You are on page 1of 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

Kurikulum adalah merupakan proses pengalaman pembelajaran yang


dirancang/direncanakan yang telah melalui pembimbingan serta hasil pembelajaran
yang diinginkan yang telah dibentuk secara sistematik melalui pembinaan semua
materi yang ada dan pengalaman disekolah, sehingga guru dapat dituntut tanggung
jawabnya terhadap kurikulum yang telah ada.

Penafsiran konsep kurikulum bagi peneliti dan praktisi pendidikan dapat


berbeda satu sama lain. Secara umum, konsep kurikulum dapat didefinisikan sebagai
suatu spesifik rangkaian pengetahuan, keterampilan dan kegiatan untuk disampaikan
kepada siswa. Penafsiran lain, konsep kurikulum dapat didefinisikan sebagai suatu
rangkaian kegiatan yang direncanakan sebagai panduan guru untuk mengajar dan
siswa untuk belajar.
2

BAB II
PEMBAHASAN
Aliran atau teori pendidikan memiliki model konsep kurikulum dan praktek
pendidikan yang berbeda :
A. Model konsep kurikulum dari teori pendidikan klasik disebut subyek
kurikulum akademis
B. Model konsep kurikulum pendidikan pribadi disebut kurikulum
humanistik
C. Model konsep kurikulum interaksionis disebut kurikulum rekonstruksi
sosial
D. Model konsep kurikulum teknologi pendidikan disebut kurikulum
teknologis

A. Kurikulum subjek akademis


Model konsep kurikulum ini adalah model yang tertua, sejak sekolah yang
pertama berdiri, kurikulumnya mirip dengan tipe ini sampai sekarang, walaupun telah
berkembang tipe-tipe lain, umumnya sekolah tidak dapat melepaskan tipe ini.
Kurikulum ini sangat praktis, mudah disusun, mudah digabungkan dengan tipe
lainnya. Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme
dan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan
nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu Fungsi pendidikan
memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu tersebut Kurikulum ini
lebih mengutamakan isi pendidikan Belajar adalah belajar menguasai ilmu sebanyak-
banyaknya. orang yang berhsail dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh
atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh guru.
Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik , yang berorientasi pada masa
lalu, isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu sesuai dengan bidang disiplinnya
para ahli , masing – masing telah mengembangkan ilmu secara sistematis , logis , dan
solid.
3

Kurikulum subjek akademis tidak berarti hanya menekankan pada materi yang
disampaikan, dalam perkembangannya secara berangsi memperhatikan proses belajar
yang dilakukan siswa. Proses belajar yang dipilih sangat bergantung pada segi apa
yang dipentingkan dalam mate pelajaran tersebut.1
Jerome Bruner dalam The Process of Education menyarankan bahwa desain
kurikulum hendaknya didasarkan atas struktur disiplin ilmu Selanjutnya, ia
menegaskan bahwa kurikulum suatu mata pelajaran didasarkan atas pemahaman yang
mendasar yang dapat diperoleh dai prinsip-prinsip yang mendasarinya dan yang
memberi struktur kepada suatu disiplin ilmu.

Ada 3 pendekatan dalam perkembangan kurikulum subyek akademis :


1. Melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan , murid – murid belajar
bagaimana memperoleh dan menguji fakta – fakta dan buka sekedar
mengingat – ingatnya
2. Studi yang bersifat integratif ini merupakan respon terhadap
perkembangan masyarakat yang menuntut model – model pengetahuan yang
lebih komprehensif - terpadu
3. Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah fundamentalis. Mereka
tetap mengajar berdasar mata pelajaran dengan menekankan membaca ,
menulis , dan memecahkan masalah matematis. Pelajaran yang lain dipelajari
tanpa dihubungkan dengan kebutuhan praktis pemecahan masalah dalam
kehidupan2

1. Ciri – ciri Kurikulum Subyek Akademis :


Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan
tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Tujuan kurikulum subjek akademis

