You are on page 1of 41

MAKALAH

PEMBIAYAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN

“JENIS DAN SUMBER DATA BIAYA KESEHATAN”

OLEH :

KELAS C

RENI PRATIWI. S (J1A117258) SITI AKSYAH (J1A117266)

SRI EPON HASTI (J1A117273) IRAWATI (J1A117226)

EMA FITRIA (J1A117308) YONISON WEYA (J1A117355)

EFI SRI. A (J1A117304) SITI ASNI (J1A117269)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSTAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang maha pengasih lagi


maha penyayang, kami panjatkan puja dan puji kepadanya atas rahmat dan
hidayah yang di berikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah penulisan ilmiah tentang etika penulisan ilmiah ini dengan tepat
waktu.

Kami mengetahui bahwa makalah kami ini masih terdapat


kekurangan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kami dapat meperbaiki kesalahan-kesalahan dalam
pembuatan makalah kami kemudian.

Akhir kata, kami berharap agar makalah kami ini dapat bergunadan
memberikan manfaat bagi pembaca.

Kendari, Maret 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. ii

BAB I

A. Latar Belakang................................................................................................................ 4

B. Rumusan ......................................................................................................................... 4

C. Tujuan ............................................................................................................................. 5

BAB II

1. Teori jenis data biaya kesehatan pada institusidi tingkat kab/kota ................................. 6

2. Teori sumber data biaya kesehatan pada institusi tingkat kab/kota .............................. 20

3. Gambaran umum tentang BPS (badan pusat statistic) .................................................. 32

4. Konsep SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional) ............................................... 34

BAB III

A. kesimpulan .................................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dan alokasi dana yang


harus disediakan untuk dimanfaatkan dalam upaya kesehatan sesuai
dengan kebutuhan perorangan, kelompok dan masyarakat. Dalam sitem
kesehatan nasional, pembiayaan kesehatan adalah penataan sumber daya
keuangan yang mengatur penggalian, pengalokasian dan membelanjakan
biaya kesehatan dengan prinsip efisiensi, efektif, ekonomis, adil,
transparan akuntabel dan berkelanjutan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembiayaan yang
dialokasikan untuk kesehatan dikatakan baik apabila dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan,
jumlahnya mencukupi dan dapat dimanfaatkan sebagai mana mestinya
sehingga tidak terjadi pembengkakan biaya yang berlebihan (Indrayathi,
2018)

Konsep health account adalah menjawab dari beberapa pertanyaan


mendasar yakni dari mana sumber dana, yang mengelola, yang dibayar,
fungsi yang dilakukan, berupa apa saja yang dibeli untuk manfaat tersebut,
masuk dalam kegiatan program mana, pada jenjang apa fungsi tersebut
dilaksanakan dan kelompok mana yang mendapat manfaat.

Realitas menunjukkan tidak semua daerah mampu untuk lepas dari


pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda.
Maka dalam kenyataannya, pemerintah pusat tidak dapat lepas tangan
begitu saja terhadap kebijakan otonominya. Hal ini tidak hanya terlihat
dalam konteks kerangka hubungan politis dan wewenang daerah, namun
juga terlihat dalam keuangan antar pusat dan daerah.
Dalam pemberian dana untuk pemerintah daerah maka diperlukan
survey yang di lakukan oleh pemerintah untuk penelitian dan menyediakan
data statistic pada waktu dan tempat tertentu.

B. Rumusan

1. Apa saja teori jenis data biaya kesehatan pada institusidi tingkat

kab/kota ?

2. Apa saja teori sumber data biaya kesehatan pada institusi tingkat

kab/kota ?

3. Apa gambaran umum bps (badan pusat statistic)

4. Bagaimana konsep susenas (survey sosial ekonomi nasional) ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui teori jenis data biaya kesehatan pada institusidi

tingkat kab/kota

2. Untuk mengetahui teori sumber data biaya kesehatan pada institusi

tingkat kab/kota

3. Untuk mengetahui gambaran umum BPS (badan pusat statistic)

4. Untuk mengetahui konsep SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi

Nasional)
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Teori jenis data biaya kesehatan pada institusidi tingkat kab/kota

Konsep health account adalah menjawab dari beberapa pertanyaan

mendasar yakni dari mana sumber dana, yang mengelola, yang dibayar,

fungsi yang dilakukan, berupa apa saja yang dibeli untuk manfaat tersebut,

masuk dalam kegiatan program mana, pada jenjang apa fungsi tersebut

dilaksanakan dan kelompok mana yang mendapat manfaat.

Health Account atau HA merupakan suatu cara pemantauan yang

sistematis, komprehensif serta konsisten yang terkait dengan pemanfaatan

aliran dana/ biaya pada kesehatan (health spending). Tujuannya adalah

mengukur alur pengeluaran yang ada ditingkat Nasional, Provinsi, dan

Kabupaten, sehingga pembiayaan kesehatan ditahun yang akan datang

dapat diproyeksikan secara tepat sasaran. Manfaat besar dari adanya

Health Account adalah identifikasi area intervensi kesehatan, mengusulkan

intervensi pembiayaan kesehatan sesuai kebutuhan, memonitor, dan

mengevaluasi intervensi serta mengurangi kemungkinan pengeluaran

kesehatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan.

Health account diperlukan untuk mempelajari pengeluaran masa

lalu secara retrospektif, meningkatkan sistem akuntabilitas perencanaan

dan alokasi sumber daya yang bertujuan membantu negara-negara dalam


melindungi rakyatnya dari ancaman pengeluaran biaya kesehatan ,

mengurangi ketidak seimbangan dalam kesehatan pada program jaminan

kesehatan nasional. Fokus health account dalam reformasi pembiayaan

kesehatan diantaranya : 1) desentralisasi fiskal (DHA), 2) klien membayar

tarif pada saat menggunakan pelayanan, 3) pembiayaan kesehatan untuk

masyarakat miskin, 4) alokasi pembiayaan publik dan 5) asuransi

kesehatan (Indrayathi, 2018)

District Health Account (DHA) merupakan bagian dari upaya

pembangunan sistem informasi keuangan. Dengan kata lain, DHA

merupakan cara sistematis untuk menampilkan informasi tentang belanja

kesehatan di tingkat kabupaten/kota. Secara rinci DHA akan menjelaskan

alur dana, sumber, peruntukan, dan manfaat. DHA memiliki manfaat

sebagai alat bantu mengambil keputusan untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan penting terkait dengan pembiayaan kesehatan di

kabupaten/kota.

