Professional Documents
Culture Documents
PSIKOTERAPI
Disusun oleh :
ANIS JULIANTI (2014730010)
CITRA PUTRI IRAWAN
DHEA HANDY
FITRI MAHARI A.S
M. RIZKY SETIAWAN
Pembimbing :
dr. Prasila Dermawan,Sp.KJ
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah kepada kita, terutama kepada penulis sehingga laporan kasus ini
dapat terselesaikan. Dalam laporan kasus ini penulis mengangkat judul
“Psikoterapi” yang sekaligus merupakan tugas kepaniteraan dibagian Ilmu
Penyakit Dalam untuk proses belajar di RSJI Klender. Dalam penyusunan
laporan ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan juga
banyak menemui berbagai macam hambatan dan kesulitan karena masih
terbatasnya ilmu pengetahuan yang penulis miliki, namun berkat adanya
bimbingan, bantuan serta pengarahan dari berbagai pihak maka, penulis dapat
menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu dengan
terselesaikannya penyusunan laporan kasus ini penulis mengucapkan
terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kasus ini terutama kepada
yang terhormat dr. Prasila Dermawan,Sp.KJ, selaku tutor pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, bantuan, serta pengarahan.
Penulis
PSIKOTERAPI
I. PENDAHULUAN
Dalam perspektif bahasa, psikoterapi berasal dari kata psyche dan therapy. Kata
psyche berarti jiwa, sedangkan therapy yang berarti penyembuhan. Jika digabungkan
psikoterapi mempunyai arti penyembuhan jiwa. Psikoterapi merupakan salah satu
modalitas terapi yang terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping
psikofarmaka dan terapi fisik. Sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-
prinsip dan beberapa kaidah yang ada dalam psikoterapi ternyata juga digunakan,
antara lain dalam konseling, pendidikan dan pengajaran, atau pun pemasaran. 1,2
Dalam praktek, psikoterapi dilakukan dengan percakapan dan observasi.
Percakapan dengan seseorang dapat mengubah pandangan, keyakinan serta
perilakunya secara mendalam, dan hal ini sering tidak kita sadari. Beberapa
contohnya, antara lain seorang penakut, dapat berubah menjadi berani, atau, dua
orang yang saling bermusuhan satu sama lain, kemudian dapat menjadi saling
bermaafan, atau, seseorang yang sedih dapat menjadi gembira setelah menjalani
percakapan dengan seseorang yang dipercayainya. Bila kita amati contoh-contoh
itu, akan timbul pertanyaan, apakah sebenarnya yang telah dilakukan terhadap
mereka sehingga dapat terjadi perubahan tersebut. Pada hakekatnya yang
dilakukan ialah pembujukan atau persuasi. Caranya dapat bermacam-macam,
antara lain dengan memberi nasehat, memberi contoh, memberikan pengertian,
melakukan otoritas untuk mengajarkan sesuatu, memacu imajinasi, melatih, dsb.
Pembujukan ini dapat efektif asal dilakukan pada saat yang tepat, dengan cara
yang tepat, oleh orang yang mempunyai cukup pengalaman. Pada prinsipnya
pembujukan ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai bidang, dan
dapat dilakukan oleh banyak orang. 2,3
Dalam dunia kedokteran, komunikasi antara dokter dengan pasien
merupakan hal yang penting oleh karena percakapan atau pembicaraan merupakan
hal yang selalu terjadi diantara mereka. Komunikasi berlangsung dari saat
perjumpaan pertama, yaitu sewaktu diagnosis belum ditegakkan hingga saat akhir
pemberian terapi. Apa pun hasil pengobatan, berhasil atau pun tidak, dokter akan
mengkomunikasikannya dengan pasien atau keluarganya; hal itu pun dilakukan
melalui pembicaraan. Dalam keseluruhan proses tatalaksana pasien, hubungan
dokter-pasien merupakan hal yang penting dan sangat menentukan, dan untuk
dapat membentuk dan membina hubungan dokter-pasien tersebut, seorang dokter
dapat mempelajarinya melalui prinsip-prinsip psikoterapi. 2,3
II. DEFENISI
Psikoterapi merupakan sarana untuk memeriksa pikiran yang bersifat
disfungsional, perasaan, dan perilaku dengan tujuan untuk mengubah pikirian
dengan interaksi yang sistematis antara klien dan terapis dengan menggunakan
prinsip-psinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam
tingkah laku, pikiran, dan perasaan klien dan membantu klien mengatasi tingkah
laku yang abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidupnya sehingga
4
klien dapat berkembang sebagai seorang individu.
V. PROSES PSIKOTERAPI
Dalam psikoterapi, begitu banyak variabel yang berperan sehingga kita
dapat kehilangan arah dan terhalang oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
proses, baik dari sisi pasien, dokter maupun sifat hubungan antara dokter-
pasien.2
Dari sisi pasien, faktor yang dapat mempengaruhi proses, antara lain
adanya motivasi, fenomena transferensi, resistensi, mekanisme defensi, dsb.
