You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

Pada setiap tahun lebih dari 17.000 orang di Amerika Serikat diketahui
mempunyai tumor otak. The National Cancer Institue (NCl), menulis buku
tentang tumor otak untuk membantu pasien dan keluarganya dan teman -
temannya untuk mengetahui tentang tumor otak.
Tumor otak adalah sekumpulan massa sel-sel otak yang tumbuh abnormal, di
luar kendali. Massa ini dapat bersifat jinak (disebut tumor otak) dan ganas (disebut
kanker). Sebagian besar kanker otak dapat menyebar melalui jaringan otak, tetapi
jarang menyebar ke area lain dari tubuh.
Tumor otak primer hanya 2 – 3% dari seluruh jumlah kanker pada orang
dewasa. Kira-kira 18.000 kasus baru pasien tumor otak dan dengan kematian
14.000. Pada anak-anak tumor otak primer kira-kira 25% dari seluruh tumor.
Tumor otak dapat terjadi pada setiap umur, dari penelitian, tumor otak
sering terdapat pada anak-anak 3 – 12 tahun dan pada dewasa sekitar 40 – 70
tahun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak
adalah organ penting yang mengendalikan pikiran, memori, emosi, sentuhan,
keterampilan motorik, visi, respirasi, suhu, rasa lapar, dan setiap proses yang
mengatur tubuh kita.

Otak dapat dibagi ke dalam otak besar (cerebrum), batang otak


(brainstem), dan otak kecil (cerebellum):
1. Cerebrum
 Merupakan bagian yang paling besar.
 Terdiri atas bagian kiri dan kanan yang disebut hemispherium Cerebri.
 Berfungsi untuk kontrol terhadap pembicaraan, emosi, inisiasi gerakan,
koordinasi gerakan, temperatur, sentuhan, penglihatan, pendengaran,
penilaian, penalaran, pemecahan masalah, emosi, dan pembelajaran.
2. Cerebellum
 Terletak dibawah Cerebrum dan dibelakang otak.
 Berfungsi untuk mengkoordinasi gerakan otot sukarela dan untuk
mempertahankan postur tubuh, keseimbangan, dan equilibrium.
3. Batang otak
 Batang otak (garis tengah atau bagian tengah otak) termasuk otak tengah,
pons, dan medulla.
 Fungsi daerah ini meliputi: pergerakan mata dan mulut, penyampaian
pesan sensorik (panas, nyeri, keras, dll), rasa lapar, respirasi, kesadaran,
fungsi jantung, suhu tubuh, gerakan otot tak sadar, bersin, batuk, muntah,
dan menelan tekanan darah dan pernapasan.
Secara lebih spesifik, beberapa bagian lain dari otak adalah sebagai berikut:
a. Pons : sebuah bagian yang terletak sangat dalam di otak, terletak di brainstem,
pons berisi banyak daerah kontrol untuk gerakan mata dan wajah.
b. Medulla : Bagian terendah dari batang otak, medula adalah bagian yang paling
penting dari seluruh otak dan merupakan pusat control jantung dan paru-paru
yang sangat penting.
c. Saraf tulang belakang : merupakan sekumpulan besar serabut saraf yang
terletak di bagian belakang yang memanjang dari dasar otak ke punggung
bawah, syaraf tulang belakang ini membawa pesan ke dan dari otak dan
seluruh tubuh.
d. Lobus frontal : bagian terbesar dari otak yang terletak di bagian depan kepala,
lobus frontal terlibat dalam karakteristik kepribadian dan gerakan.
e. Lobus parietal : bagian tengah otak, lobus parietalis membantu seseorang
untuk mengidentifikasi objek dan memahami hubungan spasial (dimana tubuh
seseorang dibandingkan dengan benda-benda di sekitar orang tersebut). Lobus
parietalis juga terlibat dalam interpretasi rasa sakit dan sentuhan pada tubuh.
f. Lobus oksipital : lobus oksipital adalah bagian belakang otak yang terlibat
dengan penglihatan.
g. Lobus temporal : sisi otak, lobus temporal ini terlibat dalam memori, ucapan,
dan indra penciuman.
Otak dilindungi oleh tulang tengkorak dan ditutupi oleh 3 membran
yang disebut meningen. Otak juga dilindungi oleh cairan serebrospinal, yang
diproduksi oleh pleksus khoroideus, yang masuk ke dalam 4 ventrikel dan
rongga antara meningen. Cairan serebrospinal membawa nutrient dari darah
ke otak dan membawa kembali zat-zat yang tidak diperlukan lagi dari otak ke
darah.
Otak terdiri dari beberapa tipe sel, setiap tipe mempunyai fungsinya
masing-masing. Ketika sel kehilangan kemampuan untuk mengontrol
pertumbuhannya dan sel-sel diluar suatu massa jaringan disebut Tumor.

