Professional Documents
Culture Documents
DESIS EFFENDO
NIM. 05.13.071
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan
DESIS EFFENDO
NIM. 05.13.071
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua dan semua sumber yang dikutip maupun
:05。 13.071
Tanda Tangan
HALADIAN PERSETUJUAN
Pembimbing I
Disetujui
Ketua Program Studi
`
DIEWAN PENGUJI
PenguJl :hardialll,S.Kep.Ns.,M.Kep
Ditetapkan di : Palembang
Tanggal 10 Juni 2017
Ketua STIKes MP
NIDN.0213057502
KATA PENGANTAR
Penulis
IIALAMAN PERNYATAAN PEttTUJIIAN
SKRIPSI… 想 AKADEMIS
Dibuat Di :Palembang
Pada Tangal :10 Juni 2017
(Desis Effendo)
NIM.05。 13.071
ABSTRAK
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................ 4
1. Tujuan Umum ............................................................ 4
2. Tujuan Khusus ............................................................ 4
D. Ruang Lingkup................................................................ 5
E. Manfaat Penelitian .......................................................... 5
1. Manfaat Teoritis ......................................................... 5
2. Manfaat Praktis........................................................... 5
BAB VI PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................... 50
1. Karakteristik Responden ...................................................... 50
2. Analisa Univariat ................................................................. 51
3. Analisa Bivariat ................................................................... 54
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Lampiran
Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembar Kuesioner
Lampiran 4 hasil pengelolahan data
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
2
3
merasa cemas dan tidak menolak saat dilakukan tindakan tersebut dengan skor
(20-44). Bentuk kecemasan yang ditunjukkan seperti, klien mengatakan khawatir,
nyeri, takut, dan merasa malu karena akan menyentuh daerah yang bersifat sangat
privasi pada klien. Berdasarkan wawancara kepada perawat yang berjaga diruang
rawat inap bedah Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, Memang tidak
dijelaskan tentang pemasangan kateter urin seperti, definisi, fungsi, dampak, dan
berapa lama pemasangan pemasangan kateter urin itu sendiri sehingga pasien
merasa tidak siap untuk dilakukan pemasangan kateter urin (RSMP).
Perawat bertanggung jawab tidak hanya pada tindakan kateterisasi yang
benar, tetapi juga memberi pendidikan untuk menghilangkan kecemasan tersebut,
karena perawat profesional adalah perawat yang mampu bertanggung jawab atas
tindakan yang dilakukannya berdasarkan pada ilmu yang didapatnya karena sikap
dan tingkah laku perawat dapat membantu menumbuhkan rasa kepercayaan
pasien, maka dalam hal ini perawat bertanggung jawab untuk mengatasi
kecemasan klien yang terpasang kateter urin.
Dampak kecemasan jika tidak diatasi pada pasien kateterisasi urin maka akan
berdampak pada klien itu sendiri, seperti klien tidak akan kooperatif, tidak bisa
istirahat, kateter akan sulit dimasukkan, klien akan mangalami trauma sehingga
tidak mau dipasang kateter lagi, dan bagi klien wanita akan mengejan saat
dipasang kateter, dan itu semua akan mempengaruhi tingkat kesehatan seorang
pasien. Untuk itu pasien yang menjalani pemasangan kateterisasi urin harus diberi
pendidikan kesehatan untuk menurunkan dan mengurangi kecemasan (Diana,
2009, Arif & Sari, 2009).
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan kecemasan seperti
pendidikan kesehatan pada pasien pra operatif apendicitis (Dunggio dkk, 2014),
pendidikan kesehatan dalam menghadapi menarche (Sarinah, 2015), pendidikan
kesehatan pre operasi hernia (kurniawan, 2013), pendidikan kesehatan tentang
kecemasan keluarga (Ismail, 2015), pendidikan kesehatan tentang kanker
payudara (Setyowinarni dkk, 2016). Akan tetapi, intervensi tersebut belum bisa
diaplikasikan sepenuhnya karena memiliki metode dan hasil ukur yang bervariasi
sehingga kecemasan belum bisa teratasi sepenuhnya, sehingga perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengatasi kecemas pada saat pemasangan kateter
3
4
urin. Dalam hal ini sebagai perawat harus dapat membantu klien dan anggota
keluarga dalam menemukan cara untuk mengatasi kecemasan dan
mempertahankan gaya hidup yang fungsional (potter & perry, 2005).
Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
individu untuk menyampaikan informasi (transfer of knowledge) lebih khususnya
pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok individu dengan harapan bahwa
dengan adanya pesan tersebut, masyarakat kelompok dan individu dapat
menumbuhkan pengetahuan tentang kesehatan, dan pengetahuan tersebut
diharapkan berpengaruh terhadap perilakunya dengan kata lain pendidikan
tersebut dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran (Indrayani,
2012). Berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien
tersebut, informasi yang diberikan berupa pendidikan kesehatan menjadi satu hal
yang sangat penting. Dari fenomena tersebut peneliti tertarik untuk meneliti
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan pasien yang
dilakukan pemasangan kateter urin di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka peneliti merumuskan
masalah pada penelitian ini adalah Adakah pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap kecemasan pada pasien yang akan dilakukan pemasangan katater
urin di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap tingkat kecemasan pasien yang dilakukan pemasangan
katater urin di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya rata-rata tingkat kecemasan pasien sebelum diberikan
pendidikan kesehatan mengenai pemasangan kateter urin di Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang
b. Diketahuinya rata-rata tingkat kecemasan pasien setelah diberikan
pendidikan kesehatan mengenai pemasangan kateter urin di Rumah
4
5
D. Ruang Lingkup
Penelitian ini merupakan penelitian pada area keperawatan medikal
bedah, penelitian ini di tujukan kepada pasien yang akan dipasang kateter
urin, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap cemas pada pasien yang akan memasang kateterisasi urin.