1
Anwar Yasin, Pembaharuan Kurikulum Sekolah Dari Sejak Proklamasi Kemerdekaan,
Jakarta, Balai Pustaka, 1987, h. 25
2
Beeby, C.E, Pendidikan Di Indonesia, Penilaian Dan Pedoman Perencanaan, Jakarta,
LP3ES, h. 88
4

adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-
ide dan proses penelitian Dengan berpe ngetahuan dalam berbagai disiplin ilmu/ para
siswa diharapkan memilki konsep-konsep dan cara-cara yang dapat terus
dikembangkan dalam masyarakat yang lebih luas. Para siswa harus belajar
menggunakan pemikiran dan dapat mengontrol dorongan-dorongannya. Sekolah haru
membenkan kesempatan kepada para siswa untuk merealisasikan kemampuan mereka
menguasai warisan budaya dan jika munekuninya.
Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek akademis
adalah metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru kemudian dielaborasi
(dilaksanakan) siswa sampai mereka kuasai. Konsep utama disusun secara sistematis,
dengan ilustrasi yang jelas untuk selanjutnya dikaji. Dalam materi disiplin ilmu yang
diperoleh, dicari berbagai masalahpentmg, kemudian dirumuskan dan dicari cara
pemecahannya. Melalui proses tersebut para siswa akan menemukan, bahwa
kemampuan berpikir dan mengamati digunakan dalam ilmu kealaman logika
digunakan dalam matematika, bentuk dan perasaan digunakan dalam koherensi dalam
sejarah. Mereka mempelajari buku-buku standar untuk memperkaya pengetahuan,
dan untuk memahami budayamasa lalu dan mengerti keadaan masa kini. Ada
beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek akademis. Pola-pola
tersebut diantaranya :
1. Correlated curriculum adalah pola organisasi materi atau konsep yang
dipelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.
2. Unified atau Concentrated curriculum adalah pola organisasi bahan pelajaran
tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu.-yang mencakup materi dari
berbagai pelajaran disiplin ilmu.
3. Integrated curriculum. Kalau dalam unified masih tampak warna disiplin
ilmunya, maka dalam pola yang integrated warna disiplin ilmu tersebut

2. Pemilihan Disiplin Ilmu


5

Masalah besar yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum subjek


akademis adalah bagaimana memilih materi pelajaran dari sekian banyak disiplin
ilmu yang ada. Apabila ingin memiliki penguasaan yang cukup mendalam maka
jumlah disiplin ilmunya harus sedikit. Apabila hanya mempelajari sedikit disiplin
ilmu maka penguasaan para siswa akan sangat terbatas, sukar menerapkannya dalam
kehidupan masyarakat secara luas. Apabila disiplin ilmunya cukup banyak, maka
tahap penguasaannya akan mendangkal. Anak-anak akan tahu banyak tetapi
pengetahuannya hanya sedikit-sedikit (tidak mendalam). Ada beberapa saran untuk
mengatasi masalah tersebut, yaitu:
1. Mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh (comprehensiveness)
dengan menekankan pada bagaimana cara menguji kebenaran atau
mendapatkan pengetahuan.
2. Mengutamakan kebutuhan masyarakat (social utility), memilih dalam
menentukan aspek-aspek dari dari disiplin ilmu yang sangat diperlukan dalam
kehidupan masyarakat.
3. Menekankan pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang
menjadi dasar (prerequisite) bagi penguasaan disiplin-disiplin ilmu.
4. Penyesuaian mata pelajaran dengan perkembangan analitik Para pengembang
kurikulum subjek akademis.

B. Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan numanistik.
Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education)
yaitu John Dewey (Progressive Education) dan J.J. Rousseau (Romantic Education).
Aliran ini lebih memberikan tempat utama acttivity kepada siswa agar mereka
bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa. Mereka percaya bahwa siswa
mempunyai . segi potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Para
pendidik humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak
merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan dan diarahkan kepada
6

membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi
sosial dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain).
a. Konsep Dasar
Bertolak dari asumsi bahwa anak / siswa adalah yang pertama dan utama ,
menjadi pusat kegiatan pendidikan mempunyai potensi , punya kemampuan , dan
kekuatan untuk berkembang. Terdapat beberapa aliran yang termasuk dalam
pendidikan humanistik , antara lain :
1. Konfluen , menekankan keutuhan pribadi. Individu merespon secara
utuh ( pikiran , perasaan , tindakan ) terhadap kesatuan yang menyeluruh dari
lingkungan. Kurikulum Konfluen , menyatukan segi – segi afektif dengan segi –
segi kognitif.
Kurikulum konfluen mempunyai beberapa ciri utama yaitu:
a. Partisipasi. Kurikulum ini menekankan partisipasi murid dalam belajar
Kegiatan belajar adalah belajar bersama, melalui berbagai aktivitas kelompok.
Melalui partisipasi dalam kegiatan bersama murid-murid dapat mengadakan
perundingan, persetujuan, pertukan kemampuan, bertanggung jawab bersama, dan
lain-lain. Ini menunjukkan ciri yang non-otoriter dari pendidikan konfluen.
b. Integrasi. Melalui partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok terjadi
meninteraksi, interpenetrasi, dan integrasi dari pemikiran, perasaan dan juga
tindakan.
c. Relevansi. Isi pendidikan relevan dengan kebutuhan, minat dan kehidupan
murid karena diambil dari dunia murid oleh murid sendi untuk Hal demikian
sudah tentu akan lebih berarti bagi murid baik seca secara intelektual maupun
emosioanal.
Dasar dari kurikulum konfluen adalah Psikologi Gestalt yan menekankan
keutuhan, kesatuan, keseluruhan. Teori yang mendukui siswa pandangan ini
adalah Eksistensialisme yang memusatkan perhatiannya pada apa yang terjadi
sekarang di tempat ini. Apa yang menjadi i tujuan kurikulum diukur oleh apakah
hal itu bermanfaat bagi kita sekarang Apakah hal itu akan memperbaiki
7

kehidupan kita sekarang. Prinsip pengajarannya menerapkan prinsip terapi


Gestalt, yang menekankan keterbukaan, kesadaran, keunikan, dan tanggung jawab
pribadi. Hal-hal di atas sangat esensial dalam perkembangan individu yan men
sehat, yang matang. Pengajaran lebih menekankan kepada tanggung jawab pribadi
daripada kompetisi. Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pengajaran
konfluen.

2. Metode belajar konfluen :


1. Topik – topik yang mengandung Self Judgement
2. Materi disajikan dalam bentuk yang belum selesai , tema atau isu – isu
yang muncul secara spontan
3. Pengajaran humanistik memfokuskan proses aktualisasi diri

b. Karakteristik Kurikulum Humanistik :


Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, tujuan, metode,
organisasi isi, dan evaluasi. kurikulum befungsi menyediakan pengalaman
pengetahuan berharga untuk membantu memperlancar perkembangan pribadi murid.
Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis
yang diarahkan pada pertumBuhan, integritas, dan otonori siswa. kepribadian, sikap
yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belaja yang akan Semua itu
merupakan bagian dari cita-cita perkembangan manusia yan orang lain teraktualisasi
(self actualizing person). Seseorang yang mengakutalisasikan diri adalah orang yang
telah mencapai keseimbangan (harmoni) perkembangan seluruh aspek pribadinya
baik aspek kognitif, estetika, maupun moral.
Seorang dapat bekerja dengan baik bila memilili karakter yang baik pula.
Kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional yang baik antara guru dan
murid. Guru selain harus mampu menciptakan hubungan yang hangat dengan murid
juga mampu menjadi sumber. kurikulum humanistik menekankan integrasi yaitu
kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga emosfonal dan
8

