Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
sektor, salah satunya yaitu sektor industri. Menurut undang-undang No. 3 tahun
2014 tentang Perindustrian, industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang
sampai saat ini masih tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah
pembuangan sampah. Sampah – sampah diangkut oleh truk khusus dan dibuang
atau ditumpuk begitu saja ditempat yang sudah disediakan tanpa dilakukan
lingkungan sekitar dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah yang membusuk
peran serta industri guna penguatan peran serta industri dan kondusifitas iklim
usaha dalam negeri. Disisi lain dikarenakan sektor industri adalah sebuah kegiatan
usaha maka akan menghasilkan sampah dari aktivitas yang terjadi dalam industri
tersebut seperti dari sumber alam (guguran dedaunan, ranting tanaman yang
terdapat di taman di kawasan industri), aktivitas pekerja (sisa makanan dan
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga saat ini perlu adanya perubahan paradigma yang mendasar dalam
definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari – hari manusia dan atau poses alam
yang berbentuk padat. Pada dasarnya, sampah dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah
sampah yang mudah membusuk dan dapat diolah langsung menjadi kompos.
Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang tidak mudah membusuk dan
lainnya. Sampah – sampah tersebut apabila tidak dikelola dengan baik akan
terjadinya pencemaran lingkungan akibat zat – zat yang terkandung dalam sampah
negatif tersebut tidak terjadi dan kelestarian fungsi lingkungan hidup tetap terjaga.
Menurut UU No. 18 tahun 2008 pasal 1 ayat 5 pengelolaan sampah adalah
pengolahan akhir sampah dengan prinsip tidak menimbulkan dampak negatif dan
dibidang pengolahan air minum dalam kemasan. PT. Aqua Golden Mississipi.Tbk
secara resmi didirikan pada tahun 1994 berlokasi di Jl.Raya Siliwangi No 70 Desa
PT Aqua Golden Mississpi.Tbk adalah 58.455 m2, dimana 70% dari total luas
lahan tersebut merupakan lahan terbuka hijau. Jumlah tenaga kerja pada tahun
2018 di PT. Aqua Golden Mississipi.Tbk berjumlah 1137 orang, terdiri dari
orang dan karyawan laki-laki 1039 orang. Kepemilikan modal seluruhnya (100%)
Mississipi).
dua jenis berdasarkan sumbernya yaitu sampah produksi dan sampah non
produksi. Sampah produksi yang dihasilkan berupa Plastik sisa dari prodoksi
kemasan air minum, Sampah non produksi yang dihasilkan terdiri dari sampah
kantor, sampah kantin, dan sampah taman. Sampah kantor berupa kertas dan
plastik. Sampah kantin berupa plastik, sisa makanan, dan sayuran. Sampah taman
pengolahan, sampah yang dihasilkan diangkut oleh pihak ke tiga yaitu CV Maju
Jaya. Namun tidak seluruhnya sampah diangkut secara langsung oleh pihak ketiga
vektor seperti lalat, dan akan memberikan dampak yang negatif bagi kehidupan
sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib
menjadi dua yaitu secara aerob dan anaerob. Metode yang cukup efektif untuk
pengomposan yaitu dengan metode aerob. Metode ini mempunyai biaya yang
relatif murah dan proses penerapan yang mudah. Namun, pada proses
efisien. Akan tetapi, terdapat cara untuk mempercepat proses pengomposan yaitu
Aktivator terdiri atas dua kategori, yaitu aktivator abiotik dan aktivator
biotik (bioaktivator) (Untung, 2014). Aktivator abiotik dapat berupa bahan kimia
yang mengandung selulosa (Untung, 2014). Salah satu bioaktivator yang mudah
dilingkungan sekitar dan mudah diperoleh. Salah satu bahan baku utama
2016). Sumber bakteri dapat diperoleh dari nasi yang telah telah basi. Jenis
mikroba yang terkandung dalam MOL nasi basi adalah Sachharomyces cerevicia
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Royaeni, dkk (2014) lama
gram sampah.