B. Definisi Tumor Cerebri


Neoplasma sistem syaraf pusat mencakup neoplasma yang berasal dari
dalam otak, medulla spinalis, atau meningen, serta tumor metastasis yang
berasal dari tempat lain. Neoplasma SSP primer sedikit berbeda dengan
neoplasma yang timbul ditempat lain, dalam artian bahwa bahkan lesi yang
secara histologis jinak, dapat menyebabkan kematian karena penekanan
terhadap struktur vital. Selain itu, berbeda dengan neoplasma yang timbul
diluar SSP, bahkan tumor otak primer yang secara histologis ganas jarang
menyebar ke bagian tubuh lain.
Pada kasus kanker, terdapat sekumpulan sel normal atau abnormal
yang tumbuh tak terkontrol membentuk massa atau tumor. Pada saat tumor
otak terjadi pertumbuhan sel yang tidak diperlukan secara berlebihan
menimbulkan penekanan dan kerusakan pada sel-sel lain di otak dan
mengganggu fungsi otak bagian tersebut. Tumor tersebut akan menekan
jaringan otak sekitar dan menimbulkan tekanan oleh karena tekanan
berlawanan oleh tulang tengkorak, dan jaringan otak yang sehat, serta area
sekitar syaraf. Sebagai hasilnya, tumor akan merusak jaringan otak.

C. Epidemiologi
Tumor SSP merupakan 2-5% dari semua tumor dengan 80%
diantaranya terjadi di intracranial dan 20% di medulla spinalis. Tumor otak
diperkirakan menyebabkan 2% kematian akibat kanker. Pada anak-anak 70%
tumor otak primer terjadi infratentorial dan termasuk cerebellum,
mesencephalon, pons, dan medulla. Tumor otak meliputi sekitar 85-90% dari
seluruh tumor susunan saraf pusat.
Urutan neoplasma intracranial adalah glioma (41%), meningioma
(17%), adenoma hipofisis (13%), dan schwannoma/neurilemoma (12%).
Berdasarkan data statistik dari CBTRUS, meningen (34,3%) adalah lokasi
yang paling banyak ditempati tumor otak, diikuti lobus frontalis (9,1%),
temporal (6,8%), parietal (4,5%), oksipital (1,3%).
D. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti,
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang
perlu ditinjau, yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber
yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan
faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada
bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang
kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-
bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam
tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam
tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan
abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan
kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi
setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan
besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf
pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.

E. Klasifikasi Tumor
1. Tumor Jinak (Benigna)
 Tidak terdapat sel kanker
 Biasanya dapat diangkat dan tidak berulang
 Batas tegas
 Bersifat tidak menginvasi ke jaringan sekitar tapi dapat menekan
daerah yang sensitive dari otak dan mengakibatkan gejala
 Bila terletak di daerah vital dari otak dan menganggu fungsi vital
maka dapat dipikirkan suatu mlaignasi
2. Tumor Ganas (Maligna)
 Mengandung sel kanker
 Menganggu fungsi vital dan mengancam nyawa
 Tumbuh cepat dan menginvasi ke jaringan sekitar otak
 Seperti tanaman, tumor maligna mempunyai akar yang tumbuh ke
dalam jaringan otak yang sehat
 Tumor otak maligna bisa encapsulated
Klasifikasi tumor otak menurut WHO, dibagi menjadi 9 kategori
tumor otak primer, yaitu :
Tipe Sel Asal
Infiltratif astrositoma Astrosit
Pilositik Astrositoma Astrosit
Oligodendroglioma Oligodendrosit
Mixed Oligodenodroglioma Oligidendrosit, astrosit
Glioblastoma Multiforme Astrosit, Astroblas, Spongioblas
Ependimomaa Ependimosit
Meduloblastoma Sel Primitif neural
Meningioma Meningen
Other

Klasifikasi tumor otak menurut lokasi, yaitu :


