You are on page 1of 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBASIS

KEARIFAN LOKAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS


SISWA SD

I Pt Eka Aryawan1, Syahruddin2, I G. A. Tri Agustiana3

1,2,3JurusanPGSD, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: ricudou_ek@yahoo.com1; p.syahrudin@yahoo.com2;


igustiayutriagustiana@yahoo.co.id3

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang
mengikuti pembelajaran TPS berbasis kearifan lokal dan siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa SD kelas V Gugus I
Kartini Kecamatan Kubutambahan. Penelitian ini tergolong eksperimen semu (quasi
eksperiment) dengan desain posttest-only control group design. Populasi penelitian
adalah semua SD yang ada di Gugus I Kartini Kecamatan Kubutambahan khusunya
siswa kelas V yang berjumlah 113 orang, sedangkan sampel penelitian adalah SDN 8
Kubutambahan dan SDN 1 Bukti sebanyak 49 orang yang diambil secara random. Data
tentang hasil belajar siswa dikumpulkan dengan tes. Data yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara kelompok siswa yang
belajar dengan menggunakan model pembelajaran TPS berbasis kearifan lokal dan
kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model konvensional pada mata
pelajaran IPS siswa kelas V pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 SD Gugus
I Kartini Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Hal ini ditunjukkan oleh t hitung
13,86>ttabel 2,021. Skor rata-rata yang diperoleh antara siswa yang belajar menggunakan
model pembelajaran kooperatif TPS berbasis kearifan lokal yaitu 17,56 yang berada
pada kategori tinggi dan siswa yang belajar menggunakan model konvensional yaitu
13,68 yang berada pada kategori sedang. Hal itu berarti model pembelajaran TPS
berbasis kearifan lokal menunjukan hasil belajar yang lebih baik daripada model
konvensional.

Kata-kata kunci : model think pair share, kearifan lokal, hasil belajar.

Abstract
This study was intended to find out the difference of IPS learning outcomes between
students who attended learning with Think Pair Share (TPS) model local wisdom based
and students who attended learning with conventional learning model of the fifth grade
elementary students of SD Gugus I Kartini Kubutambahan district. This study belongs to
quasi experiment with Posttest-only Control Group Design. The population of this study
was all elementary school in Gugus I Kartini Kubutambahan district especially for the fifth
grade students with the total students were 113 students, while the sample of this study
was SD N 8 Kubutambahan and SD N 1 Bukti with the number of students were 49
students that were taken randomly. The data of students’ learning outcomes were
collected by using test. The data obtained were analyzed by using descriptive analysis
and t-test. The result of the study showed that there was a significant learning outcomes
different between the group of students who learned by using TPS learning model with
local wisdom based and the group of students who learned by using conventional
learning model in IPS subject of the fifth grade students in even semester in academic
year 2012/2013 of SD Gugus I Kartini Kubutambahan district, Buleleng regency. This
result was indicated by t test 13.86 t table 2.021. The average score of students who
learned by using TPS learning model with local wisdom based was 17.56 that belongs to
high category. The average score of students who learned by using conventional learning
model was 13.68 that belongs to sufficient category. It means that Think Pair Share (TPS)
learning model with local wisdom based showed a better learning outcomes rather than
conventional learning model.

Key words : think pair share model, local wisdom, learning outcomes.

