Professional Documents
Culture Documents
SETYO AJI
NIM : 170710101336
KELAS : KRIMINOLOGI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi maraknya cyber
crime yang dikhususkan pada kejahatan penipuan berbasis online, efektivitas penegakan hukum
dalam upaya penanggulangan tindak pidana cyber crime, dan kendala-kendala yang dihadapi
oleh aparat kepolisian dalam upaya penanggulangannya.
Cybercrime adalah tindak criminal yang dilakkukan dengan menggunakan teknologi
computer sebagai alat kejahatan utama. Cybercrime merupakan kejahatan yang memanfaatkan
perkembangan teknologi computer khusunya internet.Cybercrime didefinisikan sebagai
perbuatan melanggar hukum yang memanfaatkan teknologi computer yang berbasasis pada
kecanggihan perkembangan teknologi internet. Cybercrime juga termasuk ke dalam Aliran
Kejahatan Klasik atau Aliran Klasik.
Hasil dari penelitian ini, yaitu (1)Sulitnya untuk menghilangkan atau mengurangi laju
pertumbuhan cyber crime yang dikarenakan beberapa faktor yakni: faktor ekonomi, faktor
lingkungan, faktor sosial budaya, dan faktor intelektual. (2) Penegakan hukum dalam upaya
penanggulangan cyber crime belum efektif disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya ialah laju
pertumbuhan cyber crime yang begitu pesat dan upaya penanggulangan yang masih kurang
maksimal mengingat masih banyaknya kasus cyber crime yang ditangani oleh aparat kepolisian.
(3) Kendala yang dihadapi oleh aparat kepolisian dalam upaya penanggulangan cyber crime
dapat dibagi ke dalam 4 (empat) aspek, yaitu: aspek penyidik, alat bukti, fasilitas dan jurisdiksi.
A. PENGERTIAN CYBER CRIME
Crime Cybercrime berasal dari kata cyber yang berarti dunia maya atau internet dan crime
yang berarti kejahatan. Dengan kata lain,cybercrime adalah segala bentuk kejahatan yang terjadi
di dunia maya atau internet. Cybercrime merupakan tindakkriminal yang dilakukan dengan
menggunakan teknologi komputer sebagai alat kejahatan utama.1 Cybercrime yaitu kejahatan
yang memanfaatkan perkembangan teknologi komputer khususnya internet. Cybercrime
didefinisikan sebagai perbuatan melanggar hukum yang memanfaatkan teknologi komputer yang
berbasis pada kecanggihan perkembangan teknologi internet. 2
Dalam beberapa literatur, cybercrime sering diidentikkan sebagai computer crime. Andi
Hamzah dalam buku Aspek-aspek Pidana di Bidang Komputer (1989) mengartikan: “kejahatan
di bidang komputer secara umum dapat diartikan sebagai penggunaan komputer secara illegal.”
Cybercrime adalah perbuatan kriminal yang dilakukan dengan menggunakan teknologi computer
sebagai alat kejahatan utama. Dengan kata lain, Cybercrime yaitu kejahatan yang memanfaatkan
perkembangan teknologi computer khususnya internet.Dengan demikian Cybercrime
didefinisikan sebagai perbuatan melanggar hukum yang memanfaatkan teknologi komputer
berbasasis pada kecanggihan dan perkembangan teknologi internet.
Dari beberapa pengertian di atas, computer crime dirumuskan sebagai perbuatan melawan
hukum yang dilakukan dengan memakai komputer sebagai sarana/alat atau komputer sebagai
objek, baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak lain. Secara
ringkas computer crime didefinisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan teknologi komputer yang canggih.
1
Andi Hamzah, Aspek-Aspek Pidana di Bidang Komputer, Jakarta, Sinar Grafika, 1990,hlm 23-24
2
Budi Raharjo, Memahami Teknologi Informasi, Jakarta, Elexmedia Komputindo, 2002. hlm 23
(Kompas, 11/08/1999). Beberapa waktu lalu, hacker juga telah berhasil menembus
masuk ke dalam database berisi data para pengguna jasa America Online (AOL), sebuah
perusahaan Amerika Serikat yang bergerak di bidange-commerce, yang memiliki tingkat
kerahasiaan tinggi (Indonesian Observer, 26/06/2000). Situs Federal Bureau of
Investigation (FBI) pun tidak luput dari serangan para hacker, yang berakibat tidak
berfungsinya situs ini dalam beberapa waktu lamanya.3
2. Illegal Content
3. Data Forgery
4. Cyber Espionage
3
http://www.fbi.org, Kejahatan Cyber Crime, diakses pada tanggal 17 Desember 2018 pada jam 20.00 WIB.
yang terhubung dengan internet. Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan
suatu logic bomb, virus komputer ataupun suatu program tertentu, sehingga data,
program komputer atau sistem jaringan komputer tidak dapat digunakan, tidak berjalan
sebagaimana mestinya, atau berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh pelaku. Dalam
beberapa kasus setelah hal tersebut terjadi, maka pelaku kejahatan tersebut menawarkan
diri kepada korban untuk memperbaiki data, program komputer atau sistem jaringan
komputer yang telah disabotase tersebut, tentunya dengan bayaran tertentu. Kejahatan ini
sering disebut sebagai cyber-terrorism.
Kejahatan ini ditujukan terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual yang dimiliki
pihak lain di internet. Sebagai contoh adalah peniruan tampilan pada web page suatu situs
milik orang lain secara ilegal, penyiaran suatu informasi di internet yang ternyata
merupakan rahasia dagang orang lain.
7. Infringement of Privacy
Kejahatan ini ditujukan terhadap informasi seseorang yang merupakan hal yang
sangat pribadi dan rahasia. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi
seseorang yang tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara
computerized, yang apabila diketahui oleh orang lain maka dapat merugikan korban
secara materiil maupun immateriil, seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM,
informasi penyakit yang dirahasiakan dan sebagainya.
3. Alat Bukti
Persoalan alat bukti yang dihadapi di dalam penyidikan terhadap Cybercrime
antara lain berkaitan dengan karakteristik kejahatan cybercrime itu sendiri, yaitu:
a. Sasaran atau media cybercrimeadalah data dan atau sistem komputer atau
sistem internet yang sifatnya mudah diubah, dihapus, atau disembunyikan oleh
pelakunya. Oleh karena itu, data atau sistem komputer atau internet yang berhubungan
dengan kejahatan tersebut harus direkam sebagai bukti dari kejahatan yang telah
dilakukan. Permasalahan timbul berkaitan dengan kedudukan media alat rekaman
(recorder) yang belum diakui KUHAP sebagai alat bukti yang sah.
b. Kedudukan saksi korban dalam cybercrimesangat penting disebabkan
cybercrime seringkali dilakukan hampir-hampir tanpa saksi. Di sisi lain, saksi korban
seringkali berada jauh di luar negeri sehingga menyulitkan penyidik melakukan
pemeriksaan saksi dan pemberkasan hasil penyidikan.
Undang-undang ini, yang telah disahkan dan diundangkan pada tanggal 21 April
2008, walaupun sampai dengan hari ini belum ada sebuah PP yang mengatur mengenai
teknis pelaksanaannya, namun diharapkan dapat menjadi sebuah undang-undang cyber
atau cyberlaw guna menjerat pelaku-pelaku cybercrime yang tidak bertanggungjawab dan
menjadi sebuah payung hukum bagi masyarakat pengguna teknologi informasi guna
mencapai sebuah kepastian hukum.