You are on page 1of 10

ANALISIS PERILAKU AMAN PADA PEKERJA KONSTRUKSI DENGAN

PENDEKATAN BEHAVIOR-BASED SAFETY


(STUDI DI WORKSHOP PT. X JAWA BARAT)

Fransisca Anggiyostiana Sirait dan Indriati Paskarini


Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
E-mail: fransiscaanggi@gmail.com

ABSTRACT
PT. X is a company in steel structure construction and fabricator pole field. In the company’s Workshop, there are bending,
shearing, and cutting processes. The basic causation of work accident are unsafe behavior and unsafe condition. This
research aims to analyze the safe behavior of construction workers with Behavior-Based Safety approach in the stage
of define and observe of The DO IT Process, with the ABC (Activator, Behavior, and Consequence) model. This is an
observational descriptive research with the cross-sectional design. The respondents of this research are 30 construction
workers in Workshop of PT. X. The results of this research showed that all workers have good awareness; 93,3% of
construction workers have good knowledge; 93,1% have good perception; 92,7% have good motivation; 93,3% stated
that the safety needs had been fulfilled; 93,3% of construction workers stated that the existing safety rules of the company
had been implemented; 90% of construction workers ever got positive reinforcement; 85,7% of construction workers
ever got punishment; the construction workers stated that safety training and management role of the company had been
implemented. The result also showed the construction workers largely did safety behavior at work. In order to improve
safe behavior, the company needs to give training to all construction workers, implement SOP consistently, evaluate and
monitor the worker’s behavior, and implement the Behavior-Based Safety program (The DO IT Process).

Keywords: safe behavior, behavior-based safety, construction company

ABSTRAK
PT. X adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi struktur baja dan tiang fabricator. Dalam Workshop
perusahaan tersebut terdapat proses bending, shearing, dan cutting. Penyebab dasar kecelakaan kerja adalah perilaku
tidak aman dan kondisi tidak aman. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perilaku aman pada pekerja konstruksi
dengan pendekatan Behavior-Based Safety pada tahapan define dan observe dalam The DO IT Process dengan model
ABC (Activator, Behavior, dan Consequence). Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan rancangan
cross-sectional. Responden dalam penelitian ini adalah 30 pekerja konstruksi di Workshop PT. X. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa seluruh pekerja konstruksi memiliki kesadaran baik; 93,3% pekerja konstruksi memiliki pengetahuan
baik; 93,1% pekerja konstruksi memiliki persepsi baik; 92,7% pekerja memiliki motivasi baik; 93,3% pekerja konstruksi
menyatakan bahwa kebutuhan selamat telah terpenuhi; 93,3% pekerja konstruksi menyatakan bahwa peraturan K3 berlaku
di perusahaan; 90% pekerja konstruksi menyatakan bahwa pernah mendapatkan positive reinforcement; 85,7% pekerja
konstruksi menyatakan bahwa pernah mendapatkan hukuman; pekerja konstruksi menyatakan bahwa terdapat pelatihan
K3 dan peran manajemen yang berlaku di perusahaan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja
konstruksi telah berperilaku aman dalam bekerja. Untuk meningkatkan perilaku aman, perusahaan perlu memberikan
pelatihan untuk seluruh pekerja konstruksi, penerapan SOP secara konsisten, evaluasi dan monitoring perilaku pekerja
konstruksi, dan penerapan program Behavior-Based Safety (The DO IT Process).

Kata kunci: perilaku aman, behavior-based safety, perusahaan konstruksi

PENDAHULUAN kecelakaan kerja dengan berbagai ancaman di bidang


Persoalan yang muncul di era industrialisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia
adalah kebutuhan pekerja dan peningkatan masih cukup tinggi. Kecelakaan kerja masih sering
produktivitas untuk dapat menghasilkan produk terjadi dalam proses produksi, terutama di sektor
yang berkualitas. Kondisi kesehatan dan tersedianya jasa konstruksi. Berdasarkan laporan hasil penelitian
perlindungan keselamatan pekerja akan dapat International Labour Organization (ILO) (1989),
mempengaruhi produktivitas kerja. Angka kejadian hampir setiap hari terjadi kecelakaan kerja yang