PENDAHULUAN malanjutkan dan memperluas nilai-nilai dan


Tujuan pendidikan IPS ide-ide masyarakat bagi generasi masa
dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa depan.
pendidikan IPS merupakan suatu disiplin Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
ilmu. Oleh karena itu pendidikan IPS harus (IPS) di SD harus memperhatikan
mengacu pada tujuan Pendidikan Nasional. kebutuhan anak yang berusia antara 6-12
Dengan demikian tujuan pendidikan IPS tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11
adalah mengembangkan kemampuan tahun menurut Piaget (dalam Nurkancana,
peserta didik dalam menguasai disiplin 2001) berada dalam perkembangan
ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan kemampuan intelektual/kognitifnya pada
pendidikan yang lebih tinggi. tingkatan operasional kongkrit. Mereka
Ada tiga aspek yang harus dituju memandang dunia dalam keseluruhan yang
dalam pengembangan pendidikan IPS, utuh, dan menganggap tahun yang akan
yaitu aspek intelektual, kehidupan sosial, datang sebagai waktu yang masih jauh.
dan kehidupan individual. Pengembangan Yang mereka pedulikan adalah sekarang
kemampuan intelektual lebih didasarkan (konkrit), dan bukan masa depan yang
pada pengembangan disiplin ilmu itu sendiri belum bisa mereka pahami (abstrak).
serta pengembangan akademik dan Padahal bahan materi IPS penuh dengan
thinking skill. Tujuan intelektual berupaya pesan-pesan yang bersifat abstrak.
untuk mengembangkan kemampuan siswa Konsep-konsep seperti waktu, perubahan,
dalam memahami disiplin ilmu sosial, kesinambungan, arah mata angin,
kemampuan berpikir, kemampuan lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan,
prosesual dalam mencari informasi dan demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau
mengkomunikasikan hasil temuan. kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak
Pengembangan kehidupan sosial berkaitan yang dalam program studi IPS harus
dengan pengembangan kemampuan dan dibelajarkan kepada siswa SD.
tanggung jawab siswa sebagai anggota Tujuan institusional
masyarakat. Tujuan ini mengembangkan penyelenggaraan pendidikan di sekolah
kemampuan seperti berkomunikasi, rasa dasar menurut kurikulum 2006 (KTSP)
tanggung jawab sebagai warga negara dan adalah: (1) mendidik siswa agar menjadi
warga dunia, kemampuan berpartisipasi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan
dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan Pancasila yang mampu membangun dirinya
dan bangsa. Termasuk dalam tujuan ini sendiri serta ikut bertanggung jawab
adalah pengembangan pemahaman dan terhadap pembangunan bangsa, (2)
sikap positif siswa terhadap nilai dan moral memberi bekal kemampuan yang
yang berlaku dalam masyarakat. Sundawa diperlukan bagi siswa untuk melanjutkan
(dalam agustianharis.wordpress.com) pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, dan
Fokus utama dari program IPS (3) memberi bekal kemampuan dasar untuk
adalah membentuk individu-individu yang hidup di masyarakat dan mengembangkan
memahami kehidupan sosialnya-dunia diri sesuai dengan bakat, minat,
manusia, aktivitas dan interaksinya yang kemampuan dan lingkungannya
ditujukan untuk menghasilkan anggota (Depdiknas, 2006). Berdasarkan pada
masyarakat yang bebas, yang mempunyai beberapa pandangan di atas, dapat
rasa tanggung jawab untuk melestarikan, diformulasikan bahwa pada dasarnya tujuan
dari pembelajaran IPS pada jenjang dalam pelaksanaan pembelajaran, belum
sekolah dasar, adalah untuk mendidik dan memaksimalkan model-model
memberi bekal kemampuan dasar kepada pembelajaran yang inovatif, guru hanya
siswa untuk untuk mengembangkan diri menyampaikan materi yang hanya ada di
sesuai dengan bakat, minat, kemampuan buku (belum dikembangkan), terbatasnya
dan lingkungannya, serta sebagai bekal buku sumber yang dimiliki oleh guru
bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke maupun siswa, interaksi siswa masih
jenjang yang lebih tinggi. rendah. Hal ini ditandai dengan jarang
Berdasarkan tujuan dari IPS pada terlihat siswa mengajukan pertanyaan,
jenjang sekolah dasar sebagaimana siswa hanya menunggu informasi dari guru,
dideskripsikan di atas, tampaknya guru hanya menyampikan materi tanpa
dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mengaitkan dengan nilai, norma dan moral
mampu menjembatani tercapainya tujuan yang berlaku dalam masyarakat (kearifan
tersebut. Sehingga kemampuan dan lokal). Adanya kenyataan seperti itu, maka
keterampilan guru dalam memilih dan diupayakan solusi dalam pelaksanaan
menggunakan berbagai model, metoda, pembelajaran yang lebih inovatif untuk
dan strategi pembelajaran senantiasa terus meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut
ditingkatkan, agar pembelajaran IPS di Kasmadi (dalam Kristyanti, 2012) bahwa
sekolah dasar benar-benar mampu dalam pengajaran IPS, metode dan
mengkondisikan upaya pembekalan pendekatan serta model yang telah dipilih
kemampuan dan keterampilan dasar bagi merupakan alat komunikasi yang baik
siswa untuk menjadi manusia dan warga antara pengajar dan siswa sehingga setiap
