Professional Documents
Culture Documents
Skripsi
ARGIATI
NIM. 0513064
Skripsi
ARGIATI
NIM. 0513064
I. Idetitas
Nama : Argiati
Tempat/Tanggal Lahir : Desa Neknang/ 15 Juli 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Raya Mentok, Gg. Madrasah, Kec. Bakam,
Kab. Bangka.
Orang Tua
Ayah : Aidin
Ibu : Heni Yusmiati
vi
2
ABSTRAK
A. Nama : Argiati
NIM : 05.13.064
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Pengaruh terapi dzikir terhadap skor depresi pada pasien
pasca stroke di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
Jumlah Halaman : 75Halaman
vii
3
ABSTRACT
Name : Argiati
Student Registered Number : 05.13.064
Study Program : Nursing Science
Title :The effect of dhikr therapy on depressionscore
on post-stoke patients of Muhammadiyah Hospital of Palembang.
Number of Pages : 75 Pages
KATA PENGANTAR
viii
4
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang. Saya menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Sri Yulia, S.Kp.,M.Kep selaku Ketua STIKes Muhammadiyah Palembang.
2. Ibu Anita Apriany, S.Kep.,Ns.,M.Bmdselaku ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang.
3. Ibu Miranti Florencia, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan masukan dan dukungan dalam pembuatan skripsi ini.
4. Suratun, S.Kep.,Ns.,M.Kepselaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan masukan dan dukungan dalam pembuatan skripsi ini.
5. Ibu Imardiani, S.Kep,.Ns,.M.Kep selaku Dosen Penguji I.
6. Bapak Syapik, S.Kep,.Ns,.MARS selaku Dosen Penguji II.
7. Seluruh Staf Dosen STIKes Muhammadiyah Palembang.
8. Ke dua orang tua dan seluruh keluarga yang telah mendoakan dan
memberikan dukungan moril dan material sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu saya demi menyelesaikan
skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT, berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Palembang, Juni 2017
Penulis
ix
5
DAFTAR ISI
x
6
8. AlatUkurDepresi ..................................................................... 38
C. TerapiDzikir
1. DefinisiDzikir.......................................................................... 39
2. LandasanDasar&SumberDzikir .............................................. 41
3. KlasifikasiDzikir ..................................................................... 42
4. KeutamaandanManfaatDzikir ................................................. 42
5. TujuanDzikir ........................................................................... 42
6. WaktudanTempatUtamauntukBerdzikir ................................. 43
7. AdabBerdzikir ......................................................................... 44
8. PengaruhBacaanDzikirBagiKesehatanJiwa ............................ 44
D. KerangkaTeori ............................................................................... 46
BAB VI PEMBAHASAN...................................................................... 65
A. PembahasanHasilPenelitian........................................................... 65
1. HasilUnivariat ......................................................................... 65
2. HasilBivariat ........................................................................... 69
B. KeterbatasanPenelitian .................................................................. 73
DAFTAR TABEL
xiii
8
DAFTAR BAGAN
xiv
9
DAFTAR GAMBAR
xv
10
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Lampiran 13 ABSTRA
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
B. Latar Belakang
Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat
modern saat ini, dan penyakit nomor urutan ketiga penyebab umum kematian
setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker yang mengalami peningkatan
signifikan, berkepanjangan dan jarang sembuh sempurna serta dapat
menyebabkan kecacatan serius dan kematian. Penyebab terjadinya stroke pun
beragam, ada yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak
karena pembuluh darah yang pecah, pembuluh darah yang tersumbat dan
perubahan gaya hidup serta pola makanan yang kurang baik (Junaidi, 2011;
Caplan, 2011; Ariani, 2012 & Triwibowo, 2013).
Stroke menyebabkan defisit neurologis atau kelumpuhan saraf yang
dapat mengakibatkan berbagai gangguan seperti gangguan fungsi motorik,
fungsi sensorik, saraf kranial, fungsi luhur, koordinasi dan otonom yang dapat
mengakibatkan berbagai permasalahan, seperti komunikasi, pengkomsumsian
makanan dan gizi, hubungan seksual, perawatan diri, hilangnya kepekaan
panca indra dan rasa nyeri serta gangguan memori, mood, dan pola tidur yang
akan berdampak pada keterbatasan aktivitas, hilangnya kemandirian,
pekerjaan, kedudukan rasa hormat dan penghargaan diri serta persaan gagal
yang apabila tidak ditangani dengan cepat akan menyebabkan depresi pada
pasien pasca stroke (Muttaqin, 2008; Junaidi, 2011 & Arum, 2015).
Menurut penelitian Apriliana (2010), depresi pasca stroke adalah
gangguan depresi yang mengikuti serangan stroke, biasanya muncul dua
minggu setelah serangan dan dapat berlangsung lebih dari delapan bulan dan
dapat menjadi kronis atau menahun. Gangguan depresi dapat mempengaruhi
sistem saraf, endokrin, dan sistem kekebalan tubuh yang dapat memperlambat
proses penyembuhan, hubungan sosial, meningkatkan beban ekonomi dan
peningkatan morbiditas serta mortalitas.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (World Health
Organization-WHO) setiap tahun terdapat 15 juta orang diseluruh dunia
mengalami stroke dengan insiden kematian lebih dari 5,1 juta dan diperkirakan
2
pada tahun 2020 sebanyak 7,6 juta orang akan meninggal karena stroke
(Junaidi, 2011). Prevalensi stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1.000
penduduk, dan telah didiagnosis oleh tenaga medis adalah 6 per 1.000
penduduk. Hal ini menunjukkan sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat telah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pada tahun 2030 diperkirakan 23,3 juta
orang akan meninggal karena stroke. Angka kejadian stroke di Sumatera
Selatan (Palembang) sekitar (7,8) angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan
Lampung (5,4), Jambi (5,3) dan Riau (5,2) (Riskesdas, 2013). Data dari Rekam
Medis Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, pasien stroke tahun 2016
berjumlah 90 orang (Rekam Medis Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang,
2016).
Insiden depresi pasca stroke berkisar 11-68 % dengan prevalensi paling
tinggi adalah 3 bulan setelah stroke (31%). Penelitian dari Aprilina (2010),
Dudung dkk (2015), dan Oktari (2016), mengungkapkan bahwa insiden depresi
paling tinggi terjadi pada pasien pasca stroke. Berdasarkan studi pendahuluan
yang peneliti lakukan pada tanggal 2 s.d 9 Januari 2017 dengan mewawancarai
perawat yang bertugas di ruang Poli Saraf Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang, mengungkapkan bahwa ada beberapa pasien pasca stroke yang
mengalami gangguan emosional dan hanya mendapatkan terapi farmakologi.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada 6 pasien
yang dirawat. Hasil menunjukkan bahwa 3 pasien mengalami depresi sedang (
skor: 23, 20, & 25), 2 pasien mengalami depresi berat (skor : 36 & 32) dan 1
pasien mengalami depresi ringan (skor : 15).
Depresi merupakan masalah yang umum dijumpai atau sering terjadi
pada pasien pasca stroke. Suatu perawatan yang cepat dan diagnosis yang tepat
akan menyebakan proses pnyembuhan yang lebih cepat. Fase pemulihan pasien
pasca stroke membutuhkan proses, waktu yang lama dan berkelanjutan untuk
mempertahankan kondisi tubuh agar dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi. Perawatan pasien pasca stroke tidak hanya terfokus
pada pengobatan medis kedokteran atau konvensional, namun sudah
berkembang pada pengobatan terapi alternatif atau nonfamakologi seperti,
terapi spritual. Menurut penelitian Bekelman dkk (2007), Fadlilah (2013),
3
Retnowati (2013), Jauhari (2014), Anggraieni (2014), Razak dkk (2015) serta
Sukarni (2015), menyebutkan bahwa terapi medis jika dikombinasikan dengan
terapi spritual akan lebih efektif, seperti terapi psikoreligius doa dan dzikir
dapat menurunkan tekanan darah, tingkat stres, kecemasan, nyeri, depresi dan
meningkatkan optimisme yang lebih baik pada pasien dengan penyakit kronik.
Beberapa metode terapi yang sudah dilakukan pada pasien pasca stroke,
peneliti belum menemukan adanya terapi spritual seperti doa dan dzikir yang
bisa diterapkan untuk menurunkan skor depresi pada pasien pasca stroke.
Terapi dzikir diharapkan dapat menurunkan skor depresi pasien pasca stroke.