1. Supratentorial, yaitu Tumor yang terletak di atas tentorium serebelli
2. Infratentorial atau subtentorial, yaitu : Tumor yang terletak di bawah
tentorium serebelli dalam fossa Kranni Posterior
Klasifikasi tumor otak seluler berdasarkan histologi untuk orang dewasa,
yaitu :
1. Tumor Glia
a. Astrosit tumor
 Non-infiltrat (Juvenile Pilositik, Subependimal)
 Infiltratif (Well differentiated midly and moderately anaplastic
astrositoma, glioblastoma, multiforme)
b. Ependymal tumor
 Myxopapillary and well differentiated ependimoma
 Anaplastik ependimoma
 Ependimoblastoma
c. Oligodendroglial tumor
 Well differentiated oligodendroglioma
 Anaplastik oligodendroglioma
d. Mixed tumor
 Mixed astrositoma-ependimoma
 Mixed astrositoma-oligodendroglioma
 Mixed astrositoma-ependimoma-oligodendriglioma
e. Meduloblastoma
2. Non-glial tumor
a. Pineal parenkim tumor
 Pineostioma
 Pineoblastoma
 Astrositoma
b. Germ tumor
 Germinoma
 Embrional karsinoma
 Teratoma
c. Craniopharingioma
d. Meningioma
 Meningioma
 Maligna meningioma
e. Choroid plexus tumor
 Choroid plexus papiloma
f. Anaplastik choroids plexus papilloma
Pembagian tumor menurut asal sel, yaitu
1. Tumor otak primer
 Tumor yang berasal dari jaringan otak
 Diklasifikasikan berdasarkan tipe jaringan asal, yaitu :
1) Glioma
 Astrositoma, yaitu : Tumor otak yang berasal dari astrosit,
yaitu sel kecil seperti bintang, pada orang dewasa terdapat pada
secebrum dan pada anak-anak dapat terjadi di batang otak,
serebrum dan serebellum. Merupakan 25% dari seluruh tumor
otak
 Pilositik astrositoma, yaitu non-infiltrating astrositoma,
berdiferensiasi, baik, jarang berubah, mampu diangkat semua
dengan operasi. Pada anak banyak pada Cerebellum, dan pada
orang dewasa banyak terdapat pada Korteks serebri.
 Glioblastoma Multiforme, yaitu tumor otak yang tumbuh cepat,
berasal dari astrosit, astroblas, spongioblas. Banyak pada usia
45 – 55 tahun. Prognosis buruk
 Ependimoma, berasal dari sel ependim yang ada di dinding
ventrikel, dapat juga terjadi di Medulla spinalis. Bisa terdapat
pada semua umur, terutama pada anak-anak dan dewasa
 Oligodendroglioma, berasal dari sel yang menghasilkan myelin
untuk melindungi saraf, yang bermula dari serebrum. Tumbuh
lambat dan tidak menyebar ke jaringan otak disekeliling.
Sering terjadi pada usia pertengahan pada dewasa tetapi bisa
terdapat pada semua umur
2) Medulloblastoma, sebelumnya diduga berasal dari sel glia, tetapi
pada penelitian disimpulkan bahwa tumor ini berasal dari sel saraf
yang primitif yang secara normal tidak ada pada tubuh setelah
lahir, kadang disebut Primitif Neuro Ektoderma Tumor (PNET).
Sering terdapat di Serebellum. Sering terjadi pada anak-anak
terutama anak laki-laki dan puncak berada pada 3 – 5 tahun.
Cenderung metastasis relatif tinggi
3) Meningioma, berasal dari Meningen, bersifat jinak karena
tumbuhnya sangat lambat dan otak mampu untuk menerima adanya
meningioma, sering tumbuh sampai cukup besar baru memberikan
gejala. Banyak terdapat pada wanita antara 30 – 50 tahun
4) Schwannoma, tumor jinak berasal dari sel Schwan, yang
menghasilkan myelin yang melindungi saraf akustikus untuk
pendengaran. Banyak pada orang dewasa, dan ternyata 2 kali lipat
lebih banyak pada wanita daripada laki-laki
5) Craniopharingioma, tumor berasal dari kelenjar pituitary dekat
hipotalamus, karena dapat menekan atau merusak hipotalamus dan
dapat menyebabkan gangguan fungsi vital dan banyak terdapat
pada anak-anak dan dewasa.
6) Germ Cell Tumor, berasal dari sel primitif sel kelamin atau dari
germ sel, sering disebut Germinoma
7) Tumor Pineal, terjadi disekitar kelenjar pineal, yaitu suatu organ
yang kecil di dekat pusat otak. Tumbuh lambat (Pineositoma),
dapat tumbuh cepat (Pineoblastoma). Daerah pineal sulit dicapai
dan sering tidak dapat diangkat
2. Tumor otak sekunder
 Tumor yang tumbuh ketika kanker menyebar dari tempat lain ke otak
dan menyebabkan tumor otak
 Tumor sekunder tidak sama dengan tumor otak primer, karena sel
yang terdapat pada tumor otak sekunder mirip dengan sel asal tumor
metastasis tersebut yang abnormal
 Terapi tergantung pada asal tumor dan perluasan penyebaran tumor,
umur, keadaan umum pasien, respon terhadap pengobatan sebelumnya

F. Pembagian Stadium Tumor, Menurut Diferensiasi Tumor Yang Tampak


Secara Mikroskopik
1. Derajat I : Sifat kurang agresif potensi proliferasi rendah, tumbuh lambat,
gambar sel hampir normal, bila dilakukan operasi maka merupakan terapi
yang efektif
2. Derajat II : Relatif tumbuh lambat, aktivitas mitosis rendah, ada sel yang
abnormal di bawah mikroskop, bersifat infiltrative menginvasi jaringan
normal, dapat timbul kembali bila diangkat. Jenis tertentu cenderung
bersifat progresif kea rah derajat keganasan yang lebih tinggi.
3. Derajat III : gambaran aktivitas mitosis jelas, Cenderung tumbuh lebih
cepat, menginfiltrasi, terdapat anaplasia, dan dapat timbul kembali bila
diangkat
4. Derajat IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, tumbuh sangat cepat,
bersifat agresif, gambaran bizarre pada mikroskop.

