Professional Documents
Culture Documents
Universitas Jambi
asiahnurasiahskm@gmail. com
Abstract
This study aims to explore how sustainable development of midwives' competencies
can fulfill the registration requirements for Registration Certificate (STR) and
Licensed Registration Certificates (SIP) and what factors can influence the
registration and licensing of midwives in Jambi City. The method used is descriptive
qualitative method with a mix method approach, namely exploratory research and
case study. Data were obtained through observation, documentation review, focus
group discussion (FGD) and open interviews as triangulation. This study found that
there were weaknesses in the application of the STR registration of other
applications / systems not yet integrated, especially file verification, while SIP
licensing still had weaknesses, especially the midwives survey practice was still
carried out by each organization. Continuous competence of midwives is needed to
fulfill the adequacy of the value of the Professional Credit Unit (SKP) in the
feasibility of issuing organizational recommendations as a condition for managing
STR and SIP. Factors that influence midwives in having STR / SIP include barriers
in terms of requirements, long flow, old file verification process, when publishing
overloads the process boundaries, including lack of funds, facilities, resources.
Conclusion The support of the IBI professional organization, Jambi City Health
Office, MTKP and KTKI is very much needed in finding solutions to these obstacle
factors.
Keywords: Sustainable Development of Midwife Competence, Registration
Certificate and Practice License
PENDAHULUAN
Bidan adalah bagian dari tenaga kesehatan yang berhubungan erat dengan
peningkatan kesehatn ibu dan anak, berkontribusi memberi pelayanan kesehatan
esensial yang dibutuhkan oleh perempuan dan bayi baru lahir, (PP IBI, 2016).
Jika bidan dilengkapi dengan pelatihan dan dukungan yang tepat, termasuk
lingkungan kebijakan yang efektif. Bidan berkualitas tinggi dapat menyelamatkan
jiwa dan berkontribusi terhadap keluarga sehat dan masyarakat yang lebih
produktif, mampu menurunkan kematian ibu dan bayi baru lahir sebanyak dua per
tiga. Agar bidan dapat bekerja dengan efektif, perhatian harus diarahkan kepada
area kunci yaitu ketersediaan, akses, penerimaan dan kualitas, (Middelton J.J Jose,
Ferraris UNFPA, 2014).
Kewenangan yang secara terus-menerus harus ditingkatkan mutunya
melalui pendidikan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan,
pengawasan, dan pemantauan agar memberikan perlindungan dan kepastian hukum
kepada pemberi dan penerima pelayanan kesehatan”
Permenkes RI Nomor 46 tahun 2013 bahwa “Setiap tenaga kesehatan
termasuk bidan yang akan menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya
wajib memiliki izin dari pemerintah yang diterbitkan oleh Majelis Tenaga
Kesehatan Indonesia (MTKI) berupa Surat Tanda Registrasi (STR) untuk bidan di
sebut Surat Tanda Registrasi Bidan (STRB) selanjutnya bidan dalam menjalankan
praktik di institusi pelayanan dan praktik pribadi/perorangan wajib memiliki Surat
Izin Praktik Bidan (SIPB) yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah kab/kota.
Setiap lima (5) tahun bidan diwajibkan re-registrasi STR dengan
persyaratan yang telah ditetapkan, tujuannya untuk menjaminan kualitas bidan agar
updete keilmuannya mengikuti perkembangan penyakit dan tuntutan perubahan,
serta menjamin keselamatan pengguna jasa layanan kebidanan, sebagai bentuk
pengabdian diri di masyarakat melalui pengembangan berkelanjutan Continuing
Professional Development (CPD) atau Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
istilah lain kecukupan nilai Satuan Kredit Profesi (SKP) yang melibatkan organisasi
profesi dalam mengeluarkan rekomendasi, (PP IBI, 2016,2017; Permenkes RI
46/2013).