negara yang baik. Karena pengkondisian pembelajaran serta setiap uraian materi
iklim belajar merupakan aspek penting bagi yang disajikan dapat memberikan motivasi
tercapainya tujuan pendidikan. belajar. Guru tidak lagi menjadi subjek
Pola pembelajaran IPS di SD utama yang membawakan materi bahan
hendaknya lebih menekankan pada unsur dan menentukan jalannya pembelajaran.
pendidikan dan pembekalan pemahaman, Untuk itu siswa diberikan kesempatan yang
nilai-moral, dan keterampilan-keterampilan seluas-luasnya untuk membangun
sosial pada siswa. Untuk itu, penekanan pengetahuannya sendiri. Salah satu
pembelajarannya bukan sebatas pada alternatif pembelajaran yang menggunakan
upaya mencekoki atau menjejali siswa pembelajaran kooperatif yaitu tipe Think
dengan sejumlah konsep yang bersifat Pair Share (TPS). Dengan latar belakang
hapalan belaka, melainkan terletak pada di atas peneliti mencoba melakukan
upaya menjadikan siswa memiliki penelitian terhadap hasil belajar siswa
seperangkat pengetahuan, sikap, nilai, dan melalui model pembelajaran TPS berbasis
keterampilan agar mereka mampu kearifan lokal.
menjadikan apa yang telah dipelajarinya Pembelajaran TPS merupakan
sebagai bekal dalam memahami dan ikut suatu model pembelajaran yang memberi
serta dalam melakoni kehidupan kesempatan kepada setiap siswa untuk
masyarakat lingkungannya, serta sebagai menunjukkan partisipasi kepada orang
bekal bagi dirinya untuk melanjutkan lain.Dalam penerapanya menuntut peserta
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. didik untuk dapat berpikir sendiri sebelum
Disinilah sebenarnya penekanan misi dari menyampaikannya dalam diskusi kelompok.
pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Pembelajaran ini memungkinkan semua
Namun pada kenyataannya dalam peserta didik dapat berperan aktif dalam
pembelajaran IPS di sekolah kurang proses pembelajaran yang nantinya akan
menekankan pengembangan pemahaman berimbas pada hasil belajarnya. Dengan
dan sikap positif siswa terhadap nilai, menerapkan model ini diyakini siswa akan
norma dan moral yang berlaku dalam mendapat banyak kesempatan untuk
masyarakat serta terbatasnya kesempatan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
siswa untuk mengembangkan kompetensi- Kelebihan yang dimiliki model pembelajaran
kompetensi yang dimilikinya. Guru lebih kooperatif tipeThink Pair Share yaitu (1)
cenderung menonjolkan metode ceramah memberi siswa waktu lebih banyak untuk
berfikir, menjawab, dan saling membantu memanusiakan manusia. Salah satu bentuk
satu sama lain, (2) seorang siswa juga kearifan lokal yang bisa ditekankan
dapat belajar dari siswa lain serta saling khususnya dalam pembelajaran kooperatif
menyampaikan idenya untuk didiskusikan adalah konsep Nyama Braya.
sebelum disampaikan di depan kelas, (3) Ardika (dalam okanila.brinkster.net)
dapat memperbaiki rasa percaya diri dan menjelaskan bahwa hubungan sesama
semua siswa diberi kesempatan untuk manusia dalam masyarakat Bali dikenal
berpartisipasi dalam kelas, (4) siswa dapat pula dengan konsep nyama braya. Nyama
mengembangkan keterampilan berpikir dan adalah kerabat dekat, dan braya adalah
menjawab dalam komunikasi antara satu kerabat jauh, sehingga dapat diartikan
dengan yang lain, serta bekerja saling bahwa nyama braya merupakan suatu
membantu dalam kelompok kecil, (5) kekerabatan baik yang dekat maupun yang
memungkinkan guru untuk lebih banyak dari jauh atau daerah lain. Nyama Braya
memantau siswa dalam proses (kekeluargaan) menyiratkan makna, bahwa
pembelajaran. spirit untuk membangun mentalitas dan
Pada Think Pair Share (TPS), siswa prilaku masyarakat untuk mengutamakan
dikelompokkan secara berpasangan yang kepentingan umum. Penekanan konsep
bertujuan untuk mengefektifkan proses tersebut dalam pembelajaran IPS tentu
belajar kelompok. Ini adalah resiko relatif akan sangat membantu siswa untuk
rendah dan struktur pembelajaran menghayati dan menerapkan berbagai
kolaboratif pendek, dan sangat ideal bagi macam hubungan antara manusia yang
instruktur dan siswa yang baru belajar satu dengan yang lainnya ( makhluk sosial),
kolaboratif. Strategi yang dirancang untuk sehingga muncul rasa kekeluargaan, saling
memberikan para siswa dengan “makanan peduli, tenggang rasa, saling menghormati,
untuk pemikiran” pada topik tertentu yang maupun rasa simpati terhadap berbagai
memungkinkan mereka untuk merumuskan macam peristiwa-peristiwa yang terjadi di
ide-ide individual dan berbagi ide-ide ini lingkungan sekitar.
dengan siswa lain. Dalam Think Pair Share Berdasarkan paparan di atas, tujuan
(TPS), instruktur pose yang menantang penelitian ini yaitu untuk mengetahui
atau pertanyaan terbuka dan memberi pengaruh model pembelajaran TPS
siswa setengah sampai satu menit untuk berbasis kearifan lokal terhadap hasil
memikirkan pertanyaan itu. belajar IPS pada siswa SD kelas V di
Penerapan model pembelajaran Gugus I Kubutambahan
TPS tentunya sangat baik digunakan dalam
pembelajaran IPS karena dapat METODE
memaksimalkan pemahaman siswa Penelitian ini dirancang sesuai
