You are on page 1of 7

Jurnal Mekanikal, Vol. 8 No.

2: Juli 2017: 730-736 e-ISSN 2502-700X


p-ISSN 2086-3403

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB CACAT PENGELASAN PADA PIPA


(Study Kasus Pada Pipa Distribusi PDAM Kabupaten Kutai Barat)

Silvanus Parayu Prana Warman


Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Sendawar
Email : silvanus.parayu.pw@gmail.com

ABSTRACT : Analiysis of The Factors That Cause Weld Defects in The Pipe (Case
Study on The Distribution Pipes in PDAM (Water Company) of Kabupaten West
Kutai. The research have done in water distribution of PDAM’s Piping tracks in Kabupaten Kutai
Barat. The track start from WTP (water Treatment Plant) Royoq to Boster one (1) in Kampung
Sumberejo Kecamatan Melak Kabupaten Kutai west. The research staterd with an observation based
on the Welding Procedure Specification, followed by the factors which affect the quality of the
welding. It is an experimental research. The reseacher used Radiography test in the inspection to
gain the data.
The result of the observation showed the fact that there are some defects occured in the
process of welding during the inspections. The defects that appeared to be very vital in the PDAM
Pipes welding are : Clustered Porosity (42,3%), Incomplete Penetration (30,8%), Slag Inclusion
(23,1%) and Crack (3,8%). Based on the Pareto’s Diagram analysis the number one weld defects are
Clustered Porosity. It dominated with 42,3%. It is concluded that Clustered Porosity as the reference
of the main problem, and the location of the defects is in Cluster III. Whereas based on the Fish Bone
Diagram description, in the Clustered Porosity, the extension of the welding has a failed potensial. It
caused by the salute electrode, galvanic layers, humidity, enviropment factors and sulfur. While in
Incomplete Penetration it has the potential to caused crack, rust and internal erosion. Those
happened because of electrode factors, hem and root.
Keywords : Weld Defects, Test Radiography, Pareto’s Diagram and Fish Bone Diagram.

ABSTRAK : Analisis Faktor Penyebab Cacat Pengelasan Pada Pipa (Study Kasus
Pada Pipa Distribusi PDAM Kabupaten Kutai Barat) Penelitian ini dilakukan pada proyek
pemipaan jalur distribusi air PDAM Kabupaten Kutai Barat dari WTP Royoq Menuju Boster 1 yang
terletak pada kampung Sumberejo kecamatan Melak kabupaten kutai barat. Penelitian ini diawali
dengan melakukan pengamatan berdasarkan Welding Prosedure Specification serta brainstrooming
tentang faktor yang mempengaruhi kualitas Pengelasan. Penelitian ini termasuk penelitian
eksperimental, untuk memperoleh data pada saat inspeksi digunakan uji radiografi.
Hasil analsisi sehubungan dengan kenyataan cacat seringkali muncul karena adanya kesalahan
yang disebabkan oleh proses pengelasan yang muncul saat inspeksi dilakukan, yang tergolong dalam
jenis cacat yang paling vital dari hasil lasan pipa distribusi PDAM adalah Clustered Porosity (42,3%),
Incomplete Penetration (30,8%, Slag Inclusion (23,1%) dan Crack (3,8%). Sedangkan hasil analisis
diagram Pareto jenis cacat lasan yang menempati posisi pertama adalah jenis cacat lasan Clustered
Porosity, yang mendominasi 42.3% dari keseluruhan cacat lasan. Jadi clustered porosity menjadi
acuan masalah utama, dan selanjutnya lokasi cacat lasan yaitu pada Cluster III, sedangkan menurut
diagram Fish Bone menggambarkan bahwa pada Clustered Porosity sambungan las berpotensi gagal
terjadi disebabkan karena faktor salut elektroda, lapisan galvanis, kelembapan, faktor lingkungan dan
belerang. Sedangkan pada Incompleted Penetration berpotensi terjadi crack, karat serta erosi internal
disebabkan karena faktor elektroda, kampuh dan root.
Kata Kunci : Cacat lasan, Uji Radiografi, Diagram Pareto dan Diagram Fish Bone