G. Gejala Klinis

Tumor otak menunjukkan manifestasi klinik yang tersebar. Tumor ini


dapat menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat
dari tumor yang menggangu bagian spesifik dari otak.
Gejala-gejala peningkatan TIK disebabkan oleh tekanan yang berangsur-
angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah ganguan
keseimbangan yang nyata antara otak, cairan serebrospinal dan darah serebral.
Sebagai akibat pertumbuhan tumor, maka kompensasi penyesuaian diri dapat
dilakukan melalui penekanan pada vena-vena intrakranial, melalui penurunan
volume cairan serebrospinal ( Dengan meningkatkan absorbsi dan menurunkan
produksi ), penurunan sedang pada aliran darah serebral dan menurunkan masa
jaringan otak intraseluler dan ekstraseluler. Bila kompensasi ini semua gagal,
maka pasien mengalami tanda dan gejala peningkatan TIK.
Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kapala,
muntah, papiledema (“Choked disc” atau edema saraf optik), perubahan
kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal motorik, sensori dan disfiungsi
saraf kranial.
Gejala klinik pada tumor intrakranial dibagi dalam 3 kategori, yaitu :
Gejala klinik umum, gejala klinik lokal, dan gejala lokal yang menyesatkan (False
lokalizing features).
1. Gejala Klinik Umum
Gejala umum timbul karena peningkatan tekanan intrakranial atau
akibat infiltrasi difus dari tumor. Gejala yang paling sering adalah sakit kepala,
perubahan status mental, kejang, nyeri kepala hebat, papil edema, mual dan
muntah. Tumor maligna (ganas) menyebabkan gejala yang lebih progresif
daripada tumor benigna (jinak). Tumor pada lobus temporal depan dan frontal
dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang sangat besar tanpa
menyebabkan defisit neurologis, dan pada mulanya hanya memberikan gejala-
gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus parietal dan
oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dulu baru kemudian
memberikan gejala umum.
 Nyeri Kepala. Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor
otak yang kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan
intermitten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan
posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan
bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada
tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal.
Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.
 Perubahan Status Mental. Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan
kepribadian, perubahan mood dan berkurangnya inisiatif adalah gejala-
gejala umum pada penderita dengan tumor lobus frontal atau temporal.
Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat menyebabkan
terjadinya somnolen hingga koma.
 Seizure. Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat
seperti astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering
terjadi pada tumor di lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus
parietal dan temporal.
 Edema Papil. Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak,
sebab dengan teknik neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema
papil pada awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan
untuk melihat, tetapi edema papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan
perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang perifer dan
menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.
 Muntah. Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari
massa tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak.
Muntah berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang
proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan adanya massa
intrakranial.
2. Gejala Klinik Lokal
Manifestasi lokal terjadi pada tumor yeng menyebabkan destruksi
parenkim, infark atau edema. Juga akibat pelepasan faktor-faktor ke daerah
sekitar tumor (contohnya : peroksidase, ion hydrogen, enzim proteolitik dan
sitokin), semuanya dapat menyebabkan disfungsi fokal yang reversibel.
 Tumor Kortikal. Tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang
umum yang diikuti paralisis pos-iktal. Meningioma kompleks atau
parasagital dan glioma frontal khusus berkaitan dengan kejang. Tanda
lokal tumor frontal antara lain disartri, kelumpuhan kontralateral, dan
afasia jika hemisfer dominant dipengaruhi. Anosmia unilateral
menunjukkan adanya tumor bulbus olfaktorius.
 Tumor Lobus Temporalis. Gejala tumor lobus temporalis antara lain
disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, defisit lapangan pandang
homonim, perubahan kepribadian, disfungsi memori dan kejang parsial
kompleks. Tumor hemisfer dominan menyebabkan afasia, gangguan
sensoris dan berkurangnya konsentrasi yang merupakan gejala utama
tumor lobus parietal. Adapun gejala yang lain diantaranya disfungsi traktus
kortikospinal kontralateral, hemianopsia/ quadrianopsia inferior homonim
kontralateral dan simple motor atau kejang sensoris.
 Tumor Lobus Oksipital. Tumor lobus oksipital sering menyebabkan
hemianopsia homonym yang kongruen. Kejang fokal lobus oksipital sering
ditandai dengan persepsi kontralateral episodic terhadap cahaya senter,
warna atau pada bentuk geometri.
 Tumor pada Ventrikel Tiga dan Regio Pineal. Tumor di dalam atau yang
dekat dengan ventrikel tiga menghambat ventrikel atau aquaduktus dan
menyebabkan hidrosepalus. Perubahan posisi dapat meningkatkan tekanan
ventrikel sehingga terjadi sakit kepala berat pada daerah frontal dan
verteks, muntah dan kadang-kadang pingsan. Hal ini juga menyebabkan
gangguan ingatan, diabetes insipidus, amenorea, galaktorea dan gangguan
pengecapan dan pengaturan suhu.
 Tumor Batang Otak. Terutama ditandai oleh disfungsi saraf kranialis,
defek lapangan pandang, nistagmus, ataksia dan kelemahan ekstremitas.
Kompresi pada ventrikel empat menyebabkan hidrosepalus obstruktif dan
menimbulkan gejala-gejala umum.
 Tumor Serebellar. Muntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput
merupakan gejala yang sering ditemukan pada tumor serebellar. Pusing,
vertigo dan nistagmus mungkin menonjol.

H. Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita
tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti.
Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh
penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas.
Misalnya ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui
pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema
papil dan deficit lapangan pandang.