sebagai makhluk individu maupun sebagai prosedur penelitian eksperimen semu
makhluk sosial. Maka dari itu, dalam dengan rancangan post test only control
proses pembelajaran model pembelajaran group design. Analisis data penelitian
TPS juga harus dipadukan dengan kearifan dilakukan uji-t polled varians.
lokal. Dengan pelaksanaan pembelajaran Variabel dalam penelitian ini dipilah
yang berbasis pada local wisdom (kearifan menjadi 2 yaitu variabel bebas dan variabel
lokal) maka kita bisa optimis akan terikat. Variabel bebas yang digunakan
terciptanya pendidikan yang mampu adalah model pembelajaran yang terdiri dari
memberi makna bagi kehidupan manusia model pembelajaran TPS berbasis kearifan
Indonesia. Artinya pendidikan kemudian lokal dengan model pembelajaran
akan mampu menjadi spirit yang bisa konvensional. Sementara, variabel terikat
mewarnai dinamika manusia Indonesia yang digunakan adalah hasil belajar.
kedepan. Pendidikan nasional kita harus Prosedur yang ditempuh dalam penelitian
mampu membentuk manusia yang ini yaitu terlebih dahulu dilakukan uji
berintegritas tinggi dan berkarakter kesetaraan dengan anava A, menentukan
sehingga mampu melahirkan anak- anak sampel kelas dengan cara pengundian
bangsa yang hebat dan bermartabat sesuai untuk menentukan kelompok kelas
dengan spirit pendidikan yaitu eksperimen dan kelompok kelas kontrol,
menyusun perangkat serta instrument, Untuk menentukan taraf kesukaran
mengkonsultasikan instrument dengan dan daya beda tes yang dibuat maka
dosen pembimbing sekaligus sebagai terlebih dahulu ditetapkan kelompok atas
dosen ahli, mengadakan uji coba, revisi (KA) dan kelompok bawah (KB).
instrument yang telah diujikan, melakukan Berdasarkan hasil analisis dari 35 butir tes,
pelatihan/konsultasi perangkat semua butir tes berada pada kriteria tingkat
pembelajaran pada guru, melaksanakan kesukaran sedang. Sedangkan daya beda
proses pembelajaran sebanyak 8 kali tes hasil belajar, berdasarkan hasil analisis
pertemuan, memberikan post test kepada dari 35 butir tes diperoleh 9 butir yang
kedua kelompok secara bersamaan, dan berkualifikasi kurang baik, 5 butir yang
menganalisi data hasil penelitian. berkualifikasi cukup baik, 6 butir tes
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh berkualifikasi baik dan 15 butir tes
SD yang ada di Gugus I kartini Kecamatan berkualifikasi sangat baik.
Kubutambahan khususnya siswa kelas V Selanjutnya dilakukan pengujian
yang berjumlah 113 orang. Sebelum hipotesis nol ( H 0 ) dengan menggunakan
digunakan sebagai populasi penelitian
uji-t sampel independent (tidak berkorelasi)
maka dilakukan uji kesetaraan dengan
dengan rumus uji-t polled varians, maka
anava A, kemudian sampel kelas dilakukan
prasyarat yang harus dipenuhi adalah data
dengan cara pengundian sehingga
setiap kelompok harus berdistribusi normal
didapatkan kelas V SD Negeri 8
dan homogen. Uji normalitas data dapat
Kubutambahan ditetapkan sebagai kelas
diketahui dengan menggunakan rumus chi-
eksperimen yang berjumlah 27 orang dan
square dan uji homogenitas varians diuji
kelas V SD Negeri 1 Bukti ditetapkan
menggunakan uji F. Sesuai dengan
sebagai kelas kontrol yang berjumlah 22
orang. Selanjutnya, dilakukan penyusunan hipotesis alternatif ( H 1 ) yang telah
perangkat serta instrument pembelajaran, diajukan, maka dapat dirumuskan hipotesis
mengkonsultasikan dengan dosen nol ( H 0 ) yang berbunyi tidak terdapat
pembimbing yang sekaligus sebagai dosen perbedaan hasil belajar IPS antara siswa
ahli, mengadakan uji coba, revisi instrument yang mengikuti pembelajaran dengan
yang telah diujikan, melaksanakan proses model pembelajaran TPS berbasis kearifan
pembelajaran, memberikan post test, dan lokal dengan siswa yang mengikuti
menganalisis hasil penelitian. Instrumen pembelajaran dengan model pembelajaran
penelitian yang digunakan dalam penelitian konvensional pada siswa kelas V SD di
ini yaitu dalam bentuk tes obyektif. Gugus I Kubutambahan.
Instrumen yang akan digunakan dalam
sebagai pengumpulan data, terlebih dahulu HASIL DAN PEMBAHASAN
harus diuji coba. Uji coba yang dilakukan Hasil
untuk menentukan validitas, reliabilitas, Data hasil penelitian yang diperoleh
taraf kesukaran, dan indeks daya beda tes merupakan skor hasil belajar siswa dari
dengan melibatkan responden sebanyak implementasi model pembelajaran TPS
105 siswa. Rumus korelasi titik (Point berbasis kearifan lokal pada kelompok
Biserial) digunakan untuk menguji validitas eksperimen dan model pembelajaran
item test dengan rtabel pada taraf signifikasi konvensional pada kelompok kontrol .
5% yaitu 0,176 dan dari hasil analisis rekapitulasi perhitungan data hasil
diketahui dari 35 soal, terdapat 9 butir soal penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
yang tidak valid dan 26 butir soal yang
valid. Untuk menghitung reliabilitas
instrumen hasil belajar digunakan rumus
Kuder–Richardson 20 (K-R 20).
Hasil analisis uji reliabilitas
didapatkan test memiliki tingkat reliabilitas
yang tinggi yaitu r1.1 = 0,78.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Hasil Belajar