Dzikir yang dilakukan dengan konsentrasi pada pernapasan, pengucapan
kalimat dzikir akan distimulasi ke korteks frontal. Kemudian dilanjutkan ke
hipokampus, dan meneruskan sinyal suara dan gerakan ke Amigdala kemudian
diteruskan ke hipotalamus. Pengeluaran hormon CRF(Corticotropic Releasing
Factor) oleh hipotalamus, mengakibatkan kelenjar anterior pituitari terhambat
mengeluarkan ACTH (Adrenocorticotropic Hormon) yang menyebabkan
persepsi positif. Persepsi positif akan menstimulasi hipothalamus untuk
mengaktifkan hormon endhorphin alami sehingga terjadi penurunan tingkat
depresi (Arif, 2007; Muttaqin, 2008 & Guyton, 2014).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui “Pengaruh Terapi
Dzikir terhadap Depresi pada pasien pasca stroke di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Tahun 2017”.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh terapi dzikir terhadap
skor depresi pasien pasca stroke di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Tahun 2017.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menjelaskan pengaruh terapi dzikir terhadap skor depresi pasien pasca
stroke di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
4
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan informasi ilmiah yang bermanfaat dalam pengembangan
pembelajaran tentang pengaruh terapi dzikir terhadap depresi pada pasien
pasca stroke.
b. Sebagai media atau referensi untuk menambah pengalaman serta
keterampilan dalam melakukan penelitian keperawatan. Hasil yang
diperoleh dapat dijadikan sebagai data dan bahan pertimbangan untuk
peneliti selanjutnya, dengan topik yang relavan.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan yang berguna bagi pembuat kebijakan dan
petugas kesehatan akan pentingnya meningkatkan kualitas perawatan
pasien pasca stroke.
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini termasuk dalam lingkup Keperawatan Medikal Bedah
yang dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh terapi dzikir terhadap depresi
pada pasien pasca stroke di ruang Poliklinik Saraf Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Tahun 2017. Sumber data atau responden dalam
penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan (Poliklinik Saraf) yang
mengalami stroke baik stroke hemoragik maupun non hemoragik. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuantitatif dengan
rancangan penelitian Pre – experimental menggunakan desain One Group
Pretest-Posttest. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
5
G. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1. Daftar Orisinalitas Penelitian
Nama
Judul Penelitian Variabel Sampel Hasil Perbedaan Persamaan
Peneliti
Berdasarkan
hasil
penelitian
disarankan
penderita
gagal ginjal
kronik dapat
melaksanakan
terapi
psikoreligius
7
dengan doa
dan dzikir
secara rutin
bahkan setiap
hari.
Sukarni dkk Dzikir 4T -Dzikir 4T 56 Hasil 1. Tempat 1.Variabel
(2015) terhadap -Kecemasan Responden penelitian Penelitian penelitian
Penurunan menunjukkan 2. Variabel (Independen).
Kecemasan pada bahwa dzikir penelitian
Pasien Sindrom 4Tdapat ( dependen)
Koroner Akut. menurunkan 3. Desain
kecemasan penelitian .
selama 12 4. Subjek
jam, 24 jam, penelitian.
36 jam, 48
jam, 60 jam
dan 72 jam
pada
pasienSindrom
Koroner Akut
(p<0,05). Ada
pengaruh yang
sangat
bermakna
penurunan
kecemasan
yaitupada jam
ke- 24 jam
(p<0,001) dan
72 jam
(p<0,001)
diantara group
lain setelah
dilakukan
dzikir 4T pada
pasien
Sindrom
Koroner Akut.
Kesimpulan:
dzikir 4T
dapat
menurunkan
kecemasan
dalam 72 jam
setelah masuk
perawatan
pada pasien
Sindrom
Koroner Akut.
8
intervensi nilai
terendah 3 dan
tertinggi 8.
Dari uji
statistik
dengan
menggunakan
uji = 0,000 (
< 0,05) artinya
pemberian
terapi dzikir
berpengaruh
terhadap
penurunan
nyeri
persalinan
kala 1.
tekanan darah
tinggi, serta
kekhawatiran
terhadap
dampak
tekanan darah
tinggi.
Retnowati, Pengaruh -Relaksasi 82 Hasil 1. Tempat 1.Variabel
(2013) Kombinasi Nafas responden penelitian penelitian. independ
Relaksasi Nafas Dalam menunjukkan 2. Variabel ( meditasi
Dalam dan -Meditasi ada perbedaan dependent
dzikir)
Meditasi Dzikir Dzikir perubahan dan
Terhadap -Tekanan tekanan darah independe
Tekanan Darah Darah yang n.
Pada Penderita signifikan 3. Desain
Hipertensi di RW pada penelitian
02 Kelurahan kelompok (quasi-
Sambiroto eksperimen eksperiment
Semarang yang diberikan )
kombinasi
relaksasi nafas
dalam dan
meditasi dzikir
dengan
kelompok
kontrol yang
tidak
diberikan
relaksasi nafas
dalam dan
meditasi dzi
kir (p<0,05).
Ada pengaruh
kombinasi
relaksasi nafas
dalam dan
meditasi dzikir
terhadap
perubahan
tekanan darah
pada penderita
hipertensi
(p<0,05).
Rekomendasi
yang dapat
diberikan agar
perawat
dapat memilih
intervensi
kombinasi
relaksasi nafas
dalam dan
meditasi dzikir
terhadap
penderita
hipertensi.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Stroke
1. Definisi Stroke
Sroke merupakan sindrom neurologi atau gangguan fungsional otak
berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak karena sumbatan (stroke iskemik)
atau perdarahan (stroke hemoragik) dengan manifestasi klinis yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal ( global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler serta dapat
menyebabkan kecacatan berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan
bicara, proses berpikir daya ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain
sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008; Junaidi, 2011 &
Ariani, 2012).
11
12
laki-laki 10% lebih besar dari perempuan dan tidak ada korelasi yang
berarti antara besar otak dengan tingkat intelegensi. Seseorang dengan
ukuran otak kecil (750 cc) dan ukuran otak besar (2100 cc) secara
fungsional adalah sama. Otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat
badan orang dewasa. Otak menerima 15% dari curah jantung,
memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilo
kalori energi tiap harinya (Muttaqin, 2008).
1) Jaringan Otak
Jaringan gelatinosa otak dan medula spinalis dilindungi oleh
tulang tengkorak dan tulang belakang, dan oleh tiga lapisan jaringan
penyambung yaitu piamater, araknoid, dan duramater. Piamater
merupakan lapisan vaskular yang memiliki pembuluh darah yang
berjalan menuju struktur interna SSP untuk memberi nutrisi pada
jaringan saraf, yang langsung berhubungan dengan otak dan jaringan
spinal, mengikuti kontur struktur eksternal otak dan jaringan spinal.
Araknoid merupakan suatu membran fibrosa yang tipis, halus,
dan tidak mengandung pembuluh darah. Araknoid meliputi otak dan
medula spinalis, tetapi tidak mengikuti kontur luar seperti piamater.
Daerah antara araknoid dan piamater disebut ruang subraknoid,
tempat arteri, vena serebral, trabekula araknoid, dan cairan
serebrospinal. Dan duramater merupakan adalah suatu jaringan liat,
tidak elastis, dan mirip kulit sapi yang terdiri atas dua lapisan, yaitu
duraendosteal dan durameningeal.
2) Cairan Serebrospinal
Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang
disebut pleksus koroideus yang menyekresi cairan serebrospinal (
cerebrospinal fluid-CSF) yang jernih dan tidak berawan, yang
merupakan bantal cairan pelindung di sekitar SSP. CSF terdiri atas
air, elektrolit, gas oksigen dan karbondioksida yang terlarut, glukosa,
beberapa leukosit, dan sedikit protein. Volume total CSF diseluruh
rongga serebrospinal sekitar 125 ml, sedangkan kecepatan sekresi
pleksus koroideus sekitar 500 sampai 750 ml per hari.
13
3) Ventrikel
Rangkaian dari empat rongga dalam otak yang saling
berhubungan dan dibatasi oleh ependima. Pada setiap hemisfer serebri
terdapat satu ventrikel lateral yang mempunyai hubungan dengan
ventrikel ketiga (terdapat dalam diensefalon) melalui sepasang
foramen-interventrikularis. Ventrikel ke tiga dan ke empat (medulla
oblongata) dihubungkan melalui suatu saluran sempit di dalam otak
tengah (akueduktus sylvius). Pada ventrikel ke empat terdapat tiga
lubang sepasang foramen luschka di lateral dan satu foramen
magendie di medial yang berlanjut hingga ke ruang subaraknoid otak
dan medula spinalis.