organik belum berjalan sesuai dengan yang seharusnya, untuk itu dalam
(MOL) Pepaya dan tapai Ketan. Maka peneliti akan mengangkat judul “Perbedaan
Lokal (MOL) Pepaya dan Tapai ketan sebagai bioaktivator terhadap lama waktu
Golden Misissipi.Tbk.
organik
sisa bahan makan dan sisa makanan. Lingkup penelitian ini adalah mengetahui
Perbedaan Mikroorganisme Lokal (MOL) Pepaya dan Tapai Ketan dalam proses
mempercepat pengkomposan.
ilmu terkait lainnya yang telah didapat dan menambah wawasan serta pengalaman
baik untuk bahan bacaan maupun memberikan referensi untuk mahasiswa yang
sampah organik.
Misissipi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampah
sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari –hari manusia dan/atau proses alam
WHO, sampah adalah sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan
membuat batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun alam yang belum memilikinilai ekonomis (Tim penulis
Alex (2012:3) sampah merupakan “sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh
adalah “ barang yang tidak berharga, tidak memiliki nilai ekonomis, tidak berguna
Menurut Soemirat Slamet (2004), sampah adalah segala sesuatu yang tidak
lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ada yang mudah
membusuk dan ada pula yang tidak mudah membusuk. Sampah yang mudah
membusuk terdiri dari zat – zat organik seperti sayuran, sisa daging, daun, dan
lain sebagainya, sedangkan yang tidak mudah membusuk berupa plastik, kertas,
Pengolahan tersebut dapat dilakukan oleh setiap orang pada sumbernya, pengelola
yakni : sampah berbentuk padat, sampah berbentuk cair, dan sampah dalam
bentuk gas (fume, smoke). Akan tetapi seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa
1. Sampah Organik
dipakai, dikelola dan dimanfaatkan dengan prosedur yang benar. Sampah ini
merupakan sampah yang mudah membusuk seperti sisa daging, sisa sayuran,
bahan non hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi
pengolahan bahan tambang. Sampah ini merupakan sampah yang tidak
mudah membusuk seperti kertas, plastik, logam, karet, abu gelas, bahan
bangunan bekas dan lainnya. Menurut Gelbert (1996) sampah jenis ini pada
tingkat rumah tangga misalnya plastik, botol minuman mineral, besi, kaca
Pada sampah berbahaya beracun (B₃), sampah initerjadi dari zat kimia
organik dan nonorganik serta logam – logam berat, yang umumnya berasal
dengan sampah organik maupun anorganik. Biasanya ada badan khusus yang
mudah membusuk.
2. Sampah kering (Rubbish) adalah sampah yang dapat terbakar dan tidak
3. Abu (Ashes) adalah sampah yang berasal dari sisa pembakaran dari zat
industri.
4. Sampah jalanan (street Sweefing) adalah sampah yang berasal dari
dengan tenaga mesin yang terdiri dari sampah kertas, sampah daun dan
lain – lain.
sampah biologis yang berasal dari bangkai binatang yang mati karena
campuran yang terdiri dari rubish, garbage, ashes yang berasal dari
perumahan.
(rahman,2009).
(Notoadmojo:2003)
khusus misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif dan lain –lain
komponen yang terdapat pada sampah dan distribusinya. Data ini penting untuk
atau % volume dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca, kain, makanan,
sampah organik (sisa makanan dan lain – lain) . dan semakin besar seta bergam
aktivitas suatu kota, semakin kecil proporsi sampah yang berasal dari kegiatan
rumah tangga.
(Tchobanoglous,1993):
terbentuk. Sampah kertas dan sampah kering lainnya akan tetap bertambah,
produksi sampah kering deperti kertas, plastik dan kaleng cenderung tinggi,
sedangkan sampah makanannya lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh pola
cukup tinggi.
komposisi sampah.