Peran organisasi profesi ikatan bidan indonesia pada setiap tingkatan sangat
dibutuhkan dalam rangka pengembangan berkelanjutan kompetensi bidan demi
tercukupi nilai SKP terutama peran penyelenggaraan komponen Continuing
Professional Development (CPD) seperti pelatihan kompetensi wajib dan
kompetensi khusus bagi bidan( PP, IBI 2017).
Nilai kompetensi berupa kecukupan Nilai Satuan Kredit Profesi diperlukan
bidan sebagai kelayakan di keluarkan Rekomendasi Organisasi Profesi (ROP)
Ikatan Bidan Indonesi sebagai salah satu persyratan pemberkasan penerbitan Surat
Tanda Registrasi (STR) dan Surat izin praktik (SIP) bidan. Beberpa penelitian
terdahulu tentang pelaksanaan Continuing Profesional Development (CPD) dalam
prakteknya menemui beberapa kendala. Menurut (Katsikitis, 2013) “menujukkan
bahwa 44,2% dari responden meng-update portofolio CPD, namun 53,9%
melaporkan bahwa meskipun memiliki portofolio tetapi tidak meng-update.”
Katsikitis, 2013” dukungan organisasi dapat mempengaruhi”, Katsikitis,2013
dukungan dari organisasi maupun teman sejawat, keluarga, pembiayaan,
terbatasnya waktu dan kesempatan untuk belajar, serta pengetahuan tentang CPD.
Adanya suatu masalah dan perubahan baru yang sebagimana dalam
peraturan undang-undang tenaga kesehatan saat ini implikasinya “sedang
mengalami proses adaptasi terhadap tradisi yang selama ini berlaku bagi kalangan
profesional kedokteran, maupun paramedis termasuk bidan sehingga ada
kemungkinan terjadinya kontarversi dalam perubahan selama ini “ (Trisnantoro,
2004).
Perubahan baru dalam penerbitan STR adalah adminstrasi persyaratan
serta system registrasi meliputi alur regulasi terkini yaitu uji kompetensi, registrasi,
sertifikasi ulang (re-sertifikasi) regitrasi ulang (re-registrasi) STRB. Pemerintah
memberlakukan sistem registrasi STR secara online dalam mengatasi
keterlambatan penerbitan STR selama ini, namun hal ini belum mampu mengatasi
masalah beberapa masalah kesehatan erat kaitannya dengan berbagai regulasi
termasuk registrasi dan perizinan (lisensi) yang masih dipandang bersifat kompleks
dan menjadi isu terkini, belum optimalnya pengelolaan Surat Tanda Register
(STR) terkait dengan seringnya keterlambatan penerbitan STR disebabkan
beberapa factor, (Kemkes RI Ppsdmk 2016) ; Ppsdmk 2017).
Berkaitan dengan STR masih adanya berbagai masalah hukum seperti
kasus mal praktik di bidang kesehatan berkaitan ini erat hubungannya dengan
kualitas tenaga kesehatan saat ini dan masih lemahnya sistem regulasi di Indonesia,
(Amin Yanuar, 2017).
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan factor yang berpengaruh pada
implementasi registrasi (STR) bahwa “implementasi kebijakan registrasi tenaga
belum sesuai dengan apa yang diharapkan karena ada faktor yakni sumber daya,
terutama sumber dana yang masih terbatas, sehingga implementasi kebijakan
tersebut belum dapat dilakukan sesuai dengan peraturan menteri kesehatan,
(Firmansyah andi, 2015), selanjutnya penelitian (Fadmawaty Any, 2012) Actor
pengambilan keputusan kebijakan dalam registrasi tenaga kesehatan adalah
pemerintah (Kemenkes RI) sebagai regulator (Public interest) bukan organisasi
profesi,stakeholder adalah organisasi profesi kesehatan sebagai self interest.
Penelitian tentang Lisensi Surat Izin Praktik Bidan (SIPB) menunjukkan
Implementasi Permenkes belum berjalan optimal dukungan komunikasi bidan,
organisasi profesi bidan dan dinas kesehatan belum terwujudnya kinerja penerima
manfaat, penegakan hukum belum efektif belum adanya pengawasan
berkesinambungan terhadap implikasi Permenkes terkait penegakan hukum, (Suluh
Seniorita, 2017).