DHA memberi informasi, alur sumber dana, berapa dikeluarkan,

kemana didistribuskan antar berbagai macam pelayanan, intervensi dan

kegiatan dalam sistem kesehatan, dan siapa saja yang memperoleh manfaat

di tingkat kabupaten/kota. DHA dapat memberikan gambaran yang

lengkap terkait status pendanaan potret kondisi ketersediaan dana dan

bagaimana dana dimanfaatkan secara faktual, apakah telah sesuai prioritas

dan efisien di tingkat kabupaten atau kota. Selain itu juga, DHA dapat

memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menilai kesenjangan


sumber daya. Sebagai contoh, dana yang bersumber dari publik di

kabupaten X pada tahun 2017 adalah sekian milyar rupiah. Hal ini

menunjukkan bahwa pada tahun 2017 kegiatan program yang

dilaksanakan menyerap dana sebesar sekian milyar rupiah. Selanjutnya

dapat dibandingkan dengan kebutuhan dana melalui proses perencanaan

(missal menghitung SPM atau kebutuhan anggaran dalam perencanaan

terpadu), maka dapat diperoleh informasi mengenai kesenjangan dana.

Ketika dilakukan advokasi kepada para pemangku kepentingan,

baik informasi mengenai kebutuhan dana maupun ketersediaandana

(melalui DHA) yang telah disampaikan, maka gambaran sumber daya

dapat dipahami secara jelas. Selain itu, informasi juga dapat menjelaskan

dari mana saja sumber dana, misalnya proporsi dana tersebut berasal dari

donor, maka akan terdapat tantangan sustainabilitas. DHA juga dapat

digunakan untuk membantu analisis NHA, dimana DHA dapat

dimanfaatkan sebagai dasar untuk disagregasi data menurut komponen

klasifikasi. Dalam DHA dapat juga digunakan klasifikasi internasional

(ICHA). DHA tidak ada standar internasional, maka dari itu dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan khusus di Indonesia.

Pada kegiatan pendampingan , rujukan yang dipilih adalah

berdasarkan prinsip-prinsip yang sejalan dengan NHA karena DHA dan

NHA saling melengkapi. Menurut Pusat Pembiayaan dan Manajemen


Asuransi/Jaminan Kesehatan (2008) DHA (district health account) adalah

suatu instrumen yang didalamnya terdapat data lengkap dan akurat tentang

sumber-sumber dan pengeluaran pembiayaan kesehatan, jenis pelayanan

kesehatan apa saja yang menggunakan biaya kesehatan serta yang

membayar biaya kesehatan tersebut siapa saja di tingkat kabupaten/kota.

Di Indonesia, DHA sangat penting untuk NHA dan PHA karena

sangat sulit melakukan health account secara sentralitas mencapai lebih

dari 514 kabupaten/kota (2015).DHA menghasilkan data yang dapat

dimanfaatkan untuk bahan advokasi kepada pengambil kebijakan dengan

harapan dapat memperbaiki kelemahan/kekurangan sistem pembiayaan,

antara lain :

1) meningkatkan alokasi pembiayaan kesehatan,

2) mengutamakan /mengarahkan anggaran pembiayaan pada

masalah kesehatan prioritas,

3) mengarahkan anggaran pada intervensi dan kegiatan yang lebih

“cost effective”,

4) mengembangkan sistem asuransi dan lain-lain.

DHA merupakan potret pembiayaan kesehatan di kabupaten/kota

yang merupakan salah satu alat evaluasi dan analisa tentang kondisi

pengalokasian dan pemanfaatan pembiayaan kesehatan di kabupaten/kota.


Potret pembiayaan kesehatan yang menggambarkan ciri suatu belanja

kesehatan harus ditelaah dan diberikan identitas masing-masing.

District Health Account atau DHA terdapat 8 dimensi yang

menggambarkan ciri suatu belanja kesehatan. Delapan dimensi tersebut

adalah :

1. Sumber Biaya (financing sources)

Adalah unit/institusi yang menyediakan biaya kesehatan. Sumber

biaya tersebut bisa instansi pemerintah yang mengelola dana

berasal dari pajak, dan jaminan sosial. Sumber tersebut bisa juga

organisasi swasta seperti misalnya LSM, Rumah Tangga, atau

suatu kesatuan organisasi lainnya (misalnya biaya dari sumber

external).

2. Pengelola Anggaran (financing agents)

Adalah institusi atau unit yang menerima dan mengelola dana dari

sumber dana untuk membayar atau membeli barang dan jasa

kesehatan. Ini misalnya termasuk departemen kesehatan, dinas

kesehatan propinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota, badan

pengelola jaminan sosial, perusahaan asuransi kesehatan swasta,

LSM, perusahaan dan rumah tangga.

3. Penyelenggara pelayanan / program (providers/executors)

Institusi atau unit yang menerima dan menggunakan dana untuk

memproduksi barang dan jasa pelayanan atau melaksanakan


program kesehatan, termasuk misalnya Dinas Kesehatan, RS

milik pemerintah, RS swasta, klinik, puskesmas, praktek dokter

(swasta), dll.

4. Jenis kegiatan (HA = Health Activity)

Dimensi jenis kegiatan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan

oleh provider yang secara umum dapat dibagi dua, yaitu (a)

kegiatan langsung dan (b) kegiatan tidak langsung atau disebut

juga kegiatan penunjang. Kegiatan temuan kasus dan pengobatan

adalah kegiatan langsung, sedangkan pelatihan staff administrasi

dan administrasi umum di kantor Dinas Kesehatan adalah

kegiatan tidak langsung. Penyemprotan fogging adalah kegiatan

langsung. Rapat kordinasi di Dinas Kesehatan adalah kegiatan

tidak langsung.