penelitian ini meenggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian pre-eksperimen dengan rancangan one-group pretest. Ciri dari
penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara
melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum
dilakukan intervensi kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam,
2009). Sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu
pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti sendiri, di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang pada
19 April sampai 25 April 2017
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan informasi secara ilmiah tentang kecemasan pada klien
yang akan dipasang kateter urin
b. Sebagai bahan masukan dan sebagai referensi dalam proses
pembelajaran. Hasil yang diperoleh dapat menjadi data dan bahan untuk
penelitian selanjutnya
2. Manfaat Praktis
Memberikan gambaran dan informasi sumber bagi tenaga kesehatan
maupun mahasiswa praktik tentang kecemasan dialami klien yang akan
dipasang kateter urin dan dapat diaplikasikan intervensi mandiri
pendidikan kesehatan dalam upaya menurunkan tingkat kecemasan yang
dialami klien sebelum dipasang kateter urin.
5
6
F. Keaslian Peneliti
6
7
statistik Kesehatan
paired t- Mengalami
test. Penurunan
Tingkat
Kecemasan
Menjadi
Kecemasan
Ringan Yaitu
20(83%).
2 Sarinah, Pengaruh Desain • Variabel • Penelitian Hasil
(2015) pendidikan penelitian peneliti Quasy- penelitian
kesehatan menggunak • Rancang experiment menunjukkan
terhadap an an one al design sebelum
tingkat kuantitatif group • Responden diberikan
Kecemasan dengan pretest- • Tempat pendidikan
dalam jenis posttest • Waktu kesehatan
menghadapi penelitian design. Mayoritas
menarche di Quasy- • Sampel tingkat
sd negeri experiment diambil kecemasan
Gebangsari al design secara dalam
03 genuk dengan purposiv kategori panik
semarang. rancangan e sebanyak
one group samplin (33,3%),
pretest- g sesudah
posttest Diberikan
design. pendidikan
Sampel kesehatan
diambil mayoritas
secara tidak cemas
purposive sebanyak
sampling (36,1%) dan
sehingga Hasil uji
7
8
diperoleh statistik
sampel 36 didapatkan
Responden. (p=0,000).
Ada pengaruh
tingkat
kecemasan
dalam
menghadapi
menarche
(menstruasi
pertama)
sebelum dan
sesudah
diberikan
pendidikan
kesehatan
3 Kurniawan Pengaruh Penelitian • Variabel • Desain Hasi
(2013). pendidikan ini dependen eksperime penelitian ada
kesehatan merupakan • Variabel n semu pengaruh yang
pre operasi penelitian independ (quasi signifikan
terhadap kuantitatif en experimen antara tingkat
tingkat dengan • Rancanga t) kecemasan
kecemasan desain n Responde sebelum dan
pada eksperimen penelitian n sesudah
pasien pre semu ini ialah • Pengambil diberikan
operasi (quasi one an sampel pendidikan
hernia di experiment) group dilakukan kesehatan
rsud dengan pretest dengan pada pasien
kudus. rancangan posttes metode pre operasi
penelitian accidental hernia
ini ialah sampling skrotalis yaitu
one group • Responde dengan p
8
9
9
10
10
11
g dalam
penelitia
n ini
menggu
nakan
total
samplin
g
dengan
sampel
sebanya
k 30
respond
en
11
12
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
1. KONSEP KECEMASAN
1) Definisi
Ansisetas merupakan responden emosional dan penilaian individu yang
subjektif yang dipengaruhi oleh alam baah sadar dan belum diketahui secara
khusus faktor penyebabnya (Lestari, 2015)
2) Etiologi
a. Faktor predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
yang dapat menimbulkan kecemasan (Hawari, 2007).
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
yang menimbulkan kecemasan pada individu
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidak mampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan
12
13
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Ancaman terhadap intregitas fisik.Ketegangan yang mengancam integritas
fisik yang meliputi :
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya
hamil).
b) Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber eksternal dan internal
a) Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan interpersonal
dirumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap intergritas fisik juga dapat mengancam
harga diri.
13
14
4) Penyebab Kecemasan
Menurut Hudak & Gallo (2008) penyebab yang paling umum dari
kecemasan (Ansietas) adalah :
a. Kecemasan dialami saat terdapat suatu ancaman ketidak berdayaan atau
kurang pengendalian.
b. Perasaan terisolasi dapat dikurangi dengan mengajak pasien berbicara
tentang pengobatan dan penyentuhannya saat keadaan yang menakutkan.
c. Timbulnya stimulus termasuk hal yang mengancam keamanan individu.
Penerimaan di unit perawatan kritis secara daramatid menyakinkan
pasien dan keluarga bahwa keamanan mereka pada semua tingkat secara
hebat terancam.
Penyebab kecemasan (Ansietas) adalah kejadian yang dapat menimbulkan
kecemasan. Ansietas terjadi bila ada :
a. Ancaman ketidak berdayaan.
b. Kehilangan kendali.
14
15
15
16
b. Kecemasan Sedang
Pada tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan
mengesampingkan yang lain, sehingga mempersempit lahan
persepsinya. Tanda dan gejala dari kecemasan sedang yaitu persepsi
agak menyempit secara selektif, tidak perhatian tetapi dapat
mengarahkan perhatian.
c. Kecemasan Berat
Pada tingkat ini lapangan persepsi individu sangat menurun dan
cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal yang kecil, semua prilaku
ditujukan untuk mengurangi kecemasan, individu tersebut mencoba
memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak
pengarahan.
d. Panik
Pada tingkat ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan
sudah terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak
dapat melakukan apa-apa walaupun telah diberi pengarahan. Pada tahap
ini lapangan persepsi menyempit dan tidak dapat berpikir logis.