Latarbelakang, fenomena dan beberapa penelitian terdahulu
menggambarkan bahwa “dari tahun 2016 s/d tahun 2017 penerbitan Surat Tanda
Registrasi Bidan di Kota Jambi terdata 730 orang hanya 342 (47%) bidan yang
memiliki STRB, artinya ada sekitar 342 (53%) bidan yang belum memiliki STRB.
Faktor tersebut terjadi karena yang menerbitkan STR adalah kementerian
kesehatan, meskipun secara teknis dilaksanakan di dinas kesehatan jambi, prosedur
yang terlalu panjang, persyaratan yang terlalu ketat, perubahan administrasi dan
system, jumlah, jenis tenaga, mal distribusi, dan kendala hosting server dikemenkes
tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan lambatnya implementasi
kebijakan tersebut.
Faktor lain yang menarik adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah (dinas kesehatan propinsi
sebagai implementor) dan yang menjadi target group (kelompok sasaran ) dalam
kebijakan tersebut adalah tenaga kesehatan, dengan demikian yang melaksakana
kebijakan tersebut adalah aparat dan yang dikenakan kebijakan itu juga adalah
aparat termasuk pelimpahan wewenang pusat dan daerah masih beberapa kebijakan
masih di pemerintahan pusat “
Fokus Perumusan masalah dalam ini dibatasi 3 topik yaitu 1)
Pengembangan Berkelanjutan Kompetensi Bidan 2) Surat Tanda Registrasi (STR)
Bidan dan Surat Izin Praktik (SIP) bidan 3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kompetensi, STR dan SIP. Adapun lokasi Penelitian Di Kota Jambi meliputi 3
organisasi yang terlibat dalam Registrasi dan Perizinan Bidan yaitu Sekretariat
Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP) di Jambi, Pengurus Daerah Ikatan
Bidan Jambi & Pengurus Cabang Ikatan Bidan Kota Jambi dan Dinas Kesehatan
Kota Jambi.
Penelitian ini bertujuan untuk :
1) Mengekplorasi Apakah Pelaksanaan Pengembangan Berkelanjutan Kompetensi
Bidan Di Kota Jambi Sudah Sesuai Dengan Ketentuan Standar Ikatan Bidan
Indonesia Sebagai Pemenuhan Persyaratan Terdaftar Surat Tanda Registrasi
(STR) dan Terlisensi Surat Izin Praktik
2) Apakah Persyaratan, Alur Dan Tata Cara Registrasi (STR) dan Perizinan (SIP)
Bidan Di Kota Jambi Sudah Sesuai Ketentuan Permenkes Nomor 46 tahun 2013
dan Permenkes Nomor 28 tahun 2017?
3) Factor Apa Saja Yang Mempengaruhi Bidan Memiliki Surat Tanda Registrasi
(STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) Di Kota Jambi ?
Dalam analisis pembahasan peneliti menggunakan model pendekatan
Donabedian, A. 1968 dan Edward III, George C 1980 “ Implementing Public
Policy” meliputi Input-procces-otcome.
METODELOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metoda kualitatif deskriftif dengan
pendekatan mix method yaitu exploratory research dan case study. Data diperoleh
melalui observasi, telaah dokumentasi, focus group discussion (FGD) dan
wawancara terbuka sebagai trianggulasi
Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan teknik purposive sampling
dengan model generalisai sampel purposive informan A dapat ditrasferkan hanya
ke B,C, D dan snowball sampling seperti bola salju. Penentuan sampel tidak
didasarkan perhitungan statistic (Sugiyono,2012) Jadi peneliti menentukan sampel
saat memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung (emergent sampling
desain).