tindakan. Kurikulum humanistik juga menekankan keseluruhan. Kurikulum harus


mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh, bukan pengalaman yang
terpenggal-penggal.
Dalam evaluasi, kurikulum humanistik berbeda dengan yang biasa, Model ini
mengutamakan proses daripada hasil. Kalau subjek akademis mempunyai kriteria
pencapaian, maka dalam kurikulum humanistik tidak ada kriteria. Sasaran mereka
adalah perkembangan anak supaya menjadi manusia yang lebih terbuka, lebih berdiri
sendiri. Kegiatan yang mereka lakukan hendaknya bermanfaat bagi siswa. Kegiatan
belajar yang baik adalah yang memberikan pengalaman yang akan membantu para
siswa memperluas kesadaran akan dirinya.3

C. Kurikulum Rekonstruksi Sosial


Theodore Brameld, pada awal tahun 1950-an menyampaikan gagasannya
tentang rekonstruksi sosial. Dalam raasyarakat demokratis seluruh warga masyarakat
harus turut serta dalam perkembangan dan pembaharuan masyarakat. Untuk
melaksanakan hal itu sekolah mempunyai posisi yang cukup penting. Sekolah bukan
saja dapat membantu individu memperkembangkan kemampuan sosialnya, tetapi juga
dapat membantu bagaimana berpartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial Para
rekonstruksiom sosial tidak mau terlahl menekankan kebebasan individu. Mereka
ingin meyakinkan murid-murid bagaimana masyarakat membuat warganya seperti
yang ada sekarang dan bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan pribadi
warganya melalui konsensus sosial. Brameld juga ingin memberikan keyakinan
tentang pentingnya perubahan sosial. Perubahan sosial tersebut harus dicapai melalui
prosedur demonstrasi. Para rekonstruksionis sosial menentang intimidasi, menakut-
nakuldan kompromi semu. Mereka mendorong agar para siswa mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak (crucial)

3
Nana Saodiah Sukmadinata, Pengembangan Kurkulum Teory Dan Praktek, Bandung,
Remaja Rosda Karya, 1997, h 56
9

dan kerja sama atau bergotong royong untuk memecahkannya. Hal inipun sesuai
dengan ayat berikut ini :
  
  
   
 
    
    
    
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu
musuh yang nyata bagimu. Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah)
sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, Maka Ketahuilah,
bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al Baqarah :
208-209)4

a. Desain kurikulum rekonstruksi sosial


a. Asumsi. Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan
para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-
gangguan yang dihadapi manusia-Tantangan-tantangan tersebut merupakan
bidang garapan studi sosial, yang perlu didekat dari bidang-bidang lain seperti
ekonomi. Sosiologi pgikologi, estetika, bahkan pengetahuan alam.
b. Masalah-masalah sosial yang mendesak. Kegiatan belajar dipusatkan pada
asalah-masalah sosial yang niendesak., Masalah-masalah tersebut dirumuskan
dalam pertanyaan, seperti: Dapatkah kehidupan seperti sekarang ini
4
Departemen agama, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, al-jumnatul Ali, Bandung, 2005, h. 33
10

memberikan kekuatan untuk menghadapi ancaman-ancaman yang akan


mengganggu integritas kemanusiaan.
c. Pola-pola organisasi. Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi
kurikulum disusun seperti sebuah roda. Di tengah-tengahnya sebagaiporos
dipilih sesuatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.
Dari tema utama dijabarkan sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi-
diskusi kelompok, latihan-latihan, kunjungan dan lain-lain. Topik-topik
dengan berbagai kegiatan kelompok ini merupakan jari-jari. Semua kegiatan
jari-jari tersebut dirangkum menjadi satu kesatuan sebagai bingkai atau velk.