91
92 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 91–100

mengakibatkan korban fatal (meninggal), yaitu Behavior-Based Safety dalam Safety Intervention
sekitar 6.000 kasus. Strategies telah menunjukkan hasil keberhasilan
Menurut data Jamsostek, jumlah kecelakaan pada peringkat pertama dan berarti bahwa mencapai
kerja pada tahun 2007 adalah 65.474 kasus dengan pengurangan tertinggi, yaitu dengan persentase
1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap, dan sebesar 59,6% yang dilakukan pada 7 penelitian
58.697 orang cedera. Sedangkan pada tahun 2008 dan 2.444 subjek. Hal ini berarti bahwa penggunaan
terdapat 94.736 kasus, tahun 2009 terdapat 96.314 pendekatan Behavior-Based Safety sebagai strategi
kasus, tahun 2010 terdapat 98.711 kasus, tahun 2011 dalam intervensi lebih efektif untuk digunakan dari
terdapat 99.491 kasus dengan rata-rata 414 kasus per pada apabila dibandingkan dengan pendekatan-
hari, tahun 2012 terdapat 103.074 kasus, dan tahun pendekatan yang lainnya, contohnya ergonomics,
2013 terdapat 103.285 kasus kecelakaan kerja. engineering change, problem solving, dan lainnya.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh National Teori menurut Cooper (2009), menyebutkan
Safety Council (NSC) pada tahun 2011menyebutkan bahwa Behavior-Based Safety merupakan sebuah
hasil bahwa penyebab kecelakaan kerja adalah 88% proses yang menciptakan kemitraan keamanan yang
karena perilaku tidak aman (unsafe behavior), 10% dilakukan antara manajemen dan pekerja dengan
karena kondisi yang tidak aman (unsafe condition), fokus yang berkelanjutan terhadap perhatian dan
dan 2% tidak diketahui penyebabnya. Cooper (2001) tindakan terhadap setiap orang dan orang lain, serta
juga menyatakan bahwa sebagian besar penyebab upaya untuk berperilaku selamat. Salah satu cara
kecelakaan kerja adalah karena perilaku tidak untuk mengidentifikasi unsafe condition dan unsafe
aman (unsafe behavior) dengan persentasi sebesar behavior yaitu dengan melakukan pendekatan
80–95%. Perilaku tidak aman terjadi karena persepsi perilaku atau yang disebut dengan BBS (Behavior-
dan keyakinan pekerja bahwa mereka merasa ahli Based Safety).
di bidangnya dan merasa belum pernah mengalami Menurut Geller (2001), perilaku aman dapat
kecelakaan kerja sehingga kurang ada kepedulian dilihat dari perilaku pekerja ketika melakukan
untuk bekerja dengan baik dan benar. pekerjaannya di tempat kerja. Pendekatan BBS akan
Berikut ini adalah data hasil penggunaan lebih berhasil jika didukung dengan pendekatan dan
beberapa pendekatan sebagai Safety Intervention metode yang mendorong peningkatan perubahan
Strategies yang telah dilakukan dalam beberapa perilaku dari yang tidak aman menjadi perilaku
penelitian dan subjek terkait menurut National Safety aman guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Council (NSC). Model ABC yang terdiri dari Activator-Behavior-
Consequence menjelaskan bahwa perilaku
Tabel 1. Data Hasil Safety Intervention Strategies dipengaruhi langsung oleh adanya faktor activator
(By NSC) yang mendahului terjadinya perilaku tertentu dan
faktor consequence yang akan dapat menentukan
Approach Studies Subject Reduction (%)
perilaku tertentu dilakukan ulang sebagai perilaku
Behavior Based 7 2.444 59,6
baru. Consequence dapat bertindak sebagai activator
Ergonomics 3 n/a 51,6
Engineering 4 n/a 29 baru atau activator ke dua yang dapat memicu
Change munculnya perilaku baru atau perilaku lain.
Problem Solving 1 76 20 PT. X merupakan sebuah perusahaan yang
Gov’t Action 2 2 18,3 bergerak di bidang konstruksi struktur baja dan
Mgt Audits 4 n/a 17 tiang fabricator. PT. X tersebut didirikan sejak
Stress 2 1.300 15 tahun 1999. PT. X sebagai produsen tiang baja
Management yang melingkupi sarana infrastruktur dan beberapa
Poster Campaign 2 6.100 14 bidang strategis di Indonesia, seperti transmisi tiang
Personnel 26 19.177 3,7 listrik, transmisi tiang telepon, tiang penerangan,
Selection tiang lampu taman atau dekoratif dan tiang-tiang
Near-miss 2 n/a 0
telekomunikasi atau pemancar. Workshop adalah
Reports
sebuah area kerja yang digunakan untuk melakukan
proses produksi material, yaitu diantaranya meliputi
Berdasarkan Data Hasil Safety Intervention
proses bending, shearing, dan cutting. Perusahaan
Strategies (By NSC) pada tabel 1 tersebut dapat
tersebut menghasilkan jenis baja struktur fabrikasi,
diketahui bahwa dengan menggunakan pendekatan
Fransisca Anggiyostiana Sirait dan Indriati Paskarini, Analisis Perilaku Aman pada Pekerja Konstruksi… 93

contohnya struktur bangunan, jembatan, tank, tempat penelitian secara langsung. Penelitian
menara baja, dan struktur peralatan mekanik. ini menggunakan rancang bangun studi potong-
Peneliti telah melakukan studi pendahuluan, lintang (cross -sectional study) dikarenakan peneliti
yaitu dengan mengobservasi pada beberapa pekerja melakukan penelitian dengan pengamatan pada
konstruksi yang terdapat di Workshop PT. X untuk satu kurun waktu atau periode tertentu yaitu ketika
dapat melihat secara langsung perilaku aman pada melakukan praktik penelitian lapangan.
pekerja konstruksi di perusahaan tersebut. Hasil Penelitian ini dilakukan di Workshop PT. X
dari observasi pendahuluan yang telah dilakukan (Steel Structures and Poles Fabricator), Jawa Barat.
adalah masih ditemukan adanya pekerja konstruksi Waktu penelitian adalah sejak pembuatan proposal
yang berperilaku kurang aman di perusahaan, penelitian dan pengumpulan data dilakukan mulai
misalnya adalah kurang tepat dalam penggunaan dari bulan Januari sampai Maret 2015.
APD (Alat Pelindung Diri), berjalan tidak di Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja
jalur yang seharusnya, dan mengabaikan adanya konstruksi yang meliputi pegawai tetap maupun
rambu-rambu K3 yang terdapat di area kerja. kontrak di Workshop PT. X Jawa Barat, yaitu sebesar
Perilaku kurang aman tersebut dapat meningkatkan 30 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah total
risiko terjadinya kecelakaan kerja yang terjadi di populasi penelitian yaitu seluruh pekerja konstruksi
tempat kerja. Hal ini berarti bahwa diperlukan di Workshop PT. X, Jawa Barat.
penelitian untuk menganalisis perilaku aman pada Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pekerja di Workshop PT. X sebagai salah satu faktor-faktor yang berperan sebagai activator
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan untuk (pengetahuan tentang faktor bahaya dan perilaku
meningkatkan keselamatan kerja. aman, awareness (kesadaran), persepsi tentang
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bahaya dan risiko kecelakaan kerja, motivasi
perilaku aman pada pekerja konstruksi dengan untuk berperilaku aman, kebutuhan selamat, peran
pendekatan Behavior-Based Safety berdasarkan manajemen, peraturan perusahaan tentang K3,
model ABC (activator, behavior, dan consequence) dan pelatihan K3) dan faktor-faktor yang berperan
di Workshop PT. X, Jawa Barat. sebagai consequence (positive reinforcement dan
Manfaat penelitian bagi perusahaan adalah punishment). Variabel tergantung atau terikat dalam
memberikan gambaran mengenai hasil analisa penelitian ini adalah behavior, yaitu perilaku aman
perilaku aman pada pekerja konstruksi dengan pekerja konstruksi.
berdasarkan pendekatan Behavior Based Safety di Teknik pengumpulan dalam penelitian ini
perusahaan, serta dapat menjadi bahan pertimbangan adalah bersumber dari data primer meliputi data hasil
dan saran terkait pelaksanaan program K3 yang wawancara langsung, observasi atau pengamatan
tepat berhubungan dengan implementasi program dengan menggunakan lembar checklist yaitu CBC,
Behavior-Based Safety. Manfaat penelitian bagi pengukuran, dan data sekunder yang berasal dari
peneliti yang lainnya adalah dapat menjadi bahan perusahaan.
pertimbangan dan acuan untuk melakukan penelitian Total safe diukur dengan menggunakan rumus
berikutnya. Manfaat penelitian yang lainnya adalah Safe Behavior Index menurut Geller (2001) adalah
meningkatkan pengetahuan mengenai Behavior- sebagai berikut:
Based Safety sebagai salah satu pendekatan yang
digunakan untuk menganalisis perilaku aman pada
pekerja konstruksi, meningkatkan pengetahuan Safe "Safe" observed
dan kemampuan dalam bidang Keselamatan dan behavior = × 100%
Kesehatan Kerja di perusahaan konstruksi, serta Index "Safe" observed + "At-risk
(unsafe)" observed
dapat meningkatkan kemampuan dalam penelitian
dan penulisan karya tulis selanjutnya mengenai
Behavior-Based Safety. Persentase Safe Behavior Index yang didapat
berdasarkan pada hasil perhitungan dengan rumus
tersebut di atas, selanjutnya akan dikategorikan
METODE berdasarkan 3 kategori yang meliputi kategori
Penelitian ini merupakan penelitian baik, cukup baik, dan kurang baik. Dapat dikatakan
observasional karena penelitian dilakukan dengan “baik” jika persentase Safe Behavior Index ≥
mengamati keadaan dan variabel yang ada di 85%; kategori “cukup baik” jika persentase Safe
94 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 91–100

