You are on page 1of 10

Tugas 2.

KASUS DISINTEGRASI

Ancaman dan Optimisme Keamanan di Tahun 2017

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

SITTI RAHMA ROSITALIA


201701088

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2018
A. KASUS ONLINE
Ancaman dan Optimisme Keamanan di Tahun 2017

Stanislaus Riyanta
Foto: (dokumentasi pribadi)
Jakarta - Tahun 2016 diwarnai oleh beberapa kejadian yang berpengaruh
terhadap situasi keamanan. Beberapa kejadian yang berasal dari sikap intoleran
turut mewarnai bangsa Indonesia di tahun 2016. Kejadian di Tolikara, Tanjung
Balai, dan Bandung adalah cermin dari sikap intoleran.
Kelompok eksklusif dan radikal, yang sebagian besar adalah kelompok
yang bersimpati terhadap gerakan ISIS, mendominasi aksi terorisme di Indonesia.
Kejadian di Thamrin-Jakarta, Solo, Medan, Tangerang, dan Samarinda, serta aksi
pencegahan oleh Densus 88 di Majalengka, Tangerang Selatan, Batam, Ngawi,
Solo, Payakumbuh, Deli Serdang dan kota lainnya menunjukkan bahwa isu
terorisme di tahun 2016 masih sangat kuat. Hal ini tentu saja masih
mempengaruhi situasi keamanan di tahun 2017.
Terkait dengan aksi massa, kelompok yang biasanya kerap menggunakan
model aksi massa terutama aksi jalanan seperti buruh justru cenderung menurun
dibandingkan tahun sebelumnya. Demo buruh di tahun 2016 kurang popular dan
cenderung berdaya tarik lemah.

Terorisme dan Aksi Intoleran


Aksi terorisme diperkirakan masih kuat di tahun 2017. Melemahnya
kelompok radikal ISIS di Suriah dan Irak akibat tekanan dari kelompok
internasional diperkirakan justru akan menggeser kekuatan ISIS ke wilayah lain.
Beberapa tokoh ISIS yang berasal dari Asia Tenggara terutama Indonesia akan
menunjukkan eksistensinya guna pamer kekuatan dan pengaruhnya.
Hal ini sudah dimulai pada tahun 2016 seperti aksi di Thamrin, Solo,
Tangerang, Medan dan Samarinda yang dipengaruhi oleh Bahrun Naim, tokoh
ISIS yang berasal dari Indonesia. Pada tahun 2017 aksi ini diperkirakan akan
dilakukan (lagi) di Indonesia dan negara lain di Asia Tenggara. Tokoh-tokoh ISIS
yang berasal dari Indonesia diperkirakan akan atau sudah bergeser ke Asia
Tenggara dengan prediksi lokasi di Mindanao. Jika aparat keamanan di Indonesia
tidak melakukan operasi di Poso maka kemungkinan Poso akan menjadi salah
satu markas kelompok radikal yang berafiliasi dengan ISIS.
Ancaman lain terkait hal tersebut di atas adalah adanya arus balik WNI
simpatisan ISIS dari Suriah. Kemungkinan arus balik tersebut bisa langsung
menuju Indonesia kemudian membentuk sel-sel kelompok teror atau transit di
tempat lain seperti Mindanao untuk menyiapkan kekuatan di sana.
Model aksi teror di Indonesia akan terus berubah dan beradaptasi guna
mengelabui deteksi apparat keamanan. Model ini sudah mulai digunakan pada
penghujung tahun 2016 dengan menggunakan perempuan sebagai 'pengantin'
dalam rencana aksi bom bunuh diri. Hal ini tentu tidak menutup kemungkinan
akan berkembang dengan menggunakan remaja atau anak-anak sebagai 'alat'
untuk melakukan aksi bom bunuh diri seperti yang terjadi di daerah konflik di
negara lain. Pengendalian aksi-aksi teror tersebut akan dilakukan secara remote
dari jarak jauh bahkan dari negara lain dengan menggunakan bantuan teknologi
seperti internet.
Selain terorisme, aksi intoleran cukup menyita perhatian di tahun 2016.
Kejadian seperti di Tolikara dan Tanjung Balai pada tahun 2016 harus diwaspadai
agar tidak menjadi model yang akan terjadi di tahun 2017 dengan tempat yang
berbeda. Ruang gerak yang lebih leluasa kepada kelompok sektarian dan radikal
perlu dibatasi. Ketegasan pemerintah terhadap kelompok-kelompok sektarian dan
radikal yang cenderung intoleran diharapkan dapat mencegah bibit terorisme di
Indonesia.

