You are on page 1of 13

KONTRAKSI OTOT GASTROKNEMUS DAN OTOT JANTUNG KATAK

Nama : Hastya Tri Andini


NIM : B1A017081
Rombongan :I
Kelompok :5
Asisten : Persona Gemilang

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otot merupakan sistem biokontraktil dimana sel-sel memanjang dan


dikhususkan untuk menimbulkan tegangan pada sumbu yang memanjang. Sel-sel
otot terspesialisasi untuk kontraksi yaitu mengandung protein kontraktil yang
dapat berubah dalam ukuran panjang dan memungkinkan sel-sel untuk
memendek. Sel-selnya sering kali disebut serat-serat otot yang terus menerus
mengalami perubahan sejalan kontraksi stsupun relaksasi. Kontraksi otot
dikendalikan oleh sistem saraf (Ville et al., 1988).
Otot merupakan suatu organ yang sangat penting bagi tubuh, karena
dengan otot tubuh dapat berdiri tegak. Otot merupakan suatu organ atau alat yang
memungkinkan tubuh agar dapat bergerak. Otot merupakan alat gerak aktif, ini
adalah suatu sifat yang penting bagi organisme. Sebagaian besar otot tubuh
melekat pada kerangka, yang menyebabkan dapat bergerak secara aktif sehingga
dapat menggerakkan bagian-bagian kerangka dalam suatu letak yang tertentu.
Otot merupakan sebuah alat yang menguasai gerak aktif dan memelihara sikap
tubuh. Tubuh terdiri dari bermacam-macam jenis otot serta mempunyai sifat dan
cara kerja sendiri-sendiri, untuk saling menujang agar dapat bergerak (Hickman,
1972).
Struktur yang melakukan aksi pada hewan disebut efektor. Efektor yang
paling penting adalah yang mengekresikan zat-zat kelenjar dan melakukan gerak.
Bagian efektor yang paling penting untuk menciptakan gerak adalah otot. Tiga
macam otot yang nyata berbeda terdapat pada vertebrata yaitu otot polos, otot
jantung dan otot kerangka. Otot polos terdapat pada dinding semua organ tubuh
yang berlubang (kecuali jantung). Otot jantung yaitu otot yang menyusun jantung
sedangkan otot kerangka adalah otot yang melekat pada kerangka (Kimball,
1988).
Kontraksi otot didefinisikan sebagai pembongkaran aktif tenaga dalam
otot. Penggunaan tenaga oleh otot pada beban eksternal disebut tekanan otot. Jika
tekanan yang terbentuk oleh otot lebih besar dari penggunaan tenaga eksternal
pada otot oleh beban, maka otot akan memendek. Jika penggunaan tenaga dengan
beban lebih besar atau sama dengan tekanan otot, maka otot tidak memendek (Hill
& Wyse, 1989).
Menurut Kimball (1991), sel-sel otot sama halnya seperti neuron, dapat
dirangsang secara kimiawi, listrik, dan mekanik untuk membangkitkan potensial
aksi yang dihantarkan sepanjang membran sel. Berbeda dengan sel saraf, otot
memiliki kontraktil yang digiatkan oleh potensial aksi. Protein kontraktil aktin
dan myosin, yang menghasilkan kontraksi, terdapat dalam jumlah sangat banyak
di otot. Urutan kejadian di dalam stimulus dan kontraksi pada otot meliputi
stimulus, kontraksi dan relaksasi.
Otot gastroknemus, yakni otot betis yang paling menonjol yang letaknya ada
di bagian belakang betis berbentuk seperti intan. Tugasnya adalah untuk
menggerakkan telapak kaki dan sangat berperan saat otot betis merupakan otot
yang paling bandel untuk dilatih. Akan tetapi tidak ada fisik yang lengkap tanpa
otot betis yang berkembang dengan baik (Guyton, 1991). Sementara otot jantung
walaupun secara struktur terlihat sebagai seranlintang, namun dibedakan sebagai
jenis otot yang berbeda. Hal itu karena cara kerja otot jantung yang involuntari
atau tidak mudah lelah, sama seperti otot polos (Gordon et al., 1997).
B. Tujuan

Tujuan praktikum kontaksi otot gastroknemus dan otot jantung katak adalah:
1. Mengetahui efek perangsangan elektrik terhadap besarnya respon kontraksi otot
gastroknemus.
2. Mengetahui efek perangsangan kimia terhadap kontraksi oto jantung katak.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah katak sawah
(Fejervarya cancrivora), larutan ringer dan larutan pilocarpine.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah baki preparat,
jarum preparat, universal Kimograf lengkap dengan aksesorisnya, gunting bedah,
pipet tetes, benang dan kail.