16
17
Self Anxiety rating Scale dalam ian mcdowel, 2006) dengan pengelompokan
antara lain :
1. Skor 20-44 : kecemasan ringan
2. Skor 45-59 : kecemasan sedang
3. Skor 60-74 : kecemasan berat
4. Skor 75-80 : kecemasan panik
Penggunaan Zung Self-rating Anxiety Scale pada penelitian ini dikarenakan
reliabilitas yang dapat dipercaya, telah teruji keasliaan dan keterandalannya serta
dipergunakannya skala ini secara luas dalam menilai tingkat kecemasan.
Peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas karena kuesioner yang di
adobsi merupakan kuesioner baku dan di jadikan sebagai alat pengukur
kecemasan yang valid dan reliabel (Nursalam, 44 2013). Nilai validitas terendah
0,663 dan tertinggi adalah 0,918 sedangkan hasil uji reliabilitas diperoleh nilai
alpha sebesar 0,829 (Nasution, et al., 2013).
1) Usia
bahwa umur muda lebih muda menderita stress dari pada umur tua.
2) Keadaan Fisik
Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu
sehingga memudahkan timbulnya kecemasan.
3) Lingkungan Sosial
17
18
5) Tingkat Pendidikan
tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan
respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari
luar. Orang yang memppunyai mempunyai pendidikan tinggi akan
respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan
lebih rendah atau mereka yang tidak berpendidikan. kecemasan
adalah respon yang dapat dipelajari.Dengan demikian pendidikan
yang lebih rendah menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan.
6) Tingkat Penetahuan
pengetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang mudah
mengalami stress. ketidaktahuan terhadap sesuatu hal dianggap
sebagai tekanan yang dapat mengakibatkan krisis dan dapat
menimbulkan kecemasan. Stress dan kecemasan dapat terjadi pada
individu dengan tingkat pengetahuan yang rendah, disebabkan
karena kurangnya informasi yang diperoleh.
9) Bentuk-Bentuk Kecemasan
Menurut Gunarsa, (2008), bentuk kecemasan itu dalam dua tingkat yaitu :
a. Tingkat Psikologis
Kecemasan yang berwujud sebagai gejala-gejala kejiwaan, seperti
tegang, bingung, khawatir, perasaan tidak menentu dan sebagainya.
b. Tingkat Fisiologis
18
19
2. KATETER URIN
1) Definisi
19
20
Cara memasukan kateter dengan jenis ini dengan membuat sayatan kecil diatas
suprapubik.
20
21
21
22
22
23
23
24
Sabun harus mempunyai pH alami (Potter & Perry, 2009). Sabun adalah
surfactant yang digunakan untuk mencuci dan membersihkan yang bekerja
dengan bantuan air. Surfactant adalah singkatan dari surface active agents yaitu
bahan yang menurunkan tegangan permukaan suatu cairan sehingga
mempermudah penyebaran dan pemerataan pembersihan kotoran (Robertson &
Brown, 2011). Kriteria sabun yang direkomendasikan untuk perawatan kateter
adalah sabun yang mengandung pH netral kulit normal (5,5 – 5,8) agar tidak
menyebabkan iritasi. Kriteria tersebut dapat dipenuhi pada jenis sabun yang
rendah surfactant. Idealnya kandungan sabun jenis rendah surfactant adalah non
alkaline, bebas lonelin, tanpa parfum dan pH netral. (Robertson & Brown, 2011).
Penggunaan kateter urine indwelling dengan sistem drainase tertutup juga
merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kolonisasi bakteri. Untuk mencegah
kontaminasi pada sistem tertutup, selang tidak boleh dilepas dari kateter. Tidak
boleh ada bagian dari kantong penampung urine atau selang drainase yang
terkontaminasi. Sistem drainase urine tertutup yang dirakit sebelumnya dan steril
sangat penting dan tidak boleh dilepas sebelum, selama atau sesudah pemasangan
kateter (Hooton, 2010; Makic et al, 2011). Kantong penampung urine tidak boleh
ditinggikan diatas kandung kemih pasien karena tindakan ini akan mengakibatkan
aliran urine terkontaminasi dalam kandung kemih dari kantong penampung
tersebut akibat gaya berat. Urine tidak boleh dibiarkan berkumpul di dalam selang
karena aliran urine yang bebas harus dipertahankan untuk mencegah infeksi.
Kantong penampung tidak boleh menyentuh lantai. Kantong penampung harus
dikosongkan setiap 8 jam sekali melalui katup drainase (Makic et al, 2011).
Kateter urine tidak boleh dilepas dari selang untuk mengambil
sampel urine. Kateter tidak boleh dibiarkan menetap lama di saluran kemih. Jika
harus menetap lama, kateter harus diganti secara periodik sekitar seminggu
sekali dan pemasangan tidak boleh dihentikan tanpa latihan kandung kemih.
Penanganan dan manipulasi kateter yang tidak cermat oleh pasien dan staf rumah
sakit harus dihindari (Smeltzer & Bare, 2008). Ketika kateter dilepas, pasien
harus dapat melakukan urinasi dalam waktu 8 jam. Jika urineasi tidak bias
dilakukan, maka kateterisasi dilakukan dengan kateter yang lurus. Jika terlihat
tanda-tanda infeksi, spesimen urine harus segera diambil untuk pemeriksaan
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
B. Kerangka Teori
gambar 3.0 kerangka teori
penelitian
Kateter Urin
Kelompok besar
Faktor yang
• Ceramah
mempengaruhi
• Seminar
Kelompok kecil Trauma Kateter komplikasi kecemasan
Urin Dan Saluran
• Diskusi Kemih 1.faktor internal
Kelompok
1. usia
• Brain Storming
• Snow Balling 2. Pengalaman
kecemasan
• Role Play 3. Aset Fisik
• Simulation 2. Faktor Eksternal
Game Tingkat
1. Pengetahuan
Kecemasan
1. Ringan 2. Pendidikan
2. Sedang 3. Financial/Material
3. Berat
4. Keluarga
4. Panik
5. Obat
6. Sosial Budaya
Pendidikan penurunan
Suport.
