Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi Pleura
Pleura terbentuk dari dua membran serosa, yakni pleura visceral yang
melapisi paru serta pleura parietal yang melapisi dinding toraks bagian
dalam.Pada hakikatnya kedua lapis membran ini saling bersambungan di
dekat hilus, yang secara anatomis disebut sebagai refleksi pleura.Pleura
visceral dan parietal saling bersinggungan setiap kali manuver pernapasan
dilakukan, sehingga dibutuhkan suatu kemampuan yang dinamis dari rongga
pleura untuk saling bergeser secara halus dan lancar. Ditinjau dari permukaan
yang bersinggungan dengannya, pleura visceral terbagi menjadi empat bagian,
yakni bagian kostal, diafragama, mediastinal, dan servikal.3
2
Gambar 1 – Anatomi Pleura Pada Paru Normal (Kanan) dan Paru yang Kolaps
(Kiri)
3
Gambar 2 – Desain Morfofungsional Rongga Pleura (s.c :
kapiler sistemik; p.c : kapiler pulmoner)
Gambar 2 adalah bentuk kompartmen pleuropulmoner yang
tersimplifikasi. Terdapat lima kompartmen, yakni mikrosirkulasi sistemik
parietal, ruang interstisial parietal, rongga pleura, intestisium paru, dan
mikrosirkulasi visceral. Membran yang memisahkan adalah kapiler
endotelium, serta mesotel parietal dan visceral.Terdapat saluran limfatik yang
selain menampung kelebihan dari interstisial juga menampung keleibhan dari
rongga pleura (terdapat bukaan dari saluran limfatik pleura parietal ke rongga
pleura yang disebut sebagai stomata limfatik.Kepdatan stomata limfatik
tergantung dari regio anatomis pleura parietal itu sendiri.Sebagai contoh
terdapat 100 stomata cm-2 di pleura parietal interkostal, sedangkan terdapat
8.000 stomata cm-2 di daerah diafragma. Ukuran stomata juga bervariasi
dengan rerata 1 m (variasi antara 1 – 40 m)4.
Sama seperti proses transudasi cairan pada kapiler, berlaku pula
hukum Starling untuk menggambarkan aliran transudasi (Jv) antara dua
kompartmen. Hukum ini secara matematis dinyatakan sebagai berikut5:
Jv = Kf [(PH1 – PH2) - (1 - 2)]
4
Kf merupakan koefisien filtrasi (yang tergantung kepada ukuran pori
membran pemisah antara dua kompartmen), PH dan berturut-turut adalah
tekanan hidrostatik dan koloidosmotik, serta merupakan koefisien refleksi
(=1 menggambarkan radius dari zat terlarut lebih besar dari pori sehingga zat
terlarut tak akan mampu melewati pori, sebaliknya =0 menggambarkan
seluruh zat terlarut lebih kecil ukurannya dari pori yang mengakibatkan aliran
zat terlarut dapat berlangsung secara bebas).
5
Filtrasi cairan pleura terjadi di plura parietal (bagian mikrokapiler
sistemik) ke rongga interstitium ekstrapleura. Gradien tekanan yang kecil
mendorong cairan ini ke rongga pleura.3 Nilai antara intersitisium parietal
dengan rongga pleura relatif kecil (=0,3), sehingga pergerakan protein
terhambat dan akibatnya kandungan protein cairan pleura relatif rendah (1 g
dl-1) dibandingkan dengan interstisium parietal (2,5 g dl-1)5.
B. Patologi
1. Definisi Efusi Pleura
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang
pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi
sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang
mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau
pus. (Baughman C Diane, 2000).
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura
yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses
penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi
6
sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak
tanpa adanya friksi.
Efusi pleura adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura yang
disebakan oleh banyak faktor seperti penyakit dan tekanan abnormal
dalam paru-paru.
2. Etiologi
Menurut jenis cairan yang terakumulasi efusi pleura dapat dibedakan
menjadi :
a. Transudat ( filtrat plasma yang mengalir menembus dinding
kapiler yang utuh).
Penyakit yang menyertai transudat :
Gagal jantung kiri.
Sindrom nefrotik.
Obstruksi vena kava superior Asites pada serosis hati
Sindrom meig’s (asites dengan tumor ovarium).
b. Eksudat( ekstravasasi cairan kedalam jaringan ).