4) Suplai darah
Suplai darah arteria (vertebralis dan karotisinterna) ke otak
merupakan suatu jalinan pembuluh-pembuluh darah yang bercabang-
cabang, berhubungan erat satu dengan yang lain sehingga dapat
menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel. Aliran vena otak tidak
selalu paralel dengan suplai darah arteria, pembuluh vena
meninggalkan otak melalui sinus dura yang besar dan kembali ke
sirkulasi umum melalui vena jugularis interna. Letak arteria medula
spinalis dan sistem vena paralel satu dengan yang lain dan mempunyai
hubungan percabangan yang luas untuk mencukupi suplai darah ke
jaringan-jaringan otak.
5) Serebrum
Bagian otak yang paling besar dan paling menonjol, tempat
pusat-pusat saraf yang mengatur semua kegiatan sensorik dan
motorik, juga mengatur proses penalaran, memori, dan inteligensi.
6) Korteks Serebri
Merupakan bagian otak yang mempunyai banyak lipatan dari
serebrum yang disebut giri dan letaknya paling maju dan bertanggung
jawab untuk mengindra lingkungan, menentukan perilaku yang
bertujuan dan beralasan.
a) Lobus frontal
Mencakup bagian dari korteks serebrum ke depan dari
sulcus sentralis dan di atas sulcus lateralis. Bagian ini mengandung
daerah-daerah motorik dan pramotor. Daerah broca terletak di
lobus frontalis dan mengontrol ekspresi bicara. Lobus frontalis
bertanggung jawab untuk perilaku bertujuan, penentuan keputusan
moral, dan pemikiran yang kompleks. Lobus ini juga memodifikasi
dorongan-dorongan emosional yang di hasilkan oleh sistem limbik.
b) Lobus parietalis
Lobus yang terletak di belakang sulkus sentralis, di atas
fisuralateralis dan meluas ke belakang ke fisura parieto-oksipitalis.
Lobus ini merupakan daerah sensorik primer otak untuk rasa raba
dan pendengaran.
c) Lobus temporalis
Lobus temporal mencakup bagian korteks serebrum yang
berjalan ke bawah dari fisura lateralis dan sebelah posterior dari
fisura parieto-oksipitalis. Lobus ini adalah daerah asosiasi untuk
informasi auditorik dan mencakup daerah wernickle tempat
interpretasi bahasa. Lobus ini juga terlibat dalam interpretasi bau
dan penyimpangan memori.
d) Lobus oksipitalis
Adalah lobus posterior korteks serebrum. Lobus ini terletak
di sebelah posterior dari lobus parietalis dan di atas fisura-fisura
parieto-oksipitalis. Lobus ini menerima informasi yang berasal dari
retina mata.
7) Serebelum
Terletak di dalam fosa krani posterior dan ditutupi oleh
duramater yang menyerupai atap tenda, yaitu tentorium, yang
memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Serebelum
dihubungkan dengan batang otak oleh tiga berkas serabut yang disebut
pedunkulus yang berhubungan dengan mesenfalon, menghubungkan
kedua hemisfer otak. Semua aktivitas serebelum berada di bawah
15
3. Klasifikasi Stroke
Menurut Muttaqin (2008), stroke dapat diklasifikasikan menurut
patologi dan gejala kliniknya, yaitu:
a. Stroke Hemoragi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau
saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
1) Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan
edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan
kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral
yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di daerah putamen,
thalamus, pons dan serebelum.
2) Perdarahan subaraknoid.
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi
willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak.
18
4. Etiologi
Penyebab stroke menurut Muttaqin (2008), dan Ariani (2012) :
a. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya
terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat
terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah
yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis
memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Ariani (2012) dan Triwibowo (2013), manifestasi klinis
yang umum terjadi pada penderita stroke adalah
a. Kehilangan motorik
22
f. Patofisiologi
a. Pendarahan Intra Serebri (PIS)
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema
otak. Peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) yang terjadi cepat, dapat
24
h. Pencegahan
Menurut Masriadi (2016), pencegahan terhadap kejadian stroke pada
dasarnya dapat di kelompokkan dalam 2 golongan besar yaitu pencegahan
primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan bersifat primer, jika penyakit
stroke belum terjadi sedangkan pada pencegahan sekunder dilakukan
perawatan atau pengobatan terhadap penyakit dasarnya.
a. Pencegahan Primer
Langkah pertama dalam mencegah stroke adalah dengan
memodifikasi gaya hidup dalam segala hal, memodifikasi faktor resiko
dan kemudian bila dianggap perlu baru dilakukan terapi dengan obat
untuk mengatasi penyakit dasarnya. Menjalani gaya hidup sehat dengan
pola makan sehat, istirahat cukup, mengelola stress, mengurangi
kebiasaan yang dapat merugikan tubuh seperti merokok, makan
berlebihan, makanan banyak mengandung lemak jenuh, dan kurang
berolahraga.
b. Pencegahan sekunder
Penderita stroke biasanya banyak memiliki faktor resiko. Oleh
karena itu stroke seringkali berulang. Faktor resiko yang harus diobati ,
seperti: tekana darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung koroner,
kadar kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL), darah yang tinggi,
kadar asam urat darah tinggi, kegemukan, perokok, peminum alkohol,
stress dan lain-lain. Sebaliknya penderita harus berhenti merokok,
berhenti minum alkohol, menghindari stress, rajin berolahraga dan lain-
lain.
c. Pencegahan Tersier
Dimulai dari gaya hidup dengan reduksi stres, exercise sedang,
berhenti merokok, lingkungan yang terjaga baik keamanan dan
keselamatan serta dukunga keluarga. Penderita stroke harus patuh dalam
27
pengobatan (Terapi fisik dan speach therapy) dan juga bagi pelayanan
kesehatan harus memfasilitasi Emergency medical technic, asuransi
(Bustan, 2007).
i. Diagnosis
Diagnosis stroke ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan klinis neurologis dan alat bantu diagnostik
neuroradiologik. Diagnosis pasti dengan pemeriksaan CT scan kepala dan
MRI untuk menentukan dengan tepat letak dan luas lesi, ada tidaknya
perluasan ke ventrikel, edema perifokal, deviasi midline serta untuk
membedakan perdarahan dan iskemik. Prosedur cepat yang bisa diterapkan
untuk penanganan segera, sebagai berikut (Muttaqin, 2008 & Padila, 2012):
a. Pemeriksaan neurologis kilat dan cepat, untuk menentukan jenis stroke
dan lokalisasi otak yang terserang stroke.
b. Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium rutin.
c. Pemeriksaan pencitraan dengan alat CT atau MRI secara cepat untuk
memastikan jenis stroke.
d. Melakukan koordinasi dari unit perawatan kedaruratan dan tersedianya
fasilitas angioplasti untuk pemeriksaan lebih lanjut.
e. Melakukan pemeriksaan alat doppler ultrasonografi secepat mungkin.
f. Melakukan pengobatan dasar seperti pemasangan kateter, pemberian
oksigen melalui hidung, intubasi endotracheal, dan lain-lain.
Menurut Junaidi (2011), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat
menangani penderita stroke antara lain:
a. Mengusahakan agar diagnosis serta diagnosis banding stroke selesai
secepat mungkin.
b. Mengupayakan agar kerusakan otak yang terjadi seminimal mungkin
dengan cara melakukan tindakan ABC-nya perawatan kritis saat pasien
masih di unit gawat darurat.
c. Hindari dan obati setiap kemungkinan komplikasi stroke.
d. Mencegah terjadinya stroke ulangan.
e. Memaksimalkan penyembuhan fungsional pasien.
28
j. Penatalaksanaan Stroke
Menurut Junaidi (2011), penatalaksanaan secara khusus pada
stroke umumnya di kelompokkan dalam 2 bagian, yaitu stroke iskemik dan
stroke hemoragik.
a. Terapi khusus Stroke iskemik
1) Terapi obat trombolitik; penghancur thrombus atau sumbatan
pembuluh darah.
2) Obat anti agregasi trombosit.
3) Neuroprptektan (pelindung saraf).
b. Terapi khusus Stroke hemoragik
1) Tindakan bedah hemicraniectomy.
2) Konvensional atau dengan menggunakan obat.