PENDAHULUAN

Ervianto Sri Widharto, (2004) Dalam proses pengelasan yang muncul saat
kenyataan cacat seringkali muncul karena inspeksi dilakukan. Perusahaan pada
adanya kesalahan yang disebabkan oleh dasarnya telah menyediakan prosedur
730
Jurnal Mekanikal, Vol. 8 No.2: Juli 2017: 730-736 e-ISSN 2502-700X
p-ISSN 2086-3403

pengelasan yang dikenal dengan nama nikel yang memiliki ketahanan yang cukup
WPS (Welding Prodecure Specification). tinggi terharap tekanan.
Dimana didalamnya terdapat aturan-
aturan yang digunakan untuk standarisasi TINJAUAN PUSTAKA
pengelasan. WPS (Welding Prodecure Welding Procedure Spesification
Specification) berisi suhu maksimal,
kecepatan pengelasan, besar arus listrik Prosedur Pengelasan (WPS)
dan tegangan listrik yang digunakan, jenis adalah suatu perencanaan untuk
las, spesifikasi ketebalan bahan serta heat pelaksanaan pengelasan yang meliputi
input yang diijinkan. WPS (Welding cara pembuatan konstruksi pengelasan
Prodecure Specification).ini terbagi atas yang sesuai dengan rencana dan
berbagai macam jenis. Sehingga untuk spesifikasinya dengan menentukan
penggolongannya akan banyak sekali. semuahal yang diperlukan dalam
Selanjutnya,WPS (Welding Prodecure pelaksanaan tersebut.Karena itu mereka
Specification). ini sudah cukup mudah yang menentukan prosedure pengelasan
untuk dipahami dan dilaksanakan, tetapi harus mempunyai pengetahuan dalam
karena mental dari para welder maka hal pengetahuan bahan dan teknologi
perusahaan harus memberikan seorang pengelasan itu sendiri serta dapat
Welding Inspector (WI) untuk memantau menggunakan pengetahuan tersebut
kualitas dari hasil pengelasan. untuk effesiensi dari suatu aktivitas
Saat pengelasan tidak berjalan sesuai produksi.
dengan prosedur, maka produk akan Didalam pembuatan prosedure
mengalami cacat pengelasan. Material pengelasan (WPS) code atau Standard
A268 TP 410 . Kedua tipe cacat ini sangat yang lazim dipakai dinegara kita
rawan dan merupakan tanggung jawab adalah American Standard ( ASME,
seorang WI (Welding Inspector) untuk AWS dan API ). Selain American
menjaga guna meminimalisasi bahkan Standard design dan fabrikasi yang
menghilangi cacat, yaitu mulai dari sering kita jumpai adalah British
timbulnya cluster porosity yang Standard ( BS ), Germany Standard (
mengakibatkan adanya repair dimana hasil DIN ), Japanese Standard ( JIS ) dan
las harus kembali digerinda sedalam letak ISO.
cluster porosity berada dan di las kembali Akan tetapi hingga saat ini
bahkan kemungkinan terburuknya jika standard yang paling sering dijadikan
cacat terlalu parah, maka hasil las harus acuan untuk pembuatan prosedure
dipotong dan mengulang kembali dari pengelasan ASME Code Sect IX (Boiler,
awal. Pressure Vessel, Heat Exchanger,
Jika hal ini terjadi, maka kerugian Storage Tank), API Std 1104 (
besar akan dialami oleh perusahaan baik Pipeline ) dan AWS (Structure & Plat
oleh pemilik proyek, dalam hal ini pihak Form).
pelaksaan yakni PT. X. Adapun kerugian- Prosedure Pengelasan (WPS)
kerugian yang dialami antara lain proyek adalah Prosedur yang digunakan
akan terhambat dan biaya untuk sebagai acuan untuk melaksanakan
pekerjaan meningkat serta biaya produksi Proses pengelasan yang meliputi
menjadi mahal. rancangan rinci dari teknik pengelasan
Perlu diketahui juga bahwa material yang sesuai dengan spesifikasi yang
pipa A268 TP 410 adalah bahan yang ditentukan. Dalam hal ini prosedure
mahal yang digunakan untuk pengelasan merupakan langkah-langkah
pembangunan suatu instalasi pipa PDAM, pelaksanaan pengelasan untuk
bahan ini merupakan komposisi carbon, mendapatkan mutu pengelasan yang
mangan, pospor, sulfur, silicon, crom dan memenuhi syarat Dalam prosedur
Pengelasan (WPS) harus :ditampilkan
731
Jurnal Mekanikal, Vol. 8 No.2: Juli 2017: 730-736 e-ISSN 2502-700X
p-ISSN 2086-3403