Behavior Index menunjukkan hasil antara 60% dan keberhasilan dalam bidang K3 perusahaan
sampai dengan 84,9%; dan kategori “kurang baik” yaitu mengutamakan keselamatan dan kesehatan
jika persentase Safe Behavior Index ≤ 59,9%. kerja bagi seluruh pekerja konstruksi di perusahaan
Kategori dalam menentukan Safe Behavior Index tersebut. Untuk mendapatkan hasil produksi yang
tidak ditentukan secara jelas oleh Geller (2001), baik, manajemen PT. X menyadari bahwa dengan
namun hanya terdapat contoh perhitungan yang fasilitas yang bagus saja tidak cukup, tetapi harus
menjelaskan bahwa hasil perhitungan Safe Behavior diimbangi dengan sumber daya manusia yang baik
Index yang menunjukkan hasil 85% termasuk ke pula dan sistem yang diterapkan yang berorientasi
dalam kategori baik sehingga persentase tersebut pada mutu. ISO 9001:2008 adalah sistem mutu
kemudian dijadikan sebagai acuan. Kategori hasil yang telah diterapkan oleh banyak perusahaan di
perhitungan tersebut juga telah digunakan dalam seluruh dunia dan diakui sebagai sistem yang dapat
beberapa penelitian sebelumnya. membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas
Data yang telah terkumpul dari hasil penelitian, produksi.
kemudian akan diolah secara manual dengan Proses produksi di PT. X terdiri dari beberapa
mengecek kelengkapan identitas masing-masing tahapan, diantaranya tahapan awal (tahapan
pekerja konstruksi yang menjadi responden, serta menggambarkan desain yang sesuai dengan
akan dilakukan pemeriksaan instrumen pengisian keinginan pelanggan berkaitan dengan pemesanan),
data yang meliputi tahapan editing, coding, counting, proses penggambaran secara detail atau biasanya
entering, sorting, dan tabulating. disebut dengan single part), proses pengambilan
Data hasil penelitian yang diperoleh melalui material yang diperlukan untuk dikirim ke Workshop,
kuesioner, kartu observasi Critical Behavior tahap finishing awal (material masih dalam bentuk
Checklist (CBC), data sekunder, dan hasil besi baja hitam), proses pengiriman ke perusahaan
wawancara kemudian disajikan dalam bentuk teks yang bekerja sama dengan PT. X, yaitu perusahaan
dan tabel. Langkah selanjutnya adalah data tersebut yang khusus melakukan pengerjaan galvanis atau
dianalisis dan disajikan dengan penjelasan dari data metode pencegahan karat pada logam atau besi
hasil penelitian yang dideskripsikan dan dirangkum dengan bahan yang lebih tahan terhadap karat,
dengan berbagai variabel yang telah diidentifikasi dilakukan setelah barang sudah jadi), dan tahapan
sebelumnya. Hasil analisis yang telah dilakukan dan akhir (pengiriman pesanan kepada pelanggan).
didapatkan, kemudian akan dihubungkan dengan
teori yang ada untuk diambil kesimpulan dari Karakteristik Pekerja
penelitian tersebut. Karakteristik pekerja konstruksi yang menjadi
responden dalam penelitian ini meliputi usia, jenis
HASIL kelamin, dan tingkat pendidikan. Usia adalah waktu
lama hidup atau adanya seseorang sejak dilahirkan
Gambaran Umum Perusahaan yang dihitung dalam satuan tahun. Distribusi usia
PT. X adalah sebuah perusahaan General pekerja konstruksi di Workshop PT. X Jawa Barat
Supplier, Electrical, and Mechanical Contractor tahun 2015 menunjukkan hasil bahwa sebagian
yang berada di Jawa Barat. PT. X mempunyai besar pekerja konstruksi (76,7%) adalah merupakan
tujuan jangka panjang sebagai produsen tiang baja kategori usia 21–30 tahun, sedangkan 13,3% usia
yang terkemuka dengan fokus kepuasan pelanggan 31–40 tahun, 6,7% usia lebih dari 40 tahun, dan
sehingga secara terus menerus meningkatkan mutu sisanya sebesar 3,3% adalah kategori kurang dari
dan pelayanan yang prima. Pimpinan dan seluruh 20 tahun. Jenis kelamin meliputi laki-laki dan
karyawan PT. X berkomitmen untuk melaksanakan perempuan. Seluruh responden dalam penelitian
sistem Jaminan Mutu ISO 9001:2008 dan program- ini adalah pekerja konstruksi laki-laki yang bekerja
program dalam bidang K3 secara konsisten. di Workshop PT. X Jawa Barat. Tingkat pendidikan
Departemen K3 secara rutin dan berkala membuat adalah pendidikan formal terakhir yang ditempuh
jadwal pemeriksaan kondisi peralatan, observasi dan ditamatkan oleh seseorang dalam hidupnya.
proses pekerjaan di area kerja, dan melakukan Distribusi tingkat pendidikan pekerja konstruksi
perbaikan-perbaikan apabila ditemukan kondisi di Workshop PT. X Jawa Barat tahun 2015
yang kurang tepat atau kurang layak. Evaluasi dan menunjukkan hasil bahwa sebagian besar pekerja
monitoring dilakukan berdasarkan SOP yang ada dan konstruksi (50%) adalah berstatus tingkat pendidikan
sertifikat yang dimiliki untuk dapat mencapai tujuan terakhir SMU atau SMK, sedangkan 46,7% adalah
Fransisca Anggiyostiana Sirait dan Indriati Paskarini, Analisis Perilaku Aman pada Pekerja Konstruksi… 95