Dalam sektor kesehatan, kegiatan langsung dapat dibagi

dua, yaitu (a) kegiatan pelayanan perorangan seperti pengobatan

dan perawatan individu yang sakit dan (b) kegiatan kesehatan

masyarakat (public health) seperti misalnya pemberantasan

vektor, sanitasi, promosi kesehatan, immunisasi, dan lain

sebagainya.

Kegiatan tidak langsung adalah kegiatan yang dilakukan

untuk menunjang dua kelompok kegiatan langsung diatas. Ini

termasuk misalnya kegiatan administrasi dan manajemen,

monitoring, evaluasi, dan lain sebagainya.


Dari perspektif anggaran berbasis kinerja, anggaran untuk

kegiatan langsung sangat menentukan kinerja suatu program.

Artinya, kalau anggaran sebagian besar terpakai untuk kegiatan-

kegiatan tidak langsung, maka program tidak menghasilkan

output (kinerja).

5. Mata anggaran (HI = Health Input)

Mata anggaran adalah jenis input yang ”dibeli” oleh provider

(pelaksana program/pelayanan) untuk melaksanakan jenis-jenis

kesehatan di atas. Mata Anggaran mencakup hal-hal berikut:

a. barang modal (seperti gedung, alat kesehatan, alat non

kesehatan, fellowship untuk staff, dan lain sebagainya),

b. biaya operasional atau biaya variabel (seperti tenaga, obat,

bahan medis, bahan non-medis, makanan, listrik, telepon,

air, perjalanan, dan lain sebagainya) dan

c. biaya pemeliharaan (pemeliharaan gedung, alat, pelatihan,

dan lain sebagainya).

Dari perspektif anggaran berbasis kinerja, anggaran operasional

sangat menentukan kinerja suatu program. Artinya, kalau

anggaran sebagian besar terpakai untuk belanja barang modal,

maka program tidak menghasilkan output (kinerja).

6. Jenis Program
Dimensi program bertujuan untuk menggambarkan jenis program

kesehatan yang dibiayai dengan belanja dari pengelola anggaran.

Secara umum dimensi program dalam DHA yang disesuaikan

dengan program kesehatan yang ada adalah sebagai berikut:

1) Program Kesehatan Masyarakat

2) Program Kesehatan Individu

3) Program Penguatan Sistem Kesehatan

Di Indonesia, pengelompokan jenis program tersebut dapat dilihat

pada kebijakan/konsep berikut:

1. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Standar Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan saat ini sedang

dalam proses penyusunan oleh Kementerian Kesehatan (akan

disusulkan dalam perbaikan modul ini).

2. Peraturan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Nomor 59

Tahun 2007

Jenis program kesehatan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun

2004 dan Nomor 59 Tahun 2007 adalah sebagai berikut:

a) Program Obat dan Perbekalan KesehataN

b) Program Upaya Kesehatan Masyarakat

c) Program Pengawasan Obat dan Makanan

d) Program Pengembangan Obat Asli Indonesia


e) Program Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat

f) Program Perbaikan Gizi Masyarakat

g) Program Pengembangan Lingkungan Sehat

h) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

menular

i) Program Standardisasi Pelayanan Kesehatan

j) Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin

k) Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana

dan Prasarana Puskesmas/Pustu dan Jaringannya

l) Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana

Rumah Sakit/RS Jiwa/RS Paru-paru/RS Mata

m) Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RS/RS Jiwa/

RS Paru-paru/RS Mata

n) Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan KesehataN

o) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita

p) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia

q) Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan

Makanan

r) Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan

Anak

s) Jenis Program kesehatan dalam MDG’s

Jenis program kesehatan dalam MDGs adalah sebagi berikut:

a. Peningkatan Gizi masyarakat


b. Penurunan Kematian Ibu

c. Penurunan Kematian anak

d. Pemberantasan Tbc

e. Pemberantasan Malaria

f. Penaggulangan HIV/AIDS

g. Menjamin aksed terhadap Air bersih

h. Menjamin akses terhadap Obat Essential

7. Jenjang Program

adalah jenjang administratif dimana kegiatan tersebut

dilaksanakan. Untuk DHA, jenjang kegiatan tersebut bisa di (a)

propinsi, (b) kabupaten, (c) kecamatan dan (d) desa atau

masyarakat. Berikut contoh-contoh jenis kegiatan menurut

jenjangnya.

a. Jenjang propinsi: pelatihan staff Dinas kesehatan di ibu

kota propinsi, dan lain sebagainya

b. Jenjang Kabupaten/kota: rawat inap di RSUD, pelatihan

bidan desa di ibu kota Kabupaten/Kota, dan lain

sebagainya

c. Jenjang kecamatan: pengobatan di Puskesmas (rawat jalan

dan rawat inap), dan lain sebagainya

d. Jenjang desa/masyarakat: penyuluhan masyarakat,

penimbangan di Posyandu, fogging, dan lain sebagainya


Dari perspektif anggaran berbasis kinerja, belanja untuk

pelayanan di masyarakat sangat menentukan kinerja cakupan

program. Kalau anggaran lebih banyak untuk kegiatan pada

jenjang kabupaten dan propinsi dan tidak cukup untuk

kegiatan/intervensi di masyarakat, maka cakupan program sulit di

pacu.

8. Fungsi Kesehatan (HC = Health care Function)


Dimensi fungsi dalam DHA mengadopsi dimensi fungsi dalam

SHA 2011 yang merupakan semua aktivitas yang bertujuan untuk

meningkatkan, memperbaiki dan mempertahankan status

kesehatan (Indrayathi, 2018)

Contoh kasus, Sejak awal 2014, Australia-Indonesia Partnership

for Health System Strengthening (AIPHSS) telah membantu beberapa

kabupaten terpilih di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Jawa Timur untuk

mengembangkan District Health Account (DHA). DHA sebenarnya bukan

hal baru di Indonesia, pada tahun 2008, melalui keputusan Menteri

ditetapkan bahwa akun kesehtan (Health Account) perlu diterapkan secara

regular setiap tahun di kabupaten, provinsi, dan nasional. Namun, hal ini

juga didukung dengan peraturan daerah agar DHA dapat dilaksanakan

secara efektif.
AIPHSS membantu kabupaten-kabupaten yang ketinggalan

disbanding kabupaten lainnya dalam menetapkan akun kesehatan mereka.