Menurut Arum (2015), ada beberapa terapi yang bisa dilakukan
setelah terserang stroke. Terapi-terapi itu meliputi terapi dampak
psikologis, terapi fisik, terapi kognitif, terapi komunikasi, terapi buang air
kecil, dan besar. Selain terapi-terapi yang telah disebutkan ada juga terapi
komplementer atau terapi pelengkap atau terapi alternatif setelah
mengalami stroke seperti;
a. Akupunktur, salah satu cabang utama dari ilmu kedokteran tradisional
Tiongkok, yang menggunakan jarum dalam terapi yang ditusukkan ke
beberapa titik spesifik pada tubuh. Terapi ini dapat meningkatkan
kesehatan dan kualitas hidup, mencegah penyakit, dan menangani
terhadap berbagai macam kondisi kesehatan. Ada kontradiktif dalam
terapi ini, tapi terapi ini tidak membahayakan asalkan dilakukan oleh
ahli akupuntur yang berkualitas.
b. Aromaterapi atau pijat, kegunaan dari pijat ini adalah untuk membantu
meringankan ketidaknyamanan akibat sakit kepala, nyeri tubuh,
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan kondisi terkait stres seperti
insomnia dan susah tidur.
c. Hidroterapi, fisioterapi yang dilakukan di dalam kolam yang berisi air
hangat.
29
d. Yoga, bagi penderita stroke, latihan yoga yang disarankan adalah asana
dan pranayama. Asana merupakan gerakkan peregangan untuk seluruh
tubuh, memijat organ-organ internal, kelenjar, sistem sirkulasi, dan
sistem sekresi tubuh. Pranayama (pernapasan yang terkendali),
bermanfaat untuk menenangkan pikiran, mengistirahatkan fisik,
merangsang suplai darah ke semua tubuh, dan meningkatkan sistem
sirkulasi.
e. Terapi Nutrisi, ada beberapa makanan yang dapat menurunkan
kolesterol sehingga bermanfaat menurunkan potensi orang terkena
stroke, seperti bayam, wortel, daun selada, polong-polongan, dan nanas.
Makanan yang disarankan untuk penderita stroke adalah makanan yang
banyak mengandung vitamin C, E, B6, asam folat, dan lechitin.
Penderita stroke sebaiknya mengkonsumsi asam lemak esensial, dan
harus menghindari makanan dengan tinggi lemak, produk susu, gula,
garam, dan goreng-gorengan.
B. Konsep Depresi
1. Definisi Depresi
Depresi adalah suatu gangguan mental atau gangguan alam
perasaan atau afektif mood yang dimanifestasikan dalam gangguan
emosional berupa kesedihan yang mendalam serta gangguan kognitif seperti
timbulnya konsep diri yang negatif yang berlangsung lama sehingga
mengganggu kewajaran sikap yang disertai komponen psikologik; rasa
susah, murung, tidak mampu berkonsentrasi atau membuat keputusan,
merasa sedih yang berkepanjangan dan mendalam, tidak berharga (tidak ada
artinya dia hidup) dan merasa bersalah, putus asa, dan tidak bahagia, serta
komponen somatik; anoreksia, kontipasi, kulit lembab, tekanan darah dan
denyut nadi menurun. Dan cenderung tidak memiliki harapan atau perasaan
patah atau ketidakberdayaan yang berlebihan sehingga tidak mampu
berkonsentrasi dan membuat keputusan, selalu tegang dan adanya keinginan
untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri (Yosep, 2008 & Saragih dkk,
2011).
30
2. Epidemiologi
Depresi adalah salah satu gangguan mental yang cukup banyak
diderita oleh masyarakat, dan diperkirakan mempengaruhi 121 juta orang di
seluruh dunia. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab utama
ketidakmampuan (disabilitas) dan merupakan kontributor utama ke-4 pada
penyakit-penyakit yang menjadi beban global pada tahun 2000. Pada tahun
2020, depresi diperkirakan akan mencapai ranking kedua sebagai penyakit
penyebab disabilitas.
Di Amerika, diperkirakan 5,3% pasien menderita depresi, dan
dalam sebuah survai di AS dujumpai bahwa 17% populasi memiliki sejarah
gangguan depresi dalam hidupnya. Pasien depresi juga beresiko terhadap
terjadinya alkoholisme, penyalahgunaan obat, gangguan kecemasan, dan
lain-lain. Pada keaadaan terburuk, depresi dapat menyebabkan bunuh diri,
yang menyebabkan dunia kehilangan 850.000 orang setiap tahunnya.
Ada kecenderungan hubungan keluarga dengan kejadian depresi, di
mana diperkirakan 8-18% pasien depresi memiliki sedikitnya satu keluarga
dekat yang memiliki sejarah depresi. Kejadian depresi pada wanita 2-3 x
lebih sering dibangdingkan pria, dan bisa terjadi pada setiap umur, tetapi
paling banyak terjadi pada usia 25-44 tahun (Ikawati, 2011).
3. Klasifikasi Depresi
Menurut Prabowo (2014), depresi terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:
a. Depresi ringan
Sementara, alamiah, adanya rasa pedih, perubahan proses pikir
komunikasi sosial dan rasa tidak nyaman.
b. Depresi sedang
1) Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis
2) Proses pikir : perasaan sempit, berfikir lambat,
berkurang komunikasi verbal, komunikasi
non verbal meningkat.
3) Pola komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi
verbal, komunikasi non verbal meningkat.
31
kurang bergairah, gerakan lambat dan berat badan turun, dan terjadinya
gangguan menstruasi, atau impotensi dan tidak merespon pada hubungan
seks.
b. Gejala Psikis
Gejala-gejala gangguan kognitif pada pasien depresi terlihat dari
ketidakmampuan berpikir logis, berkurangnya konsentrasi, hilangnya
daya ingat, dan disorientasi. Adapun gejala- gejala gangguan afektif
meliputi mudah marah dan gampang tersinggung, malu, cemas, bersalah
disertai dengan perasaan terbebani, hilangnya percaya diri, karena
mereka selalu menilai dari sisi pribadinya, seperti menilai orang lain
sukses, kaya, dan pandai, sementara diri saya tidak ada apa- apa ( merasa
tidak berguna) dan merasa diri terasing dalam hubungan dan putus asa.
c. Gejala sosial
Gejala-gejala gangguan sosial pada pasien depresi terlibat dari
keinginan untuk menyendiri dan tak mau bergaul, merasa malu dan
bersalah apabila berkomunikasi dengan orang yang dianggap lebih
berhasil, sukses, cantik, dan pandai. Pasien merasa minder, kurang
percaya diri untuk membina relasi sosial sekalipun pada anggota
keluarganya dan tidak mempedulikan pada situasi.
Menurut Hawari (2006), gejala depresi pada penderita stroke dapat
ditegakkan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Gejala utama adalah gangguan afek (mood) yang disertai paling sedikit 3
dari penyerta yang disebutkan dalam kriteria depresif berat.
b. Tidak terdapat tanda-tanda delirium, demensia, sindrom waham organik,
atau halusinasi organik.
c. Terdapat faktor organik spesifik yang dinilai mempunyai hubungan
etiologik dengan gangguan itu, yang terbukti dari riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan laboratorium.
a. Faktor Internal
1) Keturunan (genetik).
2) Stres.
Kondisi atau peristiwa yang memiliki persamaan dengan pengalaman
traumatik seseorang pada masa lalu, seperti; situasi yang menurunkan
harga diri, situasi yang menghambat tujuan penting atau menghadapi
dilema yang sulit dipecahkan, situasi dengan penyakit atau gangguan
fisik atau abnormalitas yang menyebabkan adanya ide-ide negatif
pada kemunduran fisiknya.
3) Usia dan jenis kelamin
Berdasarkan laporan penelitian menunjukkan bahwa kelompok orang-
orang muda, yakni remaja dan orang dewasa ( usia 18-44 tahun )
cenderung lebih mudah terserang depresi. Perempuan pada umumnya
lebih banyak memiliki resiko depresi daripada laki-laki. Data dari
world Bank mengatakan bahwa sekitar 30% perempuan mengalami
depresi dan 12,6% pria mengalami depresi. Dan itu juga ditentukan
oleh faktor biologis, seperti perubahan hormonal dan reproduksi dan
faktor lingkungan, seperti perubahan peran sosial yang menimbulkan
konflik dan kondisi yang menimbulkan stres.