tingkat SMP dan 3,3% sisanya adalah tingkat SD. untuk berperilaku aman dalam bekerja menunjukkan
Tingkat pendidikan pekerja yang bervariasi dapat bahwa sebagian besar pekerja konstruksi (80%)
mempengaruhi perilaku dalam bekerja. memiliki motivasi yang baik, sedangkan sisanya
sebesar 20% pekerja konstruksi memiliki motivasi
Faktor-faktor yang Berperan sebagai Activator yang kurang baik untuk berperilaku aman dalam
Activator dapat mendasari setiap perilaku dan bekerja.
menjadi “trigger” dalam melakukan sesuatu, akan Kebutuhan selamat merupakan salah satu dari
tetapi terkadang juga dapat menyebabkan seseorang kebutuhan dasar manusia, yang meliputi rasa ingin
tidak melakukan sesuatu tersebut lagi. dilindungi dan merasa aman serta nyaman ketika
Tingkat pengetahuan mengenai keselamatan berada di tempat kerja. Berdasarkan hasil distribusi
kerja dan perilaku aman dalam bekerja diantaranya kebutuhan selamat pada pekerja konstruksi di PT.
adalah tentang beberapa hal yang berkaitan dengan X Jawa Barat tahun 2015, dapat diketahui bahwa
cara menciptakan kondisi selamat, misalnya dengan seluruh pekerja konstruksi yang menjadi responden
berperilaku aman dan kondisi aman pada lingkungan (100%) menyatakan bahwa telah terpenuhi
sekitar. Berdasarkan distribusi tingkat pengetahuan kebutuhan selamanya. Kebutuhan selamat tersebut
pekerja dalam penelitian di Workshop PT. X Jawa diantaranya adalah adanya jaminan keselamatan,
Barat tahun 2015, terdapat hasil bahwa seluruh tempat kerja yang aman dan nyaman dengan kondisi
pekerja konstruksi yang menjadi responden (100%) lingkungan yang mendukung, ketersediaan alat
memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai pelindung diri sesuai dengan kebutuhan, adanya
keselamatan kerja dan perilaku aman ketika waktu kerja, istirahat yang cukup, dan lainnya.
bekerja. Berdasarkan hasil wawancara kepada pihak
Kesadaran merupakan suatu keadaan seseorang manajemen di PT. X tahun 2015 dapat diketahui
yang menunjukkan bahwa ia tahu atau mengerti bahwa terdapat peran manajemen yang sudah
dengan jelas mengenai apa yang ada dalam berjalan dengan baik serta terdapat sistem
pikirannya sehingga selanjutnya mampu untuk manajemen, tim program, komunikasi dan sumber
mengungkapkan dan akan mengekspresikan hasil daya manusia serta peralatan yang termasuk ke
yang didapatkan dari stimulus awal. Kesadaran dalam infrastruktur peran manajemen. Ada beberapa
dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu baik dan tim program di PT. X Jawa Barat, yaitu program
kurang baik. Hasil dari distribusi kesadaran untuk dalam setiap kegiatan rutin K3 di perusahaan
berperilaku aman dalam bekerja pada pekerja meliputi adanya briefing pagi yang dilakukan rutin
konstruksi di Workshop PT. X Jawa Barat tahun setiap hari dengan membahas mengenai target
2015 menunjukkan bahwa 50% dari total pekerja pencapaian selanjutnya. Beberapa sertifikat yang
konstruksi yang menjadi responden di Workshop dimiliki oleh PT. X diantaranya yaitu OHSAS
PT. X Jawa Barat memiliki kesadaran yang baik 18001:2007, ISO 9001:2008, ISO 140001:2004,
untuk berperilaku aman dalam bekerja dan 50% dan CHESM (Contractor Health, Environment and
pekerja yang lainnya memiliki kesadaran yang Safety Management). Hasil wawancara dengan pihak
kurang baik. HSE (manager) dan data sekunder yang diperoleh
Persepsi adalah suatu pengalaman seseorang menunjukkan bahwa terdapat beberapa program
mengenai objek atau peristiwa yang diketahui dan kegiatan di PT. X sebagai peran manajemen
secara langsung dengan menggunakan panca yang dinilai ada dan berperan di perusahaan, yaitu
indera. Berdasarkan hasil distribusi persepsi pekerja meliputi adanya jadwal pelatihan; evaluasi pelatihan;
konstruksi tentang bahaya dan risiko kecelakaan, laporan harian; rapat K3; laporan kecelakaan,
dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja insiden, dan PAK (Penyakit Akibat Kerja); laporan
konstruksi (96,7%) memiliki persepsi yang baik, pelanggaran APD (Alat Pelindung Diri); laporan
sedangkan sisanya sebesar 3,3% pekerja konstruksi daftar ketersediaan APD; Laporan Ketidaksesuaian
memiliki persepsi kurang baik. dan Tindak Lanjut; dan kartu pelanggaran.
Motivasi yaitu suatu perangsang keinginan dan Beberapa yang termasuk dalam peraturan
daya penggerak kemauan yang pada akhirnya akan perusahaan tentang K3 adalah adanya prosedur
dapat membuat seseorang melakukan suatu tindakan kerja, rambu-rambu mengenai cara bekerja yang
atau perilaku. Ada tidaknya motivasi akan dapat baik dan benar, informasi tentang bahaya kecelakaan
menjadi dasar alasan seseorang melakukan suatu kerja, dan yang lainnya. Peraturan perusahaan
perilaku. Hasil distribusi motivasi pekerja konstruksi berlaku sebagai pedoman dan acuan dalam bekerja
96 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 91–100