Timur Tengah Utara (TTU) adalah satu kabupaten di provinsi NTT dengan

pendapatan perkapita $US35 per bulan. Hanya satu dollar lebih per hari,

per orang, tetapi makanan segar terbilang melimpah dan murah. Pelayanan

kesehatan dasar dan pendidikan disediakan oleh pemerintah. Mengingat

pendapatan rendah pemerintah, pemanfaatan secara bijaksana terhadap

sumber daya yang ada sangat penting untuk memberikan pelayanan

kesehatan yang memadai kepada masyarakat. Mengetahui bagaimana dana

dibelanjakan oleh pemerintah untuk sektor kesehatan merupakan kunci

untuk merencanakan anggaran tahunan sehingga sumber daya dapat

ditargetkan untuk layanan sosial yang membutuhkan.

Sebelum program AIPHSS, kabupaten TTU bahkan tidak memiliki

profil keuangan yang terdokumentasikan, atau indikasi yang jelas tentang

bagaimana anggaran kesehatan harus dibelanjakan sesuai dengan

permintaan layanan setempat. Setiap tahun, pada pemangku kepentingan

(stakeholder) membuat perencanaan anggaran berdasarkan anggaran tahun

sebelumnya tanpa memperhatikan kebutuhan yang muncul atau prioritas

utama masyarakat. Biaya tidak dianalisis secara seksama untuk melihat

bagaimana anggaran dibelanjakan untuk pelayanan kepentingan

masyarakat yang terbaik. Ketika Beato Yoseo Fren Oenunu, Kepala

SubDivisi Sosial dan Budaya, Bappeda TTU mulai mengkaji akun


kesehatan (health accounts), beliau mencatat dimana anggaran tersebut

dibelanjakan.

Dukungan AIPHSS pada awal tahun 2014 diberikan dengan

melatih sebanyak 95 orang yang terdiri dari berbagai unsur terkait di

pemerintahan sekaligus pembentukan Tim Perumus DHA dimasing-

masing kabupaten. Tujuannya adalah meningkatkan akses ke pelayanan

kesehatan dasar bagi masyarakat miskin dan hampir miskin melalui

pembiayaan pelayanan kesehatan setempat yang lebih baik dengan

merelokasikan dana dari bidang-bidang prioritas yang lebih rendah.

Di beberapa kabupaten AIPHSS lainnya, hasil DHA kini jelas

menggambarkan belanja pemerintah untuk kesehatan dan mulai

memberikan dampak terhadap mobilisasi biaya kesehatan untuk

pelayanan kesehatan yang lebih efektif dan efisien. Hasil DHA

memberikan pemahaman yang lebih baik bagi para penyusun anggaran

mengenai bagaimana seharusnya struktur anggaran dan bagaimana

menyelaraskannya dengan layanan pendukung pemerintah lainnya. Di

TTU misalnya, kini muncul budaya baru diantara para pejabat pemerintah

yang menyadari bahwa sektor kesehatan memerlukan kerjasama lintas

sektor, tidak hanya sebatas dinas kesehatan. Diantaranya dengan membina

hubungan dengan dinas pendidikan, Bappeda dan instansi lainnya.


Mereka yakin bahwa proses DHA mampu mengurangi risiko

munculnya ego sektoral, dan kini masing-masing pihak memahami

pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif hanya dapat dicapai melalui

kerja sama; dan perbaikan tersebut dimulai dari pengalokasian anggaran

yang tepat. Pekerjaan menghasilkan DHA bukanlah proses yang rumit dan

berbelit-belit, tetapi memerlukan kemauan politik yang kuat. Pendekatan

yang telah dilakukan AIPHSS adalah bekerja dengan sistem pemerintah

sekaligus melakukan lobi politik untuk mendapatkan dukungan bagi

implementasi DHA. Sosialisasi ini dilakukan untuk meningkatkan

kesadaran dan mendapatkan komitmen dari pejabat pemerintah. Pelatihan

DHA yang dilakukan oleh Tim DHA memberikan keterampilan dalam

menghitung pengeluaran keuangan daerah untuk berbagai sektor. Sebagai

tindak lanjut paska pelatihan, masing-masing kabupaten melakukan

pengumpulan dan analisis data DHA. Pengumpulan data dilakukan

diberbagai sektor pemerintah yang membelanjakan dana untuk sektor

kesehatan, seperti: BPMPD, lembaga permasyarakatan dan rumah tahanan,

RSUD, RS Polri, PMI dan lainnya.

Dalam dua tahun terakhir, DHA telah berhasil dilembagakan

didelapan (8) kabupaten AIPHSS dan menunjukan hasil positif.

Optimisme terus berkembang diantara mereka yang terlibat bahwa akan

ada peningkatan anggaran kesehatan, dan hal ini akan meningkatkan

jangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan kurang


beruntung. Sekretaris Dinas Kesehatan TTU turut berbagi optimisme

mengenai kerja program AIPHSS. Yang terpenting, proses dan hikmah

belajar AIPHSS akan sangat berharga bagi pelaksanaan advokasi dan

replikasi pelaksanaan DHA di kabupaten-kabupaten lainnya (Indrayathi,

2018)

2. Teori sumber data biaya kesehatan pada institusi tingkat kab/kota

Sumber pembiayaan di bidang kesehatan terdiri dari empat sumber utama

yaitu:

1) pemerintah,

2) swasta,

3) masyarakat dalam bentuk fee for services dan asuransi,

4) sumber-sumber lain dalam bentuk hibah dan pinjaman luar negeri

pembiayaan kesehatan berbeda antara satu negara dengan negara lainnya

dan secara garis besar dibedakan antara lain, yakni :

1) bersumber dari angggaran pemerintah : yaitu seluruh pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan sepenuhnya ditanggung oleh

pemerintah dan tidak ditemukan pelayanan kesehatan oleh swasta,

2) sebagian ditanggung oleh masyarakat : beberapa negara melibatkan

masyarakat dalam memberikan kontribusi pembiayaan kesehatan

yaitu masyarakat diharuskan iyur biaya terhadap layanan kesehatan

yang diterimanya.
Sumber pembiayaan kesehatan di kabupaten/kota :

a. Pemerintah Pusat :

 Tugas Pembantuan adalah penugasan dari PemerintahPusat

kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian

Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan

Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi

kepada Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan

sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan

Daerah provinsi.

Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal

dari anggaran pendapatan dan belanja negara

yangdilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup

semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka

pelaksanaan Tugas Pembantuan (Indonesia, 2018).

 Bantuan operasional kesehatan (BOK) adalah bantuan data

dari pemerintah melalui Kementrian Kesehatan dalam

membantu Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

melaksanakan Pelayanan Kesehatan sesuai Standar

Pelayanan Minimal (SPM).

Pemberian BOK didasarkan pada pertimbangan

bahwa biaya operasinal puskesmas relativ kecil, karena

alokasi anggaran pemerintah pemerintah daerah dibidang


kesehatan untuk kegiatan di puskesmas lebih di arahkan

pada upaya-upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif serta

kurang memperhatikan upaya-upaya kesehatan promotif

dan prebentif yang berdampak pada kurang optimalnya

kinerja tenaga kesehatan di daerah untuk memberikan

pelayanan promotif dan preventif (Gani, 2011)

b. Pemerintah Provinsi :

 Pendapaan Asli Daerah (PAD)

Sumber penerimaan daerah mengacu kepada

Undang-Undang tentang perimbangan keuangan antara

pusat dan daerah yang besarnya disesuaikan dan

diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam hal ini,

pemerintah daerah diberi hak untuk mendapatkan sumber

keuangan berupa kepastian tersedianya pendanaan dari

pemerintah sesuai urusan pemerintahan yang diserahkan

yakni kewenangan memungut sekaligus mendayagunakan

pajak dan retribusi daerah, hak untuk mendapatkan bagi

hasil dari sumbersumber daya nasional yang berada di

daerah dan dana perimbangan lainnya serta untuk

mengelola kekayaan daerah dan mendapatkan


sumbersumber pembiayaan dengan prinsip dasarnya uang

mengikuti fungsi (Money Follow Function)

Penerimaan daerah yang bersumber Pendapatan

Asli Daerah (PAD) diwujudkan di masing-masing daerah

melalui kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi

daerah yang telah diatur dalam peraturan perundang-

undangan, antara lain Undang-Undang Nomor 34 Tahun

2000 yang telah diperbaharui dengan lahirnya Undang-

Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah. Dimana Undang-Undang Nomor 34

tahun 2000 telah memberikan kewenangan kepada

pemerintah kabupaten/kota untuk memungut 7 jenis pajak

daerah dan 25 jenis retribusi daerah dan setiap daerah masih

diberikan kewenangan untuk memungut retribusi lainnya

sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing (open

list) sepanjang tidak bertentang dengan peraturan

perundang-undangan di atas. Demikian pula Undang-

Undang Nomor 28 tahun 2009 telah memberikan

kewenangan kepada pemerintah kabupaten/kota, termasuk

pemerintah Kabupaten Jayapura, untuk memungut 11 jenis

pajak daerah dan 30 jenis retribusi daerah (close list )

(Horota, Ayu and Riani, no date).


c. Pemerintah Kabupaten/Kota:

Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2000, Bab Ill, pasal 3, sumber-

sumber penerimaan daerah adalah sebagai berikut:

a. hasil pajak daerah

b.hasil retribusi daerah

c. hasil perusahaan rnilik Daerah dan hasil-pengelolaan

kekayaan Daerah lainnya yang dipisahkan

d.lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah (Malik, 2000)

 Dana Perimbangan adalah dana yang bersurnber dari

penerimaan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk

rnembiayai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan

Desentralisasi. Dana perimbangan terdiri dari:

a. Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan

bangunan (90% untuk daerah).

b. Bea perolehan hak atas Tanah dan Bangunan (80%)

untuk daerah).

c. Penerimaan dari sumber daya alam; sektor kehutanan,

pertambangan umum dan perikanan (80% untuk

daerah); pertambangan minyak bumi (setelah

dikurangi pajak 15% untuk daerah); penarnbangan gas

alam (setelah dikurangi pajak 30% untuk daerah).


Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004, Dana Perimbangan

terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum

(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK). Pemberian dana

perimbangan ditujukan untuk mengurangi disparitas fiskal

vertikal (antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah)

dan juga untuk membantu daerah untuk membiayai

kewenangan. Dana Perimbangan adalah pengeluaran alokatif

anggaran pemerintah pusat untuk pemerintah daerah yang

ditujukan untuk keperluan pemerintah daerah

 Dana Alokasi Umum (DAU).

Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN,

yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan

daerah keuangan antar daerah untuk rnembiayai kebutuhan

pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.

Tujuan dari desentralisasi yaitu untuk mempercepat

pembangunan disamping tetap memaksimalkan potensi

daerah untuk membiayai kebutuhan daerah. Dana Alokasi

Umum memegang peranan yang sangat dominan

dibandingkan sumber dana lain, untuk itu DAU diharapkan

dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.


Pemberian DAU diharapkan benar-benar dapat

mengurangi disparitas fiskal horizontal daerah yang

mempunyai tingkat kesiapan fiskal yang relatif sama dalam

mengimplementasikan otonomi daerah. Daerah diharapkan

mampu mengalokasikan sumber dana ini pada sektor-sektor

produktif yang mampu mendorong adanya peningkatan

investasi di daerah, dan juga pada sektor yang berdampak

pada peningkatan pelayanan publik, yang pada gilirannya

dapat meningkatkan kontribusi publik terhadap pajak.

Kemandirian daerah menjadi semakin tinggi seiring dengan

meningkatnya kapasitas fiskal daerah dan pada gilirannya

tanggung jawab pemerintah untuk memberikan DAU bisa

lebih dikurangi.

 Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari

APBN,yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu

membiayai kebutuhan tertentu khusus yang merupakan

urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dana

Alokasi Khusus ada bermacam-macam diantaranya dana

alokasi khusus untuk pendidikan, dana alokasi khusus untuk

kesehatan, dana alokasi khusus untuk pembangunan jalan

dan lain-lain. Dana Alokasi Khusus untuk pendidikan

digunakan untuk pembelian buku-buku pelajaran,


pembelian perlengkapan sekolah dan lain-lain yang dapat

membantu dalam proses belajar mengajar dan berdampak

pada peningkatan kualitas kecerdasan masyarakat daerah.

 Dana Bagi Hasil

yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada

daerah berdasarkan presentase untuk mendanai kebutuhan

daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Bagi

Hasil terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi

Hasil Sumber Daya Alam.

Dana Bagi Hasil Pajak adalah bagian daerah yang

berasal dari Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),

Biaya Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ( BPHTB),

Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 25 dan Pasal 29, Wajib

Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPH Pasal 21. Tarif

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dikenakan atas

objek pajak bumi dan bangunan adalah sebesar 0,5%.

Penerimaaan negara dari biaya perolehan hak atas tanah dan

bagunan dibagi dari 20% untuk pemerintah pusat dan 80%

untuk pemerintah daerah. Dana Bagi Hasil dari penerimaan

pasal 25 dan pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam

Negeri dan penerimaan PPH pasa 21 dibagi dengan

imbangan 60% untuk kabupaten atau kota dan 40% untuk


provinsi yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Dengan adanya transfer dari pemerintah pusat yang berupa

dana bagi hasil pajak diharapkan kegiatan pemerintahan

daerah lebih ditingkatkan terutama sarana dan prasarana

umum. Contohnya, dengan perbaikan jalan yang sudah

mulai rusak, pembangunan jalan-jalan di pedesaan dan lain-

lain.

Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam adalah bagian

daerah yang berasal dari penerimaan sektor kehutanan,

pertambangan umum, perikanan, minyak bumi, gas alam,

dan panas bumi. Dari berbagai hasil penerimaan sumber

daya alam ada beberapa pembagian. Dana Bagi Hasil

Sumber Daya Alam dari sektor kehutanan, sebesar 20%

untuk pemerintahan dan 80% untuk daerah. Dana Bagi

Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan Gas Bumi dibagi

dengan imbangan 69,5% untuk pemerintah dan 30,5%

untuk daerah. Transfer dari pemerintah pusat yang berupa

dana bagi hasil sumber daya alam digunakan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat diantaranya

dengan subsidi konversi minyak tanah ke gas. Subsidi

pupuk untuk meningkatkan hasil pertanian, selain itu juga

digunakan untuk pembangunan kantor kehutanan, perikanan


dan lain-lain untuk menunjang kegiatan pada daerah

tersebut agar lebih maju.

d. Pinjaman Daerah

Daerah diperbolehkan melakukan pinjaman atas persetujuan

DPRD dengan persyaratan seperti yang tercantum dalam pasal

11.

a. Daerah dapat rnelakukan pinjaman dari sumber dalam

negeri untuk membiayai sebagian anggarannya.

b. Daerah rnelakukan pinjaman dari surnber luar negeri

melalui Pernerintah Pusat.

c. Daerah dapat melakukan pinjaman jangka panjang guna

membiayai Sumber dan Alur Anggaran Kesehatan

pembangunan prasarana yang merupakan asset daerah dan

dapat mengahasilkan penerimaan untuk pembayaran

kembali pinjarnan, serta memberikan manfaat bagi

pelayanan rnasyarakat.

d. Daerah dapat melakukan pinjaman jangka pendek guna

pengaturan arus kas dalam rangka pengelolaan kas Daerah.


e. Belanja modal

Belanja yang mempunyai manfaat melebihi satu tahun anggaran

dan akan menambah aset atau kekayaan daerah erta akan

menimbulkan konsekuensi menambah belanja yang bersifat rutin

seperti biaya pemeliharaan) juga menyatakan hal senada. Belanja

modal memiliki karakteristik spesifik yang menunjukkan adanya

berbagai pertimbangan dalam pengalokasiannya. Pemerolehan aset

tetap juga memiliki konsekuensi pada beban operasional dan

pemeliharaan pada masa yang akan datang. Belanja Modal yang

dilakukan pemerintah daerah antara lain: pembangunan dan

perbaikan sektor pendidikan, kesehatan atau transportasi, sehingga

masyarakat juga memiliki manfaat dari pembangunan daerah.

Pembangunan daerah tersebut antara lain adalah pembangunan

pada infrastruktur. Pembangunan pada infrastruktur adalah

pembangunan jalan, alat komuninikasi, dan listrik. Kemajuan

infrastruktur, cukup menentukan dalam daya saing perekonomian.

Dengan kemajuan infrastruktur juga dapat membuka akses atau

hubungan dengan daerah lain.

Salah satu contoh mengenai hal tersebut adalah jika dalam

daerah masyarakatnya mempunyai keterampilan atau kerajinan

maka dengan adanya infrastruktur yang baik hal tersebut dapat di

ketahui oleh daerah lain. Tersedianya infrastruktur yang baik juga

dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas di berbagai sektor.


Produktivitas masyarakat yang semakin tinggi diharapkan dapat

mengurangi kemiskinan dan kebodohan pada masyarakat pedesaan.

f. Lain-lain : yaitu dari pelayanan kesehatan TNI/Polri, pelayanan

kesehatan kementerian dan pelayanan kesehatan milik

BUMN/BUMD serta subsidi premi PNS. Disamping tersebut di

atas untuk keperluan mendesak dari daerah tertentu diberikan Dana

darurat yang berasal dari APBN. Prosedur dan tata cara penyaluran

Dana darurat sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN

(Gunawan, 2007)
3. Gambaran umum tentang BPS (badan pusat statistic)

Badan pusat statisktik adalah lembaga pemerintah no dapertemen

yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Sebelunya BPS

merupakan Biro Pusat Statistik, yang di bentuk berdasarkan UU nomor 6

tahun 1960 tentang sensus dan UU Nomor 7 Tahun 1960 tentang statistik.

