You are on page 1of 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) mendefinisikan Early
Childhood Caries (ECC) sebagai terdapatnya satu atau lebih kerusakan gigi (berupa
non-kavitas atau kavitas), kehilangan gigi (karena kerusakan), atau adanya tambalan
pada permukaan gigi sulung pada anak usia dibawah 71 bulan. AAPD juga
menetapkan bahwa anak usia dibawah 3 tahun memiliki tanda kerusakan gigi pada
permukaan halus didefinisikan sebagai Severe Early Childhood Caries (SECC).1
Pada anak usia kurang dari 12 bulan dan 12 bulan-23 bulan yang memiliki 1 atau
lebih defs pada permukaan gigi didefinisikan sebagai ECC. SECC didefinisikan anak
yang memiliki 1 atau lebih def pada permukaan gigi yang halus.2
SECC ditandai onset awal dan perkembangan kerusakan gigi sangat cepat pada
gigi sulung bayi dan anak-anak pra-sekolah. Dari pemeriksaan klinis anak yang
mengalami SECC pada usia 2, 3, dan 4 tahun memiliki bentuk dan pola khas yang
tetap.Tanda awal gigi yang terlibat karies pada gigi anterior maksila, gigi molar
sulung maksila dan mandibula, dan tidak jarang pada gigi kaninus mandibula,
sedangkan gigi insisivus mandibula jarang terlibat.3
Pada negara berkembang seperti di Bangalore (India), prevalensi ECC pada anak
usia dibawah 48 bulan yang dilakukan Prakash et al, adalah 27,5%.4 Menurut
penelitian Edalat et al, prevalensi SECC pada anak usia 3-6 tahun di Shiraz 55%.5
Prevalensi karies ECC dan SECC di Lithuania masing-masing 50,65% dan 6,5%
yang dilakukan oleh Egle et al.6 Kota Diamantina (Brazil Tenggara), prevalensi karies
ECC yang dilakukan oleh Martins-Júnior et al pada anak usia 2-5 tahun adalah
52,2%.7
Di negara maju seperti Inggris, Finlandia, dan USA memiliki prevalensi ECC
masing-masing 4%, 6% dan 20,2 %. Prevalensi ECC dan SECC masing-masing

Universitas Sumatera Utara


2

68,97% dan 44,81% di Taiwan Selatan pada anak usia 2-5 tahun.8 Di Jeddah (Saudi
Arabia) 86,7% pada anak usia 36-71 bulan memiliki pengalaman karies dini.9
RISKESDAS tahun 2013 melaporkan 10,4% anak berusia 1-4 tahun mengalami
permasalahan gigi dan mulut, tetapi hanya 25,8% yang mendapatkan perawatan. 10
Prevalensi ECC pada anak usia dibawah 3 tahun di DKI Jakarta menurut penelitian
yang dilakukan Febriana et al yaitu 52,7% dengan skor deft rata-rata 2,85.11 Di kota
Medan tepatnya di Kecamatan Denai persentase anak yang menderita ECC pada anak
usia 12-36 bulan menurut kriteria AAPD sebesar 57,7% sementara tingkat keparahan
(SECC) adalah 16% menurut penelitian Octiara.12
Prevalensi karies yang terus menerus meningkat berdampak terjadinya
kehilangan gigi terlalu dini pada anak prasekolah dapat memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan gigi permanen dan rahang. Hasil penelitian pada daerah miskin di
Bangladesh bahwa karies gigi yang tidak dirawat berhubungan dengan berat badan
kurang (underweight). Nyeri karena karies gigi yang parah mengakibatkan asupan
makanan berkurang dan tidak tidur nyenyak sehingga kualitas hidup anak menurun.11
Timbulnya karies dini pada anak melalui proses yang sangat kompleks.
Terdapat faktor-faktor penyebab karies yang khas bakteri kariogenik, fermentasi
karbohidrat dan host yang rentan. Dalam perkembangan ECC banyak faktor lain
terlibat seperti: status sosial ekonomi dan pendidikan orangtua, nutrisi dan kebersihan
rongga mulut ibu, kemungkinan penularan bakteri kariogenik dari ibu ketika memberi
makanan, berbagi sendok, sikat gigi serta konsumsi makanan kariogenik dan
pemberian susu formula. Faktor bayi prematur, berat badan lahir rendah dapat
meningkatkan koloni bakteri Streptococcus ditambah lagi faktor risiko perkembangan
hipoplasia enamel dan kelainan saliva meningkatkan rentan terhadap ECC.3
Faktor risiko penyebab karies yang lain yaitu pengalaman karies ibu.
Penelitian Maharani et al, menggambarkan adanya keterkaitan antara pengalaman
karies anak dengan pengalaman karies ibu serta pengetahuan dan perilaku. Sebanyak
70% anak telah menderita karies dengan nilai def-t 3,7, sedangkan ibunya 90% telah
menderita karies dengan nilai DMF-T 7,8. Lebih dari 50% ibu-ibu memiliki
pengetahuan dan perilaku rendah terhadap kesehatan gigi, dengan fakta yang