4) Kepribadian
Ciri khas atau karakteristik yang unik dari diri seseorang, bahwa
penyebab depresi adalah cara berpikir seseorang yang suka
menyalahkan diri sendiri, mengevaluasi diri secara negatif dan
menginterprestasikan hal-hal yang terjadi pada dirinya secara negatif.
5) Biologis
Ketidakseimbangan dalam pelepasan neurotransmiter serotin mayor,
norepinefrin, dopamin, asetilkolin, dan asam gama aminobutrik.
Selama tahap depresi seseorang akan mengalami defisiensi dalam
neurotransmiter dasar yang mempengaruhi enzim yang mengatur dan
memproduksi bahan-bahan kimia ini. Selain itu, juga aksis
hipotalamus hipofisis adrenalin yang mengatur pelepasan kortisol
tidak berfungsi dengan baik.
34
6) Psikologis
Penyebab depresi adalah perasaan bersalah, dan dukacita yang
mendalam, berkepanjangan, mengingkari, perasaan tidak aman,
perasaan negatif atas diri sendiri, perasaan tidak mampu memikul
tanggung jawab, hubungan pribadi yang sangat terbatas, kesulitan
bergaul, kondisi emosional yang labil, dan merasa tidak berdaya(
putus asa).
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang menyebabkan depresi antara lain :
1) Faktor keluarga, meliputi; kedekatan, interaksi, dan komunikasi antar-
anggota keluarga, dukungan emosional dari pasangan, dan suasana
rumah tangga.
2) Faktor lingkungan, meliputi; relasi, peran sosial, dukungan sosial,
status ekonomi, dan latar belakang pendidikan.
3) Faktor tekanan hidup, yakni berbagai peristiwa hidup yang dapat
menyebabkan stres dan trauma bagi seseorang.
4) Faktor penyakit fisik.
5) Faktor obat-obatan.
Menurut penelitian Hendrik (2013), menjelaskan bahwa faktor-faktor
resiko depresi antara lain:
a. Jenis kelamin
Depresi lebih sering terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan karena
wanita lebih sering terpajan dengan stressor lingkungan dan ambangnya
terhadap stressor lebih rendah bila dibandingkan dengan pria.
b. Usia
Depresi lebih sering terjadi pada usia muda. Faktor sosial sering
menempatkan seseorang yang berusia muda pada resiko tinggi. Faktor
biologik seperti faktor genetik juga sering memberikan pengaruh pada
seseorang yang berusia lebih muda.
c. Status perkawinan
Gangguan depresi mayor lebih sering dialami individu yang bercerai atau
berpisah bila dibandingkan dengan yang menikah atau lajang. Status
35
7. Penatalaksanaan
Menurut Ikawati (2011) dan Junaidi (2012), bahwa terapi depresi
dengan pemberian obat-obatan sangat menolong dan merupakan pilihan
utama, atau dikombinasikan dengan pengobatan psikoterapi dan terapi
elektro konvulsif.
a. Sasaran terapi
Sasaran terapi depresi adalah perubahan biologis atau efek berupa mood
atau perasaan klien. Karena mood klien dipengaruhi oleh kadar 5-HT dan
NE di otak, maka sasaran utamanya adalah modulasi 5-HT dan
37
C. Terapi Dzikir
1. Definisi Dzikir
Kata dzikir berasal dai bahasa arab, dzikr yang berarti mengingat
dan mengucap atau menyebut. Dzikir secara etimologi berarti mengingat,
sedangkan secara istilah berarti membasahi lidah dengan ucapan - ucapan
pujian kepada Allah SWT. Dzikir merupakan suatu perbuatan mengingat,
menyebut, mengerti, menjaga dalam bentuk ucapan-ucapan lisan, gerakan
hati atau gerakan anggota badan yang mengandung arti pujian, rasa syukur
40
dan doa dengan cara-cara yang diajarkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya,
dengan demikian dzikir adalah mengiangat Allah dengan membacanya
untuk memperoleh ketentraman batin atau mendekatkan diri (taqarrub)
kepada Allah SWT, dan agar memperoleh keselamatan serta terhindar dari
siksa Allah SWT. Apabila dikaitkan dengan islam, berarti mengingat dan
menyebut Asma Allah SWT yang merupakan suatu kewajiban bagi umat
islam. Ingat ini tidak hanya sekedar menyebutnama Allah dalam lisan atau
dalam pikiran dan hati. Akan tetapi dzikir yang dimaksud adalah ingat akan
zat, sifat dan Perbuatan-Nya, kemudian memasrahkan hidup dan mati
kepada-Nya. Sehingga tidak takut maupun gentar menghadapi segala
macam mara bahaya dan cobaan (Nawawi, 2008; Hamid, 2009 & Ali,
2010).
Di dalam ibadah dzikir terdapat unsur spiritual, pikiran yang
dipusatkan pada sang pencipta menimbulkan perasaan berserah diri yang
pada akhirnya muncul suatu harapan, ketenangan, sehingga membentuk
kondisi tubuh yang homeostasis sehingga kekebalan tubuh meningkat.
Kondisi ini tidak terlepas dari sistem kerja yang mengatur irama kehidupan
manusia yaitu hormon. Dalam dunia tasawuf, zikir mempunyai kedudukan
signifikan. Dzikir kepada Allah (dzikrullah) menempati sentral amaliah
hamba yang beriman, karena dzikrullah adalah keseluruhan getaran hidup
yang digerakkan oleh kalbu dalam totalitas Iiahiah. Totalitas inilah yang
mempengaruhi aktivitas, gerak-gerik hamba, kediaman, dan kontemplasi
hamba. Karena itulah, kaum sufi memandang bahwa zikir mempunyai
peranan penting dalam upaya mengobati penyakit-penyakit rohani (Solihin,
2007).
Sebagian ahli kedokteran jiwa telah menyakini bahwa
penyembuhan penyakit klien dapat dilakukan lebih cepat jika memakai cara
yang berdasarkan pendekatan keagaman, yaitu dengan membangkitkan
potensi keimanan kepada Tuhan lalu menggerakkannya ke arah pencerahan
batiniah. Dengan kondisi batin yang tercerahkan inilah yang akhirnya
menimbulkan kepercayaan diri bahwa Tuhan adalah satu-satunya kekuatan
penyembuhan dari penyakit-penyakit yang diderita. Kepercayaan inilah
41
yang menjadi daya dorong kuat bagi kesembuhan penyakit bathin (Solihin,
2007).
2. Landasan Dasar & Sumber Dzikir
Menurut Nawawi (2008), menyatakan bahwa dasar dan sumber
dzikir tercantum dalam Al- Qur’an dan hadist.
Adapun yang menjadi dasar perintah untuk mengerjakan dzikir ini antara
lain :
a. Firman Allah SWT dalam Al Quran yang Artinya: "Hai orang-orang
yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang
sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan
petang“ (QS. Al Ahzab (33) : 41:42).
b. Sabda Rasulullah SAW dalam hadits : yang Artinya: "Dari Abu Musa ra.
berkata Rasul saw bersabda :“Perumpamaan orang yang berdzikir dengan
orang yang tidak berdzikir, adalah seperti orang yang hidup dengan orang
yang mati”. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al Asy’ari).
Selanjutnya di dalam Al Qur’an surat Al Baqarah Allah SWT berfirman
yang Artinya: “ Maka berdzikirlah kamu kepada-Ku maka Aku akan
berdzikir (mengingat) kepadamu. Dan bersyukurlah kamu kepada-Ku
dan janganlah kamu kufur kepada-Ku”(QS. Al Baqarah 152).
Ada beberapa lafaz dzikir yang sudah baku yang bersumber dari
Alqur’an maupun Hadist Nabi, diantaranya sebagai berikut;
a. Tahmid, yaitu mengucapkan al-hamdulil Allah ( segala puji kepunyaan
Allah).
b. Tasbih, yaitu mengucapkan subhan Allah ( mahasuci Allah).
c. Takbir, yaitu mengucapkan Allah akbar ( Allah mahabesar).
d. Basmalah, yaitu mengucapkan bism Allah al-rahman al-rahim (dengan
menyebut nama Allah Maha pengasih lagi maha penyayang).
e. Istigfar, yaitu astagfir Allah ( Aku memohon ampun kepada Allah).
f. Tahlill, yaitu mengucapkan la ilaha illa Allah ( tiada tuhan selain allah).
g. Hauqalah, yaitu mengucapkan la haula wa la quwwata illa bi allah (tiada
daya dan kekuatan kecuali daya dan kekuatan dari Allah).
h. Hasbalah adalah bacaan untuk mengakui bahwa cukuplah Allah SWT.
