You are on page 1of 6

ISBN: 978-602-50710-2-7 Sulawesi Selatan, 8-9 September 2017 KNAPPPTMA KE-6

Ekstrakurikuler : Waktu Luang dan Risiko Penyalahgunaan


NAPZA
Eny Purwandari
Fakultas Psikologi, Univeritas Muhammadiyah Surakarta
Surakarta, Indonesia
ep271@ums.ac.id

Abstrak — Mengisi waktu luang pada usia remaja dan keterlibatan banyak pihak untuk mewujudkan
menjadi hal yang penting. Pada proses mengisi Indonesia bebas narkoba. Jumlah pengguna
waktu luang ini, membuat remaja sibuk dengan narkoba di Indonesia hingga November 2015
aktifitas pada kegiatan tersebut. Oleh karena itu mencapai 5,9 juta orang. Hal tersebut disampaikan
tidak ada kesempatan untuk memikirkan dan
melakukan hal lainnya, termasuk
Komjen Pol Budi Waseso Kepala Badan Narkotika
penyalahgunaan NAPZA. Penelitian ini Nasional (BNN) saat berkunjung di Ponpes Blok
memberikan gambaran tentang waktu luang Agung Banyuwangi
dan risiko penyalahgunaan NAPZA. Subjek (http://regional.kompas.com/read/2016/01/11/1431
remaja yang berstatus siswa setingkat SMA, 3191/Buwas.Pengguna.Narkoba.di.Indonesia.Menin
sebanyak 240 orang terlibat dalam penelitian. gkat.hingga.5.9.Juta.Orang)1.
Penggalian data dengan memberikan kuesioner
Drug Abuse Screening Test-10 (DAST-10) dan Hasil penelitian BNN bekerja sama dengan
angket terbuka. Analisis deskriptif digunakan Pusat Penelitian Kesehatan (Puslitkes) Universitas
untuk memahami data yang diperoleh. Hasil Indonesia (UI) pada 2016 yang disampaikan oleh
yang diperoleh 56,7 remaja mengalami risiko Deputi Bidang Pencegahan Badan Narkotika
penyalahgunaan NAPZA, namun 5% Nasional (BNN) Ali Djohardi menyebutkan 80
diantaranya berada pada risiko tinggi dan harus persen masyarakat Indonesia mengetahui jenis dan
segera mendapat penangananan. Motivasi bahaya narkoba. Namun, tingkat penyalahgunaan
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang
ditawarkan sekolah adalah menambah
narkoba di Indonesia masih tinggi. Dan pengguna
pengetahuan dan mempertajam soft skill. Hal narkoba pada usia produktif 24-30 tahun
ini menjadi salah satu pijakan yang menarik (https://news.detik.com/berita/d-3425965/survei-
untuk membuat kegiatan ekstrakurikuler di bnn-80-persen-tahu-bahaya-narkoba-kenapa-
sekolah yang dapat ditawarkan pada siswa kasus-masih-tinggi)2. Hal ini disinyalir karena
untuk mengisi waktu luang untuk terjadinya pergeseran nilai individu dan nilai sosial.
meminimalisasikan risiko penyalahgunaan Mempertimbangkan usia terbesar pengguna napza
NAPZA. tersebut tentunya tidak muncul secara tiba-tiba.
Kata kunci : waktu luang, penyalahgunaan Penyalahgunaan napza merupakan perilaku yang
NAPZA, ekstrakurikuler, pengetahuan, soft skill merupakan manifestasi dari berbagai faktor,
dimensi, maupun aspek. Faktor-faktor itu antara
lain pengetahuan (Afiatin, 2008)3; pembentukan
I. PENDAHULUAN sikap, pengetahuan, dan perilaku melalui
penerapan program di sekolah (Gatins & White,
Penyalahgunaan NAPZA menjadi salah satu 2006)4; kajian napza di berbagai setting, keluarga,
permasalahan bangsa. Kasus yang membentuk sekolah, dan pertemanan Fleming, Catalano,
fenomena gunung es ini membutuhkan perhatian Haggerty, & Abbott (2010)5, dan yang lainnya.