Sebagai pengganti kedua UU tersebut di tetapkan UU Nomor 16 Tahun

1997 tentang Statistik. Berdasarkan UU ini yang di tindak lanjuti dengan

peraturan perundangan di bawahnya, secara formal namun Biro Pusat

Statistik dig anti menjadi Badan Pusat statistic.


Berdasarkan Undang-undang yang telah di sebutkan di atas, peranan yang

harus di jalankan oleh BPS adalah sebagai berikut:

 menyediakan kebutuhan data bagi pemerintah dan masyarakat.

Data ini di dapatkan dari sensus atau survey yang di lakukan

sendiri dan juga dari departemen dan lembaga pemerintah lainya

sebagai data sekunder

 membantu kegiatan statistic di departemen lembaga pemerintah

atau institusi lainya dalam hal membangun sistem perstatistika

nasional

 mengembangkan dan mempromosikan standar teknik dan

metodologi statistic dan menyediakan pelayanan pada bidang

pendidikan dan pelatihan statistic.

 Membangun kerja sama dengan institusi internasional dan

negara lain untuk kepentingan perkembangan statistika

Indonesia

Berdasarkan keputusan presiden no 86 tahun 1998 dalam

menyelenggarakan statistic dasar, melaksanakan koordinasi dan kerja sama

serta mengembangkan dan membina statistic sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku. Fungsi yang di selenggarakan Badan Pusat

Statistik adalah :

1. Perumusan kebijaksanaan perencanaan, pengumpulan, pengolahan,

penyajian data dan analisis di bidang statistic produksi dan

kependudukan serta bidang statistic distribusi dan neraca nasional.


2. Pembinaan dan pelaksanaan koordinasi kegiatan statistic dengan

departemen dan instansi lainya dalam mengembangkan berbagai

jenis statistic yang di perlukan, serta pelaksanaan kerja sama di

bidang statistic dengan lembaga/organisasi lain baik di dalam

maupun luar negeri

3. Penyajian data pemerintah dan masyarakat dari hasil kegiatan

statistic produksi dan kependudukan serta statistic distribusi dan

neraca nasional secara berkala baik dari hasil penelitian sendiri

maupun dari data sekunder.

4. Penyebar luasan statistic melalui berbagai cara baik langsung

maupun tidak langsung

5. Pengelolaan keungan, kepegawaian dan organisasi, perlengkapan

dan perbekalan serta memberikan pelayanan administrasi di

lingkungang BPS.

4. Konsep SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional)

survey adalah kegiatan yang di lakukan oleh pemerintah untuk

melaukan penelitian dan menyediakan datang statistic pada waktu dan

tempat tertentu. Survey yang di lakukan meliputi survey sosial ekonomi

nasional survey angkatan kerja nasional dan survey penduduk antar sensus

(SUPAS) (Statistik, 2007).

survey adalah metode pengumpulan data dengan mengambil

sebagian objek populasi tetapi dapa mencerminkan populasi dengan


memperhatikan keseimbangan antara jumlah variabel, akurasi, tenaga,

waktu dan biaya. Pengumpulan data dengan metode survey memiliki

banyak keuntungan yaitu :

1. menghemat biaya dalam pengumpulan data

2. pengumpulan dan penyajian data lebih cepat

3. cakupan variabel lebih luas

4. akurasi lebih baik

Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) merupakan kegiatan

survei untuk mengumpulkan informasi/data di bidang kependudukan,

kesehatan, pendidikan, Keluarga Berencana, perumahan, serta konsumsi

dan pengeluaran. yang sangat dibutuhkan oleh berbagai kalangan. Susenas

pertama kali dilaksanakan pada tahun 1963. Dalam dua dekade terakhir,

sampai dengan tahun 2010, pengumpulan data Susenas dilakukan setiap

tahun. Pada tahun 2011 terjadi perubahan, pengumpulan data Susenas

dilakukan secara triwulan. Susenas didesain memiliki 3 modul (Modul

Konsumsi/Pengeluaran Rumah Tangga, Modul Sosial, Budaya dan

Pendidikan, dan Modul Perumahan dan Kesehatan) dan setiap modul

dilaksanakan setiap 3 tahun sekali. Pada tahun 2013 dilaksanakan Modul

Perumahan dan Kesehatan.

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor merupakan

salah satu kegiatan Badan Pusat Statistik. Sejak tahun 1963 BPS

menyelenggarakan Susenas, mulai tahun 1992 sampai dengan tahun 2010


Susenas Kor (Pokok) dan Modul (Rinci) dilaksanakan setiap tahun. Untuk

modul dilakukan setiap tiga tahun secara bergilir. Mulai tahun 2011

Susenas Kor dan Modul Konsumsi dilaksanakan secara triwulanan setiap

tahun.

Sejak tahun 1963, setiap tahunya badan pusat statistic (BPS)

melaksanakan survey sosial ekonomi nasionaln (susenas). Susenas

bertujuan untuk mengumpulkan data sosial kependudukan yang relatif

sangat luas, antara lain menyangkut bidang pendidikan, kesehatan gizi,

perumahan, sosial ekonomi lainnya, kegiatan sosial budaya, konsumsi

lannya/pengeluaran dan pendapatan rumah tangga, perjalanan, dan

pendapat masyarakat mengenai kesejahteraaan rumah tangganya. Data

yang dikumpulkan akan nermanfaat untuk penyusuran kebijakan dan

sebagai alat untuk memonitor, dan mengevaluasi keberhasilan

pembangunan. Data sosial ekonomi tentang aspek pemenuhan kebutuhan

hoidup seperti sandang, pangan, papan,kesehatan, pendidikan, keamanan,

dan kesempatan kerja sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh

hasil-hasil pembangunan telah menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Untuk keperluan tersebut, melaalui survei sosial ekonomi nasional

(susenas) dikumpulkan data sosial ekonomi penduduk, diantaranya tentang

kesehatan, pendidikan, perumhan dan pemukiman, sosial budaya, dan

konsumsi/pengeluaran dengan pendekatan rumah tangga.