42
3. Klasifikasi Dzikir
Menurut Hamid (2009), dzikir dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu:
a. Dzikir dengan lisan (dzikir bil al-lisan), yakni membaca atau
mengucapkan kalimat-kalimat takbir, tahmid, dan tahlil dengan bersuara.
b. Dzikir dalam hati (dzikr bil al qolb), yakni membaca atau mengucapkan
kalimat kalimat takbir, tahmid, dan tahlil dengan membatin, tanpa
mengeluarkan suara.
c. Dzikir dengan panca indra atau anggota badan (dzikr bi al-jawarih),
yakni menundukan seluruh anggota badan kepada Allah SWT dengan
cara melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala larangan-
Nya.
5. Tujuan Dzikir
Tujuan berdzikir adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah
dengan mengingat_Nya sepanjang masa sehingga hati menjadi tentram dan
melahirkan kecintaan kepada Allah dan terjalin kedekatan hubungan antara
43
hamba dan Tuhannya, serta dapat dijadikan sebagai penawar sajit bagi hati
dan jiwa yang rusuh, resah dan gelisah dengan dzikir maka jiwa kita akan
dipenuhi kekayaan batin berupa ketenangan dan ketentraman hati, dalam
menghadapi kehidupan ini, sehingga tidak ada tempat dihati kita bagi
bisikan syetan (Ali, 2010).
7. Adab Berdzikir
Menurut penelitian Khasanah (2015), menyatakan bahwa adab
berdzikir antara lain:
a. Kekhusukan dan kesopanan, menghadirkan makna kalimat- kalimat
dzikir, berusaha memperoleh kesan-kesannya, dan memperhatikan
maksud-maksud serta tujuan-tujuannya.
b. Merendahkan suara sewajarnya disertai konsentrasi sepenuhnya dan
kemauan secukupnya sampai tidak terkacau oleh sesuatu yang lain.
c. Menyesuaikan dzikir kita dengan suara jamaah, kalau dzikir itu dibaca
secara berjamaah, maka tak seorangpun yang mendahului atau terlambat
dari mereka, dan ketika itu dzikirnya jangan dimulai dari awal jika
terlambat datang, tetapi ia harus memulai bersama mereka dari kalimat
yang pertama kali ia dapatkan, kemudian setelah selesai ia harus
mengganti dzikir yang belum dibacanya. Hal ini dimaksudkan agar tidak
menyimpang dari bacaan yang semestinya, dan supaya tidak berlainan
iramanya.
d. Bersih pakaian dan tempat, serta memelihara tempat-tempat yang
dihormati dan waktu-waktu yang cocok. Hal ini menyebabkan adanya
konsentrasi penuh, kejernihan hati, dan keikhlasan niatnya.
e. Setelah berdzikir dengan penuh kekhusukan dan kesopanan, disamping
meninggalkan perkataan yang tidak berguna juga meninggalkan
permainan yang dapat menghilangkan faedah dan kesan dzikir.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa adab dzikir yaitu
dilakukan dengan khusuk dan sopan, merendahkan suara sewajarnya,
menyesuaikan dzikir dengan jama’ah, bersih dari najis, bersih pakaian dan
tempat, dzikir juga dapat dilakukan dalam hati dan memejamkan mata
dengan tujuan agar kita lebih konsentrasi dan memahami makna dari dzikir
tersebut.
materi justru berbalik dari apa yang diharapkan, yakni mereka dihinggapi
rasa cemas, sehingga tanpa disadari integritas kemanusiaannya tereduksi,
dan terperangkap dalam jaringan sistem rasionalitas teknologi yang sangat
tidak manusiawi. Akhirnya mereka tidak mempunyai pegangan hidup yang
mapan. Lebih dari itu muncul dekadensi moral dan perbuatan brutal serta
tindakan yang dianggap menyimpang.
Dalam kenyataannya, filsafat rasionalitas tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok manusia dan aspek nilai lainnya. Manusia mengalami
kehampaan spiritual, yang mengakibatkan gangguan kejiwaan. Islam
sebagai agama rahmatan lil’alamin menawarkan suatu konsep
dikembangkan nilai-nilai ilahiah dalam batin seseorang. Banyak manusia
yang gelisah hatinya ketika mereka tidak memiliki pegangan yang kuat
dengan keimanan. Kegelisahan jiwa manusia modern khususnya dibarat
dikarenakan tipisnya pegangan iman kepada Tuhan.
Merebaknya paham materialisme dan individualisme serta
kapitalisme membuat masyarakat modern kehilangan kendali. Nilai-nilai
keagamaan tidak lagi diangagap sakral, akibatnya banyak tempat-tempat
agama dibarat kehilangan jemaatnya. Hal ini tidak menutup kemungkinan
berdampak pada masyarakat muslim. Akan tetapi dengan kuatnya iman
dengan pendekatan zikir kepada tuhan, maka diharapkan kaum muslimin
tetap terkendali dan spiritualisme akan tetap memiliki daya pengikat yaitu
hati selalu tertuju kepada Allah.
46
D. Kerangka Teori
Stroke
Korpus kolosum Korteks Fontal
(zat listrik dan
biokimia) 1. Hemoragik
Thalamus 2. Non hemoragik
Sumber : ( Arif, 2007; Muttaqin, 2008; Junaidi, 2011; Saragih dkk, 2011; Ariani, 2012 &
Guyton, 2014)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau
antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin
diteliti (Notoatmodjo, 2012).
Kerangka konsep ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi
dzikir terhadap skor depresi pada pasien pasca stroke di Ruang Poliklinik Saraf
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2017.
47
48
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
1. Terapi Dzikir merupakan Satuan Terlaksananya Panduan
Dzikir suatu tindakan Acara pendanpingan penelitian
mengingat, Kegiatan Satuan Acara (modul )
mengucapkan dan (SAK) Kegiatan
mengerti, dalam
melafazkan dzikir
Al- Baqiyyatush-
Shalihah (kalimat
Astaghfirullahal’a
dzim,
subhanallah,
walhamdulillah
wa la
ilahaillallahu
Allahu akbar)
dengan lisan dan
gerakan hati
(diserafi dalam
hati) yang
masing-masing
diucapkan
sebanyak 33 kali.
C. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konsep, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah adanya pengaruh terapi dzikir terhadap depresi pada
pasien pasca stroke di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2017.
49
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan penelitian
Pre-Experimental menggunakan desain penelitian One Group Pretest –
Posttest. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan pretest (pengamatan
awal) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi. Setelah itu diberikan
intervensi, kemudian dilakukan posttest (pengamatan akhir) (Hidayat, 2013).
Kelompok Eksperimen ©1 X ©2
Keterangan :
49
50
Keterangan :
n = besar sampel
Zα = deviat baku alfa kesalahan tipe I = 5%, hipotesis dua
arah, maka = 1.64
Zβ = deviat baku beta atau kesalahan tipe II = 10 %,
maka = 1,28
S = simpang baku dari seilisih nilai antar kelompok
(nilai 14,41) (Murtisari, 2014).
X1-X2= selisih minimal rerata yang dianggap bermakna (XI = 16,
X2 = 9) (Murtisari, 2014).
Jadi besar sampel adalah :
( )
n={ }2
n={ }2
n={ }2
n = 36,1 = 36 responden
Besar sampel dalam penelitian ini adalah 36 responden untuk
kelompok intervensi.
Teknik Sampling dalam penelitian ini adalah “ Non Probability sampling”
dengan cara Purposive Sampling, dengan kriteria :
a. Kriteria inklusi :
1) Pasien pasca stroke hemoragik dan non hemoragik (minimal 2 minggu
pasca stroke) (Aprilina, 2010).
2) Beragama islam.
