Professional Documents
Culture Documents
DENGAN INSOMNIA
KEPERAWATAN KOMPLEMENTER
Oleh
NIM 162310101150
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
EVIDENCE BASED NURSING: EFEKTIVITAS AKUPRESUR PADA LANSIA
DENGAN INSOMNIA
KEPERAWATAN KOMPLEMENTER
Oleh
NIM 162310101150
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan pembahasan tentang “Evidence Based
Nursing: Efektivitas Akupresur Pada Lansia Dengan Insomnia”. Tidak lupa kami
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari berbagai pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................................... i
iv
2.5 Temuan Artikel Pilihan dari Kata Kunci PICO Digunakan untuk Sebagai
Rujukan................................................................Error! Bookmark not defined.
3.2 Prosedur Pelaksanaan Evidence Based Practice ....Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN
v
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lansia banyak mengalami perubahan secara biologis, psikologis, dan sosial,
khususnya kemunduran berbagai fungsi dan kemampuan yang dahulu pernah dimiliki.
Proses penuaan antara lain perubahan penampilan fisik, penurunan daya tahan tubuh,
dan penurunan berbagai fungsi organ yang mengancam kesehatan lansia. Mereka juga
harus berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan
dengan orang-orang yang dicintai. Kondisi tersebut menyebabkan seorang lansia lebih
rentan untuk mengalami berbagai masalah kesehatan, salah satunya insomnia (Padila,
2013).
Insomnia merupakan salah satu gangguan tidur yang paling sering dikeluhkan di
dunia praktik kedokteran. Insomnia dapat didefinisikan sebagai kesulitan dalam
memulai tidur, mempertahankan tidur, bangun pagi, serta mengantuk di siang hari.
Gangguan tidur dapat menyerang semua golongan usia, namun lebih sering menjadi
keluhan masalah psikologis yang umum di kalangan lansia. Namun beberapa artikel
mengatakan bahwa angka kejadian insomnia akan meningkat seiring bertambahnya
usia. Dengan kata lain, gejala insomnia sering terjadi pada orang lanjut usia (lansia)
bahkan hampir setengah dari jumlah lansia dilaporkan mengalami kesulitan memulai
tidur dan mempertahankan tidurnya (Stanley M, 2007).
Gejala insomnia adalah salah satu keluhan paling umum di kalangan lansia
selama proses penuaan. Insomnia di kalangan lansia mungkin memiliki banyak
pengaruh negatif pada kesehatan umum dan kualitas hidup mereka. Secara khusus,
insomnia dapat menyebabkan kelelahan siang hari dan malaise, konsentrasi yang buruk,
kehilangan memori, penurunan kognitif, gangguan mood, kantuk di siang hari atau
gejala lain seperti sakit kepala, hipertensi dan masalah pencernaan (Gong, 2017).
Pengobatan untuk insomnia dapat diklasifikasikan ke dalam terapi Farmakologis
dan Nonfamakologis. Perawatan farmakologis meliputi beberapa obat seperti hipnotik
sedatif Benzodiazepine, hipnotik sedatif Non-benzodiazepine, antidepresan sedatif yang
dapat membuat orang tenang dan merasa mengantuk. Terapi non famakologis mengacu
pada terapi cahaya terang, terapi perilaku kognitif, terapi kontrol stimulus, kebersihan
tidur, dll. Namun, meskipun ada banyak perawatan untuk insomnia, masih ada
2
keterbatasan karena kelompok lansia adalah khusus. Mereka tidak hanya menderita
gejala insomnia tetapi juga memiliki penyakit lain seperti penyakit jantung dan
hipertensi. Secara umum, kondisi kesehatan lansia lebih lemah daripada orang dewasa
yang lebih muda. Jika menerima pengobatan farmakologis, efek samping bisa menjadi
masalah besar terutama ketika ada interaksi obat karena banyak orang tua mengambil
obat lain untuk penyakit yang berbeda. Kemudian jika perawatan non farmakologis
diadopsi, kondisi yang sesuai termasuk perangkat profesional, ruang untuk perawatan,
konsultan, dll diperlukan yang menghabiskan banyak waktu dan energi dan
menyebabkan banyak ketidaknyamanan. Dengan demikian, terapi alternatif akupresur
akan cocok untuk mengobati insomnia pada orang tua (Gong, 2017).