2.1.5 TimbulanSampah
Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan
dari jenis sumber sampah diwilayah tertentu persatuan waktu m³/h (Departemen
Pu,2004). Timbulan sampah adalah sampah yang dihasilkan dari sumber sampah
material dan fasilitas lokasi pembuangan akhir (LPA) sampah. Menurut SNI 19-
1. Satuan timbulan sampah kota sedang 2,75 – 3,25 L/orang/hari atau 0,070 –
0,080 kg/org/hari.
2. Satuan Timbulan sampah kota kecil = 2,5 – 2,75 L/orang/hari atau 0,625 –
0,70 kg/orang/hari
Keterangan :
perunit bangunan dan sebagainya. Rata – rata timbulan sampah tidak akan sama
antara satu darah dengan daerah lainnya, atau suatu negara dengan negara lainnya.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain (Damanhuri dan Padmi, 2004)
2. Tingkat Hidup
3. Perbedaan Musim
5. Iklim
2.1.6 SumberSampah
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah
tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti: sisa-sisa makanan baik yang
hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa:
plastik, karbon klip-klip, dan sebagaimana umunya sampah ini bersifat kering
6. Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdapat kertas,
Sampah ini berasal dari kawasan industri, dan segala sampah yang berasal
Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami,
sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah dan
sebagainya.
Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari
jenis usaha pertambangan itu sendiri misalnya: batu-batuan, tanah, pasir, sisa-
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa: kotoran-
pembuanganakhir
Pada dasarnya sampah itu tidak diproduksi, tetai ditimbulkan. Oleh karena itu
dengan studi. Tetapi untuk keperluan praktis, telah ditetapkan suatu standar
dibuang atau tidak dibutuhkan, sering kali masih memiliki nilai ekonomis.
tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya, antara lain meliputi pemilahan
(sorting), pemanfaatan kembali (reuse), dan daur ulang recycle). Tujuan
1. Pengumpulan(Collecting)
2. Pengangkutan(Transfer/transport)
3. Pengolahan(Treatment)
dipergunakan. Output dari proses ini adalah kompos dan gas bio.
baik energy panas maupun energi listrik. Metode ini telah banyak
dikembangkan di negara-negaramaju.
4. Pembuangan Akhir
dumping, yaitu sampah yang ada hanya ditempatkan begitu saja hingga
2.2 Kompos
Kompos merupakan istilah untuk salah satu pupuk organik buatan manusia
yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa bahan organik (tanaman maupun
dapat dipercepat proses pembuatannya, yaitu hanya dalam jangka waktu 30-90
hari. Waktu ini melebihi kecepatan terbentuknya humus secara alami. Oleh
pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dan lain-lain.
Dalam hal ini, yang mendapat perhatian adalah bahwa pembuatan kompos
antara lain: rasio C/N, ukuran partikel yang dikomposisi, aerasi, porositas,
Salah satu bentuk pengolahan sampah pada skala rumah tangga adalah
dua, yaitu mikroorganisme yang bekerja pada kadar oksigen rendah (anaerob)
dan mikroorganisme yang bekerja pada kadar oksigen tinggi (aerob). Meskipun
terkendali secara biologis terhadap limbah organik dalam kondisi aerob (terdapat
oksigen) atau anaerob (tanpa oksigen). Dalam proses pengomposan secara aerob
banyak koloni bakteri yang berperan dan ditandai dengan adanya perubahan
adalah CO2, air, dan panas. Sedangkan dalam proses pengomposan secara
anaerob akan menghasilkan metan, CO2, alkohol dan senyawa lain seperti asam
karena membutuhkan oksigen. Dalam hal ini, udara bebas harus bersentuhan
terhadap kadar air, suhu, pH, kelembaban, ukuran bahan, volume tumpukan
ini merupakan ciri khas proses pengomposan secara aerob. Oleh karena itu,
dalam air, kompos yang sudah matang tidak akan larut. suhunya normal dan
cenderung konstan (tetap). Apabila bentuknya sudah seperti ini maka kompos
(Simamora,2006).