Kesehatan kecemasan
31
32
BAB III
A. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep dalam penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lain dari masalah yang ingin dinteliti
(Notoadmodjo, 2007). Berdasarkan tunjauan pustaka yang telah dikemukankan
sebelumnya, kerangka konsep ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap kecemasan pada pasien yang akan melakukan
pemasangan kateter urin. maka kerangka konsep yang dapat peneliti jelaskan
adalah sebagai berikut:
32
33
B. Definisi Operasional
C. Hipotesis Penelitian
33
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan pre-eksperimen dengan
rancangan one-group pretest-postest (Pra-pasca test dalam satu kelompok)
secara kuantitatif. Ciri dari penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan
sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek
diobservasi sebelum dilakukan intervensi kemudian diobservasi lagi setelah
intervensi (Nursalam, 2009).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Menurut Setiadi (2012), populasi merupakan wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah semua pasien yang dilakukan pemasangan kateter urin di Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang sebanyak 35 responden.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah bagian dari populasi, yang diambil
dengan menggunakan cara-cara tertentu (Wasis, 2008). Sampling adalah
proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi
(Nursalam, 2009). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan
cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
Peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut
dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2009)
34
35
a. Kriteria Inklusi
1) Semua pasien yang akan melakukan pemasangan kateter urin
2) Kesadaran compos mentis
3) Dapat berkomunikasi dengan baik
4) Bersedia menjadi responden
5) Tidak mengalami masalah pendengaran
6) Tidak menglalami masalah penglihatan
d. Kriteria Ekslusi :
a. Pasien tidak kompeten dengan kueisioner
b. pasien yang mempunyai riwayat pemasangan kateter
35
36
36
37
E. Instrumen Penelitian
Instrumen ini menggunakan kuesioner dan Variabel tingkat kecemasan
menggunakan Zung-Self Anxiety rating Scale (ZSAS). Zung Self-Rating
Anxiety Scale (SAS/SRAS) merupakan kuesioner baku dalam bahasa inggris
yang dirancang oleh William WK Zung. Kemudian kuesioner ini telah dialih
bahasakan ke dalam bahasa indonesia dan dijadikan sebagai alat pengukur
kecemasan yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya (Nursalam, 2013).
Hasil uji validitas tiap pertanyaan kuesioner dengan nilai terendah 0,663 dan
tertinggi adalah 0,918 (Nasution, et al., 2013) Suatu pertanyaan dikatakan
valid jika r hitung > r tabel sedangkan jika r hitung < r tabel artinya
pertanyaan tidak valid. Tingkat signifikansi yang digunakan 5% atau 0,05
(Hidayat, 2007).
Dalam SAS ada 20 item pernyataan Setiap pernyataan memiliki skor
dari 1 hingga 4 yang dinilai berdasarkan freskuensi dan durasi gejala yang
muncul penilaian untuk pernyataan negatif dan positif 1: Sangat Jarang, 2:
kadang-kadang, 3: sering, 4: selalu. Dengan rentang penilaian 20-80 (Zung-
Self Anxiety rating Scale dalam ian mcdowel, 2006) dengan pengelompokan
antara lain :
5. Skor 20-44 : kecemasan ringan
6. Skor 45-59 : kecemasan sedang
7. Skor 60-74 : kecemasan berat
8. Skor 75-80 : kecemasan panik
Penggunaan Zung Self-rating Anxiety Scale pada penelitian ini dikarenakan
reliabilitas yang dapat dipercaya, telah teruji keasliaan dan keterandalannya serta
dipergunakannya skala ini secara luas dalam menilai tingkat kecemasan.
37
38
Peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas karena kuesioner yang di
adobsi merupakan kuesioner baku dan di jadikan sebagai alat pengukur
kecemasan yang valid dan reliabel (Nursalam, 44 2013). Nilai validitas terendah
0,663 dan tertinggi adalah 0,918 sedangkan hasil uji reliabilitas diperoleh nilai
alpha sebesar 0,829 (Nasution, et al., 2013).
38
39
2. Analisis Data
Setelah melalui tahapan tersebut, data kemudian diuji dengan
menggunakan hubungan antar variabel dengan analisis statistic, menurut
Notoadmodjo (2012) analisis suatu penelitian melalui tahap-tahap sebagai
berikut :
a. Analisis Univariat
Untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap
varuabel penelitian. Data dianalisis dan menghasilkan distribusi
frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti yaitu tingkat
kecemasan pasien yang akan dipasang kateter uretra di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang tahun 2017.
b. Analisis Bivariat
Metode statistik yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui
pengaruh dari intervensi terhadap variabel penelitian yaitu untuk
mengetahui adakah pengaruh pendidikan kesehatan (variabel
independen) terhadap tingkat kecemasan (variabel dependen) untuk
mencari keefektifan dari pendidikan kesehatan (variabel independen)
terhadap tingkat kecemasan (variabel dependen) menggunakan uji
dependent T-test. Dengan ketentuan bila nilai p value < (0.05), maka
tidak ada hubungan antara dua variabel yang diuji dan Bila nilai p
value > (0,05), maka ada hubungan antara dua variabel yang diuji.
Sedangkan Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran
distribusi suatu data apakah normal atau tidak. Uji normalitas data
39
40
G. Etika Penelitian
1. Informed Consent
Peneliti telah melakukan Informed Consent terhadap responden
dengan menjelaskan tujuan dan manfaat dilakukakannya penelitian ini
sehingga responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta
dampak yang terjadi selama dalam pengumpulan data. Pada penelitian
ini responden yang bersedia untuk diteliti responden telah
menandatangani lembar persetujuan tersebut dan responden yang tidak
bersedia peneliti telah menghormati hak-hak responden.