b. Komponen – komponen kurikulum :


a. Tujuan dan isi kurikulum.
Tujuan program pendidikan setiap tahun berubah. Dalam program pendidikan
ekonomi-politik, umpamanya untuk tahun pertama tujuannya membangun
kembali dunia ekonomi politik. Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut adalah (1) mengadakan survai secara kritis terhadap
masyarakat (2) mengadakan studi tentang hubungan antara keadaan ekonomi
lokal dan ekonomi nasional serta dunia, (3) mengadakan studi tentang latar
belakang historis dan kecenderungan-kecenderungan perkembangan ekonomi,
hubungannya dengan ekonomi lokal, (4) mengkaji praktik politik dalam
hubungannya dengan faktor ekonomi, (5) memantapkan rencana perubahan
praktik politik.
b. Metode.
Dalam pengajaran rekonstruksi sosial para pengembang kurikulum berusaha
mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan siswa. Guru-
guru berusaha membantu para siswa menerapkan minat dan kebutuhannya.
Sesuai dengan minat masing-masing siswa, baik dalam kegiatan plenomaupun
kelompok-kelompok berusaha memecahkan masalah sosial yang dihadapinya.
c. Evaluasi.
11

Dalam kegiatan evaluasi para siswa juga libatkan. Terutama dalam memilih,
menyusun, dan menilai bahan akan diujikan. Soal-soal yang akan diujikan
dinilai lebih dulu ketepatan maupun keluasan isinya, juga keampuhan menilai
capaian tujuan-tujuan pembangunan masyarakat yang sifat kualitatif. Evaluasi
tidak hanya menilai apa yang telah dikuasai siswa tetapi juga menilai
pengaruh kegiatan sekolah terhadap masyarat Pengaruh tersebut terutama
menyangkut perkembangan masyani dan peningkatan taraf kehidupan
masyarakat.

c. Pelaksanaan pengajaran rekonstruksi sosial.


Pengajaran rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah yang tergolong
belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tentu Pelaksanaan pengajaran ini
diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka. Sesuai dengan potensi
yang ada dalam masyarat sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan
bantuan biaya pemerintah sekolah berusaha mengembangkan potensi tersebut. Di
daerah pertanian umpamanya sekolah mengembangkan. Bidang pertanian, peternakan
di daerah industri.
Salah satu badan yang banyak mengembangkan baik teori maupun praktik
pengajaran rekonstruksi sosial adalah Paulo Freize. Mereka banyak membantu
pengembangan daerah-daerah di Amerika Latin. Untuk memerangi kebodohan dan
keterbelakangan mereka menggalakkan gerakan budaya akal budi (conscientization).
Conscientization merupakan proses pendidikan atau pengajaran di mana siswa tidak
hanya sebagai penerima tetapi sebagai pelajar yang aktif. Mereka Busaha membuka
diri, memperluas kesadaran tentang realitas sosial dengan segala kemampuannya
berupaya mengubah dan Sekolah berusaha memberikan penerangan dan melatih
kemampuan untuk melihat dan mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi,
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

D. Teknologi dan Kurikulum


12

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, di bidang pendidikan


berkembang pula teknologi pendidikan. Aliran ini menekankan isi kurikulum tetapi
diarahkan bukan pada pemeliharaan dan pengawetan ilmu tersebut tetapi pada
penguasaan kompetensi. Suatu kompetensi yang diuraikan menjadi kompetensi yang
lebih sempit/khusus dan akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang dapat diamati atau
diukur. Hal inipun di teragkan dalam Al Qur’an :
  
  
   
   
     
  
Artinya :
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di
segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka
bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya
Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu.(QS AL Fushilat : 53)5

Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah


dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) di perangkat keras
(hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai
teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak
disebut juga teknologi sistem (systim technology).
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada
penggunaan alat-alat teknologis untuk menunjang efisiensi efektivitas pendidikan.
Kurikulumnya berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media, juga

5
Ibid, h. 450
13

model-model pengajaran yang melibatkan penggunaan alat. Contoh-contoh model


pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan bantuan film dan video, pengajaran
berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul. Pengajaran denga bantuan
komputer, dan lain-lain.
Dalam arti teknologi sistem, teknologi pendidikan menekankan kepada
penyusunan program pengajaran atau rencana pelajaran dengan menggunakan
pendekatan sistem. Program pengajaran ini bisa semata-mata program sistem, bisa
program sistem yang ditunjang dengan alat dan media, dan bisa juga program sistem
yang dipadukan dengan alat dan media pengajaran.