Universitas Sumatera Utara


3

terungkap diantaranya: 1) tidak pernah membersihkan gigi anak mereka, 2) mulai


membersihkan gigi anak mereka setelah usia satu tahun, 3) tidak mengetahui bahwa
karies adalah penyakit menular, 4) sering menggunakan peralatan makan dan minum
yang sama dengan anak-anak mereka, dan 5) menganggap gigi sulung tidak penting
karena akan diganti dengan gigi permanen.13
Kesehatan gigi dan mulut pada anak sangat penting karena memengaruhi
kesehatan tubuh anak tersebut. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan gigi
dan mulut dengan melakukan pencegahan karies sedini mungkin. Pencegahan karies
yang dapat dilakukan salah satunya menggunakan penilaian risiko karies. Penilaian
risiko karies adalah penentuan kemungkinan timbulnya karies (meliputi banyaknya
jumlah lesi/kavitas) selama waktu tertentu. Kemampuan untuk mendeteksi karies
pada tahap awal dapat membantu mencegah kavitas yang baru.14
Saat ini ada banyak metode dikembangkan untuk penilaian risiko karies.
Profesor Tsutomo Shimono membuat Kariostat, suatu metode uji kalometri yang
dapat membuat bakteri penghasil asam merubah warna media dari biru kehitaman
menjadi biru, hijau dan kuning. Setiap perubahan warna menentukan tingkat pH
dalam rongga mulut. Bratthal mengembangkan metode untuk mengindentifikasi
penilaian risiko karies gigi melalui Kariogram, yaitu suatu program komputer yang
menyajikan diagram pie berisi 10 parameter yang harus diisi dan diberi skor (0-3).
Kesepuluh parameter tersebut meliputi pengalaman karies, penyakit umum, diet
karbohidrat, frekuensi diet, skor plak, jumlah S.mutans, penggunaan fluor, sekresi
saliva, buffer saliva dan penilaian klinis dari operator. Ada juga pemeriksaan faktor
risiko karies dengan model TL-M (Traffic Light Matrix) yaitu suatu model tabel
pemeriksaan seperti lampu lalu lintas dengan warna merah, kuning, dan hijau pada
kolomnya. Warna merah menunjukkan risiko karies tinggi, warna kuning berarti
pasien mudah terkena karies, dan warna hijau menunjukkan bahwa risiko karies
rendah.15
AAPD mengeluarkan penilaian risiko karies (Caries Assessment Tool/CAT)
untuk yang bertujuan sebagai penilaian risiko karies dan protokol manajemen yang
akan membantu dokter gigi dalam membuat keputusan mengenai perawatan

Universitas Sumatera Utara


4

berdasarkan risiko karies dan kepatuhan pasien merupakan elemen penting dalam
klinis kontemporer pada bayi, anak-anak, dan dewasa.14 Penelitian Richard et al pada
anak SECC dan ECC (non-SECC) menyatakan penilaian risiko karies (CAT) menurut
AAPD memiliki penilaian akurat dan bermanfaat dalam hal klinis. Hal ini terbukti
bahwa CAT dapat mengidentifikasi anak yang memerlukan pencegahan dan
perawatan dini untuk mengurangi pengalaman karies.16
Berdasarkan hasil penelitian CAT diatas peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian tentang penilaian tingkat risiko karies (CAT) menurut AAPD
pada anak usia dibawah 2 tahun. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pencegahan
dini pada anak usia dibawah 2 tahun yang masih dalam tahap awal erupsi gigi.
Penelitian dilakukan di salah satu kecamatan di Kota Medan. Kecamatan yang dipilih
peneliti adalah kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor dengan alasan
banyaknya puskesmas dan posyandu di daerah ini sehingga sampel dapat terpenuhi.

1.2 Rumusan Masalah


Umum:
1. Apakah ada hubungan antara penilaian risiko karies (CAT) secara umum
dengan kejadian SECC, ECC (non-SECC), dan bebas karies pada anak usia dibawah
2 tahun di Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor?
2. Apakah ada hubungan antara elemen didalam penilaian risiko karies (CAT)
dengan kejadian SECC, ECC (non-SECC), dan bebas karies pada anak usia dibawah
2 tahun di Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor?
Khusus:
1. Berapakah distribusi penilaian risiko karies menurut AAPD pada kelompok
anak yang memiliki SECC, ECC (non-SECC) dan bebas karies pada anak usia
dibawah 2 tahun di Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor?
2. Apakah ada hubungan antara usia dengan kejadian SECC, ECC (non-
SECC) dan bebas karies pada anak usia dibawah 2 tahun di Kecamatan Medan
Tuntungan dan Medan Johor?