sesuai dengan cara yang benar. Peraturan perusahaan Perilaku Aman (Safe Behavior) Pekerja
mengandung prinsip penerapan yang tegas dan jika Konstruksi
ada yang melanggar maka akan diberikan sanksi atau Perilaku aman dapat dipengaruhi oleh beberapa
hukuman. Distribusi peraturan perusahaan tentang faktor. Perilaku aman pada pekerja konstruksi dapat
K3 pada pekerja konstruksi di PT. X menunjukkan dilihat dengan cara pengamatan secara langsung
hasil bahwa seluruh pekerja konstruksi yang menjadi mengenai kegiatan yang dikerjakan selama bekerja,
responden (100%) menyatakan bahwa ada peraturan cara melakukan pekerjaan dengan benar atau salah,
mengenai K3 yang berlaku di perusahaan tersebut. kondisi tempat kerja yang mendukung, dan beberapa
Berdasarkan hasil wawancara dengan tim hal lainnya. Distribusi perilaku aman pada pekerja
program pelatihan dari departemen training, dapat konstruksi di Workshop PT. X Jawa Barat 2015
diketahui bahwa di PT. X Jawa Barat terdapat dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
pelatihan K3 tahap awal yang disebut dengan basic
safety training yang membahas mengenai dasar-
Tabel 2. Distribusi Perilaku Aman Pekerja
dasar K3, dan selanjutnya ada pelatihan mengenai
Konstruksi di Workshop PT. X Jawa Barat
bekerja pada ketinggian menggunakan body harness,
Tahun 2015
serta pelatihan yang lainnya.
Perilaku Aman Frekuensi (n) Persentase (%)
Faktor-faktor yang Berperan sebagai Baik 12 40
Consequence Cukup Baik 16 53,3
Kurang Baik 2 6,7
Consequence merupakan hasil atau keluaran Jumlah 30 100
dari perilaku seseorang yang dapat menyebabkan
perilaku tersebut terulang kembali atau tidak. Faktor- Berdasarkan tabel 2 tersebut, dapat diketahui
faktor yang berperan sebagai consequence adalah bahwa sebagian besar pekerja konstruksi yang
positive reinforcement dan punishment. menjadi responden (53,3%) telah berperilaku aman
Positive reinforcement akan dapat membentuk dalam tingkat yang cukup baik selama berstatus
perilaku yang lebih baik dari perilaku awal yang pekerja konstruksi di PT. X Jawa Barat.
sebenarnya diinginkan atau dibutuhkan oleh
seseorang. Hasil distribusi positive reinforcement Distribusi Silang Perilaku Aman Pekerja dengan
yang pernah didapatkan pekerja konstruksi dalam Faktor-Faktor yang Berperan sebagai Activator
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
pekerja konstruksi (66,7%) di Workshop PT. X Perilaku aman pada pekerja dapat didasari oleh
menyatakan bahwa tidak pernah mendapatkan faktor yang berperan sebagai activator (trigger atau
positive reinforcement selama bekerja, sedangkan pemicu), yaitu meliputi pengetahuan, kesadaran,
33,3% pekerja konstruksi yang lain menyatakan persepsi, motivasi, kebutuhan selamat, peraturan
bahwa pernah mendapatkan positive reinforcement. K3, dan faktor yang lainnya. Distribusi silang antara
Hukuman atau punishment adalah faktor yang perilaku aman pekerja dengan beberapa faktor yang
mendukung perilaku aman yang dapat dilakukan berperan sebagai activator dapat dilihat pada tabel 3.
ulang untuk menghindari terjadinya perilaku tidak Berdasarkan tabel 3 tersebut, dapat diketahui bahwa
aman. Distribusi hukuman pada pekerja konstruksi di sebagian besar pekerja konstruksi yang memiliki
Workshop PT. X menunjukkan hasil bahwa sebagian pengetahuan baik (53,3%) telah berperilaku aman
besar pekerja konstruksi yang menjadi responden dalam tingkat cukup baik. Sebagian besar pekerja
(76,7%) tidak pernah mendapatkan hukuman selama konstruksi yang memiliki kesadaran baik (53,3%)
bekerja di PT. X Jawa Barat, sedangkan 23,3% telah berperilaku aman dalam tingkat cukup baik,
pekerja konstruksi lainnya menyatakan bahwa sedangkan sebagian besar pekerja konstruksi yang
pernah mendapatkan hukuman sebagai akibat dari memiliki kesadaran kurang baik (53,3%) juga
pelanggaran yang pernah dilakukan misalnya tidak telah berperilaku aman dalam tingkat cukup baik.
memakai alat pelindung diri berupa seragam dan Sebagian besar pekerja konstruksi yang memiliki
safety helmet dengan baik dan benar, serta beberapa persepsi yang baik (55,2%) telah berperilaku aman
pelanggaran yang lainnya.
Fransisca Anggiyostiana Sirait dan Indriati Paskarini, Analisis Perilaku Aman pada Pekerja Konstruksi… 97