Hasil Belajar IPS


Data statistik
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Mean (M) 17,56 13,68
Median (Me) 17,75 13,38
Modus (Mo) 18,07 12,79
Standar Deviasi 3,36 3,54
Varian 11,29 12,55

Data hasil penelitian menunjukkan 10


bahwa rerata skor hasil belajar pada 8

Frekuensi
kelompok eksperimen yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran TPS 6
berbasis kearifan lokal lebih tinggi yaitu 4
17,56 daripada rerata skor hasil belajar
kelompok kontrol yaitu 13,68. Pada 2
kelompok eksperimen Mo>Md>M (18,07 > 0
17,75>17,56) hal ini berarti sebagian besar 7 10 13 16 19
skor kelompok eksperimen cenderung Nilai tengah M = 13,68
tinggi. Apabila divisualisasikan ke dalam
bentuk grafik, maka tampak pada Gambar M o = 12,79 Md = 13,38
1. Gambar 2. Grafik Polygon Data Hasil
Belajar IPS Kelompok Kontrol
12
10 Selanjutnya, dilakukan uji prasyarat:
Frekuensi

8 normalitas data dan homogenitas varians.


6 Uji normalitas dilakukan untuk menguji
suatu distribusi empirik mengikuti ciri-ciri
4
2 distribusi normal atau untuk menyelidiki f 0
0 (frekwensi observasi) dari gejala yang
11 14 17 20 23 = 18,07
Mo diselidiki tidak menyimpang secara
Nilai tengah signifikan dari f (frekwensi harapan)
h
M= 17,56 Md = 17,75 dalam distribusi normal. Uji normalitas data
dilakukan terhadap data hasil belajar siswa
Gambar 1. Grafik Polygon Data Hasil kelompok eksperimen dan kelompok
Belajar IPS Kelompok Eksperimen kontrol. Kemudian, uji homogenitas
dilakukan terhadap varians pasangan antar
Sementara itu, pada kelompok kontrol kelompok eksperimen yaitu kelas dengan
menunjukkan bahwa Mo<Md<M (12,79< menggunakan model pembelajaran TPS
13,38<13,68) yang berarti sebagian besar berbasis kearifan lokal dan kelompok
skor kelompok kontrol cenderung sedang. kontrol yaitu kelas dengan model
Apabila divisualisasikan ke dalam bentuk pembelajara konvensional. Berdasarkan
grafik, maka tampak pada Gambar 2. hasil perhitungan, pada pengujian taraf
2
signifikansi 5% diperoleh harga hitung

hasil post-test kelompok eksperimen


2
sebesar 4,15 dan tabel dengan derajat

kebebasan (dk) = 2 pada taraf signifikansi


5% adalah 5,59. Hal ini berarti,
2
hitung
Sedangkan diketahui harga Fhitung sebesar
1,11. Sedangkan Ftabel dengan dbpembilang =
hasil post-test kelompok eksperimen lebih
2
26, dbpenyebut = 21, pada taraf signifikansi 5%
kecil dari tabel (4,15<5,59) sehingga data adalah 2,05. Hal ini berarti Fhitung lebih kecil
hasil post-test kelompok eksperimen dari Ftabel (1,11<2,05) sehingga dapat
berdistribusi normal. Sedangkan,
2
hitung dinyatakan bahwa varians data hasil post-
test kelompok eksperimen dan kontrol
hasil post-test kelompok kontrol adalah 1,08
2 adalah homogen.
dan tabel dengan derajat kebebasan (dk) Hasil analisis data dinyatakan
= 2 pada taraf signifikansi 5% adalah 5,59. berdistribusi normal dan homogen sehingga
2
Hal ini berarti, hitung hasil post-test untuk menguji H 0 digunakan uji-t sampel
2 independent (tidak berkorelasi) dengan
kelompok kontrol lebih kecil dari tabel

(1,08 < 5,59) sehingga data hasil post-test rumus polled varians. Rangkuman uji
hipotesis, dapat dilihat pada Tabel 2.
kelompok kontrol berdistribusi normal.