B. Cara Kerja

Cara kerja yang digunakan dalam praktikum refleks spinal pada katak adalah:
B.1. Pengukuran kontraksi otot gastroknemus
1. Disiapkan universal Kimograf beserta asesorinya.
2. Katak dimatikan dengan cara merusak otak dan sumsum tulang belakang,
tanda katak mati adalah tidak adanya reflek yang terjadi bila kaki katak
disentuh.
3. Katak diterlentangkan dalam bak preparat, lalu dibuat irisan kulit
melingkar pada daerah pergelangan kaki katak. Pemotongan dilakukan
dengan hati-hati agar tidak sampai memotong otot atau tendon yang ada di
bawahnya.
4. Dipegang erat-erat tepi kulit yang telah dipotong, dan disingkap kulit
hingga terbuka sampai lutut.
5. Dipisahkan otot gastroknemus dari otot lain pada tungkai bawah.
6. Tendon diikat dengan benang yang cukup kuat dan panjang, lalu digunting
bagian tendon achiles.
7. Otot gastroknemus selalu dibasahi dengan larutan ringer katak
menggunakan pipet tetes selama proses isolasi.
8. Dipasang sediaan katak ini pada papan fiksasi yang terdapat sebagai
asesori Kimograf.
9. Dicatat besar atau tinggi sala pada Kimograf untuk tiap rangsangan
elektrik yang digunakan. Rangsangan elektrik yang digunakan pada
praktikum ini antara lain 0V, 5V, 10V, 15V, 20V dan 25V.

B.2. Pengukuran kontraksi otot jantung


1. Katak dimatikan dengan cara merusak otak dan sumsum tulang belakang,
tanda katak mati adalah tidak adanya reflek yang terjadi bila kaki katak
disentuh.
2. Dilakukan pembedahan bagian dada katak mulai arah perut hingga jantung
katak terlihat.
3. Dilakukan penyobekan selaput jantung katak atau perikardium.
4. Dihitung denyut jantung katak selama 1 menit.
5. Diteteskan 1-2 tetes larutan pilocarpine 1% dan diamati kontraksinya.
6. Dibandingkan kuatnya kontraksi otot jantung pada kedua kondisi tersebut.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Pengamatan Kontraksi Otot Gastroknemus Katak


Voltase Amplitudo (mm)
0 0
5 0
10 0,7
15 1,8
20 1,4
25 1,4

Tabel 3.2 Pengamatan Kontraksi Otot Jantung Katak


Pilocarpine 1 % Pilocarpine 2 %
Kelompok
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
ditetesi ditetesi ditetesi ditetesi
1 0 0 64 48
2 64 36 0 0
3 0 0 72 28
4 60 28 0 0
5 76 20 0 0

Grafik 3.1. Hubungan Antara Amplitudo Dengan Voltage


Grafik hubungan antara amplitudo dengan
voltage
2
1.8
1.6
1.4
1.2
1 Grafik hubungan antara
amplitudo dengan
0.8 voltage
0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil percobaan kontraksi otot gastroknemus pada tegangan 0