170 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 6


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (APPPTMA)
ISBN: 978-602-50710-2-7 Sulawesi Selatan, 8-9 September 2017 KNAPPPTMA KE-6

Hasil yang hampir sama ditunjukkan oleh kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang
Afandi, et al. (2009)6 yang mengidentifikasi faktor- akademik.
faktor risiko penyalahgunaan NAPZA pada siswa Berdasarkan Permen tersebut, kegiatan
SMU dengan hasil bahwa tempat tinggal bersama ekstrakurikuler akan membentuk perilaku,
dengan orang tua, keikutsertaan kegiatan tentunya yang mengarah pada perilaku positif.
esktrakurikuler, kebiasaan merokok, dan Perilaku positif ini salah satunya adalah agar siswa
mempunyai teman dengan kebiasaan merokok tidak terlibat dalam perilaku penyalahgunaan
menjadi faktor yang mengarah pada perilaku NAPZA. Ada beberapa teori yang mengemukakan
berisiko penyalahgunaan NAPZA. Temuan terbentuknya perilaku, salah satunya adalah theory
Purwandari (2015)7 yang menyatakan bahwa planned of behavior (TPB). Teori TPB menjelaskan
ketelibatan mengisi waktu luang berpengaruh bahwa perilaku terbentuk dari intensi yang
langsung pada perilaku risiko penyalahgunaan merupakan pembentukan dari sikap, norma
NAPZA. subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen, 1986)10.
Benang merah dari fenomena tersebut Puente, Gutierrez, Abella’n, & Lopez. (2008)11
tergambar antara waktu luang dan penyalahgunaan menyebutkan bahwa sikap seseorang terhadap
NAPZA. Pada usia sekolah waktu luang menjadi NAPZA mempengaruhi dan mengarahkan pada
sangat berarti pada proses tumbuh kembang. perilaku penyalahgunaan NAPZA. Pembentukan
Oleh karena itu waktu luang menjadi salah satu sikap ini secara implisit akan terbentuk dari
orientasi yang perlu ditanamkan pada usia kegiatan ekstrakurikuler yag diikuti.
sekolah. Waktu luang yang bisa dimanfaatkan
salah satunya di setting sekolah. Sekolah II. METODE PENELITIAN
merupakan salah satu agen perubahan yang Penelitian ini menggunakan pendekatan
mampu membentuk anak remaja. Menurut teori kualitatif. Pengumpulan data dengan menetapkan
ekologi, sekolah merupakan sistem yang ciri-ciri subjek secara inklusif, yaitu, aktif sebagai
berpengaruh langsung terhadap perilaku anak. sebagai siswa, tingkat SMA kelas XI, dan kedua
Menurut DeWit, (2000)8 lingkungan sekolah orang tua (ayah dan ibu) masih hidup. Subjek
terdiri dari 2 dimensi, yaitu : 1) dimensi sosial sebanyak 240 siswa yang berasal dari 6 sekolah
(school culture), meliputi belief, values dan tujuan yang diperoleh secara random yang mewakili
tiap anggota yang ada di sekolah, 2) dimensi fisik sekolah swasta dan negeri.
(iklim sekolah), meliputi karakteristik struktur dan Pengumpulan data dilakukan secara survei
ukuran organisasi, prosedur pengaturan, dengan memberikan 2 skala, yaitu Drug Abuse
demografi guru dan murid serta penampilan Screening Test-10 (DAST-10) yang berbentu skala
secara fisik. Kegiatan ekstrakurikuler, bisa tertutup dan skala terbuka mengenai kegiatan
merupakan dimensi sosial maupun dimensi fisik. mengisi waktu luang. DAST-10 merupakan skala
Ekstrakurikuler adalah kegiatan di sekolah baku yang digunakan untuk seleksi remaja berisiko
yang dilakukan di luar jam belajar mengajar. penyalahgunaan NAPZA (Afandi, et al., 20086;
Kegiatan ini diberikan sekolah sebagai program Martino, Grilo, Fehon, 200012; McCabe, Boyd,
tambahan yang akan membangun soft skill siswa Cranford, Morales, & Slaiden, 200613). Skala yang
secara implisit. Secara eksplisit pada Permen terdiri dari 10 item mengungkap penggunaan obat
Nomor 62 tahun 2014 kegiatan ekstrakurikuler yang diresepkan namun melebihi aturan dan
ini disebutkan sebagai non-pelajaran formal yang penggunaan obat non medis. Skor 0 berarti tidak
dilakukan peserta didik sekolah atau universitas, menunjukkan masalah, skor 1–2 (low)
umumnya di luar jam belajar kurikulum standar. menunjukkan perlu dimonitor, skor 3–5
Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa (intermediate) menunjukkan kebutuhan untuk
dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan investigasi lanjutan, 6–8 (substantial) kebutuhan