Transferensi adalah suatu distorsi persepsi pada pasien, yang secara nirsadar
menganggap seorang terapis sebagai figur yang bermakna pada masa lalunya. Bila
hal ini diketahui/disadari oleh terapis, justru dapat digunakan sebagai alat atau
sarana untuk mencapai tujuan psikoterapi. Resistensi (berbeda dengan definisi
menurut ilmu kedokteran umum - yang berarti daya tahan organisme terhadap
penyakit) yaitu perlawanan pasien terhadap usaha-usaha untuk mengubah pola
perilakunya, memberikan suatu tilikan, membuat unsur nirsadar menjadi sadar.
Mekanisme defensi, yaitu mekanisme nirsadar untuk mengelakkan pengetahuan
sadar tentang konflik dan ansietas yang berkaitan dengan hal itu.2,3,4
Dari pihak dokter atau terapis, hal yang sama dapat pula dialami, yaitu
kontra-transferensi (salah persepsi terapis terhadap pasiennya), resistensi, dsb.,
disertai teknik dan ketrampilan yang dimiliki oleh sang terapis, turut
mempengaruhi proses terapi. Secara garis besar, untuk psikoterapi yang
terstruktur, terdapat kerangka umum yang terencana, sehingga seseorang dapat
lebih terarah dan mantap dalam usaha untuk mencapai tujuan terapeutik yang
bermakna. Kerangka kerja umum tersebut hendaknya cukup luwes dan luas
(holistik), yang dapat mencakup berbagai orientasi dan disiplin. Adapun kerangka
proses psikoterapi tersebut :2,4,5
1. Fase Awal:2
Tujuannya membentuk hubungan kerja dengan pasien. Tugas Terapeutik : 1.
Memotivasi pasien untuk menerima terapi, 2. Menjelaskan dan menjernihkan
salah pengertian mengenai terapi (bila ada), 3. Meyakinkan pasien bahwa terapis
mengerti penderitaannya dan bahwa terapis mampu membantunya, 4. Menetapkan
secara tentatif mengenai tujuan terapi.
Resistensi pada pasien dapat tampil dalam bentuk: 1. Tidak ada motivasi terapi
dan tidak dapat menerima fakta bahwa ia dapat dibantu, 2.Penolakan terhadap arti
dan situasi terapi, 3. Tidak dapat dipengaruhi, terdapat hostilitas dan agresi,
dependensi yang mendalam, dan 4. Berbagai resistensi lain yang menghambat
terjalinnya hubungan yang sehat dan hangat.
Masalah kontratransferensi dalam diri terapis, antara lain: 1. Tidak mampu
bersimpati, berkomunikasi dan saling mengerti secara timbal balik,2. Timbul
iritabilitas terhadap penolakan pasien untuk terapi dan terhadap terapis, 3. Tidak
mampu memberi kehangatan kepada pasien, dan 4. Tidak dapat menunjukkan
penerimaan dan pengertian terhadap pasien dan masalahnya.
2. Fase Pertengahan:2
Tujuannya: menentukan perkiraan sebab dan dinamik gangguan yang dialami
pasien, menerjemahkan tilikan dan pengertian (bila telah ada), menentukan
langkah korektif. Tugas terapeutik: 1.Mengeksplorasi berbagai frustrasi terhadap
lingkungan dan hubungan interpersonal yang menimbulkan ansietas. Bila
melakukan psikoterapi dinamik, gunakan asosiasi, analsisi karakter, analisis
transferensi, interpretasi mimpi. Pada terapi perilaku, kita menilai faktor-faktor
yang perlu diperkuat dan gejala-gejala yang perlu dihilangkan. 2. Membantu
pasien dalam mengatasi ansietas yang berhubungan dengan problem kehidupan.
Resistensi pada pasien dapat tampil dalam bentuk: 1. Rasa bersalah terhadap
pernyataan dan pengakuan adanya gangguan dan kesulitan dalam hubungan
interpersonal dengan lingkungan, 2. Tidak mau, atau tidak mampu (bila ego
lemah), menghadapi dan mengatasi ansietas yang berhubungan dengan konflik,
keinginan dan ketakutan
Masalah kontratransferensi dalam diri terapis dapat berupa: 1.Terapis mengelak
dari problem pasien yang menimbulkan ansietas dalam diri terapis; 2. Ingin
menyelidiki terlalu dalam dan cepat pada fase permulaan, 3. Merasa jengkel
terhadap resistensi pasien.
3. Fase akhir: 2
Tujuannya yaitu: terminasi terapi. Tugas terapeutiknya antara lain: 1.
Menganalisis elemen-elemen dependensi hubungan terapis – pasien; 2.
Mendefinisikan kembali situasi terapi untuk mendorong pasien membuat
keputusan, menentukan nilai dan cita-cita sendiri. 3. Membantu pasien mencapai
kemandirian dan ketegasan diri yang setinggi-tingginya.
Resistensi pada pasien dapat berupa: 1. Penolakan untuk melepaskan
dependensi; 2. Ketakutan untuk mandiri dan asertif
Masalah kontratransferensi pada terapis: 1. Kecenderungan untuk mendominasi
dan terlalu melindungi pasien; 2. Tidak mampu mengambil sikap/peran yang non
direktif sebagai terapis.
VI. EFEKTIVITAS PSIKOTERAPI