dalam tingkat cukup baik. Sebagian besar pekerja Distribusi Silang Perilaku Aman Pekerja
konstruksi yang memiliki motivasi baik (41,7%) dengan Faktor-Faktor yang Berperan sebagai
telah berperilaku aman dalam tingkat cukup baik. Consequence
Sebagian besar pekerja konstruksi yang menyatakan Adanya consequence berkaitan dengan
bahwa kebutuhan selamat selama menjadi pekerja adanya perilaku aman dan perilaku tidak aman
dapat terpenuhi (53,3%) juga telah berperilaku yang dilakukan oleh pekerja konstruksi. Positive
aman dalam tingkat cukup baik. Sebagian besar reinforcement meliputi reward atau hadiah lainnya
pekerja konstruksi yang menyatakan bahwa terdapat pernah didapatkan oleh pekerja konstruksi yang
peraturan perusahaan mengenai K3 dan berlaku di telah berperilaku aman, sedangkan punishment
perusahaan (53,3%) telah berperilaku aman dalam atau hukuman akan diberikan kepada pekerja
tingkat cukup baik. konstruksi yang telah melakukan perilaku tidak
aman atau tindak pelanggaran. Consequence dapat
Tabel 3. Distribusi Silang Perilaku Aman Pekerja menjadi dasar penyebab munculnya perilaku baru
Konstruksi dengan Faktor-Faktor yang sebagai kelanjutan dari adanya perubahan perilaku
Berperan sebagai Activator di Workshop sebelumnya menjadi perilaku baru yang lebih baik
PT. X Jawa Barat Tahun 2015 yaitu perilaku aman dalam bekerja. Distribusi silang
Perilaku Aman antara perilaku aman pekerja konstruksi dan faktor-
Cukup Kurang Total faktor yang berperan sebagai consequence dapat
Activator Baik
Baik Baik dilihat pada tabel 4.
n % n % n % n % Berdasarkan tabel 4 tersebut, dapat diketahui
Pengetahuan bahwa sebagian besar pekerja konstruksi yang
Baik 12 40 16 53,3 2 6,7 30 100 pernah mendapatkan positive reinforcement (60%)
Kesadaran seperti dalam bentuk pemberian pujian dan promosi
Baik 7 46,7 8 53,3 0 0 15 100 kerja, telah berperilaku aman dalam tingkat baik;
Kurang baik 5 33,3 8 53,3 2 13,3 15 100
sedangkan sebagian besar pekerja konstruksi yang
Persepsi
menyatakan tidak pernah mendapatkan positive
Baik 11 37,9 16 55,2 2 6,9 29 100
Kurang baik 1 100 0 0 0 0 1 100 reinforcement (65%) telah berperilaku aman
Motivasi dalam tingkat cukup baik. Sebagian besar pekerja
Baik 12 50 10 41,7 2 8,3 24 100 konstruksi yang menyatakan pernah mendapatkan
Kurang baik 0 0 6 100 0 0 6 100 hukuman di perusahaan (57,1%) telah berperilaku
Kebutuhan Selamat aman dalam tingkat baik, sedangkan sebagian besar
Terpenuhi 12 40 16 53,3 2 6,7 30 100 pekerja konstruksi yang menyatakan bahwa tidak
Peraturan K3 pernah mendapatkan hukuman selama bekerja di
Ada dan 12 40 16 53,3 2 6,7 30 100 perusahaan tersebut (60,9%) telah berperilaku aman
berlaku dalam tingkat cukup baik. Berikut ini adalah tabel 4
yang menunjukkan hasil distribusi silang perilaku
aman dan faktor yang berperan sebagai consequence
Tabel 4. Distribusi Silang Perilaku Aman Pekerja di Workshop PT. X.
Konstruksi dengan Faktor-Faktor yang
Berperan sebagai Consequence di
Workshop PT. X Jawa Barat Tahun 2015 PEMBAHASAN

Perilaku Aman Activator dapat mendasari setiap perilaku yang


Cukup Kurang Total dilakukan seseorang sebelum perilaku tersebut
Consequence Baik terjadi. Menurut Cooper (2001), peran activator
Baik Baik
n % n % n % n % dapat menyebabkan perilaku akan dilakukan, tetapi
Positive Reinforcement juga dapat menyebabkan perilaku tersebut tidak
Pernah 6 60 3 30 1 10 10 100 terjadi. Faktor yang berperan sebagai activator di
Tidak pernah 6 30 13 65 1 5 20 100 Workshop PT. X meliputi pengetahuan tentang faktor
Punishment bahaya dan perilaku aman, awareness (kesadaran),
Pernah 4 57,1 2 28,6 1 14,3 7 100 persepsi tentang bahaya dan risiko kecelakaan
Tidak pernah 8 34,8 14 60,9 1 4,3 23 100 kerja, motivasi untuk berperilaku aman, kebutuhan
98 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 91–100

