Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
2.1.1. Laring
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan
suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi
vertebra cervicalis IV – VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif
lebih tinggi. Laring pada umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja
tertutup bila sedang menelan makanan untuk melindungi jalan nafas (Ballenger JJ
,1993)
Os hyoid terdiri dari korpus, dua kornu mayor dan dua kornu minor.
Permukaan posterior superior hyoid merupakan tempat perlekatan membran
hyoepiglotik dan tirohyoid, karena itu hyoid membentuk batas anterosuperior
ruang praepiglotik dengan valekula yang berada diatasnya. Perlekatan os hyoid ke
mandibula dan tengkorak oleh ligamentum stilohyoid dan otot-otot digastrikus,
stilohyoid, milohyoid, hyoglosus, dan geniohyoid akan mempertahankan posisi
laring pada leher dan mengangkat laring selama proses menelan dan fonasi.
Perlekatan m. Sternohyoid dan m. Omohyoid pada os hyoid penting untuk
gerakan laring bagian inferior (Ballenger JJ, 1993).
Kartilago tiroid merupakan tulang rawan hialin dan yang terbesar di laring.
Terdiri dari dua ala atau sayap yang bertemu di anterior dan membentuk sudut
lancip. Sudut bervariasi menurut jenis kelamin, 90 derajat pada pria dewasa dan
120 derajat pada wanita. Pada pria, bagian superior sudut tersebut membentuk
penonjolan subkutan disebut Adam’s apple atau jakun. Bagian atas ala dipisahkan
dengan lekukan yang dalam , insisura tiroid superior. Setiap ala berbentuk segi
empat dan pada setiap sudut posterior terdapat penonjolan atau kornu. Kornu
superior adalah perlekatan ligamentum superior tirohyoid lateral. Kornu inferior
berhubungan dengan permukaan postero-lateral krikoid membentuk sendi
krikotiroid (ballenger JJ, 1993).
2.1.4. Otot-otot
Ektrinsik. Otot-otot ini berperan pada gerakan dan fiksasi laring secara
keseluruhan. Terdiri dari kelompok otot elevator dan depresor. Kelempok otot
depresor terdiri dari mm. tirohyoid, sternohyoid dan omohyoid yang dipersarafi
oleh ansa hipoglosus dari C2 dan C3. Kelempok otot elevator terdiri dari mm.
digastrikus anterior dan posterior, stilohyoid, geniohyoid dan milohyoid yang
dipersarafi oleh nervus kranial V, VII, IX. Kelompok otot ini penting pada fungsi
menelan dan fonasi dengan mengangkat laring di bawah dasar lidah (ballenger JJ,
1993).
Mm. konstriktor media dan inferior serta m. Krikofaring dari faring, juga
merupakan otot ekstrinsik laring yang penting. M. Konstriktor media melekat
pada kornu mayor os hyoid. M. Konstriktor inferior melekat pada garis oblik di
kartilago tiroid pada ikatan fibrosa yang menghubungkan ruang krikotirooid di
sisi lateral, pada m. Krikotiroid dan pada tulang rawan krikoid (ballenger JJ,
1993).
Gambar 2.4
Otot-otot ekstrinsik laring
Sumber: Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.11,fig.1.10
M. krikoaritenoid lateral adalah oto segi panjang kecil yang berasal dari
tepi superior dan lateral bagian posterior arkus arkus krikoid, lateral terhadap
perlekatan dengan konus elastikus. Otot ini berjalan ke belakang dan ke atas,
berinsersi ke permukaan anterior prosesus muskularis aritenoid dan melakukan
gerak adduksi pita suara (ballenger JJ, 1993).
M. tiroaritenoid adalah otot yang berasal dari permukaan dalam ala tiroid
dan konus elastikus. Terbagi menjadi dua bagian, m. Vokalis atau tiro aritenoid
interna, berinsersi pada pinggir bebas konus elastikus dan batas lateral prosesus
vokalis. M. Tiroaritenoid eksterna berinsersi pada aritenoid antara prosesus
vokalis dan perlekatan krikoaritenoid lateral. Otot ini bekerja untuk adduksi pita
suara, dan juga mengubah tegangan dan ketebalan tepi bebas pita suara (ballenger
JJ, 1993).
Gerakan sendi merupakan gerak rotasi hanya pada bidang sagital. Sendi ini
merupakan titik tumpu fungsi m. Krikotiroid, karena itu destruksi atau fiksasi
sendi akan mengurangi efek m. Krikotiroid pada peregangan pita suara (ballenger
JJ, 1993).
Gambar 2.6
Persendian pada laring
Sumber: Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.6, fig.1.5
Ada penonjolan dua masa yang lunak ke dalam vestibulum, yaitu plika
ventrikularis atau pita suara palsu yang di anterior melekat pada epiglotis dekat
tangkai dan di posterior bersatu dengan mukosa di permukaan aritenoid (ballenger
JJ, 1993).
Glotis dibentuk oleh bagian membran pada dua pertiga anterior dan tulang
rawan pada sepertiga posterior. Bagian membran termasuk pita suara, yang
dibentuk medial oleh penebalan batas superior konus elastikus (yaitu ligamentum
vokalis) dan di lateral oleh m. Vokalis yang merupakan bagian dari m.
Tiroaritenoid. Di anterior, pita membran saling bertemu dan berbentuk V dan
bergabung membentuk tendo komisura anterior yang melekat pada bagian dalam
perikondrium tiroid dan tulang rawan. Di posterior, pita membran melekat pada
prosesus vokalis, yang bersama korpus inferior aritenoid membentuk bingkai
tulang rawan untuk glotis (ballenger JJ, 1993).