Cairan ini dapat terjadi karena adanya :
Infeksi
Neoplasma/tumor
Infark paru
3. Tanda dan Gejala
a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena
pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan
banyak, penderita akan sesak napas.
b. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil,
dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril
(tuberkulosis), banyak keringat, batuk.
7
c. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang
bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada
perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan
cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).Gejala
yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang
terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada
(biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita
batuk atau bernafas dalam). Kadang beberapa penderita tidak
menunjukkan gejala sama sekali.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
Batuk
Pernafasan yang cepat
Demam
Cegukan
Nyeri perut
4. Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan
di dalam rongga pleura.Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena
adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H2O.
Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya
tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian
cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,
sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe
sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter perhari.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura,
ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu
8
misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic
(hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung).
Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas
transudat dan eksudat pleura.Transudat misalnya terjadi pada gagal
jantung karena bendungan vena disertaipeningkatan tekanan hidrostatik,
dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat
dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar
langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi
cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya
transudate kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat
jenisnya rendah.
9
dapat meningkatkan mobilisasi sangkar thorak (Rab, 2010). Latihan ini
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu sebagai berikut :
a. Tangan Fisioterapis di bawah costa
b. Tangan Fisioterapis di tengah costa
Tangan Fisioterapis dibagian atas kosta
3. Static Contraction
Static contractionmerupakan kontraksi otot tanpa disertai adanya
perubahan otot dan perubahan lingkup gerak sendi. Static contraction
dapat memperlancar peredaran darah, menurunkan nyeri dan dapat
mengurangi spasme otot-otot bantu pernafasan karena terjadinya rileksasi
otot-otot tersebut dan dilakukan secara terus-menerus (Kisner, 1996). Pada
kasus ini kontraksi otot yang dipertahankan adalah otot-otot bantu
pernafasan yaitu m. pectoralis mayor, m. pectoralis minor, dan
m.sternocleidomastoideus sinistra dengan dilakukan sekurang-kurangnya 6
detik. Untuk pengulangan dan intesitas disesuaikan dengan kondisi pasien dan
tujuan dari terapi itu sendiri. Pada pasein ini pengulangan dilakukan 5 sampai
10 kali (Kisner, 1996)
10
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
Umur : 61 tahun
Pekerjaan : IRT
C. Anamnesis Khusus
keluhan batuk tidak ada, mual ada, muntah tidak ada.Napsu makan
D. Inspeksi/Observasi
1. Statis
11
Pasien terlihat lemah
Perut membesar
Dada simetris
2. Dinamis
1. Palpasi
Palpasi merupakan cara pemeriksaan dengan cara meraba, menekan, dan
memegang organ atau bagian tubuh pasien dimana untuk mengetahui:
Nyeri tekan
Spasme otot
Suhu lokal
Tonus otot
oedema
2. Tes Perkusi
Teknik :
a. Tempatkan jari – jari di dinding dada ( anterior dan posterior ) lalu ketuk
pada kuku dengan 2 ujung jari tangan lainnya
12
b. Bunyi resonana adalah normal. Dan apabila terdapat bunyi dull dan datar
maka ada cairan atau tumor di dalam paru – paru. Dan untuk bunyi
hyperesonan jumlah udara meningkat dalam thoraks.
Hasil : Terdapat Bunyi dull pada middle Lobus bagian apical anterior.