1. Beberapa ciri kurikulum teknologi :


Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan, memiliki beberapa
ciri khusus, yaitu:
a. Tujuan. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan
dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi
dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif atau tujuan
instruksional. Objektif ini menggambarkan perilaku, perbuatan atau kecakapan-
keterampilan yang dapat diamati atau diukur.
b. Metode. Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang
sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan
apabila terjadi respons yang diharapkan maka respons tersebut diperkuat. Tujuan-
tujuan pengajaran telah ditentukan sebelumnya. Pengajaran bersifat individual,
tiap siswa menghadapi serentetan tugas yang harus dikerjakannya, dan maju
sesuai dengan kecepatan masing-masing. Pada saat tertentu ada tugas-tugas yang
harus dikerjakan secara kelompok. Setiap siswa harus menguasai secara tuntas
tujuan-tujuan program pengajaran. Pelaksanaan pengajaran mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut.
14

1. Penegasan tujuan. Para siswa diberi penjelasan tentang


pentingnya bahan yang harus dipelajari. Sebagai tanda menguasai bahan
mereka harus menguasai seara tuntas tujuan-tujuan dari suatu program.
2. Pelaksanaan pengajaran. Para siswa belajar secara
individual melalui media buku-buku ataupun media elektronik. Dalam
kegiatan belajarnya mereka dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar
ataupun perilaku-perilaku yang dinyatakan dalam tujuan program. Mereka
belajar dengan cara memberikan respons secara cepat terhadap persoalan-
persoalan yang diberikan.
3. Pengetahuan tentang hasil. Kemajuan siswa dapat
segera diketahui oleh siswa sendiri, sebab dalam model kurikulum ini umpan
balik telah mereka kuasai dan apa yang masih harus dipelajari serius.
4. Organisasi bahan ajar. Bahan ajar atau isi kurikulum
banyak diambil disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga
penguasaan sesuatu kompetensi. Bahan ajar yang luas/besar dirinci menjadi
bagian-bagian atau sub kompetensi yang lebih kecil, yang menggambarkan
objektif.
5. Evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat,
pada suatu pelajaran, suatu unit ataupun semester. Fungsi evaluasi ini macam-
macam, sebagai umpan balik bagi siswa dalam penyempunaan penguasaan
suatu satuan pelajaran (evaluasi formatif), umpan bagi siswa pada akhir suatu
program atau semester (evaluasi sumatif Juga dapat menjadi umpan balik bagi
guru dan pengembang kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum. Evaluasi
yang mereka gunakan umumnya berbentuk tes objektif.

2. Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada beberapa dasar , yaitu:
1) Prosedur pengembangan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh pengembang
kurikulum yang lain, 2) Hasil pengembangan yang berbentuk model adalah yang bisa
15