Dalam Penelitian ini yang menjadi subjek pelaksanaan focus group
discussion, peserta/ partisipan/informan awal berjumlah 20 orang pada bulan
januari 2019, setelah peneliti memasuki lapangan sampel menjadi berkembang dan
peneliti melakukan focus group discussion (FGD) lanjutan di bulan Februari 2019
peserta/ partisipan berjumlah 21 orang ini dimaksud untuk mencari data baru
hingga tidak ditemukan informasi baru data atau dirasakan jenuh.
Berikut 3 kelompok bidan yang peneliti beri koding berikut ini :
1. Bidan yang telah memiliki STR/SIP di koding (PM) = 19 orang
2. Bidan yang sedang dalam proses kepengurusan STR/SIP di koding (PP) = 17
3. Bidan yang telah expired dete STR/SIP atau bidan yang tidak memiliki STR/SIP
dikoding (PTM) = 15 orang
Pertanyaan pada sampel penelitian berupa pertanyaan Teknik terbuka (open-
ended question), dipandu oleh 2 orang moderator/fasitator, 2 orang pengamat dan
1 narasumber masing sesi 4 pertanyaan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara (interview)
terstruktur/terbuka ini dilakukan dalam rangka trianggulasi data atau perbandingan
dari hasil focus group discussion (FGD) denagn sampel informan/ narasumber
berjumlah 9 orang yaitu pada informan kunci 2 orang berasal dari MTKP Propinsi
Jambi, 1 orang berasal dari PD IBI Propinsi Jambi, 3 orang dari PC IBI Kota Jambi,
1 orang Dinkes Kota Jambi dan 3 orang bidan yang STR mati/ tidak memiliki STR
salah satu diantara narasumber yang berasal dari bidan ada yang terlibat dalam
FGD.
Analisis data dengan trianggulasi data yaitu dengan model interaktif Miles
& Huberman (1984) dalam Sugiyono,2012 melalui tiga komponen, yaitu: (1)
reduksi data, (2) sajian data, dan (3) penarikan kesimpulan/verifikasi.
Tabel 2. Hasil Koding FGD Tentang Surat Tanda Registrasi (STR) Bidan
Topik Frekuensi Rangking
PM PP PTM Jumlah
Sosialisasi Proses STR belum optimal 1 7 0 8 1
terkait alur dan proses penerbitan baik
oleh organisasi, Instansi, maupun MTKP
Kesulitan dalam kelengkapan dokumen 3 2 2 7 2
pemberkasan persyaratan STR
Alur, Proses Pengurusan STR yang lama 1 5 0 6 3
dan berbelit-belit
Pengetahuan tentang pendaftaran online 3 2 1 6 4
yang masih kurang, temasuk gangguan
koneksi
STR sangat penting dalam bekerja 0 0 2 2 5
Sumber, Peneliti Data Primer diolah,2019
Opini partisipan diskusi terfokus terkait kepemilikan Surat Ijin Praktik (SIP)
bidan adalah : kesulitan pemberkasan juga terkait erat dengan kepemilikan STR
karena surat keterangan STR dalam pengurusan dinyatakan tidak berlaku dalam
pemberkasan SIP. Diikuti dengan pernyataan bagi bidan baru takut disurvey
lapangan atau dipersulit dalam Rekomendasi Organisasi Profesi untuk kelayakan
praktik mandiri bidan, yang menjadi alasan takut disurvey diantaranya adalah
belum memiliki tempat praktik yang besar, peralatan yang mahal, survey berkali-
kali ada yang 3 kali di survey tidak lolos, alasan lain tidak ada SIP tempat bekerja
beragam mungkin karena banyak yang bekerja, bekerja di klinik swasta namun
yang menarik ada statmen positif dalam pengurusan SIP bagi bidan di fasilitas
pelayanan yaitu sudah adanya dukungan instansi terkait biaya pengurusan SIP hal
ini dikarena mungkin terkait kepentingan akreditasi/perizinan instansi. Prosedur
alur pengurusan dan Penerbitan SIP diKota Jambi juga menjadi pembahasan dalam
FGD dimana peserta membawa berkas sendiri ke kantor PTSP Kota Jambi hingga
SIP diterbitkan ini disebabkan masih terkendala pada system online belum
maksimalnya web bpstp Kota Jambi hanya ada info tentang persyaratan sedangkan
pemberkasan masih diminta secara manual.