171 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 6


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (APPPTMA)
ISBN: 978-602-50710-2-7 Sulawesi Selatan, 8-9 September 2017 KNAPPPTMA KE-6

mendapat penanganan dan 9–10 (severe) dimonitor, 7,1% perlu diinvestigasi lebih lanjut, dan
menunjukkan kebutuhan mendapatkan 5% membutuhkan penanganan. Pada kasus
penanganan yang serius. penyalahgunaan NAPZA, prosentase temuan
Skala DAST merupakan skala baku untuk tersebut menjadi bermakna untuk merencanakan
perilaku risiko penyalahgunaan NAPZA. Pada tindak lanjut, intervensi seperti apa yang akan
skala ini dilakukan uji content analysis. Pada diberikan agar tidak berlanjut menjadi perilaku
tahapan ini para ahli disajikan DAST versi 20 yang tampak, yaitu perilaku penyalahgunaan
aitem. Namun sesuai masukan ahli terlalu banyak NAPZA.
untuk mengungkap hal yang sangat sensitif,
Pernyataan yang diungkap oleh Ajzen (1986)14
sehingga peneliti memilih DAST versi 10 yang
yang menyebutkan bahwa sikap, norma subjektif,
merupakan bentuk pendek dari DAST versi 20.
dan kontrol perilaku akan mempengaruhi intensi,
Setelah diuji CVI sebesar 0,81dan daya beda aitem
dan intensi mengarahkan pada perilaku, termasuk
dengan Alpha Cronbach 0,773 (Purwandari,
perilaku penyalahgunaan NAPZA. Hasil screening
2015). Perolehan hasil properti statistik ini
dari DAST-10 ini menjadi intensi yang kuat menuju
diperoleh dari 565 subjek. Namun yang mengisi
perilaku penyalahgunaan NAPZA (Liao, Chi, Guo,
skala terbuka mengenai kegiatan mengisi waktu
Huang, & Shih, 201715). Jumlah remaja sebanyak
luang sebanyak 240 orang.
44,6% orang dapat dimonitor intensinya dengan
membangun sikap yang kuat untuk menolak
III. HASIL DAN PEMBAHASAN NAPZA. Selain itu peran orang-orang penting di
sekitar anak remaja juga sangat diperlukan. Orang-
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa
orang penting akan memberi pengaruh pada
sebanyak 56,7 remaja berisiko menyalahgunakan
penanaman aturan dan norma yang berlaku
NAPZA. Rincian data dapat dilihat pada grafik 1.
(Barmpagianni, Travlos, Kalokairinon, Sachlas,
Zyga, 201416). Hal ini bisa menjadi program
intervensi preventif yang dapat dilakukan.
Hasil lain dari penelitian ini mengenai manfaat
yang diperoleh remaja mengikuti kegiatan mengisi
waktu luang dengan ekstrakurikuler di sekolah
terpapar pada grafik 2.

Grafik 1. Sebaran risiko penyalahgunaan NAPZA dengan


DAST

Berdasarkan kategorisasi yang sudah


dipaparkan sebelumnya (lihat bagian metode
penelitian), maka sebanyak 44,6% orang perlu

172 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 6


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (APPPTMA)
ISBN: 978-602-50710-2-7 Sulawesi Selatan, 8-9 September 2017 KNAPPPTMA KE-6