Universitas Sumatera Utara


5

3. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian anak SECC,
ECC (non-SECC) dan bebas karies pada anak usia dibawah 2 tahun di Kecamatan
Medan Tuntungan dan Medan Johor?
4. Apakah ada hubungan antara usia dengan pengalaman karies anak pada
kelompok SECC, ECC (non-SECC) pada anak usia dibawah 2 tahun di Kecamatan
Medan Tuntungan dan Medan Johor?
5. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan pengalaman karies anak
pada kelompok SECC, ECC (non-SECC) pada anak usia dibawah 2 tahun di
Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor?
6. Apakah ada hubungan penilaian risiko karies menurut AAPD dengan
pengalaman karies anak pada anak usia dibawah 2 tahun di Kecamatan Medan
Tuntungan dan Medan Johor?
7. Apakah ada korelasi antara pengalaman karies ibu dengan pengalaman
karies anak berdasarkan kelompok SECC, ECC (non-SECC) dan bebas karies pada
anak usia dibawah 2 tahun di Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor?

1.3 Tujuan Penelitian


Umum:
1. Menganalisis hubungan antara penilaian risiko karies (CAT) secara umum
dengan kejadian SECC, ECC (non-SECC), dan bebas karies pada anak usia dibawah
2 tahun di Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor.
2. Menganalisis hubungan antara elemen didalam penilaian risiko karies
(CAT) dengan kejadian SECC, ECC (non-SECC), dan bebas karies pada anak usia
dibawah 2 tahun di Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor.
Khusus
1. Melihat distribusi penilaian risiko karies menurut AAPD pada kelompok
anak yang memiliki SECC, ECC (non-SECC) dan bebas karies pada anak usia
dibawah 2 tahun di Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor.

Universitas Sumatera Utara


6

2. Menganalisis hubungan antara usia dengan kejadian SECC, ECC (non-


SECC) dan bebas karies pada anak usia dibawah 2 tahun di Kecamatan Medan
Tuntungan dan Medan Johor.
3. Menganalisis hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian SECC, ECC
(non-SECC) dan bebas karies pada anak usia dibawah 2 tahun di Kecamatan Medan
Tuntungan dan Medan Johor.
4. Menganalisis hubungan antara usia dengan pengalaman karies anak pada
kelompok SECC, ECC (non-SECC) pada anak usia dibawah 2 tahun di Kecamatan
Medan Tuntungan dan Medan Johor.
5. Menganalisis hubungan antara jenis kelamin dengan pengalaman karies
anak pada kelompok SECC, ECC (non-SECC) pada anak usia dibawah 2 tahun di
Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor.
6. Menganalisis hubungan penilaian risiko karies menurut AAPD dengan
pengalaman karies anak pada anak usia dibawah 2 tahun di Kecamatan Medan
Tuntungan dan Medan Johor.
7. Menganalisis korelasi antara pengalaman karies ibu dengan pengalaman
karies anak berdasarkan kelompok SECC, ECC (non-SECC) dan bebas karies pada
anak usia dibawah 2 tahun di Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor.

1.4 Hipotesis Penelitian


Penelitian ini menguji hipotesis yaitu
Mayor:
1. Ada hubungan antara penilaian risiko karies (CAT) secara umum dengan
kejadian SECC, ECC (non-SECC), dan bebas karies pada anak usia dibawah 2 tahun
di Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor.
2. Ada hubungan antara elemen didalam penilaian risiko karies (CAT) dengan
kejadian SECC, ECC (non-SECC), dan bebas karies pada anak usia dibawah 2 tahun
di Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor.

Universitas Sumatera Utara


7

Minor:
1. Ada hubungan antara usia dengan kejadian SECC, ECC (non-SECC) dan
bebas karies pada anak usia dibawah 2 tahun di Kecamatan Medan Tuntungan dan
Medan Johor.
2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian SECC, ECC (non-
SECC) dan bebas karies pada anak usia dibawah 2 tahun di Kecamatan Medan
Tuntungan dan Medan Johor.
3. Ada hubungan antara usia dengan pengalaman karies anak pada kelompok
SECC, ECC (non-SECC) pada anak usia dibawah 2 tahun di Kecamatan Medan
Tuntungan dan Medan Johor.
4. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan pengalaman karies anak pada
kelompok SECC, ECC (non-SECC) pada anak usia dibawah 2 tahun di Kecamatan
Medan Tuntungan dan Medan Johor.
5. Ada hubungan penilaian risiko karies menurut AAPD dengan pengalaman
karies anak pada anak usia dibawah 2 tahun di Kecamatan Medan Tuntungan dan
Medan Johor.
6. Ada korelasi antara pengalaman karies ibu dengan pengalaman karies anak
berdasarkan kelompok SECC, ECC (non-SECC) dan bebas karies pada anak usia
dibawah 2 tahun di Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Manfaat untuk sasaran penelitian
Memberikan informasi pada ibu mengenai tingkat risiko karies dan faktor
risiko karies anak agar memotivasi ibu untuk melakukan pencegahan karies
berikutnya.
2. Manfaat untuk pengelola program kesehatan
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar bagi program pemerintah
dalam kesehatan gigi anak.

Universitas Sumatera Utara


8

3. Manfaat untuk peneliti


Menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan
penelitian tentang penilaian faktor risiko karies pada anak serta dapat digunakan
sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara

You might also like