Tabel 2. Rangkuman Uji Hipotesis

Sampel N Mean s2 Db t hitung t tabel Kesimpulan


Eksperimen 27 17,56 11,29 thitung > tTabel
12,55 47 13,86 2,021 Ha diterima
kontrol 22 13,68

Pengaruh model pembelajaran TPS siswa pada kelompok kontrol adalah 13,68
berbasis kearifan lokal terhadap hasil dan berada pada katagori sedang. Jika skor
belajar siswa diketahui dengan hasil belajar IPS kelompok eksperimen
dilakukannya uji hipotesis. Kriteria H 0 siswa digambarkan dalam grafik poligon
tampak bahwa kurve sebaran data
ditolak jika t hitung > t tabel dan H 0 diterima jika merupakan juling negatif yang artinya
t hitung < t tabel . Hasil pengujian hipotesis sebagian besar skor cenderung tinggi. Pada
kelompok kontrol, jika skor hasil belajar IPS
menunjukkan t hitung > t tabel (13,86>2,021). Ini digambarkan dalam grafik polygon tampak
berarti, terdapat perbedaan yang signifikan bahwa sebaran data merupakan juling
hasil belajar IPS antara siswa yang positif yang artinya sebagian besar skor
mengikuti pembelajaran dengan model cenderung sedang.
pembelajaran TPS berbasis kearifan lokal Berdasarkan hasil uji hipotesis
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan uji-t dengan menggunakan
dengan model pembelajaran konvensional rumus polled varians, diperoleh thitung =,
pada siswa kelas V SD di Gugus I 13,86 dan ttabel = 2,021 untuk db = 47
Kubutambahan. dengan taraf signifikan 5%. Hasil
perhitungan tersebut menunjukkan bahwa
Pembahasan thitung>ttabel, sehingga H0 ditolak dan Ha
Secara deskriptif, hasil belajar IPS diterima. Hal ini berarti, terdapat perbedaan
siswa pada kelompok eksperimen lebih yang signifikan hasil belajar IPS antara
tinggi dibandingkan hasil belajar IPS pada siswa yang mengikuti pembelajaran
kelompok eksperimen. Hal ini didasarkan dengan menggunakan model pembelajaran
pada rata-rata skor hasil belajar IPS siswa TPS berbasis kearifan lokal dan siswa yang
dan kecenderungan skor hasil belajar IPS mengikuti pembelajaran dengan model
siswa. Rata-rata skor hasil belajar IPS konvensional. Adanya perbedaan yang
siswa pada kelompok eksperimen adalah signifikan menunjukkan bahwa penerapan
17,56 sehingga berada pada katagori tinggi. model TPS berbasis kearifan lokal
Sedangkan rata-rata skor hasil belajar IPS
berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran
siswa. kooperatif tipe TTW berbasis keartifan lokal
Berbagai macam temuan yang dan kelompok siswa yang mengikuti model
didapatkan dalam pelaksanaan pembelajaran konvensional.
pembelajaran dalam kelas eksperimen Meningkatnya hasil belajar siswa
diantaranya: (1) siswa lebih senang jika dalam model pembelajaran kooperatif tipe
diajak berdiskusi dalam proses Think Pair Share (TPS) disebabkan oleh
pembelajaran, (2) siswa lebih aktif dalam perlakuan dalam proses pembelajaran.
memecahkan persoalan yang dierikan oleh Dalam pembelajaran dengan model
guru, karena dalam pembahasannya siswa pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
lebih banyak bertukar pendapat dengan Share (TPS) terdapat beberapa kelebihan,
pasangannya, (3) siswa lebih menghayati yaitu (1) memberi siswa waktu lebih banyak
dan mampu memberikan contoh-contoh untuk berfikir, menjawab, dan saling
nilai yang terdapat dalam linkungannya, membantu satu sama lain, (2) seorang
khusunya tentang rasa kekeluargaan. Hal siswa juga dapat belajar dari siswa lain
tersebut karena didalam pembelajaran serta saling menyampaikan idenya untuk
terdapat materi yang menyangkut kearifan didiskusikan sebelum disampaikan di depan
lokal (menyama braya) yaitu perjuangan kelas, (3) dapat memperbaiki rasa percaya
kemerdekaan Indonesia yang dapat diri dan semua siswa diberi kesempatan
terwujud berkat adanya rasa kekeluargaan untuk berpartisipasi dalam kelas, (4) siswa
dan kebersamaan oleh seluruh rakyat dapat mengembangkan keterampilan
Indonesia. berpikir dan menjawab dalam komunikasi
Sedangkan dalam kelas kontrol antara satu dengan yang lain, serta bekerja
temuan yang didapatkan diantaranya: (1) saling membantu dalam kelompok kecil, (5)
siswa masing sangat bergantung dari memungkinkan guru untuk lebih banyak
informasi daru guru, (2) beberapa siswa memantau siswa dalam proses
tidak terlalu berpartisifasi dalam pembelajaran. Imelda (dalam Mahardika,
pembelajaran, (3) siswa hanya membahas 2012)