51
2. Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
mengolah data hasil penelitian guna memperoleh gambaran dari hasil
penelitian, hipotesis-hipotesis penelitian dan suatu kesimpulan secara umum
dari penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua
macam yaitu analisa univariat dan analisa bivariat (Dahlan, 2013):
57
a. Analisa Univariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui karakteristik demografi
dan gambaran distribusi frekuensi dari semua variabel meliputi, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, dan diagnosis
responden. Sedangkan untuk rerata (central tendency) yaitu variabel usia.
b. Analisa Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini dengan melakukan uji
normalitas yang merupakan salah satu uji mendasar yang dilakukan
sebelum melakukan analisa data lebih lanjut atau lebih mendalam, data
yang normal sering dijadikan landasan dalam beberapa uji statistik
meskipun semua data tidak dituntut untuk harus normal. Uji normalitas
berfungsi untuk melihat data sampel yang kita ambil atau gunakan
mengikuti atau mendekati distribusi normal.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan uji normalitas dengan
analisis Shapiro-wilk. Setelah itu baru dilakukan uji statistik, analisis ini
digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen
dengan variabel dependen, sehingga dapat diketahui pengaruh terapi
dzikir terhadap depresi pada pasien pasca stroke. Kemudian variabel
independen dan variabel dependen diuji statistik dengan uji paired
sampel t-test.
G. Etika Penelitian
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Dalam penelitian ini sebelum penelitian dilakukan peneliti telah
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden dengan tujuan
agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta mengetahui
dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani
lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati hak pasien.
2. Privacy
Dalam penelitian, peneliti telah memperhatikan bahwa penelitian yang
dilakukan tetap akan menjaga kerahasiaan responden selama penelitian.
58
BAB V
HASIL PENELITIAN
59
60
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Dari hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan persentase karakteristik responden dan skor depresi sebelum dan setelah
terapi dzikir di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, diperoleh
gambaran sebagai berikut:
a. Karakteristik Responden
Data karakteristik responden penelitian ini meliputi; umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status pernikahan dan diagnosis
responden, untuk jenis kelamin dibagi menjadi dua kategori, laki-laki dan
perempuan, tingkat pendidikan dibagi menjadi 3 kategori ( rendah
(SD/SMP), sedang (SMA), dan tinggi (Perguruan Tinggi) (Depkes RI,
2009), untuk pekerjaan dibagi menjadi 2 kategori (bekerja dan tidak
bekerja), status pernikahan dibagi 2 kategori (menikah dan berpisah), dan
diagnosis responden dibagi menjadi 2 kategori, Stroke Hemoragik (SH)
dan Stroke Non Hemoragik (SNH).
1) Usia
Tabel 5.1
Distribusi Data Usia Responden di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Tahun 2017 (N= 36)
Variabel Mean Median Std.D Min – Max 95% CI
Janis Kelamin
Laki-laki 15 41,7
Perempuan 21 58,3
Tingkat Pendidikan
Rendah (SD/SMP) 20 55,6
Sedang (SMA) 14 38,9
Tinggi (PT) 2 5,6
Pekerjaan
Bekerja 12 33,3
Tidak Bekerja 24 66,7
Status Pernikahan
Menikah 28 77,8
Berpisah 8 22,2
Dignosis Responden
SH 13 36,1
SNH 23 63,9
Berdasarkan tabel 5.2 Hasil analis distribusi frekuensi dari
36 responden sebagian besar responden pasien pasca stroke
berdasarkan jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 21 (58,3%)
responden, sedangkan mayoritas pendidikan rendah SD/SMP 20
(55,6%) responden dan berdasarkan pekerjaan sebagian besar yang
tidak bekerja sebanyak 24 (66,7%) responden, sedangkan responden
yang berstatus pernikahan menikah sebanyak 28 (77,8%) responden
serta berdasarkan diagnosis responden, Stroke Non Hemoragik
(SNH) sebanyak 23 (63,9%) responden.
63
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat adalah untuk melihat pengaruh terapi dzikir
terhadap skor depresi dan melihat adanya perbedaan skor depresi sebelum
dan setelah intervensi. Hasil analisis bivariat menggunakan uji statistik
paired sampel t-test.
a. Deskripsi data hasil uji normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas data dengan menggunakan
metode analisis Shapiro-Wilk (α > 0.05), maka skor depresi sebelum
intervensi dengan skor depresi setelah intervensi didapatkan ρ value
(0,238 & 0,104) > 0.05, sehingga dapat disimpulkan skor depresi
sebelum dan setelah intervensi terapi dzikir pada pasien pasca stroke
yang mengalami depresi terdistribusi normal.
Setelah diketahui sebaran data skor depresi normal, maka analisis
data yang selanjutnya digunakan untuk mengetahui pengaruh terapi
64
dzikir terhadap skor depresi sebelum dan setelah intervensi adalah uji
paired sampel t-test.
1) Perbedaan rerata sebelum dan setelah dilakukan intervensi terapi
dzikir pada pasien pasca stroke di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang.
Tabel 5.3
Pengaruh terapi dzikir sebelum dan setelah diberikan intervensi pada
pasien pasca stroke di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun
2017.
BAB VI
PEMBAHASAN
1. Hasil Univariat
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi rerata skor depresi pasien
pasca stroke sebelum dan setelah dilakukan intervensi terapi dzikir
menunjukkan ada perbedaan. Rerata skor depresi pada pasien pasca stroke
sebelum diberikan intervensi terapi dzikir menunjukan skor depresi dengan
nilai 25.28, yang berarti bahwa pasien mengalami tingkat depresi sedang
dan setelah diberikan intervensi terapi dzikir dengan nilai 20.89 dan berarti
pasien masih mengalami depresi sedang dengan selisih 4.39.
Responden sebelum diberikan intervensi terapi dzikir memiliki skor
depresi yang tinggi pada parameter kehilangan energi, kelelahan,
kegelisahan, menangis, perubahan pola tidur, dan kehilangan minat seksual.
Setelah diberikan intervensi terapi dzikir, penurunan skor depresi terjadi
65
66
2. Hasil Bivariat
Berdasarkan hasil analisis uji statistik didapatkan nilai = 0,000
berarti bahwa nilai value kurang dari 0,05 ( value < 0,05), yang berarti
adanya pengaruh yang signifikan antara skor rerata depresi sebelum terapi
dzikir dengan skor rerata depresi setelah terapi dzikir. Menurut Razak dkk
(2015), menjelaskan bahwa perawatan pasien pasca stroke tidak hanya
terfokus pada pengobatan medis, namun akan lebih efektif jika
dikombinasikan dengan terapi alternatif atau nonfarmakologi, seperti terapi
spritual islami psikoreligius doa dan dzikir.
Fakta bahwa terapi dzikir menurunkan skor depresi pada pasien
pasca stroke sesuai dengan beberapa penelitian yang menyatakan bahwa
terapi dzikir dapat menurunkan tingkat depresi melalui pembentukan
mekanisme koping yang positif, perbaikan afek, emosi dan peningkatan
spritualitas (Yusuf, dkk, 2017). Selain itu, hal ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Jauhari (2014), menyatakan bahwa terapi
psikoreligius doa dan dzikir dapat menurunkan tingkat depresi pada pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dan berdasarkan hasil
penelitian penderita gagal ginjal kronik dapat melaksanakan terapi secara
rutin dan setiap hari.
Menurut Fadlilah dan Ulaa (2013), dalam penelitiannya pengaruh
terapi dzikir terhadap nyeri persalinan kala 1 menyatakan bahwa dari 20
responden, mayoritas dari mereka didapatkan skala nyeri setelah diberikan
70
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak luput dari adanya keterbatasan. Adapun
keterbatasan dalam penelitian ini meliputi:
1. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian pre-eksperimen dengan
one group pre test dan post test dan tidak dilakukan pada kelompok kontrol,
sehingga penelitian ini tidak bisa membandingkan skor depresi antara
kelompok intervensi dan kontrol.
2. Fokus penelitian ini terbatas hanya pada satu wilayah atau satu ruangan saja
yaitu ruangan Poliklinik Saraf Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
3. Peneliti kurang memperhatikan faktor-faktor perancu lainnya seperti
lingkungan dan dukungan keluarga, di mana dalam penelitian ini keluarga
pasien kurang kooperatif terhadap terapi yang dilakukan pada pasien pasca
stroke serta lingkungan yang kurang tenang. Sehingga peneliti harus lebih
meyakinkan keluarga pasien tentang pentingnya peran atau dukungan
keluarga serta lingkungan yang tenang terhadap keberhasilan atas terapi
dzikir yang dilakukan.
74
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan April-Mei
tahun 2017 di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dengan jumlah
responden sebanyak 36 orang, maka dapat disimpulkan:
1. Skor depresi rerata sebelum diberikan intervensi dengan terapi dzikir ialah
25,28.
2. Skor depresi rerata setelah diberikan intervensi dengan terapi dzikir ialah
20,89.