selamat, peran manajemen, peraturan perusahaan aman ketika bekerja. Faktor lain adalah adanya
tentang K3, dan pelatihan K3. rasa peduli dari masing-masing individu untuk
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan berani menegur dan mengingatkan sesama pekerja
adalah hasil tahu dari seseorang mengenai objek konstruksi satu sama lain ketika melakukan tindakan
tertentu yang didapatkannya dari indera yang yang tidak aman dalam bekerja. Pekerja konstruksi
dimiliki. Sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dapat dikatakan memiliki kesadaran yang baik
dirasakan, dan diungkapkan akan menjadi sebuah apabila tidak merasa terpaksa untuk berperilaku
pemahaman atau pengetahuan baru. Pengetahuan aman dalam bekerja, baik karena ada atau tidaknya
dapat mempengaruhi cara berpikir dan perilaku sanksi yang berlaku di perusahaan tempat bekerja.
seseorang. Dalam penelitian ini diberikan Jika seorang pekerja hanya mau menggunakan APD
pertanyaan mengenai beberapa hal yang menyangkut ketika ada inspeksi dari petugas K3 atau pimpinan
pengetahuan pekerja konstruksi yang menjadi dan merasa bahwa pemakaian APD hanya sebagai
responden tentang faktor bahaya dan perilaku aman. sebuah kewajiban, maka pekerja tersebut dapat
Seseorang dapat dikatakan berpengetahuan baik jika dikatakan belum memiliki kesadaran yang cukup
mengetahui pernyataan yang benar mengenai faktor baik.
bahaya dan perilaku aman. Sebagian besar pekerja Teori Health Belief Model menjelaskan bahwa
konstruksi sebagai responden mengetahui bahwa persepsi individu adalah tentang manfaat yang
kecelakaan kerja merupakan keadaan tidak selamat diperoleh dari tindakan yang diambil. Contohnya
yang disebabkan oleh perilaku tidak aman, misalnya adalah seseorang yang mungkin akan melakukan
tidak menggunakan APD dan memakai peralatan tindakan preventif, yaitu dengan mengubah
atau mesin kerja sesuai prosedur yang benar. gaya hidup, meningkatkan kepatuhan dan upaya
Sebagian besar pekerja konstruksi (responden pencegahan yang lainnya. Masing-masing individu
dalam penelitian) mengetahui bahwa di perusahaan berbeda satu sama lain. Namun sebagian besar
terdapat SOP (Standart Operating Procedure) dan pekerja konstruksi yang menjadi responden dalam
peraturan K3 serta menyatakan bahwa sudah berlaku penelitian ini memiliki persepsi yang cukup
secara konsisten di perusahaan. Pekerja konstruksi baik tentang bahaya dan risiko kecelakaan kerja.
yang berpengetahuan baik terkadang belum tentu Persepsi yang baik dalam hal ini diantaranya adalah
mau dan mampu untuk berperilaku aman, dapat karena adanya dukungan dari responden mengenai
dikarenakan oleh adanya faktor lain, misalnya pernyataan bahwa akan terdapat bahaya jika pekerja
kesadaran dan motivasi dari lingkungan sekitar. tidak berperilaku aman. Selain itu adanya pernyataan
Berdasarkan hasil penelitian di Workshop bahwa pekerjaan akan tetap berlangsung dengan
PT. X, dapat diketahui bahwa sebagian dari total aman meskipun tidak mengikuti peraturan yang
pekerja konstruksi yang menjadi responden dalam berlaku bukan merupakan persepsi yang baik.
penelitian memiliki kesadaran yang baik untuk Motivasi yang baik dapat ditunjukkan dengan
berperilaku aman dalam bekerja, sedangkan sebagian adanya faktor pendorong yang mendukung pekerja
lainnya memiliki kesadaran yang kurang baik. Hal berperilaku aman dan bekerja sesuai dengan
tersebut dapat disebabkan adanya kemauan dan peraturan atau prosedur. Adanya hadiah (reward)
kemampuan dalam berperilaku aman dalam bekerja. bagi yang diberikan bagi pekerja konstruksi yang
Jika pekerja konstruksi memiliki kesadaran yang telah berperilaku aman dapat menjadi sebuah
baik maka dapat terjadi adanya perilaku aman ketika motivasi yang mendukung dan memberi semangat
melakukan pekerjaan karena pada dasarnya sudah pekerja untuk terus melakukan perilaku aman dalam
ada kesadaran yang baik pada diri pekerja sendiri. bekerja dan akan menjadi motivasi baru bagi pekerja
Secara tidak langsung atau secara tidak sadar, lain untuk ikut serta melakukan perilaku aman.
seseorang dapat berperilaku aman karena adanya Perhatian dan dukungan secara langsung, baik dari
faktor-faktor lain yang mendasari dan mempengaruhi antar pekerja, supervisor, dan pimpinan perusahaan
diri seseorang untuk melakukannya. dapat menjadi sebuah motivasi bagi pekerja untuk
Hasil penelitian di Workshop PT. X melakukan pekerjaan yang didasari oleh perilaku
menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja aman. Motivasi dapat diberikan untuk mengingatkan
konstruksi memiliki kesadaran yang baik mengenai pekerja yang melanggar peraturan di perusahaan
perilaku aman ketika bekerja. Hal tersebut berarti agar tidak mengulanginya lagi.
bahwa pekerja konstruksi memiliki kesadaran, Kebutuhan selamat adalah hal yang menyangkut
mereka mau dan mampu untuk melakukan perilaku perlindungan bagi diri pekerja konstruksi dari
Fransisca Anggiyostiana Sirait dan Indriati Paskarini, Analisis Perilaku Aman pada Pekerja Konstruksi… 99

bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja yang pekerjaan sesuai dengan SOP yang berlaku.
harus dipenuhi oleh perusahaan untuk dapat Perilaku baru atau perubahan perilaku menjadi yang
mewujudkan perilaku aman pekerja, seperti lebih baik dan aman yang dilakukan oleh pekerja
peralatan keselamatan, ketersediaan APD, waktu konstruksi juga dapat didasari dengan adanya
kerja yang cukup, dan tempat kerja yang aman. faktor sebagai consequence, yaitu berupa positive
Perilaku aman dapat terbentuk jika ada dan reinforcement dan punishment yang sudah pernah
terpenuhinya kebutuhan keamanan dan keselamatan didapatkan sebelumnya. Pemberian hukuman kepada
kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja pekerja yang melanggar peraturan dan berperilaku
konstruksi telah mendapatkan jaminan kebutuhan tidak aman dapat menjadi sesuatu yang ditakuti dan
selamat di perusahaan tempat mereka bekerja. Jika dihindari, misalnya ketika berperilaku tidak aman
pekerja-pekerja tersebut mendapatkan jaminan mendapatkan teguran dari pimpinan perusahaan,
keselamatan, maka mereka akan merasa aman sanksi administratif, bahkan pemotongan insentif
dan nyaman ketika bekerja, sehingga akan dapat akibat dari pelanggaran yang dilakukan.
meningkatkan produktivitas kerja. Selain itu juga Daftar perilaku yang diamati dalam penelitian
karena adanya rasa kepercayaan akan keselamatan ini yang terdapat dalam lembar Critical Behavior
diri yang didapatkan dari kebutuhan selamat yang Checklist adalah berkaitan tentang Standart
telah terpenuhi. Operating Procedure (SOP), Housekeeping
Peran manajemen di PT. X sudah berjalan (5S), Body Positioning (Ergonomics and Manual
dengan baik. Hal ini salah satunya didasari handling), Personal Protective Equipment (PPE),
oleh adanya sistem manajemen, tim program, Communicating, Workshop, Tools Equipment, Body
komunikasi dan sumber daya manusia serta Protecting and Pacing of Work, dan Driving of
peralatan yang termasuk ke dalam infrastruktur work. Beberapa temuan perilaku tidak aman pada
peran manajemen. Sumber daya manusia disesuaikan pekerja konstruksi di Workshop PT. X adalah tidak
dengan pengalokasian peralatan yang digunakan menggunakan APD dengan baik dan benar, yaitu
dalam kerja. Ada beberapa tim program di PT. X, tidak konsisten dalam pemakaian seragam dan
diantaranya program dalam setiap kegiatan rutin K3 safety shoes dengan alasan kurang nyaman apabila
di perusahaan. Kegiatan rutin tersebut meliputi cek seragam dan safety shoes selalu digunakan ketika
ketersediaan obat, cek kebersihan toilet, inspeksi bekerja. Temuan perilaku tidak aman yang lainnya
kepatuhan pemakaian APD, tim program pelatihan adalah pekerja sedang bergurau ketika melakukan
dan pengembangan sumber daya manusia. pekerjaan, Hal ini akan berbahaya bagi dirinya
Pada dasarnya setiap pelatihan bertujuan untuk sendiri dan orang lain apabila tidak konsentrasi
menambah pengetahuan dan kemampuan pekerja dengan baik dan memperhatikan SOP yang benar
konstruksi, dalam hal ini pengetahuan mengenai dalam bekerja.
K3 dalam penerapan di tempat kerja. Pada setiap Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
pelaksanaan pelatihan yang terdapat di PT. X Jawa menjelaskan bahwa hasilnya sesuai dengan teori
Barat, pekerja akan diberikan kuesioner di akhir yang menyebutkan adanya faktor-faktor yang
pertemuan atau setelah pelatihan dilaksanakan. berperan sebagai activator dan consequence. Faktor
Hal ini berguna untuk melihat apakah ada manfaat yang berperan sebagai activator dapat menjadi
yang didapatkan dari materi pelatihan, meliputi pemicu atau perangsang munculnya suatu perilaku
pemahaman materi yang diberikan dan kemampuan dan akan melahirkan atau memunculkan adanya
untuk mengimplementasikan dalam proses pemberian faktor-faktor yang berperan sebagai
melakukan pekerjaan. consequence yang akan didapatkan sebagai outcome
Adanya positive reinforcement yang diberikan dari perilaku aman yang telah dilakukan tersebut.
kepada pekerja konstruksi dapat mendukung dan Jika seseorang berperilaku benar (berperilaku aman)
menjadi pendorong untuk melakukan perilaku maka akan mendapatkan konsekuensi yang baik
aman dalam bekerja. Salah satu contohnya adalah atau bermanfaat, namun sebaliknya, jika seseorang
supervisor dan pimpinan perusahaan memberikan berperilaku salah (berperilaku tidak aman) maka
pujian dan penghargaan atau reward kepada pekerja akan mendapatkan sanksi atau hukuman sebagai
konstruksi yang berperilaku aman, bahkan pemberian konsekuensi atas kesalahan dan pelanggaran yang
kenaikan pangkat dapat memberi semangat pekerja telah dilakukannya.
konstruksi untuk mau dan mampu melakukan
100 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 91–100