Klarifikasi narasumber IBI dan Dinkes Kota Jambi bahwa kepengurusan
Surat Ijin Kerja Bidan (SIKB) dan Surat Izin Praktik Bidan (SIPB) telah mengalami
perubahan sejak dikeluarkan Permenkes nomor 28 /2017 tentang penyelenggaraaan
praktik bidan jadi hanya ada istilah Surat Ijin Praktik (SIP) di Fasiltas Kesehatan
dan Surat Izin Praktik (SIP) Praktik Mandiri Bidan. SIP diumpamakan sesorang
telah memiliki SIM. Dari peryataan (NS 3.4.5.) klarifikasi kelengkapan Persyaratan
SIP yang utama adalah STR dan Rekomendasi Organisasi Profesi, Pada
prinsipnaya Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonsia (PD IBI) Provinsi Jambi telah
mendelegasi kepada Pengurus Cabang (PC) IBi Kota Jambi terkait penilaian
kelayakan praktik bidan berupa Rekomendasi Organisasi Profesi (Ns.3.4.5),
Survey tidak dipersulit tidak mesti berkali- kali kita ingin mencari kualitas praktek
standar, untuk menolong pasien pelayanan harus dijaga agar tidak terlibat kasus
hukum.
Peran Dinas Kesehatan Kota Jambi hanya memberi rekomendasi Dari
Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi setelah berkas dinyatakan lengkap, dan
memenuhi persyatan. Untuk biaya dalam pengurusan ini adalah gratis, dan waktu
proses tergantung dari analisis survey lapangan idealnya 4-7 hari kerja. Mereka
yang antar berkas hingga menunggu berkas terbit di PTSP Kota Jambi.
Dari hasil matrik diatas dan analisis peneliti, partisipan bidan, narasumber
dan moderator FGD dapat disimpulkan bahwa ada beberapa factor yang
berpengaruh terhadap kepemilikan Surat Tanda Registrasi (STR) bidan dan Surat
Ijin Bidan (SIP) bidan di Kota Jambi,
Analisis dari hasil peryataan informan FGD dan jawaban solusi naraumber
dapat disimpulkan factor yang mempengaruhi kepemilikan STR dan SIP adalah
hampir semua factor dapat mempengaruhi, faktor individu/person, faktor dari
organisasi baik di tingkat institusi, MTKP, Dinas Kesehatan Kota Jambi dan
Organisasi Profesi IBI, Faktor yang paling kuat pengaruhnya adalah organisasi
profesi yang merupakan penggerak utama dalam sosialisasi dalam pengumpulan
nilai kompetensi, persyaratan STR dan Persyaratan SIP dilanjutkan dengan Peran
MTKP terkait Proses alur Penerbitan STR.
B. PEMBAHASAN
PENDEKATAN INPUT :
1. Analisis Input Pelaksanaan Pengembangan Berkelanjutan Continuing
Professional Development (CPD) Peningkatan Kompetensi Bidan
Implementing Public Policy yaitu indicator sumber daya terdiri dari staff
(aparatur), information (informasi), Authotity (wewenang), dan Facilities
(fasilitas). Hal ini sejalan dengan pendapat (George C. Edwards III, 1980) “yang
sangat menentukan keberhasilan implementasi kebijakan diantaranya adalah
Sumber daya baik sumber daya manusia, material dan metode”.