variabel-variabel yang mempengaruhi 7. Pelindung cuaca kurang


kualitas hasil pengelasan berfungsi/ tidak ada
8. Salut elektroda terkupas
Uji Radiografi
Akibatnya:
Uji Radiografi merupakan salah 1. Memperlemah sambungan las
satu metode pengujian tak merusak 2. Berpotersi gagal
menggunakan sumber sinar X atau sinar
Gamma yang dipenetyrasikan ke benda uji
atau las-lasan untuk mendeteksi adanya Penanggulangan :
ketidaksempurnaan atau cacat pada benda Pada bagian yang cacat, dipotong
uji dan hasilnya direkam dalam bentuk dan diisi ulang dengan cara dan
bayangan pada media perekam. Media bahan las yang benar
perekam ini berupa film fotografi.

Film fotografi yang telah disinari sinar Incomplete Penetration


X ataupun sinar Gamma terlebih dahulu
dilakukan pemrosesan untuk mendapatkan
bayangan yang permanent. Radiasi yang
diteruskan ke benda uji atau las-lasan
hasilnya tergantung dari tebal benda uji
atau las-lasan serta jenis material yang
diuji (Ferrous atau Non Ferrous metal).
Kualitas film radiografi yang dihasilkan
tergantung dari jarak sumber radiasi ke
film dan jenis film yan digunakan serta
posisi film itu sendiri terhadap benda uji
las-lasan yang diperiksa. Gambar 2. Incomplete Penetration

Clustered Porosity Penyebab :


1. Root gap terlalu rapat
2. Posisi elektroda terlalu tinggi
3. Ampere root terlalu rendah
4. Diameter elektroda terlalu
besar
5. Root face terlalu lebar
6. Kampuh kotor
7. Kecepatan root pass terlalu
tinggi

Akibatnya :
Gambar 1. Cluster Porosity 1. Potensi crack
2. Potensi karat internal
Penyebab Cluster porosity : 3. Potensi erosi internal
1. Kondisi pengelasan lembab 4. Memperlemah sambungan
2. Kampuh las basah Penanggulangan :
3. Elektroda lembab 1. Sambungan yang cacat
4. Belerang dalam bahan induk dipotong, dibentuk gap yang
melebihi 0,05% baik dan dilas ulang yang benar
5. Lapisan galvanis langsung dilas 2. Periksa mesin las, jika rusak
tanpa digerinda terlebih dahulu diperbaiki dan dikalibrasi
6. Kolam las terhembus angin
732
Jurnal Mekanikal, Vol. 8 No.2: Juli 2017: 730-736 e-ISSN 2502-700X
p-ISSN 2086-3403

3. Peringatkan tukang las, jika unsur Ferrum menjadi Fe S di


kinerja tidak ada perbaikan, batas butir
diganti yang lebih baik 2. Persiapan penyambungan yang
buruk
Slag Inclusion 3. Masukan panas tidak seimbang
4. Tidak ada pemanasan awal dan
perlakkan panas yang lain

Akibatnya :
1. Fatal, seluruh sambungan yang
bercacat ditolak

Penanggulangan:
1. Diselidiki dulu penyebab
keretakan, setelah diketemukan
sebabnya baru diambil langkah
Gambar 3. Slag Inclusion perbaikannya (tidak boleh
langsung diperbaiki).
Penyebab :
Perbaikannya dengan
1. Juru las malas membersihkan
memotong seluruh sambungan
kerak
las yang cacat dan mengelas
2. Tidak ada alat pembersih kerak
ulang dengan cara dan bahan
yang memadai
yang tepat.
3. Ampere root terlalu rendah
Akibatnya : METODE PENELITIAN
1. Memperlemah sambungan
Bahan dan Alat
Penanggulangan :
1. Untuk konstruksi yang kritis,
Pada penelitian ini, material yang
tidak perlu diperbaiki
digunakan adalah pipa A268 TP 410
2. Untuk sambungan yang kritis,
dengan diameter 26 inchi dan tebal 22
daerah cacat dipotong,
mm, jenis sambungan singel V. Alat-alat
dibentuk gap yang baik dan
yang digunakan adalah 1 set alat uji
dilas lagi
radiografi dengan sumber radiasi Ir 192
Crack
atau Pesawat Sinar X dengan ukuran film
4 inchi x 15 inchi milik PT Lanay Jaya
Group.

Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis


penelitian Eksprimental. Untuk
memperoleh data yang diperlukan pada
penelitian ini peneliti ditunjuk oleh PT
Lanay Jaya Group sebagai Welding
Gambar 4. Crack Inspector pada Proyek Pemipaan Jalur
Distribusi air PDAM Kabupaten Kutai Barat
Penyebab : yaitu pemipaan dari WTP Royoq
1. Unsur belerang pada bahan las (Mahakam River) sampai pada Boster 1
tinggi yang bereaksi dengan untuk menginspeksi cacat lasan pada

733
Jurnal Mekanikal, Vol. 8 No.2: Juli 2017: 730-736 e-ISSN 2502-700X
p-ISSN 2086-3403

fabrikasi pipa A268 TP 410 diantaranya uji Diagram pareto menggambarkan jenis
radiografi. cacat lasan dan banyaknya cacat lasan
tiap jenis. Berikut disajikan diagram pareto
Metode Analisis jenis cacat lasan.

Pada penelitian ini menggunakan Pareto Chart of Masalah

diagram pareto dan fishbone. Pada 25 100

diagram pareto peneliti menganalisa jenis 20 80

Percent
Count
15 60
cacat lasan yang terjadi dari interpretasi 40
10
film uji radiografi. Selanjutnya fishbone 5 20
untuk mengetahui apa penyebab cacat 0 0
Masalah y n n r
sit he
lasan dan cara menanggulangi cacat lasan Po
ro tra
ti o
cl
us
io
Ot
ne In
ed Pe ag
hasil interpretasi film uji radiografi. us
te
r
pl
et
e Sl
Cl m
co
In
Count 11 8 6 1
Percent 42.3 30.8 23.1 3.8
Cum % 42.3 73.1 96.2 100.0
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menyajikan Gambar 5. Diagram Pareto Jenis Cacat Lasan
tentang hasil pengolahan data dan
Tabel 2. Prosentase Peringkat jenis cacat
pembahasan tentang cacat lasan.
Pengelasan

Prosentase
Diagram Pareto

Kumulatif
Peringkat Banyak
Berikut disajikan tabel jenis cacat No
Jenis Cacat Cacat
lasan.
Clustered
Tabel 1. Data Cacat Lasan pada Cluster 1
Porosity 11 42.3% 42.3%
Incomplete
Jenis Cacat Lasan 2
Penetration 8 30.8% 73.1%
Jumlah cacat

Jumlah Joint

Slag
Cluster

3
Crack

Porosity
Clustered

Penetration
Incomplete

Inclusion
Slag

Inclusion 6 23.1% 96.2%


No
4 Crack 1 3.8% 100.0%
Total 26 100.0%

1 Cluster I 0 3 3 3 9 23 Dari tabel dan gambar di atas terlihat


bahwa total cacat dari keempat jenis cacat
2 Cluster II 1 2 2 1 6 26 lasan adalah 26 joint. Berdasarkan
diagram Pareto dalam Gambar 5.1, jenis
3 Cluster III 0 6 3 2 11 28 cacat lasan yang menempati posisi
pertama adalah jenis cacat lasan Clustered
Total 1 11 8 6 26 77
Porosity, yang mendominasi 42.3% dari
Persentase keseluruhan cacat lasan. Jadi clustered
Cacat 1.30 14.29 10.39 7.79 33.77
Lasan(%) porosity harus dijadikan acuan masalah
utama. Posisi kedua adalah Incomplete
Alat statistik untuk mengendalikan Penetration sebesar 30.8%, Slag Inclusion
kualitas yang memiliki peran penting sebesar 23.1%, dan Crack 3.8%.
adalah Diagram Pareto. Tujuan Diagram
Pareto adalah membuat peringkat
masalah-masalah yang potensial untuk
diselesaikan. Diagram Pareto digunakan
untuk menentukan langkah yang harus
diambil sebagai upaya menyelesaikan
permasalahan.
734
Jurnal Mekanikal, Vol. 8 No.2: Juli 2017: 730-736 e-ISSN 2502-700X
p-ISSN 2086-3403

