You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses menjadi dewasa akan dilewati setiap anak dalam

pertumbuhannya, salah satunya menjadi seorang remaja (adolesens) yang

merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa (Batubara, 2010).

Masa ini merupakan masa yang paling indah dan penuh kenangan yang

tidak mungkin terlupakan, juga sering disertai oleh gejolak dan

permasalahan baik secara medis maupun psikososial (IDAI, 2010)

Salah satu komponen generasi muda, remaja akan mempunyai

peranan yang sangat besar dan menentukan masa depan bangsa. Remaja

sebagai penerus generasi bangsa harus memiliki daya saing yang baik

dengan masyarakat dunia (IDAI, 2010). United Nations Children’s Fund

(UNICEF)(2011) melaporkan bahwa terdapat 1,2 miliar remaja berusia 10-

19 tahun yang membentuk sekitar 16% populasi dunia. Mayoritas remaja

di dunia bermukim di negara-negara berkembang. Wilayah Asia Selatan

atau Asia Timur dan Pasifik menjadi penyumbang terbanyak populasi

remaja dunia dengan jumlah masing-masing sekitar 330 juta jiwa.

Proyeksi penduduk Indonesia berdasarkan kelompok umur ditahun 2017

terdapat 44.926.000 jiwa usia 10-19 tahun (BPS, 2013). Laporan Badan

Pusat Statistik Kota Kendari (2017) bahwa di tahun 2016 terdapat 71.903

jiwa usia 10-19 tahun.


Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena mereka masih

mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktifitas

fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga membutuhkan zat gizi

yang lebih banyak.Tumbuh yang berkembang cepat pada masa remaja

membutuhkan masukan energi, protein dan vitamin dalam jumlah yang

besar. Energi tersebut dibutuhkan sebagai sumber tenaga sel-sel tubuh

yang bekerja lebih keras untuk berkembang dan berubah cepat (Mitayani

dan Wiwi Sartika, 2010)

Mokoginta dkk (2016) didalam penelitiannya mengemukakan

bahwa remaja yang belum mencukupi kebutuhan energi sebesar 97,5%.

Sisanya 2,5% remaja memiliki tingkat kecukupan yang baik. Hal ini

menunjukkan bahwa asupan energi remaja di Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara sebagian besar masih belum tercukupi. Hasil ini

ditunjang oleh data survei tahun 2014 yang menunjukkan sebesar 18,68%

penduduk Indonesia berada pada tingkat sangat rawan pangan dimana

jumlah konsumsi penduduk adalah <70% AKG. Hasil riset kesehatan

dasar tahun 2013 juga menyebutkan bahwa sebanyak 54,5% remaja

mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan.

Tinggi badan dan menarche sering dipilih menjadi tolak ukur

tumbuh kembang remaja. Menarche yang merupakan salah satu

perkembangan reproduksi dipengaruhi status gizi. Status tinggi badan

yang pendek akan mempengaruhi perkembangan reproduksinya.

Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian tersebut diperoleh bahwa


remaja berstatus gizi stunting mengalami menarche lebih lambat dari

remaja yang berstatus gizi normal. Studi ini juga menggambarkan bahwa

perbedaan proporsii responden yang sudah menarche (baik status gizi

normal maupun pendek) mulai tampak pada usia 11 tahun. Responden

berstatus gizi normal mempunyai proporsi yang sudah menarche lebih

banyak, yaitu mencapai 16 persen, sedangkan yang status gizi pendek

hanya 5,2 persen. (Amaliah dkk, 2012)

Status sosial ekonomi keluarga mempunyai peran yang cukup

tinggi dalam hal percepatan umur menarche saat ini. Hal ini berhubungan

karena tingkat sosial ekonomi pada suatu keluarga akan mempengaruhi

kemampuan keluarga di dalam hal ketersediaan pangan rumah tangga yang

berdampak pada kecukupan gizi keluarga, terutama gizi anak perempuan

dalam keluarga yang dapat mempengaruhi usia menarche-nya. (Amaliah

dkk, 2012)

Pada penelitian lain ditemukan bahwa Rata-rata skor pengetahuan

gizi responden tergolong sedang dan rata-rata skor pengetahuan gizi

responden sekolah lebih tinggi dibanding putus sekolah. Rata-rata skor

sikap terhadap gizi responden tergolong baik dengan sikap positif terhadap

gizi lebih tinggi dibanding sikap negatif. Rata-rata skor sikap terhadap gizi

responden sekolah lebih tinggi dibanding putus sekolah. Rata-rata skor

praktek gizi responden tergolong sedang dan rata-rata skor praktek gizi

responden sekolah lebih tinggi dibanding putus sekolah. Hal ini


menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi gizi

seseorang (Emilia, 2009).

Selain itu ditemukan adanya fenomena yang sering muncul pada

remaja khususnya remaja putri yang sering merasa tidak nyaman dengan

perubahan yang terjadi pada tubuhnya, remaja putri seringkali kurang puas

dengan keadaan tubuhnya atau memiliki body image yang negatif karena

lemak tubuh mereka bertambah pada saat remaja (A. B. Haq dkk, 2014).

Hampir separuh remaja terutama remaja yang usianya lebih tua, tidak

sarapan dan sebagian besar tahu bahwa sarapan itu penting. Remaja putri

malah melewatkan dua kali waktu makan dan memilih kudapan yang

hampa kalori dan sedikit sekali zat gizi (Arisman, 2010). Hasil penelitian

lain mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara perilaku makan

dengan status gizi remaja (Widianti, 2012).

Berdasarkan hal yang dipaparkan tersebut, maka penulis ingin

melakukan penelitian tentang hubungan pola konsumsi dengan tumbuh

kembang pada remaja di Kota Kendari.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pola konsumsi pada remaja di Kota Kendari?

2. Bagaimana tumbuh kembang pada remaja di Kota Kendari?

3. Bagaimana hubungan pola konsumsi dengan tumbuh kembang remaja

di Kota Kendari?
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan

pola konsumsi dengan tumbuh kembang pada remaja di Kota Kendari

2. Tujuan Khusus

Adapun Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah :

a) Mengetahui pola konsumsi pada remaja di Kota Kendari

b) Mengetahui tumbuh kembang pada remaja di Kota Kendari

c) Menganalisis hubungan pola konsumsi dengan tumbuh kembang

remaja di Kota Kendari

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Metodologik

Diharapkan bisa sebagai bahan rujukan atau referensi bagi peneliti

dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

2. Manfaat Teoritis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

dan informasi kepada kita semua tentang hubungan pola konsumsi

dengan tumbuh kembang remaja di Kota Kendari sehingga

kedepannya penelitian ini bisa dipakai sebagai bahan rujukan dalam

melakukan perbaikan pola konsumsi yang berkaitan dengan tumbuh

kembang remaja.

3. Manfaat Aplikatif
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat pada

umumnya dan pemerintah Kota Kendari khususnya perhatian terhadap

tumbuh kembang remaja melalui perbaikan pola konsumsi yang

menyangkut gizi remaja.

You might also like