I. Pemeriksaan Penunjang

 Foto tulang tengkorak, lebih banyak sebagai skrining, jika ada tanda-
tanda peningkatan TIK akan memperkuat indikasi perlunya dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut, dapat memperlihatkan defisit kalsium yang ada
dalam beberapa tipe tumor. Dapat memperlihatkan perubahan dalam
tulang yang disebabkan oleh sel tumor
 Lumbal pungsi
 EEG, dikerjakan bila ada focal sign tumor
 Angiografi atau arteriografi, menyuntikkan bahan kontras kedalam
pembuluh darah agar dapat melihat gambaran peredaran darah otak yang
merupakan feeding artery pada tumor.
 CT-Scan kepala (Computerized Tomography Scanning) dapat
memberikan informasi tentang lokasi tumor
 MRI (Magnetic Resonance Imaging), membuat diagnose yang lebih dini
dan akurat serta lebih definitif
 PET (Position Emission Tomography)

J. Diagnosis Banding
Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan
intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap
proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar
membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut :
 Abses intraserebral
 Epidural hematom
 Hipertensi intrakranial benigna
 Meningitis kronik

K. Penatalaksanaan
Tergantung pada banyak faktor, diantaranya : tipe, lokasi, ukuran
tumor, umur pasien, keadaan umum pasien. Metode terapi pada anak-anak
berbeda dengan dewasa dan disesuaikan dengan kebutuhan dari setiap pasien.
Metode-metode terapi yaitu :
 Operasi – craniotomy
 Radioterapi
 Kemoterapi
Sebelum diterapi diberikan terlebih dahulu :
 Steroid untuk menghilangkan edema otak. Kortikosteroid (dexametason)
dosis dewasa : 10mg loading IV, diikuti dosis rumatan 6mg PO/IV tiap 6
jam selama 1 minggu selanjutnya tapering off, untuk kasus berat dapat
ditingkatkan sampai 10mg tiap 4 jam. Dosis anak : 0,5-1mg/kg loading
IV, dilanjutkan rumatan 0,25-0,5mg/kg (PO/IV) dalam dosis terbagi tiap 6
jam. Hindari pemakaian jangka panjang karena efek menghambat
pertumbuhan.
 Antikonvulsan, untuk mencegah atau mengontrol kejang
 VP shunt, untuk hydrocephalus
1. Operasi
 Merupakan terapi yang paling sering dilakukan pada tumor otak
 Untuk mengambil tumor otak, operasi ini disebut kraniotomi
 Jika mungkin tumor diambil semua, tetapi bila tumor tidak dapat
diangkat semua tanpa merusak jaringan otak vital, maka akan diangkat
tumor sebanyak-banyaknya. Pengambilan sebagian tumor dapat
menghilangkan gejala dengan mengurangi tekanan pada otak dan
mengurangi ukuran tumor dan terapi dapat dilanjutkan dengan
radioterapi atau kemoterapi
 Pada tumor yang tidak dapat diangkat sama sekali, akan dilakukan
biopsy untuk mengetahui tipe sel sehingga dapat membantu untuk
memutuskan terapi yang akan dilakukan, biasanya dilakukan Needle
biopsy dengan bantuan CT-Scan atau MRI untuk mengarahkan ke
lokasi yang tepat. Operator membuat lubang kecil di tulang tengkorak
dan menuntun jarum ke tumor, teknik ini disebut stereotaksis
 Radiosurgery stereotactic
Adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk menghancurkan
tumor otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI digunakan untuk
menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi radiasi tingkat
tinggi diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan
tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau
akselerator linier dengan foton, ataupun sinar proton.

Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil


kemungkinan komplikasi pada pasien dan memperpendek waktu
pemulihan. Kekurangannya adalah tidak adanya sample jaringan tumor
yang dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan otak
yang dapat terjadi setelah radioterapi.
Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di
batang otak (brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah
tidak mungkin dapat mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak
normal. Dalam hal ini pasien dapat menerima radioterapi atau perawatan
lainnya.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor.
Sebuah mesin besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin
kadang radiasi diarahkan ke seluruh otak atau ke syaraf tulang belakang.
Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh
sel-sel tumor (sisa) yang mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi.
Radiasi juga dapat dilakukan sebagai terapi pengganti operasi. Jadwal
pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia pasien.
Beberapa bentuk terapi radiasi:
 Fraksinasi : Radioterapi biasanya diberikan lima hari seminggu selama
beberapa minggu. Memberikan dosis total radiasi secara periodik
membantu melindungi jaringan sehat di daerah tumor.
 Hyperfractionation: Pasien mendapat dosis kecil radiasi dua atau tiga kali
sehari, bukan jumlah yang lebih besar sekali sehari.
Efek samping dari radioterapi, dapat meliputi: perasaan lelah
berkepanjangan, mual, muntah, kerontokan rambut, perubahan warna kulit
(seperti terbakar) di lokasi radiasi, sakit kepala dan kejang (gejala nekrosis
radiasi).
3. Kemoterapi
Kemoterapi, yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk
membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan infus
intravena ke seluruh tubuh. Obat-obatan biasanya diberikan dalam 2-4 siklus
yang meliputi periode pengobatan dan periode pemulihan.
Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide (Temodar) dan
bevacizumab (Avastin), baru-baru ini telah mendapat persetujuan untuk
pengobatan glioma ganas. Mereka lebih efektif, dan memiliki efek samping
lebih sedikit jika dibandingkan dengan obat-obatan kemo versi lama.
Temozolomide memiliki keunggulan lain , yaitu bisa secara oral.
Untuk beberapa pasien dengan kasus kanker otak kambuhan, ahli
bedah biasanya melakukan operasi pengangkatan tumor dan kemudian
melakukan implantasi wafer yang mengandung obat kemoterapi. Selama
beberapa minggu, wafer larut, melepaskan obat ke otak. Obat tersebut
kemudian membunuh sel kankernya.
4. Biological Terapi