Konflik Politik
Kegiatan politik di tahun 2017 akan berpusat pada pilkada serentak pada
bulan Februari. Pesta demokrasi yang terjadi di 101 daerah ini diperkirakan akan
ikut mempengaruhi situasi keamanan di Indonesia.
Pilkada di Jakarta, yang menjadi pusat dan sorotan banyak pihak, tidak
bisa lepas dari isu keamanan. Dunia bisnis tentu akan sangat khawatir terhadap isu
keamanan ini. Pilkada serentak 2017 mulai terlihat berdampak pada keamanan di
Jakarta pada semester kedua 2016. Pilkada di Jakarta menjadi lebih dinamis dan
rawan karena adanya tokoh kontroversial Basuki Tjahaja Purnama yang diduga
melakukan penistaan agama.
Daerah-daerah lain yang berpotensi terganggu keamanannya terkait
kegiatan politik pilkada serentak seperti di Papua Barat, Aceh dan Banten patut
diwaspadai. Isu-isu primordial diduga akan mumcul sebagai pemicu dari konflik
pilkada.
Aturan pilkada yang bisa menjadi dua putaran akan membuat
kekhawatiran terkait keamanan menjadi semakin panjang. Pilkada dua putaran
akan menjadikan putaran terakhir sebagai pertarungan antar dua kubu. Hal ini
akan menciptakan polarisasi yang cukup rawan sebagai sumber konflik.
Kegiatan politik harus tetap dijaga pada relnya dan tidak berubah menjadi
pertarungan antar kubu yang bisa menjadi titik awal perpecahan dan konflik.
Pengaruh dinamika politik di Jakarta yang bisa mengarah kepada polarisasi akan
menjadi inspirasi bagi kelompok-kelompok lain di daerah.
Pemerintah perlu mewasapadai daerah-daerah yang mempunyai
kerawanan dari sisi kekuatan aparat keamanan. Jakarta yang mempunyai kekuatan
aparat keamanan yang cukup baik diperkirakan bukan menjadi sasaran bagi para
pemain konflik. Namun isu-isu di Jakarta akan menjadi model dan inspirasi
sebagai bahan untuk melakukan aksi di daerah.
Hajat politik pilkada serentak 2017 menjadi momentum bagi para pemain
konflik. Para pemain konflik diperkirakan akan melempar isu agama dan ras
sebagai trigger untuk membentuk polarisasi masa sehingga tercipta kubu yang
saling berhadapan.
Politik yang cair dan bergerak sesuai kepentingan menjadi alat bagi para
tokohnya untuk mencapai tujuan. Namun jangan sampai terjadi tujuan tersebut
menjadi ancaman bagi persatuan bangsa.