Nilai Skor
No Saat
Fungsi Skor Keterangan Sebelum Minggu I Minggu Minggu Minggu Saat
. Masuk di
Sakit di RS II di RS III di RS IV di RS Pulang
RS
7/4/19 12/4/19
Tak terkendali/tak
0 teratur (perlu
1
Mengendalikan bantuan)
rangsang 2 2
defeksasi Kadang – kadang
1 1
tak terkendali
2 Mandiri
Tak
0 terkendali/pakai
Mengendalian kateter
2 rangsang Kadang – kadang 2 2
berkemih 1 tak terkendali
(1X24 jam)
2 Mandiri
13
Membersihkan Butuh
diri (seka muka, 0 pertolongan orang
3 lain 1 1
sisir rambut,
sikat gigi) 1 Mandiri
Tergantung
0 pertolongan orang
lain
Perlu
pertolongan
pada beberapa
Penggunaan
4 jamban, masuk kegiatan tetapi 2 1
dan keluar 1
dapat
mengerjakan
sendiri kegiatan
lain
2 Mandiri
0 Tidak mampu
Perlu di tolong
5 Makan 1 memotong 2 2
makanan
2 Mandiri
0 Tidak mampu
Perlu banyak
bantuan untuk
1
Berubah sikap bisa duduk
6 dari baring ke 3 2
(2orang)
duduk
Bantuan
2
minimal 2 orang
3 Mandiri
0 Tidak mampu
Bisa (pindah)
1
dengan kursi
Berpindah/Berjal
7 3 2
an Berjalan dengan
2
bantuan 1 orang
3 Mandiri
Tergantung
8 Memakai baju 0 2 1
orang lain
14
Sebagian
dibantu
1 (misalnya
memasang
kancing)
2 Mandiri
0 Tidak mampu
Butuh
Naik-turun
9 1 2 0
tangga pertolongan
2 Mandiri
0 Tergantung
10 Mandi 1 0
1 Mandiri
Total Skor : 20 14
15
F. Algorhitma Aasesment
Algorhitma Aasesment pada “Gangguan Aktivitas Fisik dan
History taking
Nyeri perut kanan atas dirasakan sejak 1 bulan sebelum msasuk Rumah Sakit, nyeri semakin
memberat pada tanggal 10 april 2019 seperti di tusuk-tusuk dan hilang timbul. Demam tidak
ada, keluhan batuk tidak ada, mual ada, muntah tidak ada.Napsu makan menurun, dan berat
badan menurun.
Inspeksi
1. Statis : Pasien tidur diatas bed, Pasien terlihat lemah, Perut membesar, Dada
simetris
2. Dinamis :Saat bernapas kedua dada naik, Pernapasan pasien cepat
Pemeriksaan fisik
Diagnose ICF
1. DiagnosaFisioterapi
2. Problematik Fisioterapi
a. Impairment
17
H. Bagan ICF
kondisi/penyakit:
“Gangguan aktivitas fisik dan fungsional akibat
kondisi efusi pleura et causa tumor hepar”
Anatomical Impairment :
1. Adanya spasme atau Activity Limitation:
ketegangan otot bantu Participation Rectriction:
pernafasan yaitu pada m. Pasien mengalami
pectoralis mayor, m. penurunan aktivitas
pectoralis minor, dan m. kemampuan pasien
kerja sebagai ibu rumah untuk berinteraksi
sternocleidomastoideus dextra tangga dan mudah merasa atau bersosialisasi dengan
2. Adanya penurunan ekspansi lelah saat beraktivitas masyarakat juga akan
sangkar thorak berkurang
3. Adanya nyeri pada perut
kanan atas
I. Tujuan Fisioterapi
1. Tujuan jangka pendek
Mengurangi spasme otot bantu pernapasan
Meningkatkan eskpani sangkar thoraks
Menurunkan nyeri perut
2. Tujuan jangka panjang
Memperbaiki, meningkatkan dan memelihara aktivitas fisik dan
fungsional pasien.
18
J. Rencana dan program Intervensi Fisioterapi
19
pernafasan yaitu m. pectoralis mayor, m. pectoralis minor, dan
m.sternocleidomastoideus sinistra dengan dilakukan sekurang-kurangnya 6
detik. Untuk pengulangan dan intesitas disesuaikan dengan kondisi pasien dan
tujuan dari terapi itu sendiri. Pada pasein ini pengulangan dilakukan 5 sampai
10 kali (Kisner, 1996)
K. Evaluasi Fisioterapi
L. Edukasi
Pasien dianjurkan untuk melakukan latihan pernapasan perut yang
pernapasan perut
20
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
https://docplayer.info/61010274-Laporan-pendahuluan-kasus-efusi-pleura.html
https://www.academia.edu/31825540/MAKALAH_PRESENTASI_KASUS_EFUSI_
PLEURA_Disusun_oleh
https://docplayer.info/47059463-Penatalaksanaan-fisioterapi-pada-efusi-pleura-di-
rsu-pku-muhammadiyah-yogyakarta.html
21