V, 5 V, 10 V, 15 V, 20 V, 25 V nilai amplitudo masing-masing sebesar 0 mm, 0
mm, 0,7 mm, 1,8 mm, 1,4 mm, 1,4 mm. Hasil tersebut tidak sesuai dengan
pernyataan Hidebrand (1974), bahwa voltase yang diberikan terhadap otot akan
mempengaruhi besarnya respon dalam bentuk amplitudo. Stimulus listrik yang
diberikan pada otot akan menyebabkan otot berkontraksi secara simultan dan
menggerakkan pin yang menggoreskan grafik pada kertas, sehingga semakin
besar tegangan yang diberikan semakin jauh pula pin menyimpang. Kimball
(1988), berpendapat bahwa kejutan yang terlalu lemah tidak akan berpengaruh
sama sekali, bila tercapai ambang otot maka otot akan mengejang karena
rangsangan ditingkatkan, kemudian jika kekuatan rangsang itu ditingkatkan
banyaknya kontraksi otot meningkat sampai maksimum. Seharusnya ketika
semakin tinggi voltase yang diberikan maka kontraksi otot gastroknemus katak
amplitudonya semakin tinggi.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan ditunjukkan bahwa pada percobaan
dengan perlakuan tiap kelompok menunjukan hasil dari sebelum dan sesudah
penambahan pilocarpine jumlah detak jantung permenit semakin menurun hal ini
menunjukan bahwa pilocarpine yang memacu kontraksi otot jantung justru
melemahkan potensial aksi denyut jantung permenit. Hal ini dibuktikan dari setiap
percobaan yang telah semua kelompok praktikum lakukan, seperti pada kelompok
1 dengan sebelum penambahan pilocarpine 2% adalah 64 dan menurun menjadi
48, kelompok 2 sebelum penambahan pilocarpine 1% adalah 64 setelah
penambahan menjadi 36, kelompok 3 sebelum penambahan pilocarpine 2%
adalah 72 setelah penambahan menjadi 28, begitupun dengan kelompok 4 dan 5
sebelum penambahan pilocarpine 1% adalah 60 dan 76 setelah penambah menjadi
20 dan 28. Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah kondisi fisik katak pasca
pembedahan sehingga syaraf pusat (CNS) yang sudah rusak mempengaruhi
kinerja aliran darah yang masuk jantung. Hal ini tidak sesuai dengan referensi,
menurut Soetrisno (1987), bahwa penambahan zat kimia perangsang kontraksi
jantung dengan konsenterasi tertentu ditambah faktor eksternal tubuh akan
mempengaruhi banyaknya denyut jantung organisme di bawah kondisi normal,
potensial aksi yang jantung miliki sendiri akan semakin berkurang sejalan dengan
suplai darah yang masuk jantung dan kondisi fisika dan kimia serta fisiologis
tubuh organisme.
Otot adalah sistem biokontraktil di mana sel-sel atau bagian dari sel,
memanjang dan dikhususkan untuk menimbulkan tegangan pada sumbu yang
memanjang. Otot biasanya melekat pada kerangka. Otot yang berkontraksi
(memanjang atau memendek) akan menggerakan kerangka (tulang) tersebut. Otot
dan tulang dilekatkan oleh suatu jaringan ikat dan dapat membentuk tendon yang
berbentuk seperti tali. Kebanyakan sel otot vertebrata merupakan bagian dari
jaringan-jaringan otot polos, otot jantung (kardiak) dan otot kerangka (Ville et al.,
1988). Otot-otot vertebrata dibedakan menjadi tiga jenis yaitu otot rangka, otot
jantung, otot lurik. Otot rangka dijumpai pada sosok otot yang bersambungan
dengan kerangka tubuh dan berkaitan dengan gerakan badan, otot jantung terlihat
dalam pemompaan darah dan otot polos ditemukan sebagai bagian dari dinding
alat visceral gastroknemus pada katak termasuk dalam otot rangka dengan bentuk
silindris, dimana serat-seratnya bersatu dalam kelompok-kelompok menjadi
berkas dengan ukuran yang beraneka ragam (Bavelender & Ramalay, 1988).
Otot hewan dapat dibedakan menjadi 2 menurut strukturnya, yaitu otot
seranlintang dan otot polos. Pertama yaitu otot polos. Jaringan otot polos bila
diamati di bawah mikroskop tampak polos atau tidak bergaris-garis. Otot polos
berkontraksi secara sistem dan di bawah pengaruh saraf otonom (Campbell,
2002). Bila otot polos dirangsang, reaksinya lambat. Otot polos terdapat pada
saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, saluran pernafasan (Ma’roef &
Arifatul, 2015). Jaringan otot polos yang berperan untuk kontraksi secara terus
menerus dan tidak terlalu kuat, serta terdapat pada organ-organ yang kecil seperti
saluran pencernaan, saluran pembuluh darah, dan saluran pembuluh reproduksi
mempunyai struktur yang lebih halus dan berukuran kecil (Campbell, 2002).
Otot seranlintang tersusun atas benang paralel dengan panjang beberapa
sentimeter dan tersusun atas fibril halus. Fibril halus mempunyai ciri adanya Z-
lines atau Z-bands. Daerah diantara Z-band disebut sarkomer. Pada Z-band
terdapat filamen tipis (aktin) pada dua arah dan disebelah tengah bersisipan
dengan filamen tebal (miosin). Selama kontraksi panjang filamen tipis dan tebal
tidak berubah. Kontraksinya menurut kehendak kita dan di bawah pengaruh saraf
sadar. Dinamakan otot lurik karena bila dilihat di bawah mikroskop tampak
adanya garis gelap dan terang berselang-seling melintang di sepanjang serabut
otot. Nama lain dari otot lurik atau otot rangka adalah otot bergaris melintang.
Kontraksi otot lurik berlangsung cepat bila menerima rangsangan, berkontraksi
sesuai dengan kehendak dan di bawah pengaruh saraf sadar (Campbell, 2002).
Otot jantung walaupun secara struktur terlihat sebagai seranlintang, namun