SIMPULAN Barat adalah meningkatkan kesadaran mengenai


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pentingnya K3, menaati setiap peraturan yang
didapatkan kesimpulan bahwa activator yang berlaku di perusahaan, dan tidak melakukan tindakan
memiliki nilai tertinggi pada pekerja konstruksi di pelanggaran. Saran untuk seluruh pihak perusahaan,
Workshop PT. X Jawa Barat adalah pengetahuan baik pimpinan maupun pekerja konstruksi adalah
yang baik tentang faktor bahaya dan perilaku konsistensi dalam penerapan aspek-aspek K3
aman, kebutuhan selamat yang terpenuhi, peran dalam bekerja dan memiliki komitmen yang kuat
manajemen dan peraturan mengenai K3 yang berlaku mengenai penerapan program-program pendekatan
di perusahaan, serta motivasi yang baik untuk Behavior-Based Safety (The DO IT Process dengan
berperilaku aman. Hasil penelitian menunjukkan menggunakan lembar Critical Behavior Checklist).
bahwa perilaku aman pada pekerja konstruksi di
Workshop PT. X yang memiliki nilai tertinggi adalah DAFTAR PUSTAKA
kategori “cukup baik”, meliputi penggunaan APD
Cooper, D. 2001. Improving Safety Culture: A Pratical
yang benar dan sesuai dengan jenis pekerjaannya
Guide, Applied Behavioral Sience. UK.
serta bekerja dengan berdasarkan SOP yang ada
Cooper, D. 2009. Behavioral Safety a Framework
di perusahaan tersebut. Hasil penelitian juga
for Success. Indiana: BSMS Inc.
menunjukkan bahwa consequence yang memiliki
Geller, S.E. 2001. The Psychology 07 Safety
nilai tertinggi pada pekerja konstruksi di Workshop
Handbook. Boca Raton. Lewis Publisher.
PT. X adalah punishment atau hukuman yang tidak
Geller, E.S. 2001. Working Safe: How to Help People
pernah didapatkan oleh pekerja konstruksi selama
Actively Care for Health and Safety. 2nd Edition.
bekerja di perusahaan tersebut. Perilaku aman dalam
USA: CRC Press LLC.
kategori “baik” pada pekerja konstruksi di Workshop
International Labour Office (ILO). 1989. Pencegahan
PT. X yang memiliki nilai tertinggi adalah didasari
Kecelakaan Kerja. Jakarta. PT. Gramedia.
oleh adanya motivasi dan kesadaran yang baik untuk
Jamsostek. 2011. Laporan Tahunan Tahun 2010.
berperilaku aman sebagai activator serta positive
Disitasi pada: http://www.jamsostek.co.id/
reinforcement yang pernah didapatkan pekerja
content_file/annual_report_2010.pdf (sitasi
konstruksi sebagai consequence.
tanggal 12 Desember 2014).
Saran yang dapat diberikan kepada pihak
Jamsostek. 2014. Laporan Tahunan Tahun 2013.
perusahaan adalah membuat jadwal rutin mengenai
Disitasi pada:http://www.jamsostek.co.id/
pelatihan K3 yang berkaitan dengan proses
content_file/annual_report_2013.pdf (sitasi
pekerjaan di Workshop PT. X Jawa Barat, melakukan
tanggal 12 Desember 2014).
monitoring dan evaluasi pada capaian program
Notoatmodjo, S. 2012. Pendidikan dan Perilaku
bidang K3 yang meliputi hasil observasi perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
pekerja konstruksi dalam bekerja, dan kondisi
Sirait, F.A. 2015. Analisis Perilaku Aman pada Tenaga
lingkungan di area kerja. Saran yang dapat diberikan
Kerja dengan Pendekatan Behavior-Based Safety.
kepada pekerja konstruksi di Workshop PT. X Jawa
Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.

You might also like