Nilai C/N merupakan hasil perbandingan antara karbon (C) dan kadar
besar bahan karbon (C) serta nitrogen (N) dalam jumlah kecil. Pembuatan
kompos yang optimal membutuhkan rasio C/N 25:1 sampai dengan 30:1.
Sebagai contoh, limbah rumah tangga padat (sampah) organik yang tercampur
mempunyai rata-rata kandungan rasio C/N sekitar 15:1 sehingga perlu adanya
25:1 hingga 30: 1. Kisaran nilai rasio C/N 25:1 hingga 30:1 merupakan nilai
perbandingan unsur C/N yang terbaik agar bakteri dapat bekerja sangat cepat.
hilang atau turun dan senyawa nitrogen yang larut (amonia) akan meningkat.
Dengan demikian, C/N semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/Ntanah.
2. Ukuran Bahan
Aktivitas mahlukhidup pengurai dalam proses pengolahan kompos
juga dipengaruhi oleh ukuran bahan. Semakin kecil ukuran bahan baku
menjadi ukuran lebih kecil, yaitu 3-5 cm untuk bahan yang tidak keras.
Akan tetapi, bila kadar air lebih dari 60%, akan menyebabkan kondisinya
busuk. Agar tidak kekurangan oksigen, biasanya tumpukan bahan dibalik atau
4. Porositas
total. Rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplai oksigen
untuk proses pengomposan. Apabila rongga di penuhi oleh air, maka pasokan
5. Suhu Temperatur
kompos. Suhu kompos organik dapat dijaga agar tetap stabil dengan cara
mengatur kadar air, suhu yang terlalu rendah dapat disebabkan bahan yang
dapat diatasi dengan cara bahan kompos disiram dengan air hingga mencapai
kadar air yang optimal. Demikian pula, jika kondisi suhu bahan terlalu tinggi,
tidak baik bagi proses pengomposan. Kondisi suhu yang tertinggi dapat
mencapai80°C.
bahan. Bakteri yang bekerja pada suhu ini biasanya hanya bakteri termofilik,
yaitu bakteri yang tahan terhadap suhu tinggi. apabila hal ini terjadi maka
kecil atau kebun sendiri di rumah tidak terlalu berisiko apabila suhu
dibutuhkan pH netral yaitu diantara 6-8,5. Jika kondisi asam dapat diatasi
dengan pemberian kapur, namun sebenarnya degan cara memantau suhu dan
membolak- balikkan bahan kompos secara tepat dan benar sudah dapat
meterelektronik.
7. Kelembaban
organik larut dalam air. Kelembaban 40-60% adalah kisaran optimum untuk
akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%.
Apabila kelembaban lebih besar dari 60% hara akan tercuci, volume udara
berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan tetap terjadi
fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tak sedap cara mengatasi hal
tersebut dapat menambahkan daun kering atau serbuk gergaji (Sudradjat, 2006
dan Habibi,2008).
adanya udara atau oksigen sedikit pun. Oleh karena itu pada pelaksanaanya
biaya awal untuk membuat bak fermentasi lebih rumit dan lebih mahal
CO2, asam asetat, asam propionat, asam butirat, dan asam laktat, etanol, metanol
dan hasil samping berupa lumpur. Lumpur inilah yang akan dijadikan sebagai
menyerupai abu rokok, berstruktur remah, dan memiliki daya serap yang tinggi.
kompos anaerob ini dapat diberikan pada tanaman dalam kondisi basah atau
kering (Yuwono,2005).
1) Rasio C/N
25:1 hingga 30:1. Semakin tinggi rasio C/N, proses pembusukan semakin cepat,
dan kandungan N dalam lumpur semakin tinggi. Sebaliknya, apabila rasio C/N
C/N pada pengomposan secara aerob dapat diterapkan juga pada pengomposan
secaraanaerob.