diuji coba ulang, dan memberikan hasil yang sama. Dari pengembangan kurikulum
teknologis adalah penekanan pada petensi. Pengembangan dan penggunaan alat dan
media pengajaran hanya sebagai alat bantu tetapi bersatu dengan program pengajaran
ditujukan pada penguasaan kompetensi tertentu. Pengembangan kurikulum ini
membutuhkan kerjasama dengan para penyusun program dan penerbit media
elektronik dan media cetak. Di pihak lain harus dicegah jangan sampai
pengembangan kurikulum ini menjadi objek bisnis. Pengembangan pengajaran yang
betul-betui berstruktur dan bersatu dengan alat dan media membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Inilah hambatan utama pengembangan kurikulum ini, terutama bagi
sekolah atau daerah-daerah yang kemampuan finansialnya masih rendah.
Pemecahan masih dapat dilakukan dengan menerapkan model kurikulum
teknologis yang lebih menekankan pada teknologi sistem dan kurang menekankan
pada teknologi alat. Dengan pendekatan ini biaya dapat lebih ditekan, di samping
memberi kesempatan kepada pelaksanaan pengajaran, terutama guru-guru untuk
mengembangkan sendiri program pengajarannya. Model ini di Indonesia dikenal
dengan nama Satuan Pelajaran dalam lingkungan Pendidikan Dasar dan Menengah
atau Satuan Acara Perkuliahan pada Perguruan Tinggi, sebagai bagian dari Sistem
Instruksional atau Desain Instruksional.
Pengembangan kurikulum teknologis terutama yang menekankan teknologi
alat, perlu mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, formulasi perlu dirumuskan
terlebih dahulu apakah pengembangan alat atau media tersebut benar-benar
diperlukan. Hal ini menyangkut pasaran. Kedua spesifikasi, diperlukan adanya
spesifikasi dari alat atau media yang akan dikembangkan, baik dilihat dari segi
kegunaannya maupun ketepatan penggunaannya.
16

BAB III
KESIMPULAN

Model konsep kurikulum akademis adalah model yang tertua, sejak sekolah
yang pertama berdiri, kurikulumnya mirip dengan tipe ini sampai sekarang, walaupun
telah berkembang tipe-tipe lain, umumnya sekolah tidak dapat melepaskan tipe ini.
Kurikulum ini sangat praktis, mudah disusun, mudah digabungkan dengan tipe
lainnya.
Kurikulum subjek akademis tidak berarti hanya menekankan pada materi yang
disampaikan, dalam perkembangannya secara berangsi memperhatikan proses belajar
yang dilakukan siswa. Proses belajar yang dipilih sangat bergantung pada segi apa
yang dipentingkan dalam mate pelajaran tersebut
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan numanistik.
Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education)
yaitu John Dewey (Progressive Education) dan J.J. Rousseau (Romantic Education).
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah
dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) di perangkat keras
(hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai
teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak
disebut juga teknologi sistem (systim technology).
17

DAFTAR PUSTAKA

Departemen agama, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, al-jumnatul Ali, Bandung, 2005.


Anwar Yasin, Pembaharuan Kurikulum Sekolah Dari Sejak Proklamasi
Kemerdekaan, Jakarta, Balai Pustaka, 1987.
Beeby, C.E, Pendidikan Di Indonesia, Penilaian Dan Pedoman Perencanaan,
Jakarta, LP3ES,
Nana Saodiah Sukmadinata, Pengembangan Kurkulum Teory Dan Praktek, Bandung,
Remaja Rosda Karya, 1997.
18

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Kurikulum subjek akademis ........................................................................ 2
......................................................................................................................
B. Kurikulum Humanistik ................................................................................ 5
C. Kurikulum Rekonstruksi Sosial................................................................... 8
D. Teknologi dan kurikulum............................................................................. 12

KESIMPULAN ....................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA
19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

karunia-Nya kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang sederhana ini yang

mengenai Model Konsep Kurikulum.

Kami menyadari bahwa makalah yang saya buat ini, masih memiliki

kesalahan, dan kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kami memerlukan kritik yang

membangun dan saran yang dapat kami jadikan perbaikan di masa-masa mendatang.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga makalah yang sederhana ini

dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amien..

Bandar Lampung, November 2010

Penyusun
20

TUGAS KELOMPOK

Model Konsep Kurikulum

Mata kuliah : Telaah Kurikulum PAI di Madrasah

Disusun
Oleh :

1. ASTRI NINGSIH NPM. 91101030


2. FIRMA MARITA SARI NPM. 911010075
3. LIA CHILVIANA SULI NPM. 911010114
4. YUNITA NPM. 1011010

KELAS : E
SEMESTER/ JURUSAN : III / PAI
21

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN
INTAN
LAMPUNG
2010

You might also like