3. Ada pengaruh yang signifikan bermakna antara rerata skor depresi sebelum
dan sesudah diberikan intervensi dengan terapi dzikir value = 0,000.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Bagi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang khususnya di ruang Poli
Saraf diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada
rumah sakit tentang pengaruh terapi dzikir terhadap skor depresi pada
pasien pasca stroke, sehingga petugas kesehatan dapat melanjutkan
memberikan atau menerapkan penatalaksanaan depresi secara
nonfarmakologi dengan terapi dzikir misalnya dengan memfasilitasi dan
melengkapi ruangan dengan mengisi papan mading disekitar ruangan
dengan informasi tentang terapi dzikir atau dengan membuat SOP terapi
dzikir yang bisa dilakukan pada saat memberikan intervensi keperawatan
pada pasien, karena terapi dzikir sangat penting diberikan kepada pasien
yang mengalami depresi pasca stroke untuk menurunkan atau mengurangi
skor depresi yang sekaligus mengusung nilai-nilai islam.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini mengenai Keperawatan Medikal Bedah merupakan
bagian yang sangat penting dari ilmu keperawatan. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka kepada institusi pendidikan khususnya PSIK Muhammdiyah
74
75
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Z. (2010). Agama, Kesehatan & Keperawatan. Jakarta: Trans Info Medika.
Arif, P.Y. (2007). Penerapan Dzikir sebagai Psikoterapi Gangguan Ansietas. KTI
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Diakses pada tanggal 25
Desember 2016.
Arum, P.S. (2015). Stroke Kenali, Cegah & Obati. Jakarta: Note Book.
Bekelman, D.B., Dy, S. M., Becker, D.M., Wittstein, I.S., Hendricks, D.E.,
Yamashita, T.E., & Gottlieb, S.H. (2007). Spiritual well-being and
77
Caplan, R.L., & Coldszmidt, J.A. (2011). Esensial Stroke. Jakarta: EGC.
Dahlan, M.S. (2013). Besar Sample dan Cara Pengambilan Sample dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Dudung, J. Kaunang, M.D. & Dundu, E.A. (2015). Prevalensi Depresi pada
Pasien Stroke yang di Rawat Inap di Irina F RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado Periode November-Desember 2012. Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado. Diakses pada tanggal 14 januari 2017.
Fadlilah, M., & Ulaa, M. (2013). Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Nyeri
Persalinan Kala 1Klinik Bersalin Budi Indah. Masker Medika Jurnal
Stikes Muhammadiyah Palembang.
Ghoge, H., Sharma, S., Sonawalla, S., & Parikh, R. (2006). Cerebrosvascular
diseases and depression. Curr Psychiatry. Diakses pada tanggal 22 Mei
2017.
Guyton,. & Hall. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Hamid, R.S. (2009). Buku Pintar Agama Islam Edisi Junior. Bogor: Cahaya
Salam.
78
Hawari, D. (2006). Manajemen Stres Cemas dan Depresi [ Ed 2, Cet 4]. Jakarta:
FKUI.
Hawari, D. (2012). Riset Al Quran & Psikologi: DOA & DZIKIR sebagai
penyembuhan Penyakit.
Junaidi, I., & Tandung, D. (2012). Anomali Jiwa Cara Mudah Mengetahui
Penyimpangan Jiwa dan Perilaku Tidak Normal Lainnya. Yogyakarta:
ANDI.
Nawawi, I. (2008). Risalah Dzikir & Do’a Penerobos Tirai Rahasia Ilahi
(Tinjauan dari Sudut Aqidah, Fiqh dan Tasawuf). Surabaya: Karya
Agung..
Oktari, T. (2016). Hubungan antara Depresi dengan Kualitas Hidup pada Pasien
Stroke di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Skripsi Program Studi
Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Palembang.
80
Prayitno, S.H. (2015). Do’a dan Dzikir sebagai Metode Menurunkan Depresi
Penderita dengan Penyakit Kronis. Psycology Forum UMM. Diakses pada
tanggal 17 Januari 2017.
Razak, A., Mokhtar, M.K., & ulaima, W.S.W. (2013). Terapi Spritual Islami
Suatu Model Penanggulangan Gangguan Depresi. Universitas
Kebangsaan Malaysia. Diakses pada tanggal 17 Januari 2017.
Triwibowo, C. & Widyanto, C.F. (2013). Trend Disease Trend Penyakit Saat Ini.
Jakarta: Trans Info Media.
Yusuf, A., Nihayati, H. E.,Iswari, F.M., & Okviansanti, F. (2017). Kebutuhan Spritual
Konsep dan Aplikasi dalam Asuhan Keperawatan. Jakarta; Mitra Wacana Media.
82
LAMPIRAN
83
84
85
86
87
88
89
SURAT PERNYATAAN
BERSEDIA MENJADI RESPONDEN (INFORMMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk turut
berpartisipasi menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
Program Studi Ilmu Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Palembang, yang
bernama Argiati dengan judul penelitian “pengaruh Terapi Dzikir terhadap Skor
Depresi pada Pasien Pasca Stroke di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Tahun 2017.
Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang
merugikan bagi saya dan jawaban yang saya berikan adalah yang sebenarnya,
sesuai dengan apa yang saya ketahui tanpa ada paksaan dari pihak lain.
Palembang, 2017
(Responden)
90
Lampiran
Petunjuk pengisian:
Pertanyaan di bawah ini untuk mengetahui perubahan perasaan yang Bapak/Ibu
alami.
Hari/tanggal :
Inisial :
Umur :
Jenis Kelamin :
T. Pendidikan :
S.Pernikahan :
Pekerjaan :
Dx.Responden :
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan intervensi terapi dzikir Al - Baqiyyatush-Shalihah (
Tasbih, Tahmid, Tahlil, Takbir ) pada pasien pasca stroke.
2. Tujuan Khusus
a. Pertemuan I
Menjelaskan tujuan, manfaat, proses, dan kontrak waktu serta tempat
(home visite) untuk pertemuan sesi ke-II.
b. Pertemuan II
96
B. Materi
1. Penjelasan tujuan, manfaat, dan langkah-langkah melakukan terapi dzikir
Al - Baqiyyatush-Shalihah ( Tasbih, Tahmid, Tahlil, Takbir ).
2. Mendemonstrasikan kegiatan yang akan dilakukan dalam pertemuan
selanjutnya.
C. Alat & Bahan
1. Tasbih
2. Kuesioner depresi (BDI-II)
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi
E. Kegiatan
penjelasan pertemuan I,
manfaat, tujuan dan II.
dari kegiatan
yang akan
dilakukan
Kontrak waktu
dan tempat
dengan pasien
untuk pertemuan
selanjutnya (home
visite).
3. Pertemuan Mempersiapkan Tanya jawab 30 menit
II. pasien, alat, Demonstrasi Tasbih (Setiap
bahan, dan Pertemuan
ruangan. 30 menit
Melakukan untuk
demonstrasi yaitu pertemuan
pemberian terapi ke II,
dzikir
4. Evaluasi Menanyakan Tanya jawab 15 menit
perasaan pasien untuk setiap
setelah dilakukan pertemuan.
terapi.
5. Penutup Mengucapkan 10 menit
terimakasih (Masing-
kepada pasien masing 5
atas ketersediaan menit untuk
menjadi setiap
responden dan pertemuan).
mengucapkan
salam.
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
Tabulasi Data
tidak
31 70 perempuan SMA bekerja menikah SH 32 25 7
32 65 laki-laki SMP bekerja berpisah SNH 26 19 7
tidak
33 46 perempuan SD bekerja menikah SNH 19 15 4
tidak
34 62 laki-laki SD bekerja berpisah SNH 26 21 5
35 47 perempuan PT bekerja berpisah SNH 26 22 4
tidak
36 69 laki-laki SD bekerja berpisah SNH 29 25 4
111
Hasil Output
Frequency Table
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
jeniskelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
tingkatpndidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
statuspernikahan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
diagnosisresponden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Uji Normalitas
Cases
Descriptives
Median 26.00
Variance 13.921
Minimum 18
Maximum 32
Range 14
Interquartile Range 6
115
Median 21.50
Variance 12.330
Minimum 14
Maximum 27
Range 13
Interquartile Range 6
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
*
sebelumintervensi .105 36 .200 .961 36 .238
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
*
sebelumintervensi .105 36 .200 .961 36 .238
T-Test
N Correlation Sig.
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Difference
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 sebelumintervensi
4.389 1.460 .243 3.895 4.883 18.043 35 .000
- setelahintervensi
118