Pita suara asli dan palsu dipisahkan oleh sulkus yang mengarah ke lateral,
yang disebut ventrikel. Bentuknya meluas ke lateral hampir sampai ala tiroid yang
dibatasi oleh mukosa dan serat otot. Dasarnya dibentuk oleh permukaan superior
pita suara yang datar. Ventrikel selain meluas ke lateral, juga meluas ke vertikal,
lateral terhadap membran kuadrangularis (ballenger JJ, 1993).
2.1.7. Histologi
Epitel yang menutupi laring terdiri dari epitel gepeng tanpa keratinisasi
atau epitel torak berlapis semu bersilia. Bagian atas epiglotis, plika ariepiglotik
dan fossa piriformis ditutupi oleh epitel gepeng. Bagian bawah pita suara palsu,
ventrikel dan daerah infraepiglotik ditutupi oleh epitel berlapis semu bersilia
(ballenger JJ, 1993).
Gambar 2.7
Sistem Arteri pada Laring
Aliran limfe terdiri dari dua sistem besar: superfisial dan profunda. Sistem
superfisial (intramukosa) mempunyai hubungan bebas antara sisi kanan dan kiri
laring. Sistem limfe profunda (submukosa) yang lebih penting pada penyebaran
tumor. Aliran limfe laring dibagi dalam empat kelompok: satu di atas dan satu di
bawah pita suara asli, dan sistem llimfatik kanan dan kiri . aliran limfe akan
mengalami regresi dengan bertambahnya umur (ballenger JJ, 1993).
2.3.1.1. Diagnosis
Diagnosis berdasarkan anamnesis, gejala klinik, pemeriksaan laring langsung,
biopsi serta pemeriksaan patologi-anatomik (FK UI, 2007).
2.3.1.2. Terapi
- Ekstirpasi dengan bedah mikro atau juga dengan sinar laser
- Tidak dianjurkan memberikan radioterapi, oleh karena dapat berubah menjadi
ganas (FK UI, 2007).
2.3.2.7. Terapi
2.4. Karsinogenesis
Kanker terjadi ketika sel-sel pada bagian tubuh kita mulai tumbuh secara
tidak normal atau diluar kendali. Ada banyak jenis kanker, tetapi semuanya ada
karena pertumbuhan yang tidak tekendali dari sel-sel yang abnormal.
Pertumbuhan sel kanker berbeda dengan pertumbuhan sel normal. Bukannya
mengalami kematian sel, sel-sel kanker terus tumbuh dan mempunyai bentuk
yang baru, sel-sel abnormal. sel kanker juga bisa menginvasi jaringan lain, suatu
proses yang tidak bisa dilakukan sel yang normal. Tumbuh tidak terkendali dan
menginvasi jaringan lain itulah yang membuat sel normal menjadi sel kanker
(American Cancer Society, 2014).
Sel-sel menjadi sel kanker dikarenakan kerusakan pada DNA. DNA
terdapat pada semua sel dan mempunyai peranan yang sangat penting. Pada sel
normal, ketika DNA mengalami kerusakan maka sel akan memperbaiki kerusakan
atau menjadi sel mati. Pada sel-sel kanker, DNA yang rusak tidak diperbaiki dan
juga tidak mati seperti seharusnya. Bahkan, sel ini terus membuat sel-sel baru
yang tidak dibutuhkan tubuh. Sel-sel yang baru ini akan terus mengalami
kerusakan DNA yang sama seperti yang terjadi pada sel pertama yang rusak.
Seseorang bisa mengalami kerusakan DNA, tetapi kebanyakan kerusakan DNA
disebabkan oleh kesalahan yang terjadi ketika sel normal membelah atau oleh
sesuatu yang ada di lingkungan. Terkadang penyebab kerusakan DNA karena
sesuatu yang jelas, seperti merokok. Tetapi sering dikarenakan penyebab yang
belum diketahui (American Cancer Society, 2014).
Pada kebanyakan kasus sel-sel kanker, sel-sel kanker dapat membentuk
sel tumor. Sel kanker sering menyebar ke bagian lain dari tubuh, dimana sel
kanker mulai tumbuh dan membentuk tumor baru yang pindah ke jaringan
normal. Proses ini disebut metastsis. ini terjadi ketika sel-sel kanker menyebar ke
aliran darah atau pembuluh limfe pada tubuh kita. Tidak semua tumor adalah sel-
sel kanker. Tumor yang bukan sel-sel kanker disebut tumor jinak. Tumor jinak
bisa menyebabkan masalah karena dapat menekan organ-organ sehat sekitarnya.
Sel tumor tidak bisa tumbuh atau menginvasi jaringan lain dan juga tidak bisa
mengalami proses metastasis (American Cancer Society, 2014).
lama terpapar oleh debu kayu, uap cat, dan zat kimia tertentu yang
digunakan pada industri metal, minyak, plastik, dan textil juga dapat
meningkatkan risiko terjadinya kanker laring (American Cancer Society, 2014).
kanker laring dan hipofaring lebih sering terjadi pada pria 4 kali lebih
sering dibandingkan dengan wanita. Ini dikarenakan faktor risiko utama,
merokok dan konsumsi alkohol, yang sering pada pria. Tetapi pada tahun-tahun
terakhir, kebiasaan ini sering dijumpai pada wanita, tentunya risiko untuk
terjadinya kanker laring meningkat (American Cancer Society, 2014).
2.5.6. Usia
Kanker laring lebih sering ditemukan pada ras Amerika-Afrika dan orang
kulit putih dibandingkan dengan ras Asia dan Latin (American Cancer Society,
2014). Insidens terjadinya kanker laring dua kali lebih tinggi pada orang kulit
hitam dibandingkan dengan orang kulit putih di Amerika (Wasfie T, 1988 dalam
Cummings CW, 2005).