Menjaga Indonesia Tetap Aman


Ada beberapa kunci untuk menjaga Indonesia tetap aman dan damai.
Pemerintah harus tegas untuk menutup ruang gerak dari kelompok sektarian dan
radikal. Kebebasan dan ruang bagi kelompok sektarian dan radikal menjadi
peluang terjadinya tindakan intoleran, ancaman bagi eksistensi ideologi Pancasila,
dan adanya aksi teror. Hal ini bukan suatu perkiraan saja namun sudah terjadi di
Indonesia, terutama terkait aksi teror yang dilakukan oleh kelompok radikal yang
berafiliasi dengan ISIS dan kelompok yang menolak Pancasila sebagai dasar
negara.
Tindakan tegas pemerintah yang perlu dilakukan adalah membubarkan
organisasi yang mengarah kepada sektarian, radikal dan mengancam ideologi
bangsa. Selain membubarkan, pemerintah perlu tegas bahwa organisasi dengan
aliran yang bertentangan dengan ideologi Pancasila adalah organisasi terlarang.
Dengan hal ini maka pemerintah bisa dengan tegas memberikan tindakan hukum
kapada anggota kelompok tersebut sebagai efek jera.
Organisasi yang dilarang tidak hanya yang mengancam ideologi Pancasila
tetapi juga organisasi yang berpotensi melakukan makar atau ingin memisahkan
diri dari Indonesia. Ketegasan untuk membubarkan selanjutnya harus diikuti
dengan penggalangan dan mengarahkan kembali anggota kelompok tersebut agar
kembali kepada ideologi Pancasila yang dianut secara wajib bagi warga negara
Indonesia.
Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah berkesinambungan terhadap
orang-orang atau kelompok yang sudah mempunyai paham radikal. Pelibatan
lembaga keagamaan dan masyarakat untuk merangkul orang-orang dengan paham
radikal perlu dilakukan.
Upaya membendung paham radikal yang menyebar di melalui media
massa dan media sosial perlu dicegah dan dilawan. Dalam hal ini ketegasan
pemerintah diperlukan terutama untuk menutup situs-situs dan konten di internet
yang mengandung narasi radikal.
Mantan narapidana kasus terorisme harus dibina dan dirangkul supaya
mereka tidak kembali melakukan aksi teror. Upaya untuk membuat lembaga
pemsyarakatan khusus pelaku teror perlu didukung. Hal ini bertujuan agar
pemerintah melalui BNPT bisa melakukan deradikalisasi dengan lebih fokus dan
tepat sasaran. Jika narapidana terorisme menjadi satu dengan narapidana kasus
lain maka besar kemungkinan terjadi penggalangan dan radikalisasi sehingga
kelompok radikal justru mendapat 'amunisi' dan 'pasukan' baru untuk
kelompoknya.
Terorisme bisa dicegah antara lain dengan memutus aliran dana dan
mengawasi gerakan kelompok radikal dengan pemantauan keberadaan dan
komunikasi yang dilakukan antar anggota kelompok radikal. Hal ini pasti sudah
dilakukan dengan baik oleh pemerintah, namun keterbatasan dari pemerintah
perlu diimbangi dengan upaya lain seperti fusi informasi antar lembaga yang
berkaitan dengan terorisme. Untuk melakukan hal tersebut tentu saja perlu adanya
suatu sistem fusi informasi dari lembaga seperti PPATK untuk analisis transaksi
keuangan, Imigrasi untuk pemantauan keberadaan orang, BIN, Badan Intelkam
Polri, BAIS TNI, dan tentu saja lembaga agama dan masyarakat.
Paling penting untuk mencegah terorisme di Indonesia adalah
mengajarkan toleransi dan perdamaian kepada generasi muda sejak dini. Dengan
sikap toleran dan damai yang kuat maka generasi muda tidak mudah dipengaruhi
untuk diajak melakukan aksi teror terutama dengan janji-janji surgawi sebagai
balasan jika mau melakukan aksi teror bom bunuh diri. Toleransi dan perdamaian
ini harus dicontohkan dengan teladan terutama dari elit politik, tokoh agama, dan
public figure lainnya yang menjadi panutan bagi masyarakat.
Masyarakat perlu menguatkan 'radar' sosialnya. Kemajuan teknologi
hendaknya dimanfaatkan untuk saling mempererat masyarakat sehingga muncul
kekuatan sosial yang positif. Jangan sampai terjadi dengan adanya kemajuan
teknologi masyarakat justru semakin individualis sehingga 'radar' sosialnya
tumpul. Ketidakpekaan atas fenomena sosial akan mempermudah dan memberi
ruang bagi pihak-pihak tertentu untuk menggangu keamanan.
Pemerintah bersama dengan organisasi masyarakat sebaiknya bersatu padu
dengan masyarakat untuk memperkuat nilai-nilai luhur bangsa seperti gotong
royong, toleransi, dan kebhinnekaan. Pemahaman perbedaan sebagai kekuatan
bangsa perlu disadarkan ulang secara masif untuk melawan gerakan yang
mengusung perbedaan sebagai ancaman.