dibedakan sebagai jenis otot yang berbeda. Hal itu karena cara kerja otot jantung
yang involuntari atau tidak mudah lelah, sama seperti otot polos. Kontraksi otot
dapat berlangsung melalui dua bentuk yaitu kontraksi isometrik dimana tidak
terjadi perubahan panjang otot, dan kontraksi isotonik dimana otot memendek
selama kontraksi. Didalam tubuh hewan sebenarnya tidak ada gerakan otot yang
murni isometrik atau isotonik, sebab biasanya baik panjang maupun beban otot
berkurang selama kontraksi otot terjadi (Gordon et al., 1997). Menurut Irawati
(2015), Kontraksi sel otot jantung terjadi oleh adanya potensial aksi yang
dihantarkan sepanjang membran sel otot jantung. Jantung akan berkontraksi
secara ritmik, akibat adanya impuls listrik yang dibangkitkan oleh jantung itu
sendiri yang disebut autorhytmicity. Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung,
yaitu: sel kontraktil dan sel otoritmik. Kontraksi sel otot jantung terjadi oleh
adanya potensial aksi yang dihantarkan sepanjang membran sel otot jantung.
Jantung akan berkontraksi secara ritmik, akibat adanya impuls listrik yang
dibangkitkan oleh jantung sendiri. Potensial aksi pada membran saraf dan otot
rangka dapat terjadi bila ada rangsangan dari luar sedangkan pada membran sel
otot jantung potensial aksi dapat terjadi tanpa adanya rangsangan. Berbeda dari sel
saraf dan sel otot rangka yang memiliki potensial membran istirahat. Sel-sel
khusus jantung tidak memiliki potensial membran istirahat.
Otot gastroknemus, yakni otot betis yang paling menonjol yang letaknya
ada di bagian belakang betis berbentuk seperti intan. Tugasnya adalah untuk
menggerakkan telapak kaki dan sangat berperan saat otot betis merupakan otot
yang paling bandel untuk dilatih. Akan tetapi tidak ada fisik yang lengkap tanpa
otot betis yang berkembang dengan baik (Guyton, 1991). Otot gastroknemus
merupakan lokomosi utama pada katak, yaitu digunakan untuk gerakan melompat
(Seebacher et al., 2016). Penggunaan otot gastroknemus katak sebagai bahan
dalam praktikum kali ini karena katak mudah diperoleh, proses membedah dan
menemukan otot gastroknemus juga tidak memakan waktu lama, selain itu otot
gastroknemus termasuk kedalam otot rangka yang memiliki karakter eksitabilitas.
Menurut Ross et al. (2018), hubungan antara pemendekan otot dan kekuatan otot
ditandai dengan kerja mekanik, hubungan antara peregangan otot dan peningkatan
kekuatan yang lebih kompleks. Pengaruh perubahan panjang otot pada
kemampuannya untuk menghasilkan kekuatan isometrik didokumentasikan
dengan baik. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kekuatan isometrik
yang dihasilkan oleh otot yang memendek, dan kurang relatif terhadap kontraksi
isometrik pada otot yang memanjang. penelitian telah menunjukkan bahwa ketika
terjadi tekanan maka terjadi korelasi otot yang memendek.
Fungsi dari larutan Ringer adalah untuk mempertahankan sel supaya tetap
hidup. Larutan ringer merupakan larutan kimiawi fisiologis yang berfungsi
sebagai agen penstabil dan penjaga potensial kerja sel otot, agar otot suatu
organisme yang dibedah atau bahan penelitian dengan kondisi preparat hidup
masih terjaga dan tidak mati sehingga masih dapat menerima rangsangan baik
kimia atau fisika. Penambahan larutan pilokarpin bertujuan untuk menurunkan
denyut jantung, hasil dari percobaan kami menunjukkan bahwa otot jantung katak
mengikuti teori yaitu “turun” hal ini membuktikan bahwa senyawa pilokarpin
dapat bekerja dengan baik di jantung katak (Syamsun 2008).
Menurut Merta et al. (2016), kontraksi otot jantung dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
1. Treppe atau staircase effect adalah meningkatnya kekuatan kontraksi
berulang kali pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan berseling
beberapa detik. Pengaruh ini disebabkan karena konsentrasi ion Ca2+
didalam serabut otot yang meningkatkan aktivitas miofibril.
2. Summasi berbeda dengan treppe, pada summasi tiap otot berkontraksi
dengan kekuatan yang berbeda yang merupakan hasil penjumlahan
kontraksi dua jalan (summasi unit motor berganda dan summasi
bergelombang).
3. Tetani yaitu peningkatan frekuensi stimulus dengan cepat sehingga tidak
ada peningkatan frekuensi.
4. Fatique adalah menurunnya kapasitas bekerja karena pekerjaan itu sendiri.
5. Rigor dan rigor mortis adalah apabila sebagian besar ATP dalam otot telah
dihabiskan, sehingga kalsium tidak ada lagi dapat dikembalikan ke RE
sarkoplasma.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kontraksi otot gastroknemus menurut
Hadikastowo (1982) antara lain :
1. Beban, pemberian beban menyebabkan kontraksi otot menurun dari pada yang
tidak diberi beban.
2. Panjang otot, panjang otot yang lebih pendek dari pada normal atau lebih besar
dari pada normal maka tegangan aktif yang terjadi lebih sedikit sehingga
kontraksi otot menurun.
3. Tegangan (Voltage), semakin tinggi tegangan semakin tinggi pula kontraksi
otot.
4. Jumlah serabut individu, kekuatan kontraksi seluruh otot meningkat dengan
meningkatnya jumlah serabut individu yang berkontraksi.
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum kontraksi otot gastroknemus