Seperti halnya kegiatan olah raga sebagai salah


satu bentuk ekstrakurikuler di sekolah.
Temuan ini mendukung Herman (2005)19 yang
menyatakan bahwa kegiatan waktu luang yang diisi
dengan kegiatan negatif berpeluang ke arah
penyalahgunaan NAPZA, yaitu sebesar 26,62 kali;
Steketee, Aussems, Toorn & Jonkman (2010)20
menyebutkan lebih spesifik kegiatan mengisi
waktu luang berpeluang pada penyalahgunaan
NAPZA adalah pergi ke diskotik, minuman keras,
menganggu orang lain, menjadi anggota geng,
berteman dengan teman yang nakal/mengalami
penyimpangan, dan menghabiskan waktu bersama
teman.
Selain itu, temuan Purwandari (2015)7 juga
menyebutkan bahwa keterlibatan mengisi waktu
luang berpengaruh pada perilaku penyalahgunaan
NAPZA. Remaja lebih banyak mengisi waktu
Keterangan : 1= menambah pengetahuan; 2=kesenangan; luang dengan teman, baik secara berkelompok
3=sosialisasi; 4=softskill; 5=hardskill; 6=menyiapkan besar maupun kelompok kecil (berpasangan).
masa depan; 7=prestasi; 8=aturan sekolah; 9=lain-lain.
Pertemuan bersama teman akan menjadikan
Grafik 2. Manfaat mengikuti ekstrakurikuler posisi teman menjadi sumber tekanan untuk
dalam mengisi waktu luang terlibat dengan kegiatan kebersamaan tersebut.
Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa di Kondisi tersebut berbeda apabila kegiatan
sekolah sebagai kegiatan mengisi waktu luang mengisi waktu luang dalam masa liburan panjang.
setelah jam efektif belajar mengajar. Kegiatan yang Hasil temuan Hendricks, Savahl, & Florence
dilakukan di sekolah ini bermakna positif. Hal ini (2015)21 menunjukkan bahwa kegiatan mengisi
seperti temuan dari Lestari & Purwandari (2014)17 waktu liburan panjang yang disertai dengan
yang menyatakan bahwa remaja yang mengisi tekanan teman sebaya menjadi perdiktor yang
waktu luang dengan kegiatan negatif akan lebih kuat pada munculnya perilaku penyalahgunaan
berisiko penyalahgunaan NAPZA dibandingkan NAPZA. Berpijak pada temuan ini yang
dengan kegiatan positif yang dilakukan dalam menyatakan bahwa dengan mengikuti kegiatan
mengisi waktu luang. Kegiatan ekstrakurikuler ekstrakurikuler siswa mendapat sesuatu yang
yang diikuti siswa di sekolah seperti yang terlihat bermakna, maka selama liburan sekolah menjadi
pada grafik 2 menyebutkan mereka mendapat pemikiran untuk membuat agenda kegiatan yang
kesenangan. Kesenangan dalam hal ini tetap bemanfaat untuk mengisi waktu luang agar tidak
berada di setting sekolah, dimana terdapat aturan mengarah pada penyimpangan perilaku, khususnya
tertulis maupun aturan yang sifatnya konvensional penyalahgunaan NAPZA.
yang dapat mengarahkan perilaku. Medrut Remaja yang sudah berada pada kebutuhan
(2015)18 mendukung temuan penelitian ini yang penanganan sebanyak 5% tidak sama dengan pada
menyatakan bahwa tidak selalu “jelek” kegiatan remaja yang masih berada pada monitoring dan
mengisi waktu luang dengan aktifitas kesenangan. investigating. Remaja pada kelompok tinggi
Kegiatan tersebut dapat dcermati kembali dengan kebutuhan penanganan, akan berbeda. Fungsi
siapa remaja melakukan dan dimana melakukan. ekstrakurikuler yang diberlakukan oleh pihak
sekolah, meskipun Moilanen & Masktrom (2014)22
menyatakan bahwa keikutsertaan siswa dalam