40
41
41
42
BAB V
HASIL PENELITIAN
b) Visi
Terwujudnya rumah sakit yang profesional dalam pelayanan dan berkarakter
islam.
c) Misi
1. Memberikan pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan secara
profesional, modern dan Islami.
2. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
3. Mewujudkan citra sebagai wahana ibadah dan pengemban dakwah amar
ma’ruf nahi munkar dalam bidang kesehatan.
4. Menjadi pusat persemaian kader Muhammadiyah dalam bidang pelayanan,
pendidikan dan penelitian kesehatan.
d) Moto
Melayani sebagai Ibadah dan Dakwah
42
43
e) Derikasi
43
44
h) Fasilitas Pelayanan
a. instalasi gawat darurat 24 jam
b. instalasi rawat jalan
c. instalasi rawat inap
d. instalasi perawatan intensif
i) Pelayanan Penunjang
a. Instalasi Farmasi
b. Konsultasi Gizi
c. Kamar Operasi
d. Echocardiography
e. Laboratorium
f. Treadmill
g. Radiologi
h. USG/ECG
44
45
i. Fisioterapi
j. Ambulance
2. Ruang Kebidanan
Ruang Perawatan Kebidanan Siti Walidah adalah ruang perawatan pasien
pindahan dari kamar bersalin dan ruangan Recovery Room (RR) yang merawat
pasien dengan diagnosa post partum dan gangguan reproduksi lainnya.
Ruangan keperawatan kebidanan terdiri dari 5 ruangan perawatan yang terdiri
dari 1 kamar perawatan melahirkan, 1 kamar perawatan bayi, dan 4 kamar
45
46
perawatan post partum yang terdiri dari kelas I, kelas II, dan Kelas III A dan B.
Dengan jumlah tempat tidur keseluruhan adalah 31 tempat tidur.
Tenaga kesehatan berjumlah 8 orang yang terdiri dari Kepala Ruangan,
Ketua Tim, Penanggung Jawab Shift, Perawat Pelaksana.
C. Hasil Penelitian
46
47
1. Karakteristik Responden
1) Usia
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan umur
responden sebelum dilakukan pemasangan kateter urin di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang (n=35)
Dari tabel 5.1 dari 35 responden yang ada didapatkan hasil bahwa
usia termuda adalah 21 tahun dan usai tertua adalah 42 tahun dengan rata-
rata usia responden adalah 32 tahun serta standar deviasi 5,594.
Palembang
No Karakteristik Frekuensi Persentase
N (%)
1. Jenis Kelamin
1. Laki-laki 3 8,6
2. Perempuan 32 91,4
Total 35 100
2. Pendidikan
1. TS 1 2,9
2. pendidikan rendah
(SD) 1 2,9
47
48
3. pendidikan rendah
(SMP) 17 48,6
4. pendidikan
menengah ( SMA) 13 37,1
5. pendidikan tinggi
(PT) 8,6
3
Total 35 100
2. Analisa Univariat
Dari hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan persentase dari hasil penelitian sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi, terhadap tingkat kecemasan pada pasien yang akan
dilakukan pemasanagan kateter urin di Ruang bedah dan Ruang
kebidanan di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang diperoleh
dalam bentuk tabel & gambaran grafik sebagai berikut
48
49
3. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesa penelitian, yaitu
untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap kecemasan pasien sebelum dilakukan pemasangan kateter urin
sebelum menganalisa menggunakan analisa bivariat, Data ini diuji
normalitasnya. Hasil analisis bivariat menggunakan uji Statistik paired
sample T-test
49
50
Tabel 5.4
Perbedaan rata-rata tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan pada pasien yang dilakukan
pemasangan kateter urin.
Dari tabel 5.4 analisa bivariat diatas hasil uji statistik didapatkan
nilap𝜌= 0,001, Maka dapat diartiakan ada pengaruh sebelum dan
sesudah pendidikan kesehatan terhadap kecemasan pada pasien yang
akan dilakukan pemasangan kateter urin di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang tahun 2017.
50
51
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam bab ini menguraikan tentang tingkat kecemasan pasien yang akan
dilakukan pemasangan kateter urin, yang diperoleh melalui pengumpulan data
menggunakan kuesioner, skala tingkat kecemasan terhadap 35 responden pasien
pasien yang akan dilakukan pemasangan kateter urin di ruang bedah dan ruang
keidanan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Berdasarkan karakteristik
responden, distribusi usia yang paling tinggi adalah usia dewasa muda yaitu 32
tahun (72,42%), jenis kelamin terbanyak adalah perempuan (91,4%), pendidikan
terbanyak adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) (48,6%) dapat dilihat pada
Tabel 5.1
Rerata skor tingkat kecemasan pre test intervensi adalah 44,97 dengan
Standar Deviasi 8,115. Sedangkan nilai rata-rata tingkat kecemasan postintervensi
34,66 dengan Standar Deviasi 3,2985.
1. Karakteritik Responden
Berbagai faktor pendukung lainnya seperti usia, jenis kelamin, pendidikan,
juga berpengaruh terhadap tingkat kecemasan yang dirasakan responden.
Pengaruh usia pada tingkat kecemasan dan toleransi kecemasan tidak diketahui
secara luas. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar
responden penelitian berada pada rentang usia dewasa muda (72,42%), di usia
tersebut adalah usia yang produktif dimana mereka aktif mencari jati diri di
dalam kehidupan dan pekerjaannya dan disaat usia aktif mereka harus
menghentikan segala aktifitasnya karena sakit, sehingga timbul kecemasan
(tomb, 2003).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Christianawati ( 2007
), bahwa dari 86 responden terdapat 43 % responden yang mengalami
kecemasan pada usia 21 - 35 tahun.