materi yang ada pada buku saja tanpa Menurut Trianto (2007) menyatakan
mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. bahwa langkah-langkah dalam
Adanya temuan-temuan tersebut dapat pembelajaran TPS meliputi Think (berpikir).
memperjelas bahwa model pembelajaran Pada langkah ini guru mengajukan suatu
konvensional kurang efektif untuk pertanyaan atau masalah yang dikaitkan
meningkatkan hasil belajar siswa. dengan materi pelajaran, dan meminta
Penelitian ini sejalan dengan siswa menggunakan waktu beberapa menit
penelitian yang dilakukan oleh Husni (2013) untuk memikirkan sendiri jawaban ataupun
menyatakan bahwa terdapat perbedaan masalah. Siswa diberi penjelasan bahwa
yang signifikan antara hasil belajar PKn berbicara atau mengerjakan bukan bagian
kelompok siswa yang mengikuti model dari berpikir.
pembelajaran think pair share dengan Langkah kedua yaitu Pair
kelompok siswa yang mengikuti model (berpasangan). Pada langkah ini guru
pembelajaran konvensional. Penelitian lain meminta siswa untuk berpasangan dan
yang mendukung penelitian ini ialah mendiskusikan apa yang telah mereka
penelitian yang dilakukan oleh Kristyanti peroleh. Interaksi selama waktu yang
(2012) menemukan bahwa terdapat disediakan menyatukan jawaban jika suatu
perbedaan yang signifikan antara hasil pertanyaan atau gagasan telah
belajar IPS kelompok siswa yang mengikuti diidentifikasi. Secara normal guru tidak
model pembelajaran think pair share memberikan waktu lebih dari 4 sampai 5
berfasilitas media audio-visual dengan menit untuk berpasangan.
kelompok siswa yang mengikuti model Langkah terakhir yaitu Share
pembelajaran konvensional. Sedangkan (bagikan). Pada langkah ini guru meminta
penelitian yang dilakukan Candra (2013) kepada pasangan untuk berbagi dengan
menyatakan terdapat perbedaan yang seluruh kelas tentang apa yang telah
signifikan hasil belajar IPA antara kelompok mereka bicarakan. Keterampilan berbagi
dalam seluruh kelas dapat dilakukan materi pembelajaran agar pembelajaran
dengan menunjuk pasangan secara dapat berjalan optimal.
sukarela bersedia melaporkan hasil kerja
kelompoknya atau bergiliran pasangan PENUTUP
demi pasangan hingga sekitar seperempat Berdasarkan hasil penelitian dan
pasangan telah mendapat kesempatan pembahasan dapat dikemukakan
untuk melaporkan. kesimpulan sebagai berikut. Deskripsi data
Karakteristik yang dimiliki oleh hasil belajar IPS siswa dengan model
model pembelajaran kooperatif tipe Think pembelajaran TPS berbasis kearifan lokal
Pair Share (TPS) dapat membuat siswa yaitu modus (Mo) = 18,07 median (Md) =
lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran 17,75, mean (M) = 17,56, dan standar
di kelas karena siswa tidak hanya terpaku deviasi (s) = 3,36. Skor rata-rata hasil
mendengarkan penjelasan yang diberikan belajar IPS siswa dengan model
guru, tetapi siswa dapat berdiskusi dan pembelajaran TPS berbasis kearifan lokal
bersama-sama memecahkan persoalan IPS adalah 17,56, berdasarkan hasil konversi
dengan siswa lain. Pembelajaran yang dapat dinyatakan dalam kategori tinggi.
berbasis kearifan lokal semakin mendukung Deskripsi data hasil belajar IPS siswa
pemahaman dan penghayatan materi- dengan model pembelajaran konvensional
materi IPS yang disampaikan, khusunya yaitu modus (Mo) = 12,79, median (Md) =
yang menyangkut kehidupan sehari-hari 13,38, mean (M) = 13,68, dan standar
dilingkungan masyarakat. deviasi (s) = 3,54. Skor rata-rata hasil
Dengan pembelajaran yang berbasis belajar IPS siswa dengan model
kearifan lokal (menyama braya) siswa akan konvensional adalah 13,68, berdasarkan
memahami hubungan antara materi IPS hasil konversi dapat dinyatakan dalam
dengan situasi konkrit yang mereka hadapi kategori sedang. Terdapat perbedaan yang
sehari-hari. Dengan kata lain pembelajaran signifikan hasil belajar IPS antara siswa
berbasis kearifan lokal mengajak siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
untuk selalu dekat dan menjaga keadaan model pembelajaran TPS berbasis kearifan
sekitar yang bersifat nilai yang berada lokal dengan siswa yang mengikuti
didalam lokal masyarakat dilingkungannya pembelajaran dengan model pembelajaran
khusunya rasa kekeluargaan dalam konvensional pada siswa kelas V SD di
bermasyarakat. Gugus I Kubutambahan Kecamatan
Dilihat dari komparasi secara teoretik Kubutambahan tahun pelajaran 2012/2013.