2) Ukuran Bahan
lumpur. Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses penguraian yang dilakukan
3) Kadar Air
sekitar 50% keatas. Kadar air yang banyak pada proses pengomposan secara
Secara fisik, kadar air dapat memudahkan proses penghancuran bahan organik
5) Suhu Temperatur
suhu yang ekstrim yaitu 5-75°C. Aktivitas mikrobanya meningkat seiring dengan
meningkatnya suhu. Namun, umumnya bakteri aktif pada selang suhu mesofilik
yaitu antara 30-35°C sebagian lagi aktif pada suhu termofilik 50-55°C. Suhu
paling baik (optimal) yang dibutuhkan yaitu antara 50-60°C suhu optimal
yang terkena sinar matahari secara langsung untuk menaikkan suhu, maka gas
metan yang dihasilkan juga akan semakin tinggi dan proses pembusukan akan
Pengomposan alami akan memakan waktu yang relatif lama, yaitu bekisar
antara 2-3 bulan bahkan 6-12 bulan. Hal tersebut disebabkan oleh karena
kesuburan tanah dan tanaman. EM bukan pupuk tetapi merupakan bahan yang
pemanfaatan zat-zat makanan karena bakteri yang terdapat dalam EM4 dapat
Nurhayati,2016
Efektif Mikroorganisme asli yang tidak langsung diaplikasikan pada media. Hal
(dorman) sehingga tidak akan memberikan pengaruh yang nyata. Untuk itu, EM
asli perlu dilarutkan menjadi EM aktif apabila ingin digunakan (Suryati, 2014).
2. MikroorganismeLokal (MOL)
Bioaktivator yang dibuat sendiri atau mikro organisme lokal (MOL), yaitu
pembuatan pupuk organik. Berdasarkan bahannya, ada dua MOL yang bisa
dibuat, yaitu MOL tapai dan MOL nasi basi serta berbagai MOL berbahan
lainnya (Setiawan, 2012). Kandungan yang ada di MOL tapai yaitu Rhizobiumsp,
Azosprillium sp, Azobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp, dan Bakteri pelarut
phosfat.
Bioaktivator dapat dibuat dengan mudah dan murah. Sisa bahan yang tidak dapat
bioaktivator seperti nasi yang telah difermentasi. Nasi yang telah difermentasi
Makanan tersebut adalah gula, penggunaan gula tergantung pada jumlah MOL
yang dibuat. Proses fregmentasi MOL terjadi dalam kondisi anaerob atau
MOL sekitar lima hari sampai tiga minggu tergantung pada bahan yang
nitrogen dan karbon dari bahan organik. Mikroba perombak bahan organik terdiri
yang terkandung dalam MOL nasi adalah Schharomyces cerevia dan Aspergillus
1) Kualitas LarutanMOL
ukuran tertentu. Faktor-faktor yang menentukan kualitas larutan MOL antara lain
media fermentasi, kadar bahan baku atau substrat, bentuk dan sifat
2) Fungsi MikroorganismeLokal
juga sering disebut pupuk cair (POC) memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
1. Membantu menyuburkantanah
Sama seperti penggunaan pupuk kompos, MOL juga memiliki fungsi sebagai
2. Mempercepat prosespengomposan
Fungsi dari penggunaan MOL yaitu dapat memepercepat proses penguraian
kompos. Kandungan bakteri yang tinggi dalam MOL membuat cairan ini
Fungsi lain yang tidak kalah penting dari pupuk MOL yaitu pada
betul”. Karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar
eksperimental ada dua bentuk desain True eksperimental yaitu: Posttest only
control Desaign danPretest Postest Control Grup Desaign” dalam hal ini
Sumber Sampah
Jenis Sampah
Anorganik Organik B₃
Pengolahan
Aerob Anaerob
Bioaktivator
Lama Waktu
Pembuatan
Kompos
Pada Gambar diatas dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini terdapat
kompos pada setiap pelaksanaan perlakuan. Dimana suhu kompos yang baik
untuk proses pematangan kompos yaitu 30°𝐶 - 60°C . jika suhu kompos
artian proses pengomposan gagal, dan jika suhu mencapai lebih dai 60°C
maka harus distabilkan lagi. Suhu pengomposan dijaga agar stabil dengan
sampah organik masih mengeluarkan air berarti kadar airnya masih tinggi
abu dapur untuk menikkan pH kompos. jika pH terlalu tinggi maka dapat
balikan komposter.