51
52
2. Analisa Univariat
52
53
Menurut asumsi peneliti, dapat dilihat dari hasil penelitian ini dimungkinkan
karena belum adanya pengetahuan responden tentang prosedur, tujuan dan
manfaat dari tindakan pemasangan kateter tersebut. Adanya informasi yang
diperoleh seseorang melalui pengalaman atau cerita orang lain yang belum tentu
kebenarannya akan membuat kecemasan seseorang semakin meningkat.
Berdasarkan hal tersebut maka, perlu adanya pengetahuan yang cukup untuk dapat
mengurangi kecemasan seseorang salah satunya adalah dengan pemberian
informasi melalui pendidikan kesehatan
53
54
Hal ini sesuai dengan teori menurut Wood (1926) yang dikutip oleh Sinta
(2011), pendidikan kesehatan adalah pengalaman–pengalaman yang bermanfaat
dalam mempengaruhi kebiasaan, sikap dan pengetahuan seseorang atau
masyarakat.
Menurut Potter dan Perry (2006), pendidikan kesehatan preoperatif yang
terstruktur dapat mempengaruhi klien yang akan menjalani pembedahan memiliki
kecemasan yang lebih rendah dan menyatakan rasa sehat secara psikologis yang
lebih besar.
Menurut asumsi peneliti, bahwa Pendidikan kesehatan dapat menambah
wawasan dan informasi mengenai apa dan bagaimana proses pemasangan kateter
yang akan dialami sehingga pasien merasa lebih tenang dan siap untuk menjalani
pemasangan kateter
3. Analisa Bivariat
a. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingat Kecemasan Pasien
Pengaruh pendidikan kesehatan terbukti mampu menurunkan tingkat
kecemasan dapat dilihat dengan nila 𝜌 value = 0,001 yang berarti nilai p value
lebih dari 0,05 (𝜌 value > 0,05), Artinya bahwa sebanyak 35 responden
mengalami penurunan tingkat kecemasan setelah diberikan perlakuan berupa
pendidikan kesehatan tentang perawatan pasien di ruang bedah dan kebidanan
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
Penurunan kecemasan keluarga tersebut tidak terlepas dengan pendidikan
kesehatan yang diberikan peneliti, Penerimaan Informasi yang baik oleh pasien
menjadikan sebuah pemahaman yang positif akan hal-hal yang berkaitan dengan
kecemasan pasien sehingga menjadikan pengetahuan pasien terhadap hal yang
berkaitan dengan pemasangan kateter. Berdasarkan wawancara dengan beberapa
pasien didapatkan data bahwa sebelum dilakukan pendidikan kesehatan terkait
dengan pemasangan kateter beberapa pasien mengatakan tidak tahu banyak
tentang kateter urin. pasien masih banyak yang beranggapan bahwa pasien yang
akan dipasangan kateter urin mengalami masalah pada saluran kemih. Namun
setelah diberikan pendidikan kesehatan secara lengkap terkait dengan pemasangan
kateter urin pasien mengatakan merasa senang, lebih paham dan lebih tenang.
54
55
Mereka lebih paham khususnya kondisi penyakit dan prognosis pasien dan
pemahaman tersebut berdampak terhadap penurunan kecemasan dari keluarga
pasien (Dungio, 2014).
Selain informasi terdapat beberapa factor yang mempengaruhi kecemasan
pasien. diantaranya adalah asing dengan lingkungan, wajah baru, pertama kali
dirawat di Rumah Sakit, beserta aturanya dimana pasien dibatasi untuk dikunjungi
juga mempunyai andil terkait kecemasan pasien. Faktor ekonomi juga mempunyai
peranan penting terhadap kecemasan pasien yang mempunyai keterbatasan
ekonomi tentunya akan membuat lebih tegang. Perawatan yang lama
menimbulkan pengeluaran biaya yang tidak sedikit bagi pasien. Kecemasan akan
bertambah jika yang dirawat adalah pasien tersebut menjadi tulang punggung
ekonomi keluarga (Tri Peni, 2014).
Penelitian Burhanuddin (2011), tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Di
RSUD Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten, yang menyimpulkan pendidikan
kesehatan dapat menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan pengetahuan
pada pasien pre operasi fraktur.
Maka dengan demikian dapat dipahami bahwa adanya pendidikan
kesehatan terhadap pasien merupakan salah satu cara untuk mengatasi tingkat
kecemasan pasien yang akan menjalani pemasangan kateter urin. Diperoleh dari
hasil penelitian didapatkan hasil adanya penurunan tingkat kecemasan pada
responden setelah diberikannya pendidikan kesehatan tentang pengertian
pemasangan kateter urin dan prosedur pemasangan kateter urin. Diharapkan
responden dapat lebih tenang dan tahu. Sehingga responden lebih tahu untuk
pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikologisnya, dimana dapat berdampak pada
proses penyembuhan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa adanya pendidikan
kesehatan merupakan salah satu cara untuk mengatasi tingkat kecemasan
responden (Asmadi, 2014).
Maka dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan
tentang pemasangan kateter urin dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat
kecemasan. Dengan adanya pengetahuan tentang tentang pemasangan kateter urin
55
56
B. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini terdapat banyak keterbatasan
diantaranya yaitu pada saat penelitian khususnya pada pasien perempuan peneliti
mengalami kesulitan saat akan melakukan pendidikan kesehatan karena rata-rata
pasien perempuan menolak dikarenakan pasien mengira kalau peneliti sendiri
yang akan melakukan pemasangan kateter hal itu membuat pasien merasa tidak
nyaman dan malu, maka untuk mengatasi hal tersebut peneliti menjelaskan
kepada pasien bahwa peneliti hanya menjelaskan prosedur pemasangan kateter
bukan melakukan pemasangan kateter.
56
57
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak Rumah Sakit,
pasien, institusi pendidikan maupun bagi penelitian selanjutnya, berdasarkan
kesimpulan di atas, peneliti mengajukan saran-saran antara lain :
57
58
58
59
DAFTAR PUSTAKA
Al-Farsi, S., Oliva, M., Davidson, R., Richardson, S.E., & Ratnapalan, S. (2009).