antara model pembelajaran TPS berbasis Hal ini ditunjukkan oleh t hitung lebih besar
kearifan lokal dengan model pembelajaran
konvensional, maka teori tersebut sejalan dari pada t tabel pada taraf signifikansi 5%
dengan hasil penelitian ini yaitu pencapaian t hitung > t tabel (13,86 > 2,021) dan di dukung
hasil belajar dengan menggunakan model
pembelajaran TPS berbasis kearifan lokal oleh perbedaan skor rata-rata yang
lebih tinggi dibandingkan dengan model diperoleh antara siswa yang belajar
pembelajaran konvensional. menggunakan model pembelajaran TPS
Berdasarkan uraian-uraian tersebut berbasis kearifan lokal yaitu 17,56 yang
terlihat bahwa model pembelajaran TPS berada pada kategori tinggi dan siswa yang
berbasis kearifan lokal lebih unggul belajar menggunakan model pembelajaran
dibandingkan model pembelajaran konvensional yaitu 13,68 yang berada pada
konvensional. Dalam kaitannya dengan kategori sedang maka H1 diterima. Adanya
pembelajaran IPS dapat digunakan model perbedaan yang signifikan menunjukkan
pembelajaran TPS berbasis kearifan lokal bahwa penerapan model pembelajaran TPS
karena terbukti mampu meningkatkan hasil berbasis kearifan lokal lebih berpengaruh
belajar siswa. Oleh karena itu guru positif terhadap hasil belajar IPS siswa
hendaknya mempertimbangkan dibandingkan dengan model pembelajaran
penggunaan model pembelajaran TPS konvensional. Bertolak dari hasil penelitian,
berbasis kearifan lokal ini serta senantiasa pembahasan dan kesimpulan, maka dapat
memilih pembelajaran sesuai dengan diajukan beberapa saran sebagai berikut.
(1) Kepada siswa, diharapkan dapat KTSP. 2006. Standar Kompetensi dan
mengikuti proses pembelajaran dengan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
baik agar pembelajaran menjadi lebih IPS untuk SD/MI. Jakarta:
bermakna. (2) Kepada guru, dalam proses Depdiknas.
pembelajaran dengan melihat keunggulan-
keunggulan yang dimiliki oleh model Kristyanti, Ni Wayan. 2012. Pengaruh
pembelajaran TPS berbasis kearifan lokal Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
guru diharapkan dapat Think Pair Share (TPS) Berfasilitas
mengimplementasikannya sebagai salah Media Audio-Visual Terhadap Hasil
satu alternatif untuk meningkatkan hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV di Gugus
belajar IPS siswa. (3) Kepala sekolah VI Kecamatan Kediri Tahun
diharapkan mampu memfasilitasi rekan- Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak
rekan guru lainnya agar mampu diterbitkan). Jurusan PGSD,
menggunakan pendekatan pembelajaran Fakultas Ilmu Pendidikan,
yang lebih inovatif untuk mewujudkan UNDIKSHA.
pembelajaran yang lebih efektif. (4) Kepada
peneliti lainnya diharapkan mencoba Mahardika, Kadek. 2012. Penerapan Model
kembali untuk melakukan penelitian yang Pembelajaran Kooperatif
dengan menggunakan model pembelajaran (Cooperative Learning) Tipe Think
TPS berbasis kearifan lokal agar teori ini Pair Share (TPS) untuk
benar-benar teruji keefektifannya untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Belajar pada Mata Pelajaran IPS
pada Siswa Kelas V SD No. 2
DAFTAR RUJUKAN Penglatan Tahun Pelajaran
Agustian, Haris. 2010. “Pembelajaran IPS di 2012/2013. Skripsi (tidak
Sekolah Dasar”. Tersedia pada diterbitkan). Jurusan PGSD,
http://agustianharis.wordpress.com/2 Fakultas Ilmu Pendidikan,
010/11/29/pembelajaran-ips-di- UNDIKSHA.
sekolah-dasar/ (diakses tanggal 2
Pebruari 2013). Nurkancana, Wayan. 2001. Perkembangan
Jasmani dan Kejiwaan. Surabaya:
Ardika. 2010. Nyama Braya. Tersedia pada Usaha Nasional.
http:// okanila.brinkster.net. (diakses
tanggal 20 Mei 2013). Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Husni, Muhammad. 2013. Pengaruh Model Jakarta: Hasil Pustaka.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share Terhadap Hasil Belajar
Pkn Kelas IV SD Gugus I Selong
Ditinjau dari Motivasi Belajar.Jurnal
Online. Tersedia pada http://
pasca.undiksha.ac.id/e-
journal/index.php/jurnal.../568
(diakses tanggal 7 Juli 2013).

Kharismawati, Candra. 2013. Pengaruh


Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TTW berbasis Kearifan Lokal
Terhadap hasil Belajar IPA Siswa
Kelas IV SD N 1 Pohsanten. Jurnal
Online. Tersedia pada http://
ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJ
PGSD/.../651 (diakses tanggal 7 Juli
2013).

You might also like