terlebih dahulu terhadap bahan – bahan yang akan digunakan untuk proses
yang sama pada setiap perlakuan dan pengulangan, yaitu 3kg sampah
organik.
7. C/N rasio kompos dapat dikendalikan dengan cara pemilihan antara sampah
3.1.5 Hipotesis
Untuk mendapatkan penafsiran yang sama dalam penelitian ini, maka perlu
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sampah organik yang berada
(Sugiyono, 2016).
sebagai berikut :
10% = x 20 kg = 2 kg
20% = x 20 kg = 4 kg=
dalam rentang angka tersebut yaitu sebesar 3 kg sampah organic untuk satu kali
pengulangan.
t (r - 1) ≥ 15
Keterangan :
MOL
Maka = t (r - 1) ≥15
= 2 (r - 1) ≥ 15
= 2r – 2 ≥ 15
= 2r ≥ 17
= r ≥ 8,5
=r≥9
Setiap satu kali pengulangan terdiri dari 2 (dua) perlakuan dan setiap perlakuan
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan, pengukuran
warna kompos, tekstur kompos dan bau kompos, serta lama hari pengomposan.
Pengumpulan data yang diperoleh dari studi pustaka yang berasal dari
buku – buku atau literatur, jurnal ilmiah dan artikel ilmiah yang menunjang
penelitian ini.
pengomposan.
proses pengomposan.
pengomposan.
1. Observasi
2. Pengukuran
kompos.
3. Pemeriksaan Lab
1) Pemeriksaan C-organik
masukkan ke dalam labu takar volume 100ml. H₂SO₄pa 98%, kocok lagi biarkan
5000ppm C ke dalam labu ukur volume 100 ml, tambahkan H₂SO₄pa 7 ml dan 5
yang digunakan sebagi standar 0ppm C. Masing – masing diencerkan dengan air
bebas ion dan setelah dinginvolume ditepatkan hingga tanda tera 100ml, kocok
bulak balik hingga homogen dan biarkan semalam. Esoknya diukur dengan
2) Pemeriksaan N-total
H₂SO₄ pa, kocok hingga campuran merata dan biarkan 2-3 jam supaya diperarang.
Didestruksi sampai sempurna dengan suhu bertahap dari 150 °C hingga akhirnya
suhu maksimal 350°C dan diperoleh cairan jernih (3-3,5jam). Setelah dingin
diencerkan dengan sedikit aqua des agar tidak mengkristal. Pindahkan larutan
secara kuantitatif ke dalam labu didih destilator volume 250ml, tambahkan air
bebas ion hingga setengah volume labu didih dan sedikit batu didih. Siapkan
penampung destilat yaitu 10ml asam borat 1% dalam erlenmeyer volume 100ml
volume cairan dalam erlenmeyer sudah mencapai sekitar 75ml. Destilat dititrasi
dengan H₂SO₄ 0,05N, hingga titik akhir ( warna larutan berubah dari hijau
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Ember
2. Alat bor
3. Paku
4. Penggaris
5. Las
6. Lem
7. Pipa
8. Palu
2. Melubangi setiap bagian ember dan pipa dengan jarak yang telah
ditentukan.
Bahan
1. Tumbuk buah pepaya busuk sampai halus sebanyak 1kg, lalu masukkan
dalam ember
2. Iris gula merah ½kg tipis – tipis, kemudian aduk dengan 1L air cucian
6. Setelah tercium bau tape atau permen, MOL sudah bisa digunakan.
7) Setelah 5 hari dan kalo dicium akan berbau wangi alkohol maka Mol
3.2.5.3 Pengambilandata
agar kadar air di dalam sampah organik tersebut tidak terlalu banyak.