Merupakan cara baru untuk mengobati tumor otak dan masih


dalam penelitian. Cara ini menggunakan prinsip meningkatkan system
imun tubuh untuk melawan penyakit
5. Rehabilitasi
 Merupakan bagian yang sangat penting pada bagian terapi
 Tergantung pada kebutuhan pasien dan bagaimana tumor
mempengaruhi aktivitas kerja
 Occupational terapi, untuk mengatasi kesulitan dalam aktivitas untuk
kehidupan sehari-hari seperti makan, mandi, berpakaian dan pergi ke
toilet
 Physical terapi terutama pada lengan yang lemah atau paralyse dan
pada gangguan keseimbangan
 Speech terapi terutama pada pasien dengan gangguan bicara.

L. Prognosa
Prognosa sering ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan diagnosa.
Juga tergantung pada diagnosa, tipe, derajat tumor, lokasi tumor, metastasis
atau tidak, umur pasien, keadaan umum pasien, seberapa banyak tumor
mempengaruhi aktivitas pasien.
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas
1. Nama : Ny K
2. Umur : 63 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Sidoarjo
5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Status : Menikah
7. Tanggal MRS : 25 Desember 2018
8. Tanggal Pemeriksaan : 28 Desember 2018

B. Anamnesa
1. Keluhan Utama : Penurunan kesadaran
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien wanita 63 tahun dibawa oleh keluarganya ke IGD RSUD
Sidoarjo mengeluhkan kaki dan tangan sebelah kanan tiba-tiba terasa
lemas susah digerakkan, sakit kepala, mual dan muntah sejak sehari yang
lalu (Senin, 24/12/2018). Awalnya mengeluhkan susah berkomunikasi,
bicara melantur, dan kadang pelo sejak 2 hari yang lalu (Minggu,
23/12/2018). Oleh keluarga dibawa ke RSJ Menur (Minggu, 23/12/2018)
karena keluarga mengira ada gangguan kejiwaan setelah itu dokter di RSJ
Menur menyarankan pasien untuk dibawa ke RSUD Sidoarjo. Sebelum
MRS di RSUD Sidoarjo keluarga juga mengatakan pasien sempat pingsan
sekali 2 hari yang lalu. Pasien juga tidak bisa mengingat atau mengenal
keluarganya sendiri. Keluarga mengatakan pasien sangat sering
mengeluhkan sakit kepala sejak setahun ini, hilang timbul sehingga pasien
sering mengonsumsi obat sakit kepala. Keluarga juga mengatakan berat
badannya juga semakin menurun beberapa bulan ini sekitar kurang lebih
10kg. Kemudian kondisi pasien semakin memburuk dari yang awalnya
masih sadar (25/12/2018-27/12/2018) dan pada hari Jumat (28/12/2018)
pasien menjadi tidak sadar. Makan dan minum susah sering tersedak. Sulit
menelan makanan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : HT (+), DM (+)
4. Riwayat Pengobatan : sering mengonsumsi obat sakit kepala
5. Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada keluarga yang sakit seperti ini
6. Riwayat Kebiasaan : merokok (-), alcohol (-), suka makan makanan
berlemak

