Professional Documents
Culture Documents
Abstrak — Mengisi waktu luang pada usia remaja dan keterlibatan banyak pihak untuk mewujudkan
menjadi hal yang penting. Pada proses mengisi Indonesia bebas narkoba. Jumlah pengguna
waktu luang ini, membuat remaja sibuk dengan narkoba di Indonesia hingga November 2015
aktifitas pada kegiatan tersebut. Oleh karena itu mencapai 5,9 juta orang. Hal tersebut disampaikan
tidak ada kesempatan untuk memikirkan dan
melakukan hal lainnya, termasuk
Komjen Pol Budi Waseso Kepala Badan Narkotika
penyalahgunaan NAPZA. Penelitian ini Nasional (BNN) saat berkunjung di Ponpes Blok
memberikan gambaran tentang waktu luang Agung Banyuwangi
dan risiko penyalahgunaan NAPZA. Subjek (http://regional.kompas.com/read/2016/01/11/1431
remaja yang berstatus siswa setingkat SMA, 3191/Buwas.Pengguna.Narkoba.di.Indonesia.Menin
sebanyak 240 orang terlibat dalam penelitian. gkat.hingga.5.9.Juta.Orang)1.
Penggalian data dengan memberikan kuesioner
Drug Abuse Screening Test-10 (DAST-10) dan Hasil penelitian BNN bekerja sama dengan
angket terbuka. Analisis deskriptif digunakan Pusat Penelitian Kesehatan (Puslitkes) Universitas
untuk memahami data yang diperoleh. Hasil Indonesia (UI) pada 2016 yang disampaikan oleh
yang diperoleh 56,7 remaja mengalami risiko Deputi Bidang Pencegahan Badan Narkotika
penyalahgunaan NAPZA, namun 5% Nasional (BNN) Ali Djohardi menyebutkan 80
diantaranya berada pada risiko tinggi dan harus persen masyarakat Indonesia mengetahui jenis dan
segera mendapat penangananan. Motivasi bahaya narkoba. Namun, tingkat penyalahgunaan
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang
ditawarkan sekolah adalah menambah
narkoba di Indonesia masih tinggi. Dan pengguna
pengetahuan dan mempertajam soft skill. Hal narkoba pada usia produktif 24-30 tahun
ini menjadi salah satu pijakan yang menarik (https://news.detik.com/berita/d-3425965/survei-
untuk membuat kegiatan ekstrakurikuler di bnn-80-persen-tahu-bahaya-narkoba-kenapa-
sekolah yang dapat ditawarkan pada siswa kasus-masih-tinggi)2. Hal ini disinyalir karena
untuk mengisi waktu luang untuk terjadinya pergeseran nilai individu dan nilai sosial.
meminimalisasikan risiko penyalahgunaan Mempertimbangkan usia terbesar pengguna napza
NAPZA. tersebut tentunya tidak muncul secara tiba-tiba.
Kata kunci : waktu luang, penyalahgunaan Penyalahgunaan napza merupakan perilaku yang
NAPZA, ekstrakurikuler, pengetahuan, soft skill merupakan manifestasi dari berbagai faktor,
dimensi, maupun aspek. Faktor-faktor itu antara
lain pengetahuan (Afiatin, 2008)3; pembentukan
I. PENDAHULUAN sikap, pengetahuan, dan perilaku melalui
penerapan program di sekolah (Gatins & White,
Penyalahgunaan NAPZA menjadi salah satu 2006)4; kajian napza di berbagai setting, keluarga,
permasalahan bangsa. Kasus yang membentuk sekolah, dan pertemanan Fleming, Catalano,
fenomena gunung es ini membutuhkan perhatian Haggerty, & Abbott (2010)5, dan yang lainnya.
Hasil yang hampir sama ditunjukkan oleh kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang
Afandi, et al. (2009)6 yang mengidentifikasi faktor- akademik.
faktor risiko penyalahgunaan NAPZA pada siswa Berdasarkan Permen tersebut, kegiatan
SMU dengan hasil bahwa tempat tinggal bersama ekstrakurikuler akan membentuk perilaku,
dengan orang tua, keikutsertaan kegiatan tentunya yang mengarah pada perilaku positif.
esktrakurikuler, kebiasaan merokok, dan Perilaku positif ini salah satunya adalah agar siswa
mempunyai teman dengan kebiasaan merokok tidak terlibat dalam perilaku penyalahgunaan
menjadi faktor yang mengarah pada perilaku NAPZA. Ada beberapa teori yang mengemukakan
berisiko penyalahgunaan NAPZA. Temuan terbentuknya perilaku, salah satunya adalah theory
Purwandari (2015)7 yang menyatakan bahwa planned of behavior (TPB). Teori TPB menjelaskan
ketelibatan mengisi waktu luang berpengaruh bahwa perilaku terbentuk dari intensi yang
langsung pada perilaku risiko penyalahgunaan merupakan pembentukan dari sikap, norma
NAPZA. subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen, 1986)10.
