Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari pengkajian
kegawatdaruratan
2. Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pengkajian keperawatan
kegawatdaruratan
3. Mahasiswa mampu mengetahui teknik pengkajian keperawatan
kegawatdaruratan
4. Mahasiswa mampu mengetahui pelaksanaan pengkajian keperawatan
kegawatdaruratan
5. Mahasiswa mampu menyusun instrumen prinsip pengkajian keperawatan
kegawatdaruratan
6. Mahasiswa mampu menyusun format pengkajian dari keperawatan
kegawatdaruratan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Breathing
Jalan nafas yang baik dan lancar belum tentu menjamin ventilasi
yang baik. Penyebab gangguan breathing : pleural effusion,
pneumothoraks, hemothoraks, traumatic wet lung syndrome .
Pertolongan untuk memperbaiki breathing :
1.tension pneumothorax:
- tusuk dengan jarum yang besar pada sela antar iga IV
- pemasangan chest tube pada sela antar iga IV
2. hemothorax dengan pemasangan chest tube
3. open pheunomothorax segera ditutup dengan kassacvasein
4. fail chest diberi analgetika
c. Circulation
Penyebab terbesar pasien yang mengalami shook dan berakhir
dengan kematian adalah kehilangan darah dalam jumlah yang
banyak, harus segera ditangani sebagai pasien hipovolemi sampai
bisa dibuktikan bahwa hipotensinya disebabkan oleh sebab yang
lainnya.
Penatalaksanaan hipovolemi :
Terapi resusitasi cairan yang agresif harus segera dimulai
begitu ada tanda dan gejala klinis adanya kehilangan darah mucul.
Untuk menilai apakah resusitasi cairan yang diberikan sudah cukup
atau belum: TTV, produksi urine, CVP.
d. Disability
Evaluasi secara cepat dilakukan dan dikerjakan pada tahap akhir
dan primary survey dengan menilai kesadaran dan pupil penderita.
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan
mengukur GCS. Adapun cara yang cukup jelasa dan cepat adalah:
A lert - berarti membuka mata spontan, fungsi motorik berbicara
danutuh, misalnya anggota badan bergerak.
V oice - merespon bila diajak bicara, misalnya bicara mendengus
atauaktual.
P ain - merespon rasa sakit, misalnya menggosok sternum.
U nresponsive - jika tidak ada respon terhadap rasa sakit, yaitu
tidak adagerakan mata, suara atau motorik.
e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari
semua cidera yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher
atau tulang belakang, maka imobilisasi in line harus dikerjakan.
Tingkat A V P/U
Kesadaran
Suhu <35 36-37 >38,5
Total
e. Interpretasi PEWS
Apabila kesembilan komponen tersebut sudah ditentukan masing-
masing scorenya maka dijumlahkan seluruhnya dengan rentang score
minimal 1 dan maksimal 26. Jika total score PEWS sudah ditentukan
maka perawat dapat menentukan kategori kegawatdaruratan anak dan
waktu monitoring anak dengan keterangan sebagai berikut :
1-2 : Skor normal (hijau), penilaian setiap 4 jam.
3 : Skor rendah (hijau), penilaian setiap 1-2 jam.
4 : Skor menengah (kuning) penilaian setiap 1 jam.
>5 : Skor tinggi (merah) penilaian setiap 30 menit.
Apabila total hasil penjumlahan dari score PEWS tersebut bernilai 1-2
dikategorikan kedalam area hijau yang dimotoring setiap 2-4 jam sekali
oleh perawat jaga untuk menilai semua perubahan yang dapat
meningkatkan frekuensi monitor untuk tindakan klinis yang tepat.
Apabila total hasil penjumlahan dari score PEWS tersebut bernilai 3
masih dikategorikan ke area hijau yang dimonitoring monima 1 jam
sekali oleh perawat jaga untuk melakukan monitoring ulang, sedangkan
total score 4-5 masuk ke kategori kuning yang dimonitoring setiap 30
menit sekali oleh perawat jaga yang harus melaporkan hasil monitoring
berulangnya kepada dokter jaga. Jika jumlah total scorenya bernilai 6
masuk ke area merah, maka dilakukan monitoring berlanjut yang
dilakukan oleh perawat jaga dan dokter jaga untuk melaporkan ke DPJP.
Sedangkan yang total score nya lebih dari 7 masuk ke area merah juga,
maka dilakukan monitoring berlanjut untuk melakukan panggilan darurat
supaya memanggil tim emergency jaga.