4. Timbang 3kg sampah organik yang telah dicacah yang terdiri dari
sampah daun
5. Siapkan komposter yang telah dibuat
homogen.
8. Tempatkan di tempat yang tidak terkena air hujan dan jauhkan dari
serta bau (aroma) kompos tersebut setisp hari hingga kompos benar-
benar matang (suhu sesuai dengan suhu air tanah, pH netral, berwarna
10. Setelah suhu kompos 29°C lakukan pemeriksaan lab dengan maksud
suhu kompos sudah sama seperti suhu lingkungan (28°C s/d 29°C)
kompos.
analisis data merupakan salah satu langkah yang penting. Adapun mengenai
pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengolahan data
1) Editing
yang telah dikumpulkan, yairu berupa data hasil pengamatan dari warna
2) Coding
Coding adalah merubah data dalam bentuk huruf menjadi dalam bentuk
angka. Data yang dimaksud adalah data berbagai bioaktivator yaitu MOL
3) Entry Data
Entry data adalah memproses data sehingga data siap untuk dilakukan
analisis/ data yang dianalisis pada penelitian ini adalah data lama waktu
4) Clening
1. Analisis Univariat
varian dan inter kuartil range). Analisis Univariat pada penelitian ini
2. Analisis Bivariat
berhubungan.
1) Uji Normalitas
2) Uji T - Dependent
mann whitney.
Industri air minum ini lahir atas ide Bapak Tirto Utomo, sebagai produser
pelopor air minum dalam kemasan di Indonesia pada tahun 1973. Beliau
1973, kegiatan fisik perusahaan dimulai pada bulan Agustus 1973, ditandai
Pada tahun 1998, AQUA (yang berada dibawah naungan PT. Tirta
dalam kemasan terbesar didunia dan ahli dalam nutisi. Langkah ini
makanan dan minuman asal Perancis, grup Danone, hasil dari penggabungan
PT AQUA Golden Mississipi dengan DANONE.
1m liter per tahun. Sehingga sampai saat ini aqua danone sudah memiliki 22
Plant produksi yang tesebar di pulau sumatera, jawa bali, sulawesi dan sampai
4.1.2.1 Visi
4.1.2.2 Misi
1. Safety
2. Quality
Mencapai kualitas terbaik disetiap tahapan proses melalui peran aktif setiap
pemangku kepentingan
3. Cost
4. Delivery
Mencapai PSL 100% dengan pelayanan dan penyediaan produk yang sesuai
harapan pelanggan
5. Motivitation
6. Environment
berkesinambungan
4.1.3 Kebijakan
Selain memiliki Visi dan Misi yang harus dilaksanakan pada 5 tahun ke
Golden Mississipi:
karyawan.
terus menerus.
bersifat dinamis karena didorong faktor internal dan eksternal dengan tujuan
memberikan gambaran yang jelas mengenai tugas dan fungsi dari masing-
masing divisi yang ada. Adapun bagan struktur organisai PT.Aqua Golden
Manufacturing Manager
masing.
PT. Aqua Golden Mississipi dibagi bedasarkan jenis kelamin yang tertera
dibawah ini :
Golden Mississipi sebanyak 1039 orang, atau sebesar 91,38% lebih banyak
Golden Mississipi terdiri dalam 2 kelompom yaitu sistem non shift dan
sistem shift.