C. Pemeriksaan Fisik
a) Status Generalis
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : Sopor
3. Tekanan Darah : 130/80 mmHg
4. Nadi : 85 x/menit
5. RR : 23 x/menit
6. Suhu : 36,7°C
7. Saturasi : 98%
8. Kepala
 Mata : Anemia (-), Ikterus (-)
 Hidung : Dyspneu (-)
 Mulut dan bibir : Cyanosis (-), terlihat kering
9. Leher : Pembesaran KGB (-)/(-)
10. Thorax
 Cor : S1S2 Tunggal Reguler Murmur (-), gallop (-)
 Pulmo : vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
11. Abdomen
 Inspeksi : Distensi (-)
 Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
 Perkusi : Timpani Seluruh Lapangan Abdomen, shifting
dulnes (-), meteorismus (-)
 Palpasi : Nyeri Tekan (-), hepar dan lien dalam batas normal
12. Ekstremitas
 Akral Hangat Kering Merah : superior +/+, inferior +/+
 Edema : Superior -/-, inferior -/-
b) Status Neurologis
1. Kesadaran : sopor
2. GCS : 1-1-4
3. Pembicaraan : sulit dievaluasi
4. Wajah : simetris
5. Rangsangan Selaput Otak / Meningeal Sign :
 Kaku Kuduk : (-)
 Brudzinski I : (-)
 Brudzinski II : (-)
 Brudzinski III : (-)
 Brudzinski IV : (-)
 Kernig : (-)
6. Pemeriksaan Nervus Cranialis :
a. Nervus Olfaktorius
 Hiposmia / Anosmia : tidak dilakukan
 Parosmia : tidak dilakukan
b. Nervus Optikus
 Tajam Penglihatan : sulit dievaluasi
 Lapangan Pandang : sulit dievaluasi
 Melihat Warna : sulit dievaluasi
 Funduskopi : tidak dilakukan
c. Nervus Okulomotorius, Troclearis, Abducens
 Kedudukan Bola Mata : ditengah / ditengah
 Ptosis : sulit dievaluasi
 Exophthalmos :-/-
 Pergerakan Bola Mata
o Nasal : sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
o Temporal : sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
o Frontal : sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
o Bawah : sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
o Temporal Bawah : sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
 Pupil
o Bentuk : bulat / bulat
o Diameter : 3mm / 3mm
o R. Cahaya Direct :+/+
o R. Cahaya Indirect :+/+
d. Nervus Trigeminus
 Cabang motoric
o Otot temporalis : sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
o Otot Maseter : sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
o Otot Pterygodeus : sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
 Sensorik : tidak dilakukan
 Reflex Kornea : tidak dilakukan
e. Nervus Facialis
 Waktu Diam
o Kerutan Dahi : simetris
o Tinggi Alis : simetris
o Sudut Mata : simetris
o Lipatan Nasolabial : simetris
o Sudut Mulut : simetris
 Waktu Bergerak
o Kerutan dahi : sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
o Menutup mata : normal / normal
o Memperlihatkan gigi : normal / normal
 Sensorik Pengecapan :
o Manis : tidak dilakukan
o Asam : tidak dilakukan
o Asin : tidak dilakukan
o Pahit : tidak dilakukan
 Stetoskop Balance Test : tidak dilakukan
 Schimmer Test : tidak dilakukan
f. Nervus Vestibulo Choclearis
 Vestibularis
o Vertigo : tidak dilakukan
o Nystagmus : tidak dilakukan
 Choclearis
o Rinne : tidak dilakukan
o Weber : tidak dilakukan
o Schawabach : tidak dilakukan
g. Nervus Glossopharingeus dan Nervus Vagus
 Motorik
o Suara : sulit dievaluasi
o Kedudukan arcus faring : sulit dievaluasi
o Kedudukan uvula : sulit dievaluasi
 Sensorik
o Reflek muntah : sulit dievaluasi
o Pengecapan 1/3 bawah lidah : tidak dilakukan
h. Nervus Accesorius
 Mengangkat bahu : sulit dievaluasi
 Memalingkan kepala : sulit dievaluasi
i. Nervus Hipoglosus
 Kedudukan lidah saat istirahat : normal
 Kedudukan lidah saat dijulurkan : sulit dievaluasi
 Atrofi : (-)
 Fasikulasi : (-)
 Kekuatan lidah menahan mukosa pipi : sulit dievaluasi
7. Sistem Motorik
a. Kekuatan Otot Lengan
 M. Bicep : lateralisasi dextra
 M. Tricep : lateralisasi dextra
 Flexi pergelangan tangan : lateralisasi dextra
 Membuka jari tangan : lateralisasi dextra
 Menutup jari tangan : lateralisasi dextra
 Ekstensi sendi pergelangan tangan : lateralisasi dextra
b. Kekuatan Otot Tungkai
 Flexi sendi coxae : lateralisasi dextra
 Extensi sendi coxae : lateralisasi dextra
 Flexi sendi lutut : lateralisasi dextra
 Flexi plantar pedis : lateralisasi dextra
 Ekstensi plantar pedis : lateralisasi dextra
8. Sistem Sensorik
a. Eksteroseptik
 Nyeri : sulit dievaluasi
 Suhu : tidak dilakukan
 rasa raba ringan : sulit dievaluasi
b. Propioseptik
 raba dalam : tidak dilakukan
 raba getar : tidak dilakukan
c. Besar otot Lengan Tungkai
 Atrofi (-) (-)
d. Palpasi dextra sinistra
 Nyeri (-) (-)
 Kontraktur (-) (-)
e. Tonus otot
 Hipotoni (+) (+)
 Spastik (-) (-)
 Rigid (-) (-)
f. Gerakan involunter
 tremot istirahat (-) (-)
 tremor saat gerak (-) (-)
 khorea (-) (-)
 atetosis (-) (-)
 mioklonik (-) (-)
g. Reflex Fisiologis
 Reflex superficial : Supra umbilical / umbilical / infraumbilical
 Reflek dinding perut : +/+ +/+ +/+
 Reflek gluteal : tidak dilakukan
 Reflex tendon dextra sinistra
o BPR : +3 +2
o TPR : +2 +2
o KPR : +3 +2
o APR : +2 +2

h. Reflex Patologis Dextra Sinistra


 Hoffman : + -
 Tromner : - -
 Babinski : + -
 Chaddock : - -
 Openhim : - -
 Gordon : - -
 Schaffner : - -
 Rosolimo : - -
 Mendel bectrew : - -
i. Sistem Saraf Otonom
 Miksi : kesan normal
 Defekasi : kesan normal
 Salvasi : kesan normal