Akupresur termasuk dalam Pengobatan Tradisional Cina sebagai komponen
perawatan alternatif. Akupresur didefinisikan sebagai teknik yang menerapkan tekanan
pada titik-titik acupoint pada tubuh manusia dengan menggunakan jari, telapak tangan
atau perangkat lain untuk menyeimbangkan aliran energi vital yang disebut Qi melalui
meridian. Perawatan tradisional ini semakin populer karena sifatnya yang non-invasif,
non efek samping dan perawatan di rumah (Gong, 2017).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektivitas akupresur pada lansia dengan insomnia.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Untuk mengetahui kualitas hidup dan kualitas tidur lansia dengan
insomnia.
1.2.2.2 Untuk mengetahui kualitas hidup dan kualitas tidur lansia dengan
insomnia yang diberikan terapi akupresur.
1.3 Manfaat Penerapan EBN
1.3.1 Bagi Pasien
Mengatasi insomnia yang dialami lansia tanpa menggunakan terapi farmakologi
yang memiliki efek samping lain.
1.3.2 Bagi Pelayanan Keperawatan
3
Hasil dari EBN dapat digunakan perawat sebagai terapi yang dimanfaatkan
untuk mengatasi masalah insomnia yang dialami lansia tanpa menggunakan
terapi farmakologi.
1.3.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Memperkaya ilmu keperawatan sebagai salah satu metode mengatasi masalah
insomnia yang dialami lansia selain menggunakan terapi farmakogi.
4
Apakah terapi akupresur dapat mengatasi masalah insomnia pada lansia dan
meningkatkan kualitas hidup ?
2.5 Temuan Artikel Pilihan dari Kata Kunci PICO Digunakan untuk Sebagai
Rujukan
2.5.1 Acupressure in insomnia and other sleep disorders in elderly
institutionalized patients suffering from Alzheimer’s disease
Penjelasan Jurnal Utama Penerapan EBN
Akupresur pada insomnia dan gangguan tidur lainnya pada pasien lansia
yang mengalami penyakit Alzheimer
Tujuan : Mengetahui efektivitas akupresur untuk pengobatan insomnia
dan gangguan tidur lainnya dan ingin menunjukkan bahwa
pengobatan akupresur layak juga pada pasien residen lanjut
usia.
Metode : Akupresur harian diberikan pada lansia dengan insomnia pada
titik HT7 (Kontrol Insomnia H7) dilakukan selama periode 8
minggu dengan durasi 15-30 menit. Selain itu, juga diberikan
skala berikut: pemeriksaan keadaan mental mini, skala
kemunduran global, inventaris neuropsikiatrik, inventori-sifat-
kecemasan, aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas
instrumental aktivitas sehari-hari, kualitas hidup kesehatan
global, dan Pittsburgh indeks kualitas tidur
Hasil : Setelah menerima perawatan akupresur, lansia mengalami
penurunan signifikan dari gangguan tidur. Jumlah jam tidur
efektif dianggap meningkat. Selain itu, waktu yang diperlukan
untuk tertidur menurun secara signifikan dan kualitas tidur juga
meningkat. Selain itu, kualitas hidup juga membaik. Obat
penenang telah berkurang pada semua pasien yang terlibat
dalam penelitian ini.
Kesimpulan: Akupresur dapat direkomendasikan sebagai metode
komplementer, efektif, dan non-intrusif untuk mengurangi
gangguan tidur pada pasien residen tua yang dipengaruhi oleh
gangguan kognitif. Keterbatasan penelitian adalah ukuran
7
3.1 Subjek
Subjek dalam penerapan EBN adalah lansia dengan gangguan tidur/insomnia.
Kriteria Inklusi : lansia dengan gangguan tidur, lansia dengan Alzheimer
berdasarkan kriteria NINCDS-ADRDA, dan gangguan kognitif
ringan.
Kriteria Ekslusi : lansia dengan demensia berat, kegagalan fungsi organ tubuh,
TBC, luka bakar, tumor, cedea, gangguan hemoragik, dan infeksi
local.