B. PEMBAHASAN
1. DISINTEGRASI BANGSA
Karna kelompok ISIS ini berkeinginganan menderikan sebuah
“khalifa”,sebuah Negara yang di kuasai satu pemimpin ke agamaan dan politik
menurut hukum islam atau syariah.meskipun saat ini terbatas di Iraq dan suriah.
Analisis media sosial adalah kerangka yang penulis gunakan untuk
menganalisa jaringan sosial fisik yg mendukung serangan teroris di Indonesia.
Namu pada dasarnya,pimpinan pucuk dan tengah mereka yang melumpuhkan
jaringan itu untuk mempersiapkan oprasi yang lebih canggih dalam skala besar.
Nyatanya,jaringan mereka masih tetap hidup dan menyebarkan ideologi
tersebut.mereka melakukan perekrutan-perekrutan yang baru Beberapa aksi
mereka seperti aksi bunuh diri.
Tujuan ISIS ke Indonesia:
1. Indonesia adalah Negara mayoritas penduduk muslim
2. Banyak masyarakat ke Indonesia yang bersimpati terhadap gerakan
ke khalifahan
3. Banyak warga Indonesia sejalan dengan ideology ISIS
4. Memperoleh simpatisan dan anggota yang akhirnyabergabung
dengan ISIS

2. FAKTOR PENYEBAB
ISIS masuk ke Indonesia karena pintu keluar masuk di Indonesia cukup
longgar sehingga pergerakan mereka tidak cukup terawasi. Indonesia menjadi
pintu masuk ISIS dari negara lain karena pengawasan keamanannya rendah. Di
sisi lain, negara-negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, dan Australia
memperketat pengawasan sehingga mempersulit ISIS untuk masuk kesana.
Akibatnya, ISIS makin menjadikan Indonesia negara tujuan karena
pengawasan di negari ini masih longgar. “mereka yang tergabung karena tidak
bisa masuk ke negaranya bisa lari ke Indonesia yang masih longgar
pengawasannya dan payung hukumnya.”

3. PENYELESAIAN
Ada beberapa kunci untuk menjaga Indonesia tetap aman dan damai.
Pemerintah harus tegas untuk menutup ruang gerak dari kelompok sektarian dan
radikal. Kebebasan dan ruang bagi kelompok sektarian dan radikal menjadi
peluang terjadinya tindakan intoleran, ancaman bagi eksistensi ideologi Pancasila,
dan adanya aksi teror. Hal ini bukan suatu perkiraan saja namun sudah terjadi di
Indonesia, terutama terkait aksi teror yang dilakukan oleh kelompok radikal yang
berafiliasi dengan ISIS dan kelompok yang menolak Pancasila sebagai dasar
negara.
Tindakan tegas pemerintah yang perlu dilakukan adalah membubarkan
organisasi yang mengarah kepada sektarian, radikal dan mengancam ideologi
bangsa. Selain membubarkan, pemerintah perlu tegas bahwa organisasi dengan
aliran yang bertentangan dengan ideologi Pancasila adalah organisasi terlarang.
Dengan hal ini maka pemerintah bisa dengan tegas memberikan tindakan hukum
kapada anggota kelompok tersebut sebagai efek jera.Pemerintah dan warga negara
harus tetap optimis bahwa Indonesia akan tetap aman di tahun 2017 dan tahun-
tahun berikutnya. Pelajaran yang diperoleh pada tahun 2016 harus menjadi bahan
kajian untuk menjalani tahun 2017 dengan baik.
Perpecahan tidak boleh terjadi, pemerintah harus didukung. Eksistensi bangsa
dengan ideologi Pancasila menjadi hal utama yang harus dibanggakan dan
dijunjung tinggi daripada budaya dan ideologi asing. Warga negara harus fokus
bahwa persatuan adalah isu utama yang harus diupayakan. Abaikan pihak-pihak
yang mengusung isu 'pengalihan isu' untuk membelokkan fokus ancaman-
ancaman bagi eksistensi bangsa.
Dukungan masyarakat yang kuat kepada pemerintah, sikap toleran dengan
tetap menghormati keyakinan pihak lain, menjunjung tinggi persatuan, dan
memahami kebhinnekaan sebagai persatuan akan membawa Indonesia tetap
optimis, bahwa ancaman-ancaman terkait keamanan pada tahun 2017 bisa
dihadapi dengan baik.
C. DAFTAR PUSTAKA
https://m.detik.com/news/kolom/d-3381399/ancaman-dan-optimisme-keamanan-
di-tahun-2017
https://www.google.co.id/amp/s/hukamnas.com/apa-tujuan-isis-ke-indonesia/amp
https://internasional.kompas.com/read/2014/09/05/09231871/Apa.Sebenarnya.Kei
nginan.ISIS.

You might also like