Siriraj Score
(2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x TDD) – (3
x tanda atheroma) – 12
= (2,5x2) + (2x1) + (2x1)+(0,1x80)-(3x1)-12 = 2
Gajah Mada Score : Babinski + / penurunan kesadaran + / nyeri kepala +

D. Resume
S : Pasien wanita 63 tahun datang ke IGD RSUD Sidoarjo dengan keluhan
kaki dan tangan sebelah kanan tiba-tiba terasa lemas susah digerakkan,
sakit kepala, mual dan muntah sejak sehari yang lalu (Senin, 24/12/2018).
Awalnya mengeluhkan susah berkomunikasi, bicara melantur, dan kadang
pelo sejak 2 hari yang lalu (Minggu, 23/12/2018). Sebelum MRS di
RSUD Sidoarjo pasien sempat pingsan sekali 2 hari yang lalu. Pasien juga
tidak bisa mengingat atau mengenal keluarganya sendiri. Sering
mengeluhkan sakit kepala sejak setahun ini, hilang timbul. Berat
badannya juga semakin menurun beberapa bulan ini sekitar kurang lebih
10kg. Makan dan minum susah sering tersedak. Sulit menelan makanan.
Faktor resiko : HT (+), DM (+)
RPK : -
RPO : sering mengonsumsi obat sakit kepala sejak setahun ini

O : KU : lemah
Kes : spoor
GCS : 1-1-4
Vital sign : TD : 130/80 mmHg, N : 85 x/menit, RR : 23x/menit, S :
36,7°C
Status generalis : dbn
Status neurologis :
 Meningeal sign
 Kaku kuduk (-)
 Brudzinski I/II -/-
 Nervus Cranialis : sulit dievaluasi
 Motoric : lateralisasi dextra
 Sensorik : sulit dievaluasi
 Reflek fisiologis :
 BPR : +3 / +2
 TPR : +2 / +2
 KPR : +3 / +2
 APR : +2 / +2
 Reflek patologis
 Babinski : +/-
 Chaddock : -/-
 Hoffman : +/-
 Tromner : -/-

A : Diagnosa klinis : Hemiparese dextra, aphasia, penurunan kesadaran,


hiperglikemia
Diagnosa topis : lobus parietal sinistra
Diagnosa etiologis : Tumor Cerebri + Diabetes mellitus

P : Planning diagnosis :
 CT-Scan kepala dengan dan tanpa kontras
Hasil : tumor cerebri pada midline lobus parietal sinistra dengan
ukuran +/- 4,73 x 4,51 cm
 Darah lengkap
WBC : 9,59
RBC : 5,2
HGB : 12,7
HCT : 37,7
PLT : 349
 Serum Elektrolit
Na : 134
K : 5,1
Cl : 97
 LFT
SGOT : 12
SGPT :7
 RFT
BUN : 13,8
Serum keratinin : 0,5
 Gula darah
GDS : 262
GDP : 163
GD2JPP : 170
 Profil lipid
Kolesterol total : 194
Trigliserida : 164
HDL-kolesterol : 29
LDL-kolesterol : 143
 EKG
 Thorax foto
Planning terapi :
 Infus asering 14 tpm
 Inj citicoline 3x500mg
 Inj mecobalamin 3x500mcg
 Inj santagesik 3x1 g
 Inj ranitidine 2x50mg
 Inj dexametason 3x1 ampul
 Konsul bedah syaraf
Edukasi :
 menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit yang diderita oleh
pasien
 menjelaskan kepada keluarga agar keluarga senantiasa tetap
mensupport pasien
 menjelaskan mengenai komplikasi penyakit yang bisa terjadi
 menjelaskan tentang efek samping obat yang mungkin bisa terjadi
Monitoring :
 keluhan pasien
 tingkat kesadaran pasien
 vital sign
 efek terapi
Prognosis : dubia ad malam
Prognosa sering ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan diagnosa.
Juga tergantung pada diagnosa, tipe, derajat tumor, lokasi tumor,
metastasis atau tidak, umur pasien, keadaan umum pasien, seberapa
banyak tumor mempengaruhi aktivitas pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sylvia A Price dan Lorraine M Wilson, Buku Patofisiologi edisi ke IV,1995,


EGC, Jakarta.
2. Youmans,Neurological Surgery,edisi IV,1996, by sounders company
3. Raymond D Adamx and Mourice Victor. Allan H Rapper, Principle of
Neurologi,1997,by sounders company
4. Bailey and love’s, Short Practice of Surgery 21 st edition,1992, Chapman and Hall
Medical
5. kegawatdaruratan saraf dan bedah, PT Delta Citra Grafinda, 2002,FK uph lippo
karawaci

You might also like