BAB 4. PEMBAHASAN
Kualitas dan kuantitas tidur yang buruk disebabkan oleh insomnia dan
berkolerasi dengan risiko tinggi untuk morbiditas dan mortalitas mempengaruhi kualitas
hidup. Insomnia dapat didefinisikan sebagai kesulitan dalam memulai tidur,
mempertahankan tidur, bangun pagi, serta mengantuk di siang hari. Kualitas tidur yang
buruk ini merupakan masalah kesehatan yang imum terjadi pada lanjut usia. Penyebab
insomnia pada lanjut usia dapat dikarenakan pengaruh obat, proses penyakit, ataupun
masalah psikologis. Tekanan psikologis sering terjadi pada lanjut usia, seperti
kecemasan, kemarahan, kesepian, dan isolasi sosial. Tekanan psikologis dan penyakit
psikologis mungkin merupakan faktor penting yang mendasari insomnia pada lanjut
usia. Dengan demikian, lebih aman melakukan pendekatan menggunakan desain
intervensi nonfarmakologi untuk mengurangi insomnia pada lanjut usia, meskipun
intervensi menggunakan aktivitas fisik, aktivitas sosial, penerangan yang cukup,
ataupun menggunakan musik untuk mengatasi insomnia telah dikembangkan, namun
dalam hal ini lebih berfokus pada insomnia dan psikologis lanjut usia. Salah satu
pengobatan yang dapat diberikan kepada lanjut usia dengan gangguan tidur yaitu terapi
akupresur (Chen dkk., 2019).
Akupresur merupakan terapi komplementer yang terdiri dari pijatan atau stimulasi
dari beberapa titik akupuntur, namun aplikasinya tanpa menggunakan jarum. Akupresur
tidak hanya mengendurkan atau merilekskan tubuh, tetapi juga merangsang fungsi
fisiologis merdian akupuntur yang dapat meningkatkan kesehatan dan kenyamanan.
Dalam Simoncini dkk., (2015) akupresur pada titik HT7 (Shenmen) dapat meningkatkan
parameter kualitas tidur seperti: latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, dan gangguan
tidur. Penggunakan terapi akupresur pada titik HT7 (Shenmen) dapat meningkatka
waktu tidur dan menurunkan kejadian nocturnal. Sebelum melakukan tindakan
akupresur sebaiknya melakukan pengkajian pada status metal mini (MMSE), GDS,
inventaris neuropsikiatri (NPI), persediaan statetrait-kecemasan (STAI Y-1), ADL,
IADL menurut Katz dan Lawton, kualitas hidup kesehatan global, dan PSQI.
12
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Insomnia atau gangguan tidur merupakan hal umum yang terjadi pada lanjut
usia. Penyebab insomnia pada lansia dapat karena pengaruh obat, tekanan psikologis,
efek penyakit, ataupun karena penurunan kognitif. Terapi komplementer seperti
akupresur dapat digunakan untuk mengatasi insomnia atau gangguan tidur pada lansia.
Terapi akupresur pada titik HT7 (Shenmen) telah teruji dapat menurunkan gangguan
tidur atau meningkatkan kualitas tidur serta menurunkan kejadian nocturnal pada lansia.
Terapi akupresur ini lebih cocok diterapkan pada lansia karena tidak memiliki efek
samping negatif seperti penggunaan terapi farmakologi. Dengan memberikan tekanan
pada titik akupresur dapat melepaskan neurotransmiter yang menyampaikan sinyal
sepanjang neuron atau mengaktifkan sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal untuk
mengatur fungsi endokrin, sehingga menyebabkan otot rileks dan membuatnya lebih
mudah tertidur
5.2 Saran
Akupresur dapat dijadikan alternatif perawat atau tenaga medis lainnya sebagai
salah satu terapi komplementer yang mengatasi masalah gangguan tidur. Terapi
akupresur ini telah teruji dapat memberikan beberapa manfaat salah satunya mengatasi
gangguan tidur dan tidak menimbulkan efek samping negatif, serta terapi akupresur ini
dapat meminimalkan efek samping pemberian terapi farmakologi pada gangguan tidur
atau insomnia.
13
DAFTAR PUSTAKA
Shergis, J. L., X. Ni, M. L. Jackson, A. L. Zhang, X. Guo, Y. Li, C. Lu, dan C. C. Xue.
2016. A systematic review of acupuncture for sleep quality in people with
insomnia. Complementary Therapies in Medicine. 26:11–20.
Stanley M, B. G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (2nd ed.). Jakarta: EGC.