Berdasarkan hasil observasi, telaah dokumentasi, FGD dan Interview (Data
trianggulasi) ada 3 (tiga) organisasi yang terlibatan dalam implementasi Registars
STR dan Perizinan (SIP) Bidan, Pertama dalam pengembangan berkelanjutan
kompetensi CPD adalah Organisasi Ikatan Bidan Indonesia (Pengurus Ranting,
Pengurus Cabang dan Pengurus Dareah) Jambi dalam penerbitan Rekomendasi
Organisasi Profesi (RPO), Kedua Organisasi yang terlibat dalam pemberkasan STR
adalah Ikatan Bidan Indonesia dan Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP,
Ketiga sedangkan untuk pengurusan SIP yaitu Ikatan Organisasi Ikatan Bidan
Indonesia (Pengurus Ranting, Pengurus Cabang) Kota Jambi.
Secara umum dari hasil penelitian implementasi kebijakan dalam sumber
daya pada registrasi dan perizinan bidan di Kota Jambi sebagai berikut:
1. Masih terbatas sumber daya fasilitator di organisasi IBI Provinsi Jambi dalam
penyelenggaraan pelatihan, tim pelatihan bersertifikat terakreditasi hanya 10
orang, begitu juga pengelola pengurusan STR sudah ada petugas khusus namun
masih terbatas, selain itu sosialisasi/informasi pada setiap tingkatan yang belum
maksimal.
2. Anggaran dalam pelaksanaan implementasi kebijakan Di Majelis Tenaga
Kesehatan Indonesia (MTKP) Provinsi Jambi masih terbatas, terutama dalam
pengiriman berkas STR ke MTKI masih menunggu berkas terkumpul, selain
anggran sumber daya manusia Staff di secretariat MTKP masih sangat kurang
untuk mengatasi kekurangan staff MTKP melibatkan tenaga honor verifikasi
berkas keterlibatan organisasi profesi dalam verivikasi berkas juga masih belum
optimal tidak ada Organisasi yang stand di MTKP.
3. Dinas Kesehatan Kota Jambi fasilitas dan SDM dalam menerima dan melayani
peserta cukup memadai rungan cukup tidak terdapat antrian panjang hal ini
dikarenakan seluruh pemberkasan dilayani hanya yang berasal dari Organisasi
Profesi secara kolektif masih terbatas dana dalam sosialisasi, dalam penelitian
ini ditemukan organisasi yang berwenang dalam penerbitan SIP adalah Kantor
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kota Jambi, sebagaimana acuan
Peraturan Pemerintah Nomor 38/2007 tentang kewenangan pemerintah daerah
dalam memberi lisensi, akreditasi dan sertifikasi.
PENDEKATAN PROSES
Melalui Pendekatan Input peneliti mencoba mengekplorasi human input
bisa dirubah menjadi hasil melalui proses, dapat diartikan berubahnya sesuatu yang
ada di input menjadi sesuatu yan lain yang dapat mempengaruhi proses itu
pendekatan proses dalam peneliti ini adalah berhubungan dengan bagaimana proses
pengembangan kompetensi melalui organisasi profesi IBI, bagaimana bidan
memiliki STR dan SIP bidan apa saja akar masalah dan bagaimana solusinya.
2. Outcome
Dampak positif manfaat dan harapan perubahan dari suatu kebijakan
regulasi registrasi, perizinan tenaga kesehatan adalah mewujudkan peningkatan
kualitas SDM kesehatan berkelanjutan, perlindungan terhadap pelayanan baik bagi
petugas maupun masyarakat penerima layanan. Penambahan Nilai akreditasi bagi
Institusi Pelayanan Kesehatan (Permenkes No 012/2012 dirubah nomor 4 than 2018
tentang akreditasi RS, Permenkes nomor 46 tahun 2015), Pelayanan Kesehatan
pada JKN “ bahwa kerjasama fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan BPJS dan
Program Jampersal adalah syarat wajib memiliki STR/ SIP, (Permenkes Nomor 99
Tahun 2015) Begitu juga aturan bidan dalam membeli obat di apotik harus
menunjukkan STR/ SIP.
