedikitpun ibu jantung, paru-paru, asma kejantung, ke kesehatan
tidak akan mengkonsumsinya” bapak lah”

No PERTANYAAN INFORMAN
EK (5) HK (6) RN (7)

POLA MEROKOK

1 Apa pasien merokok ? ”Idak” ”Kalau merokok, dio ini wongnyo ”Idak”
nian”
2 Berapa bungkus sehari pasien ”Kiro-kiro sebungkuslah”
merokok ?

3 Kenapa pasien tidak berhenti ”Idak tahu, susahlah negur dio ini”
merokok ?
4 Bagaimana cara yang baik agar ”Ini contoh nyo, baru sakit jantung ini
pasien bisa berhenti merokok ? lah baru berhenti merokok”
5 Sudah berapa lama pasien ”Kiro-kiro sepuluh tahun”
merokok ?
6 Sudah berapa lama pasien ”Baru masuk rumah sakit inilah”
berhenti merokok ?
7 Apa bahaya rokok menurut ”Bahayonyo banyak, kan ibu penyakit ”Jantung, paru-paru” ”Yo.. yang pasti merusak kesehatan”
bapak/ibu bagi pasien ? jantung, bahayonyo berat lagi”

8 Siapa yang sering merokok dekat ”Bapak” ”Galo kawannyo merokok, apo lagi ”Yo.. aku ini lah, katik lagi di rumah
pasien ? dio” selain aku”

POLA DIET/MAKAN

1 Apa saja yang dimakan pasien ? ”Buahnyo, buah pisang” ”Sehari-hari ? kalau siang jarang ”Kalau umak tu sukonyo makan kue-
makan nasi, roti yang dimakan, jam kue cak roti, trus..buah-buahan, kalau
tigo baru makan nasi” buah-buahan itu pasti ada di kulkas

2 Apa pasien ada pantangan ”Tidak ada” ”Idak katik” ”Idak katik, Cuma umak tu idak biso
terhadap makanan ? makan sayur”

3 Makanan apa saja yang


dipantangi pasien ?
4 Apa cara diet pasien sudah baik ? ”Caro kito didaerah, lumayan lah, ”Belum” ”Aku kiro belum, sebab umak tu jarang
kalau dibilang kekurangan idak, makan nasi, dio tu suko makan roti-
berlebihan idak” roti”
5 Berapa kali pasien makan ? ”Tigo kali” ”Duo kali, kalau makan nasi” ”Umak tu jarang makan, paling sekali
lah sehari, tapi dio tu banyak makan
cak ubi, cak goreng pisang”
6 Berapa banyak makanan yang di ”Nasinyo kalau sekali makan satu ”Satu piring” ”Kalau nasi sedikit paling setengah
makan pasien ? piring” centong, tapi kalau cak ubi yang di
rebus apo di goreng biso habis duo apo
tigo”
7 Makanan selingan apa saja yang ”Pisang, jeruk, cak itu lah” ”Roti, pempek, goreng-gorengan” ”Yo..cak ubi tadi, pisang, roti-roti,
sering dimakan oleh pasien ? kalau cak tekwan, pempek dio kurang
galak”
KEBIASAAN STRESS

1 Apa yang dilakukan pasien untuk ”Tiduk paling” ”Tiduk itu lah gawe nyo, begendang” ”Yo.. namonyo lah tuo, banyak-banyak
mengurangi stress ? zikir dio tu..”
2 Kemana pasien berekreasi ? ”Kalau lagi suntuk ke kebun tapi idak ”Mancing, paling jauh ke sekayu” ”Kalau mak ini di rumah tu lah, jarang
begawe” pegi-pegi tu, dio ni idak kuat lagi
bejalan”
3 Berapa kali seminggu pasien ”Yo..dio itu idak pernah rekreasi, ”Idak biso di omongke lagi, kalau katik ”Tidak katik berekreasi, cuma di rumah
berekreasi ? kalau lagi suntuk ke kebun tu lah” gawe laju mancing” bae”
4 Apa hobi pasien ? ”Latihan rabana” ”Kalau hobi yo...mancing tu lah” “Kalau wong lah tuo tu hobinyo ngaji
tu lah”
5 Kapan pasien melakukan ”Kalau latihan rabana malam ”Pokoknyo katik gawe laju mancing” ”Kalau ngaji di rumah tiap hari, tapi
hobinya ? seminggu sekali” kalau di mesjid sekali seminggu,
biasonyo tiap hari minggu”
6 Bagaimana sifat pasien ”Sedang, wongnyo marah idak, baik ”Pendiam, dio ini idak banyak omong , ”Kalau umak sifat nyo, idak banyak
igo idak” idak banyak tingkah, kalau ada omong wong nyo, pendiam lah”
masalah dio ini tiduk”
POLA AKTIVITAS

1 Olahraga apa yang dilakukan ”Jalan-jalan” ”Idak pernah nian olahraga” ”Mak ini katik olahraga lagi, dio ini
pasien ? idak kuat lagi bejalan”

2 Berapa kali seminggu pasien ”Sekalilah, tiap hari minggu”


berolahraga ?

3 Sudah berapa lama pasien ”Baru-baru inilah”


berolahraga ?

4 Manfaat apa yang dirasakan oleh ”Menyegarkan badan”


pasien dengan berolahraga ?

5 Aktivitas apa saja yang pasien ”Sekarang katik lagi semenjak sakit ”Yo...begawe, katik gawe mancing, ”Kalau begawe idak katik lagi lah
dilakukan setiap hari ? jantung ,kalau nyuci tu ibu cepat kadang-kadang kumpul samo pensiun, dirumah idak katik gawe jugo
mengas, payah. Kalau sekarang kawannyo” kalau masak ado yang masaknyo”
makan tiduk bae”

KEBIASAAN ALKOHOL

1 Apa pasien mengkonsumsi ”Idak” ”Dulu Iyo” ”Idak”


minuman beralkohol ?

2 Berapa banyak pasien minum- ”Kalau dulu sekali seminggu,


minum beralkohol sehari ? banyaknyo duo botol kecik lah, tapi
sekarang idak lagi”
3 Sudah berapa lama pasien ”Adolah lamonyo setahun”
minum-minuman beralkohol ?
4 Apa bahaya alkohol menurut ”Kan lagi jantung, kalau untuk ibu ”Iyo...keno jantung, paru-paru, ”Aii.. banyak, biso jantung, paru, tapi
bapak/ibu bagi pasien ? biso pacak langsung meninggal, sekaranglah keno magh pulo” umak idak pernah minumnyo”
stroke”

You might also like