Periurethral Cleaning Prior to Urinary Catheterization in Children:
Sterile Water Versus 10% Povidone-iodine. Clinical Pediatrics, 48(6),
656–660.
Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika. Aditama. Dr. Budi Anna keliat, S.
(2012). Model Praktik Keperawatan Profesional
59
60
Dahlan MS (2009) Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan. Ed. 2, Jakarta: Penerbit SalembaMedika.
Diyono, Herminto, B., & Pertiwi, D.H. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Pra Bedah terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pra Bedah di Rumah
Sakit Dr. Oen Surakarta. Surakarta: AKPER Panti Kosala.
Gould, CV., Umscheid, CA., Agarwal, RK, Kuntz, G., Pegues, DA., & Health
Infection Control Practices Advisory Committee (HICPAC) (2009).
Guideline for Prevention of Catheter Associated Urinary Tract Infection.
60
61
Gilbert (2006). Taking a Midstream Specimen of Urine. Nursing Times. 102. 18.
22-23
Gokula RR, Hickner JA, et al. (2004). American Journal of Epidemiology- Infect
Control.;32(4):196-9., Vol 135, Issue 3 291-301. USA : Oxford
University Press
Hooton, T.M., et. al. (2010). Diagnosis, Prevention, and Treatment of Catheter
Associated Urinary Tract Infection in Adults: 2009 International
Clinical Practice Guidelines from the Infectious Disease Society of
America, Guidelines Catheter Urinary. 625-663.
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mangajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
61
62
Mete dkk, 2015. Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Rumah
Sakit Adi Husada Kapasari Surabaya
Makic, M.B., Vonrueden, K.T., Rauen, C.A., & Chadwick, J. (2011). Evidence-
Based Practice Habits: Putting More Sacred Cows Out to Pasture. Critical
Care Nurse. Vol 31. No.2. 38-6
Mavika Tarika Nusrat (2005), Hubungan Antara Lama Waktu Terpasang Kateter
Dengan Derajat Ketidaknyamanan (Nyeri) Pada Pasien Yang Terpasang
Kateter Uretra Di Bangsal Rawat Inap Rsu Pku Muhammadiyah Tahun
2005. skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mangajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
62
63
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005a). Fundamental of Nursing. (7th ed.). Vol.1.
Potter, P.A; & Perry, A.G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Rizqi Subandini, (2014). Konsep Dasar Praktik Klinik. diakses pada 1 maret
2017.Availabvle from :
http://bidansrikandidunia.blogspot.co.id/2014/04/pemasangan-
kateter_24.html
Robertson, K., & Brown, P. (2011) Mild Soaps and Radiotherapy: A Survey of
the UK Public to Identify Brands of Soap Considered Mild and Analysis of
These to Ascertain Suitability for Recommendation in Radiotherapy
Departments. European Journal of Cancer Care , 20 (3). 315-320.
63
64
Rutala W., & Weber DJ. (2005) Centers for Disease Control and Prevention,
Hospital Infection Control Practice Advisory Committee: Guideline for
Desinfection and Sterilization in Health Care Facilities.
http://www.cdc.gov. 2 Februari 2017
Riyadi, M.E. 2006. Hubungan Antara Lama Waktu Terpasang Kateter dengan
Kecemasan pada Klien yang Terpasang Kateter Urethra di Bangsal Rawat
Inap Dewasa Kelas III RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Karya Tulis
Ilmiah. Tidak Dipublikasikan. UMY: Yogyakarta.
Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi Ke-
3. Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson, Judith M., Ahern dan Nancy R. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Edisi IX. Alih bahasa Esty Wahyuningsih, et al. Jakarta : EGC, 2011
64
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Waktu : 35 menit
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
B. Materi
2. leaflet
3. foster
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. pendidikan kesehatan
E. Kegiatan
〓
C‐
ないのO①計”り ︻
”口︺” ″r ∽”F減一
”わ
乙”﹃つも”● げの∽①■け” ”一
︼ ”∽
浮 ュ F ︺岸 ” F 峙湧 8 o鷺 計8
・
” ド0 00。
∽oC一
F 8 P ″”︹o針R F餞 暉貿 鮮 w”oL
” ①D¨″〇″ ”け”∝ ”︻
①■げQダ①” 〇鮎凛ハ い︲q F”嗜
∽00”︻” O①L一 ︻∽①F”目
FF
Ocり付
一p撃
>OC”らの∽
F
T︻
ぞ。
”oぃ””嘔ぃ””D ″”計Q界鴻 暉Lい の
” ①け”鮎一
りの・
く”い∞ ︻ ” 鮎”芍”計
鍮Rr
” o①”C”CO だFのp
穴げ ︻
B のぃ電 に げ”寿 ”o お ∽
寿o
︺ 〇︻
” ″”づ”∽ ∽”く一
〇p◆ F 驀 ド ぉ″∽
おき ︵ 卜豊 餞 S
︼
内 嬌 ﹄ F 質 ”L 爾 い 0 ”鮎” 聾 8 嗜 ざ
”① ぴ”∞・
″ご ︻
鮎”ぃ り のo C●pげ ”︹鍮口 ″”一0”0︻ ”静”﹂
Ч
ンぬoぃ””””∽ぃ一0簿 ツF”●●K”
りふ①D∞いけ”∽”″OLO”″
﹂︻︼
●0 0︼Q”r薇●
穴 ビ お け①L ∽”資 ″ヽ い
い① 鮎≧ ”F B5︻●OC”● C●ご ″ 昴嘔L︵
﹂
ド”●OC●” ″0曰LF
,
い◆ ﹁oo∞〇∽〇●∞”● ″ D鮎CD∞
①D彎卜は■一
7肖 螢爾FF
Lo 鮎注圧”D H ”∽C″″”●
● OR r
,
F B 警 器8 S FD∞西 o り■〇鮎“″∽︼ “Lい ① O︻oF
”け げ0吟C芍” ∽①︻ D∞ F”嗜0一
”︻
い。 〓o
いo 静▼8FF
い言″” ひ
∞口一
”︻∽
00■
””
″
”一
CR計
”
,
C Dご ″ ︻ o ①︻〇︼
“ o口︼ ①F
”降賂〓り無”︻
市Cり︼ L c喘
o質” ”F ︼
“Lbo ∽o[o〓 ヨン宍い
げ”r”い “Lo① ∽針Qユ︻
,, 卜・
F 鐘RF″”D鮎CD∞ ″OoLF
鮎”︼
≦げD鮎いo”弊いD ″︻岸︼
︼
〓8∞o∽
oぃ鴨8
,
け
∽〇一障 ″”D鮎CD∞ F①いLF
〇り の■”∽ト
〓8 一 ぃ
ぶ ”ぶ 賦 芍”∽8
計0︹”O FoL D” 芍”鮎”
鮎”①︻”F ”︻
”計 庁わ︼
螢RL●
げ”い一C い
ソハQ眼︺ づ ①︼
”Lド
汀 B σ洋 簿撻
8 oB LF″B
O①ぃ∞0ぃ鮎注目磁︼ ″”p鮎嘔D∞
聾J 庁い口LF ∽00 ︻” い〇壼R“”
,
Lampiran 1
No. Responden :
Nama Responden :
Tanda Tangan :
Tanggal :
Peneliti :
Tanda Tangan :
Lampiran 2
Petunjuk pegisian:
Perempuan
b. Umur : ………………………….