173 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 6


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (APPPTMA)
ISBN: 978-602-50710-2-7 Sulawesi Selatan, 8-9 September 2017 KNAPPPTMA KE-6

ekstrakurikuler akan lebih rendah kemungkinan DAFTAR PUSTAKA


keterlibatan dengan penyalahgunaan NAPZA, [1] I. Rachmawati. “Buwas : Pengguna Narkotika di Indonesia
namun pada kelompok tersebut tetap meningkat hingga 5,9 juta” 2016.
membutuhkan bantuan ahli. http://regional.kompas.com/read/2016/01/11/1
Berdasarkan grafik 2, dengan mengikuti 4313191/Buwas.Pengguna.Narkoba.di.Indonesi
ekstrakurikuler siswa mendapatkan poin-poin a.Meningkat.hingga.5.9.Juta.Orang
positif, sekalipun sebagai bentuk kesenangan. [2] M. Dinillah. “Survei BNN 80 persen tahu bahaya narkoba,
kenapa kasus masih tinggi” 2017.
Muatan pengetahuan dan ketrampilan menjadi https://news.detik.com/berita/d-3425965/survei-bnn-80-
perolehan keikutsertaan siswa mengikuti kegiatan persen-tahu-bahaya-narkoba-kenapa-kasus-masih-tinggi.
ekstrakurikuler dalam mengisi waktu luang. [3] T. Afiatin. “Pengaruh Program Kelompok “AJI" dalam
Keterlibatan remaja dalam mengisi waktu luang Peningkatan Harga Diri, Asertivitas dan Pengetahuan
Mengenai NAPZA untuk Prevensi Penyalahgunaan
sangat penting untuk diperhatikan, agar dapat NAPZA pada Remaja”, Jurnal Psikologi, 2004,1, pp. 28 –
menggunakan dan memilih kegiatan yang dilakukan 54.
dengan baik agar tidak terlibat dalam [4] D. E Gatins & R. M. White.“School-based Substance
penyalahgunaan NAPZA. Banyaknya waktu Abuse Programs: Can They Influence Students'
Knowledge, Attitudes, and Behaviors Related to
luang diluar jam sekolah akan dapat memberikan Substance Abuse?”. North American Journal of
peluang bagi remaja salah dalam bergaul dan Psychology, 2006, 8(3), pp. 517-532.
melakukan kegiatan-kegiatan lainnya yang [5] C. B Fleming, R. F Catalano, K. P. Haggerty, & R. D.
mengarah pada kegiatan negatif sehingga terjebak Abbott. “Relationships Between Level and Change in
Family, School, and Peer Factors During Two Periods of
dalam kesalahan pemanfaatan waktu. Adolescence and Problem Behavior at Age 19”. Journal
Youth Adolescence, 2010, 39(6), pp. 670–682 doi:
10.1007/s10964-010-9526-5
[6] D. Afandi, F. Candra, D. Novitasari, I. R. Widjaja, & L.
IV. KESIMPULAN Kurniawan. “Tingkat penyalahgunaan obat dan faktor
risiko di kalangan siswa sekolah menengah umum”.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : risiko Majalah Kedokteran Indonesia. 2009, Vol. 59 (6) pp. 266 –
penyalahgunaan NAPZA yang membutuhkan 271.
penanganan ahli sebanyak 5%. Dalam kajian [7] E. Purwandari. “Model Kontrol Sosial Perilaku Remaja
Berisiko Penyalahgunaan NAPZA. Disertasi. Fakultas
komunitas angka 5% tersebut merupakan hal yang Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta, 2015.
memungkinan muncul. Penanganan 5% akan [8] D. J., D, DeWit, D. R., Offord, M., Sanford, J. R. Barbara,
berbeda dengan 7% yang yang harus diinvestigasi, B. J., Shain, M., & R. Wright. “The Effect of School
dan 44,6% yang membutuhkan monitoring. Culture on Adolescent Behavioural Problems: SelfEsteem,
Attachment to Learning, and Peer Approval of Deviance
Ekstrakurikuler menjadi kegiatan yang penting as Mediating Mechanisms”. Canadian Journal of School
diselenggarakan oleh sekolah untuk mengisi waktu Psychology. 200. 16 (1), pp. 15-38. doi:
luang remaja, khususnya akan bermanfaat pada 10.1177/082957350001600102
kelompok yang membutuhkan monitoring. Aspek [9] F. Chudry, G.Foxall, & J. Pallister. “Exploring Attitudes
and Predicting Intentions: Profiling Student Debtors Using
sikap yang akan terbentuk dari keikutsertaan pada an ExtendedbTheory of Planned Behavior”. Journal of
kegiatan, pengaruh guru sebagai orang yang Applied Social Psychology, 2011, 41 (1) pp. 119–149.
penting akan mempengaruhi perilaku. Softskill [10] I. Ajzen. “The theory of planned behavior”.
secara tidak disadari terbangun dari keikutsertaan. Organizational behavior and human decision processes,
1991, 50, (2), pp. 179-211. doi: 10.1016/0749-
Yang perlu dicermati apabila sekolah dalam posisi 5978(91)90020-T
off dalam hal ini libur sekolah, karena keterlibatan [11] C. N. Puente, J.L.G. Gutierrez, I.C. Abella’n, & A.P.
mengisi kegiatan liburan, dengan siapa mengisi Lopez. “Sensation Seeking, Attitudes Toward Drug Use,
kegiatan liburan akan berpengaruh pada risiko and Actual Use Among Adolescents: Testing a Model for
Alcohol and Ecstacy Use”. Substance Use & Misuse 2008)
penyimpangan perilaku, khususnya dalam kajian ini 43(11), pp 1618–1630. doi: 10.1080/10826080802241151
perilaku penyalahgunaan NAPZA.