Benang merah dari fenomena tersebut Puente, Gutierrez, Abella’n, & Lopez. (2008)11
tergambar antara waktu luang dan penyalahgunaan menyebutkan bahwa sikap seseorang terhadap
NAPZA. Pada usia sekolah waktu luang menjadi NAPZA mempengaruhi dan mengarahkan pada
sangat berarti pada proses tumbuh kembang. perilaku penyalahgunaan NAPZA. Pembentukan
Oleh karena itu waktu luang menjadi salah satu sikap ini secara implisit akan terbentuk dari
orientasi yang perlu ditanamkan pada usia kegiatan ekstrakurikuler yag diikuti.
sekolah. Waktu luang yang bisa dimanfaatkan
salah satunya di setting sekolah. Sekolah II. METODE PENELITIAN
merupakan salah satu agen perubahan yang Penelitian ini menggunakan pendekatan
mampu membentuk anak remaja. Menurut teori kualitatif. Pengumpulan data dengan menetapkan
ekologi, sekolah merupakan sistem yang ciri-ciri subjek secara inklusif, yaitu, aktif sebagai
berpengaruh langsung terhadap perilaku anak. sebagai siswa, tingkat SMA kelas XI, dan kedua
Menurut DeWit, (2000)8 lingkungan sekolah orang tua (ayah dan ibu) masih hidup. Subjek
terdiri dari 2 dimensi, yaitu : 1) dimensi sosial sebanyak 240 siswa yang berasal dari 6 sekolah
(school culture), meliputi belief, values dan tujuan yang diperoleh secara random yang mewakili
tiap anggota yang ada di sekolah, 2) dimensi fisik sekolah swasta dan negeri.
(iklim sekolah), meliputi karakteristik struktur dan Pengumpulan data dilakukan secara survei
ukuran organisasi, prosedur pengaturan, dengan memberikan 2 skala, yaitu Drug Abuse
demografi guru dan murid serta penampilan Screening Test-10 (DAST-10) yang berbentu skala
secara fisik. Kegiatan ekstrakurikuler, bisa tertutup dan skala terbuka mengenai kegiatan
merupakan dimensi sosial maupun dimensi fisik. mengisi waktu luang. DAST-10 merupakan skala
Ekstrakurikuler adalah kegiatan di sekolah baku yang digunakan untuk seleksi remaja berisiko
yang dilakukan di luar jam belajar mengajar. penyalahgunaan NAPZA (Afandi, et al., 20086;
Kegiatan ini diberikan sekolah sebagai program Martino, Grilo, Fehon, 200012; McCabe, Boyd,
tambahan yang akan membangun soft skill siswa Cranford, Morales, & Slaiden, 200613). Skala yang
secara implisit. Secara eksplisit pada Permen terdiri dari 10 item mengungkap penggunaan obat
Nomor 62 tahun 2014 kegiatan ekstrakurikuler yang diresepkan namun melebihi aturan dan
ini disebutkan sebagai non-pelajaran formal yang penggunaan obat non medis. Skor 0 berarti tidak
dilakukan peserta didik sekolah atau universitas, menunjukkan masalah, skor 1–2 (low)
umumnya di luar jam belajar kurikulum standar. menunjukkan perlu dimonitor, skor 3–5
Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa (intermediate) menunjukkan kebutuhan untuk
dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan investigasi lanjutan, 6–8 (substantial) kebutuhan
mendapat penanganan dan 9–10 (severe) dimonitor, 7,1% perlu diinvestigasi lebih lanjut, dan
menunjukkan kebutuhan mendapatkan 5% membutuhkan penanganan. Pada kasus
penanganan yang serius. penyalahgunaan NAPZA, prosentase temuan
Skala DAST merupakan skala baku untuk tersebut menjadi bermakna untuk merencanakan
perilaku risiko penyalahgunaan NAPZA. Pada tindak lanjut, intervensi seperti apa yang akan
skala ini dilakukan uji content analysis. Pada diberikan agar tidak berlanjut menjadi perilaku
tahapan ini para ahli disajikan DAST versi 20 yang tampak, yaitu perilaku penyalahgunaan
aitem. Namun sesuai masukan ahli terlalu banyak NAPZA.
untuk mengungkap hal yang sangat sensitif,
Pernyataan yang diungkap oleh Ajzen (1986)14
sehingga peneliti memilih DAST versi 10 yang
yang menyebutkan bahwa sikap, norma subjektif,
merupakan bentuk pendek dari DAST versi 20.
dan kontrol perilaku akan mempengaruhi intensi,
Setelah diuji CVI sebesar 0,81dan daya beda aitem
dan intensi mengarahkan pada perilaku, termasuk
dengan Alpha Cronbach 0,773 (Purwandari,
perilaku penyalahgunaan NAPZA. Hasil screening
2015). Perolehan hasil properti statistik ini
dari DAST-10 ini menjadi intensi yang kuat menuju
diperoleh dari 565 subjek. Namun yang mengisi
perilaku penyalahgunaan NAPZA (Liao, Chi, Guo,
skala terbuka mengenai kegiatan mengisi waktu
Huang, & Shih, 201715). Jumlah remaja sebanyak
luang sebanyak 240 orang.
44,6% orang dapat dimonitor intensinya dengan
membangun sikap yang kuat untuk menolak
III. HASIL DAN PEMBAHASAN NAPZA. Selain itu peran orang-orang penting di
sekitar anak remaja juga sangat diperlukan. Orang-
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa
orang penting akan memberi pengaruh pada
sebanyak 56,7 remaja berisiko menyalahgunakan
penanaman aturan dan norma yang berlaku
NAPZA. Rincian data dapat dilihat pada grafik 1.
(Barmpagianni, Travlos, Kalokairinon, Sachlas,
Zyga, 201416). Hal ini bisa menjadi program
intervensi preventif yang dapat dilakukan.
Hasil lain dari penelitian ini mengenai manfaat
yang diperoleh remaja mengikuti kegiatan mengisi
waktu luang dengan ekstrakurikuler di sekolah
terpapar pada grafik 2.