Sistem Non shift berlaku bagi karyawan dibagian office atau bagian staf
2. Sistem Shift
administrasi kantor. Sistem ini dibagi dalam 3 shift dengan jam kerja
sebagai berikut:
PT. Aqua Golden Mississipi berdiri diatas lahan dengan luas tanah sebesar
58,455m², dan bangunan 26,224m² didirikan pada bulan november tahun
1994
ayat 1 definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari – hari manusia dan atau
poses alam yang berbentuk padat. Pada dasarnya, sampah dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah
organik adalah sampah yang mudah membusuk dan dapat diolah langsung
Aqua Golden Mississipi adalah sampah yang berasal dari dapur, pantry dan
Golden Mississipi.tbk
Tabel 4. 2
Tahun 2019
mei 2019, diperoleh data yang terdiri dari data hasil pengukuran suhu
serta hasil pengamatan perubahan warna kompos, tekstur kompos dan bau
kompos.
MOL Pepaya, MOL Tape Ketan dan kontrol. Data Hasil pengukuran Suhu
Tabel 4.5
dengan menggunakan MOL Tape ketan dengan lama waktu 13 hari berkisar
antara 29°C-40°C, dan proses pengomposan pada kontrol dengan lama waktu
Tabel 4.6
dengan menggunakan MOL Tape ketan dengan lama waktu 13 hari berkisar
antara 42%-53%, dan proses pengomposan pada kontrol dengan lama waktu
Tape ketan dan kontrol. Data hasil pengukuran pH pengomposan dapat dilihat
Tabel 4.6
menggunakan MOL Tape ketan dengan lama waktu 13 hari berkisar antara,
6,0-7,0 dan proses pengomposan pada kontrol dengan lama waktu
menggunakan MOL pepaya, MOL Tape ketan dan kontrol. Data hasil
Tabel 4.6
(1) Coklat
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa warna pada proses pengomposan
waktu 13 hari yaitu berwarna coklat kehitaman, dan proses perubahan warna
pada proses pengomposan pada kontrol dengan lama waktu pengomposan
menggunakan MOL pepaya, MOL Tape ketan dan kontrol. Data hasil
dibawah ini :
Tabel 4.7
(2) Lunak
waktu 13 hari yaitu berstektur agak lunak, dan proses perubahan tekstur pada
proses pengomposan pada kontrol dengan lama waktu pengomposan selama
menggunakan MOL pepaya, MOL Tape ketan dan kontrol. Data hasil
pengamatan bau (aroma) pada proses pengomposan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4.8
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa bau (aroma) pada proses
proses pengomposan 13hari yaitu berbau bahan dasar mulai hilang, Proses
kompos yang menggunakan MOL pepaya, MOL Tape ketan dan kontrol.
Data hasil pengamatan lama waktu pada proses pengomposan dapat dilihat
Tabel 4.8
waktu 13 hari juga belum bisa terlihat karena belum terbentuknya kompos,
dan proses lama waktu terbentuknya kompos pada kontrol dengan lama
waktu pengomposan selama 13 belum dapat terlihat karena kompos belum
terbentuk.
Analisis univariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rata-
rata (mean), Standar Deviasi (SD), serta nilai maximum dan minimum dari
4.5 Pembahasan
dekomposisi.
(MOL) Pepaya
waktu pemantauan selama 13 hari, suhu awal pengomposan 29°C, hal ini
bahan organik. Kemudian terjadi fase mesofilik yaitu kondisi yang memacu
peningkatan suhu sehingga mencapai 39°C hal ini menandakan bahwa mulai
sampai hari ke-13 mulai terjadi penurunan suhu sampai terendah 31°C, hal ini
lama waktu pemantauan selama 13 hari, suhu awal pengomposan 29°C, hal
terjadi peningkatan suhu sehingga mencapai 40°C hal ini menandakan bahwa
atau disebut juga fase termofilik. Pada saat proses pengomposan hari ke -7
sampai hari ke-13 mulai terjadi penurunan suhu sampai terendah 29°C, hal ini
peningkatan suhu sehingga mencapai 39°C hal ini menandakan bahwa mulai
disebut juga fase termofilik. Pada saat proses pengomposan hari ke -12
sampai hari ke-13 mulai terjadi penurunan suhu sampai terendah 33°C, hal ini