dan otot jantung pada katak, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Amplitudo otot gastroknemus katak pada tegangan 0 V, 5 V, 10V, 15V, 20, 25V
berturut-turut adalah 0 mm, 0 mm, 0,7 mm, 1,8 mm, 1,4 mm, dan 1,4 mm. Hal ini
tidak sesuai dengan teori bahwa rangsangan elektrik berupa voltase dapat
meningkatkan besarnya amplitudo yang berarti semakin besar pula kontraksi otot
gastroknemus katak.
2. Jumlah detak jantung katak yang kelompok kami amati sebelum diberi larutan
penambahan pilocarpine 1% sebanyak 76 denyutan dan setelah ditetesi larutan
sebanyak 20 denyutan. Hal ini membuktikan bahwa penambahan zat kimia
berupa pilocarpine 1% dapat menurunkan kontraksi otot jantung katak.
DAFTAR PUSTAKA

Bevelander, G. & Ramaley J. A., 1988. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.


Campbell., 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Gordon, M., Bortholomew, A., Grinell, C., Jorgenscy & White., 1997. Animal
Physiology : Principle and Adaptation, 4th Edition. New York: MacMillan
Publishing Co INC.
Guyton., 1991. Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Hadikastowo., 1982. Zoologi Umum . Bandung: Armico.
Hickman, C., P. 1972., Biology of Animal., Saint Louis: CV Mosby Company.
Hidebrand, M., 1974. Analysis of Vertebrae Structur. Canada: John Willey and Sons
Inc.
Hill, R. & Wyse., 1989. Animal Physiology Second Edition. USA: Harper Collins
Publisher.
Irawati, L., 2015. Aktivitas Listrik pada Otot Jantung. Jurnal Kesehatan Andalas.
4(2). pp. 596-599.
Kimball, J. W., 1988. Biologi Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Kimball, J. W., 1991. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Ma’roef, M., & Arifatul J., 2015. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Asam Jawa
(Tamarindus indica) Terhadap Penurunan Kontraksi Otot Polos Uterus
Terpisah Marmut Betina (Cavia porcellus). e-journal umm, (11), 2 pp: 103-
113.
Merta, I. W., Syachruddin, A. R., & Imam, B., & Kusmiyati., 2016. Perbandingan
antara Frekwensi Denyut Jantung Katak (Rana sp.) dengan Frekwensi Denyut
Jantung Mencit (Mus musculus) Berdasarkan Ruang Jantung. Biota, (1) 3,
pp: 126−131.

Ross, S. A., Nilima, N., & James, M. W., 2018. A Modelling Approach for
Exploring Muscle Dynamics During Cyclic Contractions. Plos Computinal
Biology, (14) 4, pp: 1-18
Seebacher, F., Jason A. T., & Rob S. J., 2016. The cost of muscle power production:
muscle oxygen consumption per unit work increases at low temperatures in
Xenopus laevis Daudin. Journal Exp Biologi, (1) 1, pp: 2-25.
Soetrisno., 1987. Diktat Fisiologi Hewan. Purwokerto: Fakultas Peternakan Unsoed.
Syamsun, A., 2008. Efek Paparan Arus Listrik terhadap Jumlah Titik Hiperkontraksi
Otot Gastrocnemius dan Kadar Kreatin Kinase Serum Tikus Wistar. Skripsi.
Padang: Unand.
Ville, C., A., Walker, W., F. & Barnes., 1988. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.

You might also like