c. Status Perkawinan : Menikah Tidak Menikah
Duda Janda
Jawablah pernyataan dibawah ini sesuai dengan keadaan yang anda alami
pada saat ini sebelum dipasang kateter uretra, dengan memberikan tanda (√) pada
setiap kolom yang tersedia.
Sangat Kadang-
No Pernyataan Sering Selalu
Jarang kadang
Descriptives
[DataSet■ : D:ヽ DATAヽ PROPOSALヽ PROPOSALヽ BABヽ data lnentahosav
Descrlptive Statistics
∞ 2
∞ 3
3 3
5 5
tingkat kecemasan pre 44,97 3,115
4
ti n g ka!_kecemasanlxost 34,66 31298
“
Valid N (listwise)
Explore
[DataSet■ ]D二 ヽDATAヽ PROPOSAII\ PROPOSAEIヽ BABヽ data merktahosav
Cases
Valid Mも轟 9 TOtal
N Percent N Peroent N Percent
“ 3
∞ 3
0
5
0
Descriptives
Stattstic Std.Eror
tingkat kecernasan pe ile6n 44,97 1.372
42,18
for Mean
Bound 47,76
,Upper
57o Trimmed Mean 44,87
Median 45,00
Vanance 10,879
St● . 3,298
Minimum ―
29
Page 1
Descriptives
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig_ Statistic df Sig.
∞ 3
“ 3
tingkat kecemasan pre ,184 ,004 ,951 ,124
5
tingkat_kecemasanjost ,150 ,o44 ,946 ,087
NPAR TESTS
/ K-S ( NORMAL ) :tingikat_ke cemas an_pre tingkat_kecema san_pos t
/MISS]NG ANALYSIS.
NPar Tests
IDatasetl ] D : \DATA\PROPOSAL\pnOpOSar,\BAB\data mentah. sav
tingkat
kecemasan tingkat_kece
pre masan post
N 35 35
Normal Parametersa'b M""n 44,97 34,66
Std. Deviation 8,115 3,298
Most Extreme Differences Absolute ,184 ,1s0
Positive ,184 ,150
Negative -,124 -,096
Kolmogorov-Smirnov Z 1,090 ,890
Asymp. Sig. (2tailed) ,n85 347
/cnrreRra:c1 (.9500)
/urssrue:aNAtYSTS .
T-Test
IDAIASCTl] D: \DATA\PROPOSAL\PROPOSAL\BAB\dATA MCNIAh. SAV
Page 2
―
鑢M
詭囲
Mean N Std.Deviation
3
5 5
Pair 1 tingkat kecemasan pre 44,97 8,115 1,372
3
tin gka!_kecemasanJrost 34β 6 3,298 ,558
N Correlation Sb.
Pair 1 tingkat kecenrasan pre &
35 ‐
,005 ,978
ti n gkat_kecemasa nloost
Paired Difierences
950/●
Std.Eror Conflderlce.
Mean Std.Devialon Mean Lower
Pair 1 tingkat kecemasan pre -
10.314 8,774 1,483 7,300
tingkat_kecernasanjost
Palred ..
95%
β Onfldence._
Upper t dF Sig.f2-tailed)
Pair 1 tingkat kecemasan pte -
13,328 6,954 34 ,000
tingkat_kecemasan_.post
Page 3
Ruro, So*,, Mrr,q.no*ADTYAH P^.u*uo*o
``″ し′
υ α J Seb4gα ′乃 ααα力αα Dα lψ α″''
“ “
ヽ 紳 椰L魂
胸
:%/D‐ 5/RSMPJ2017
劇
Palembang,14 Rabiul Akhir 1 438H
13 Januan 2017M
:Iガ n Studi Pendahuluan
Kepada Yth,
Ketua STIKes Muhammadiyah
Di Palembang
Demikian hal ini karni sampaikan ,atas perhatian diucapkan terima kasih
紳 椰肛 魂
No:ら,1ぶ ΞT/D-5/RSMP/V/2017
D鵬職 ,
ノ ,ル ′ j″ 1//〃 ル ,ρ 7ノ 5〃 イ
″И 物″ イ6 Fal,ρ 7″ り5ノ 99∂ ∂
7″
″ 〃
ζ
-777α ′
ノ溶 、 』 /goα 力οοιο′ グP77た ″みα77g3″
"″
“