174 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 6


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (APPPTMA)
ISBN: 978-602-50710-2-7 Sulawesi Selatan, 8-9 September 2017 KNAPPPTMA KE-6

[12] S. Martino, C.M. Grilo, D.C., Fehon. “Development of


the drug abuse screening test for adolescents (DAST-A”).
Addictive Behaviors, 2000, 25(1), pp. 57 – 70. doi:
10.1016/S0306-4603(99)00030-1
[13] S. E. McCabe, C.J. Boyd, J.A. Cranford, M., Morales, & , J.
Slaiden. “A modified version of the Drug Abuse Screening
Test among undergraduate students”. Substance Abuse
Treat, 2006 October, 31(3), pp. 297–303. doi:
10.1016/j.jsat.2006.04.010
[14] I.Ajzen, & T. J., Madden. “Prediction of goal directed
behavior: Attitudes, intentions and perceived behavioral
control”. Journal of Experimental Social Psychology, 1986,
22(5),pp. 453-474. doi: 10.1016/0022-1031(86)90045-4.
[15] J. Liao, H. Chi, J Guo, C. Huang, & S. Shih. “ The validity
and reliability of the Mandarin Chinese version of drug
abuse screening test among adolescent in Taiwan”
Substance Abuse Teratment, Prevention, and Policy.
2017, 12 : pp. 30. Doi 10.1186/s13011-017-01009-2.
[16] E. Barmpagianni, A. Travlos, A.Kalokairinon, A. Sachlas,
& S. Zyga. “Predictor of smoking and alcohol use behavior
in undergraduate student : Application of Theory of
Planned Behavior” 2014, 7(2), pp. 477
[17] N. S. Lestari & E. Purwandari. “Perbedaan perilaku
berisiko penyalahgunaan NAPZA ditinjau berdasarkan
keterlibatan mengisi waktu luang pada remaja”. 2014,
Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
[18] F.P. Madrut. “Extracurricular and Leisure Activities as
Predictors of Adolescent Substance Use” 2015, Revista
de Asistenia Sociala, XIV (3), pp 153 – 162.
[19] R.M.J Herman. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika & Zat
Adiktif) di Kalangan Siswa SMU”. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan.RI, Jakarta. 2005.
www.kalbe.co.id/
[20] M. Steketee, C. Aussems, J. Toorn, & H. Jonkman.
“Leisure time and Peers”. Verwey-Jonker Institut. 2010.
[21] G. Hendricks, S. Savahl, & M. Florence. “ Adolescent peer
pressure, leisure boredom, and substance use in low-
Income Cape Town Communities”. Social Behavior and
Personality, 2015, 43 (1), pp 99 – 110.
Doi.org/10.2224/sbp.2015.43.1..99
[22] K.L. Moilanen, C. A. Makstrom, & E. Jones.
“Extracurriculer activity availibility and participation and
substance abuse among American Indian adolescent”
Journal Youth Adolescence. 2014, 43, pp 454 – 469, doi
10.1007/s10964-013-0088-1

175 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 6


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (APPPTMA)

You might also like