Sepanjang penyelenggaraan susenas, telah banyak dilakukan

penyempurnaan, baik dalam haal cakupan, meteodologi, organisasi


lapangan, dan lain-lain yang bertujuan untuk memenhi tuntutan

masyarakat pengguna data yang semakin beragam serta dalam upaya

mendapatkan data yang lebih berkualitas.

Susenas Kor (Pokok) dan Modul (Rinci) dilaksanakan setiap tahun.

Untuk modul dilakukan setiap tiga tahun secara bergilir. Mulai tahun 2011

Susenas Kor dan Modul Konsumsi dilaksanakan secara triwulanan setiap

tahun.

Kegiatan Susenas sudah dilaksanakan sejak tahun 1963, tetapi

cakupan wilayah hanya meliputi Jawa dengan jumlah sampel hanya 16.000

rumah tangga. Secara bertahap tahun 1964, 1967, 1969, 1976, 1978, 1979,

1981, 1989 dan 1992 dilakukan kegiatan Susenas dengan jumlah sampel

dan cakupan wilayah bervariasi sampai akhirnya dapat meliputi seluruh

Indonesia. Mulai tahun 1993, data Susenas yang dikumpulkan dibedakan

antara data pokok (Kor) dan data rinci/ sasaran (modul). Jumlah sampel

Kor bervariasi antara 202.500 rumah tangga pada tahun 1993 sampai

dengan 278.352 rumah tangga pada tahun 2006. Sejak tahun 2007 jumlah

sampel rumah tangga Kor sebesar 285.904 rumah tangga.Tahun 2008-

2010 jumlah sampel rumah tangga Kor bervariasi antara 282.387 sampai

293.715 rumah tangga.Tahun 2011 jumlah sampel Kor sebesar 285.307

rumah tangga. Tahun 2012 jumlah sampel Kor setiap triwulannya

sebanyak 75.000 rumah tangga.


Tahun 1992,melalui susenas dilaksanakan pengumpulan data

melalui susenas terdiri dari pengumpulan data dasar/pokok (kor) dan

sasaran/khusus (modul), yang dilakukan setiap tahun dengan modul yang

berbeda. Ada tiga modul yaitu modul konsumsi/ pengeluaran dan pendapat

rumah tangga, modul sosial budaya dan pendidikan, dan modul kesehatan

dan perumahan, di mana modul yang sama akan berulang setiap tiga tahun

sekali. Data kor yang mencangkup data demokgrafi pendidikan, kesehatan

gizi, perumahan, konsumsi, atau pengeluaran rumah tangga pendapatan,

dan sosial ekonomi lainnya di kumpulkan satu tahun; sedangkan

pengumpulan data modul yang mencakup data konsumsi/pengeluaran

rumah tangga, sosial budaya dan pendidikan serta perumahan dan

kesehatan dikumpulkan setiap tiga tahun secara bergiliran.

Pada tahun 2007 sunsenat kor dan modul kembali dilaksanakan.

Jika dilihat urutanya, pada tahun ini adalah giliran modul perumahan dan

kesehatan, namun karna ada kegiatan riset kesehatan dasar (riskesdas)

yang dilakukan oleh dapartemen kesahatan, dimana mencangkup variabel

kesehatan yang pada awalnya termuat dalam modul perumahan dan

kesehatan, maka susenat modul tahun 2007 hanya mencakup variabel

perumahan dan pemukiman. Kuesioner yang dirancang untuk modul tahun

ini hanya memuat pertanyaan yang berkaitan dengan perumahan dan

pemukiman, sehingga modul untuk tahun 2007 di beri nama modul

perumahan dan pemukiman (Statistik, 2013)


BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan

1. jenis data baya keseahatan yang digunakan di institusi kab/kota yaitu


Health Account atau HA merupakan suatu cara pemantauan yang
sistematis, komprehensif serta konsisten yang terkait dengan
pemanfaatan aliran dana/ biaya pada kesehatan (health spending).
Dalam hal ini metode yang digunakan DHA (Distric Health Account)
untuk tingkat kab/kota.
2. Sumber data biaya kesehatan pada institusi kab/kota ada 4 yaitu dana
dari pemerintah pusat berupa dana pembatnuan dan BOK, pemerintah
provinsi beru PAD, dan pemerintah kab/kota berupa dana
pertimbangan yang di dalam berupa DAU, DAK, DHB dan belanja
modal.
3. Badan pusat statisktik adalah lembaga pemerintah no dapertemen
yang bertanggung jawab langsung kepada presiden dalam
menyelenggarakan statistic dasar, melaksanakan koordinasi dan kerja
sama serta mengembangkan dan membina statistic sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
4. Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) merupakan kegiatan
survei untuk mengumpulkan informasi/data di bidang kependudukan,
kesehatan, pendidikan, Keluarga Berencana, perumahan, serta
konsumsi dan pengeluaran. yang sangat dibutuhkan oleh berbagai
kalangan.
DAFTAR PUSTAKA

Gani (2011) laporan monitoring bantuan operasional kesehatan. jakarta.

Gunawan (2007) ‘Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat terhadap Realisasi Belanja


Modal Pemerintah Kabupaten atau Kota di Jawa Timur’, pp. 1–11.

Horota, P., Ayu, I. and Riani, P. (no date) ‘PENINGKATAN PENDAPATAN


ASLI DAERAH DALAM RANGKA’, 2(1), pp. 1–33.

Indonesia, menteri kelautan dan perikanan republik (2018) lLINGKUP URUSAN


PEMERINTAH BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2018
YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR SEBAGAI WAKIL
PEMERINTAH DALAM RANGKA DEKONSENTRASI DAN
DITUGASKAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA
DALAM RANGKA TUGAS PEMBANTUAN DENGAN.

Indrayathi, putu ayu (2018) District health account dalam pembiayaan kesehatan
di indonesia. denpasar.

Malik, R. (2000) ‘PEMBIAYAAN KESEHATAN Dl INDONESIA TAHUN


1990-2000’.

Statistik, badan pusat (2007) SUSENAS.

Statistik, badan pusat (2013) survei sosial ekonomi nasional 2013 kor gabungan,
Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat dan Direktorat Statistik Harga -
Badan Pusat Statistik. Available at:
https://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php/catalog/220.
LAMPIRAN

You might also like