Diagram Sebab Akibat 3. Diagram sebab akibat untuk Slag


1. Diagram sebab akibat untuk Inclusion
Clustered Porosity

Gambar 8. Diagram Fish Bone Untuk Slag


Gambar 6. Diagram Fish Bone Untuk Inclusion
Clustered Porosity

Dari gambar di atas dapat dikatakan Dari gambar di atas dapat dikatakan
bahwa pada Clustered Porosity bahwa pada Slag Inclusion berpotensi
sambungan las berpotersi gagal terjadi memperlemah sambungan pengelasan.
disebabkan karena faktor salut elektroda,
lapisan galvanis, kelembapan, faktor
lingkungan dan belerang. 4. Diagram sebab akibat untuk Crack
2. Diagram sebab akibat untuk
Incompleted Penetration

Gambar 9. Diagram Fish Bone Untuk


Crack

Gambar 7. Diagram Fish Bone Untuk Dari gambar di atas dapat dikatakan
Incomplete Penetration bahwa pada Crack berpotensi fatal karena
sambungan las yang terjadi crack bersifat
Dari gambar di atas dapat dikatakan rapuh .
bahwa pada Incompleted Penetration
berpotensi terjadi crack, kerak serta erosi
internal disebabkan karena faktor KESIMPULAN
elektroda, kampuh dan root. Berdasarkan hasil analisis cacat lasan
pada pengelasan pipa distribusi air PDAM,
maka dapat disimpulkan :
1. Dalam kenyataan cacat seringkali
muncul karena adanya kesalahan yang
disebabkan oleh proses pengelasan
yang muncul saat inspeksi dilakukan,
yang tergolong dalam jenis cacat yang
735
Jurnal Mekanikal, Vol. 8 No.2: Juli 2017: 730-736 e-ISSN 2502-700X
p-ISSN 2086-3403

paling vital dari hasil lasan pipa A268 Sritomo Wignjosoebroto, 2006, ’Pengantar
TP 410. adalah Clustered Porosity Teknik dan Manajemen Industri’,
(42,3%), Incomplete Penetration Surabaya, Guna Widya.
(30,8%, Slag Inclusion (23,1%) dan
Crack (3,8%) Vincent Gaspersz, 2006, ’Total Quality
2. Menurut diagram Pareto jenis cacat Management (TQM) Untuk Praktisi
lasan yang menempati posisi pertama Bisnis dan Industri’, Jakarta, Gramedia
adalah jenis cacat lasan Clustered Pustaka Utama.
Porosity, yang mendominasi 42.3% dari
Nur Iriawan dan Septin Puji Astuti, 2006,
keseluruhan cacat lasan. Jadi clustered
’Mengelola Data Statistik dengan
porosity menjadi acuan masalah utama,
Mudah menggunakan Minitab 14’,
dan selanjutnya lokasi cacat lasan
Yogyakarta, Andi.
yaitu pada Cluster III, sedangkan
menurut diagram Fish Bone Ervianto Sri Widharto, 2004, ’Inspeksi
menggambarkan bahwa pada Clustered Teknik’, Jakarta, Pradnya Paramita
Porosity sambungan las berpotensi
gagal terjadi disebabkan karena faktor
salut elektroda, lapisan galvanis,
kelembapan, faktor lingkungan dan
belerang. Sedangkan pada Incompleted
Penetration berpotensi terjadi crack,
karak serta erosi internal disebabkan
karena faktor elektroda, kampuh dan
root.

DAFTAR PUSTAKA

Abrar Husen, 2009, ’Manajemen Proyek’,


Yogjakarta, Andi.

Barry R dan Jay Heizer, 2001, ’Prinsip-


Prinsip Manajemen Operasi’, Jakarta,
Salemba Empat.

Fandy T dan Anastasia Diana, 2003, ’Total


Quality Management’, Yogjakarta, Andi

I Nyoman Pujawan, 2005, ’Supply Chain


Management’, Surabaya, Guna Widya.

Janti G dan Nyoman S, 2000, ’Pengantar


Teknik dan Sistem Industri’, Surabaya,
Guna Widya.

Romeu R. Da Silva; Luiz P. Caloba; Marcio


HS; Joao MA., 2004, ‘Pattern
recognition of Weld Defects Detected
By Radiographic test’ NDT & E
International, Volume 37, Issue 6, pp
461-470.

736

You might also like