Dampak negative hasil penelitian ini masih ada bidan yang bekerja di
fasilitas kesehatan STRnya kadarluasa, Tidak memiliki STR, Tidak memiliki SIP,
mereka pada umumnya was-was dalam memberi pelayanan dan salah satu
penyebabnya adalah kelalain, motivasi, himbauan pimpinan, dan juga kendala
persyaratan dan waktu proses STR yang lama dan alur yang panjang.
KESIMPULAN
a. Kesimpulan
Dari hasil penelitian maka peneliti dapat menarik kesimpulan yang
mengacu pada tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Pemenuhan kompetensi bidan di Kota Jambi sangat perlu diupdete dan terus
berkelanjutan agar menjamin mutu pelayanan kebidanan, Organisasi Ikatan
Bidan Indonesia sudah mempunyai standar/ketetapan dalam melindungi
anggotanya, sebagai syarat dikeluarkannya rekomendasi organisasi dalam
syarat penerbitan STR, Pelaksanaan sudah berjalan, namun masih belum
optimal terutama penyelenggraan pelatihan masih perlu evaluasi
2. Persyaratan, alur, proses pemberkasan hingga penerbitan Surat Tanda
Registrasi (STR) di Kota Jambi pada 3 tahun ini dilakukan secara manual dan
secara online ada versi lama dan versi terbaru 2019 (versi 2.0) namun masih
belum optimal dan belum terintegrasi antara aplikasi/system lainnya terutama
verifikasi berkas belum ful dalam pelaksanaannya
3. Proses alur pemberkasan dan penerbitan Surat Izin Praktik (SIP) di Kota Jambi
masih ada kekurangan karena belum ada koordinasi yang optimal pada tiga (3)
organisasi yaitu Organisasi Profesi IBI Kota Jambi, Dinas Kesehatan Kota
Jambi dan Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang menerbitkan
perizinan.
4. Dalam pengumpulan SKP nilai kompetensi maupun proses pemberkasan,
penerbitan STR di Kota Jambi terdapat beberapa hambatan berupa persyaratan,
alur yang panjang, proses verifikasi berkas, waktu penerbitan melebihan batas
proses. Dalam pengumpulan SKP peran organisasi profesi sangat penting
dalam mencari solusi agar para bidan mendapatkan nilai SKP yang cukup untuk
pengusulan STR misalnya melalui perbaikan alur registrasi, sosialisasi serta
pelaksanaan pelatihan dan seminar. Sedangkan peran MTKP sebagai wakil
MTKI juga sangat penting berupa upaya perbaikan sistem online, percepatan
proses verifikasi pemberkasan serta sosialisasi terkait STR dan aplikasi versi
STR 2.0, Sedangkan factor yang mempengaruhi kepemilikan SIP adalah
individu berkaitan dengan kepemilikan STR dan Hasil Survey lapangan.
b. Saran
1. Kepada pembuat kebijakan di pusat Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia
(MTKI) sekarang Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (KTKI) dalam
pembuatan formulasi kebijakan hendaklah melibatkan unsur-unsur profesi,
pemerintah daerah serta mempertegas sanksi UU dalam Funishment dampak
tidak memiliki STR dan usulan Reward Sertifikasi Bidan sebagai imbalan
jasa bagi profesi.
2. Dengan adanya versi 2.0 e-STR online diharapakan kepada KTKI dapat
mensingkronisasikan antara aplikasi /system lainnya (verifikasi di organisasi
profesi) agar lebih memperpendek, mempersingkat, mempercepat proses
penerbitan STR
3. Kepada organisasi profesi Ikatan Bidan Indonesia Jambi diharapakan
menambah pelatih dan penyelenggaraan pelatihan dapat diadakan di tiap
Kab/Kota serta dapat mensosialiasasi tata cara mendapatkan nilai kecukupan
kompetensi SKP dan tata cara e-str online hingga ke individu bidan.
4. Pentingnya koordinasi Dinkes Kota Jambi dan pengurus IBI Kota Jambi dalam
pelaksanaan kepemilikan STR/SIP bidan terutama fungsi pembinaan,
pengawasan.
DAFTAR RUJUKAN :