You are on page 1of 45

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI MAKANAN JAJANAN

DAN MINUMAN MANIS DENGAN KEGEMUKAN PADA


ANAK SEKOLAH DASAR

IERSA AFIRA NURUL SAPUTRA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan antara
Konsumsi Makanan Jajanan dan Minuman Manis dengan Kegemukan pada Anak
Sekolah Dasar adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum
pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Iersa Afira Nurul Saputra


NIM I14120126
ABSTRAK

IERSA AFIRA NURUL SAPUTRA. Hubungan antara Konsumsi Makanan Jajanan


dan Minuman Manis dengan Kegemukan pada Anak Sekolah Dasar. Dibimbing
oleh LILIK KUSTIYAH

Prevalensi kegemukan pada anak sekolah dasar meningkat lebih dari dua
kali lipat dalam waktu enam tahun, yakni dari tahun 2007 sampai 2013. Penelitian
ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara konsumsi makanan jajanan dan
minuman manis dengan kegemukan pada anak sekolah dasar (SD). Penelitian ini
menggunakan desain cross sectional study, melibatkan 86 siswa dan dilaksanakan
pada bulan Maret sampai Mei 2016. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas
lima dari SD Negeri Sindangsari 1, SD Negeri Polisi 1, SD Rimba Putra, dan MI
Iannatusshibyan di kota Bogor. Data karakteristik subjek dan sosial ekonomi
keluarga serta konsumsi makanan jajanan dan minuman manis didapatkan dengan
pengisian kuesioner, data berat dan tinggi badan dikumpulkan dengan pengukuran
secara langsung. Status gizi subjek ditentukan berdasarkan IMT/U dan
dikategorikan menjadi gemuk (z-score>1.0) dan normal (-2.0≥z-score≤1.0). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa frekuensi konsumsi dan jenis makanan jajanan dan
minuman manis adalah tidak berbeda signifikan (p>0.05) antara subjek gemuk
dengan subjek normal. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan signifikan (p>0.05) antara sumbangan energi dari makanan
jajanan dan minuman manis dengan kegemukan pada anak SD. Namun demikian.
sumbangan energi yang berasal dari minuman manis pada subjek gemuk (14.2 ±
9.2%) adalah cenderung lebih tinggi daripada subjek normal (12.9 ± 8.8%).

Kata kunci: anak sekolah dasar, makanan jajanan, minuman manis, kegemukan.

ABSTRACT
IERSA AFIRA NURUL SAPUTRA. Correlation between Consumption of snack
and Sweeten Drinks with Obesity among Elementary School Student. Supervised by
LILIK KUSTIYAH

During six years (2007-2013), prevalence of obesity among elementary


school student (ESS) increased more than doubled. The aim of this research was
to analyze the correlation between consumption of snack and sweeten drink with
obesity among ESS. This cross sectional research involved 86 students and was
conducted in March up to Mei 2016. The subjects of this research were the students
of 5th grade of SD Negeri Sindangsari 1, SD Negeri Polisi 1, SD Rimba Putra, and
MI Iannatusshibyanin at urban Bogor. Data of subjects and family socio economic
characteristics. and consumption of snack and sweeten drink were collected by
filling out of questionaire; and data of weight and height were measured directly to
the subjects. Nutritional status of subjects were estimated by BMI/A. and
categorized as obesity (z-score>1.0) and normal (-2.0≥z-score≤1.0). Result showed
that frequency and type of snack and sweeten drink consumption were not
significantly different between overweight/obese and normal subjects. Pearson
correlation test showed that correlation between energy contribution from snack
and sweeten drink with obesity among ESS were not significant (p>0.05). But.
overweight/obese subjects tended to have higher energy contribution (14.2 ± 9.2%)
from sweeten drink than normal subjects (12.9 ± 8.8%).
.
Keywords: Elementary school student, obesity, snack, sweeten drink.
HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI MAKANAN JAJANAN
DAN MINUMAN MANIS DENGAN KEGEMUKAN PADA
ANAK SEKOLAH DASAR

IERSA AFIRA NURUL SAPUTRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi sebagai syarat kelulusan dari Departemen Gizi
Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor dapat
diselesaikan. Penelitian yang dilakukan berjudul Hubungan antara Konsumsi
Makanan Jajanan dan Minuman Manis dengan Kegemukan pada Anak Sekolah
Dasar. Selama penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu. pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan
terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. Ir. Lilik Kustiyah.M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak meluangkan waktu dan pikirannya; memberikan arahan. kritik dan
saran yang membangun; serta dorongan dan semangat kepada Penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
2. dr. Naufal Muharam Nurdin. S.Ked. M.Si selaku dosen penguji skripsi yang
telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi
ini.
3. Dr.Ir. Yayuk Farida Baliwati. MS selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan dorongan dan semangat kepada Penulis dalam bidang
akademik
4. Pihak SDN Sindangsari 1. SDN Polisi 1. SD Rimba Putra. dan MI
Iannatushibbyan yang telah memberikan izin melaksanakan penelitian.
kerjasama dan bantuan selama pengumpulan data penelitian.
5. Kedua orang tua Penulis. yaitu Ir. H. Rudi Saputra, MT dan Hj. Evie Agustin
Satriani, MM serta adik-adik saya Diandra Arvie Adzani Saputra dan Fadya
Syahira Saputra atas doa dan dukungan baik materi dan moral yang selalu
diberikan untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat tersayang (Yolandina, Dwinda, Atika, Dwi Ayu, Annisa,
Melda, Kak Alyn, Arman, Dyna, Rizal, Kak Tami, dan Panji). Sahabat-
sahabat ID RSUP Persahabatan Jakarta (Chintia, Elza, Fellie, dan Trisno)
serta teman-teman Gizi Masyarakat 49 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu. Terima kasih telah memberikan semangat, bantuan, motivasi,
pendapat dan saran kepada Penulis.
7. Teman-teman satu Tim penelitian skripsi (Maudi. Fajar, Tevin, Novia, dan
Syara) yang telah memberikan bantuan. motivasi. dan semangat dalam
pengambilan data dan pengolahan data.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu. Penulis membutuhkan saran dan kritik dari berbagai pihak untuk
perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, September 2016

Iersa Afira Nurul Saputra


vii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vii


DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan 2
Tujuan umum 2
Tujuan khusus 2
Manfaat 2
KERANGKA PEMIKIRAN 3
METODE 5
Desain, Tempat, dan Waktu 5
Jumlah dan Cara Pemilihan Subjek 5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 7
Pengolahan dan Analisis Data 8
Definisi Operasinal 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Gambaran Umum Sekolah Dasar 11
Karakteristik Subjek 12
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga 13
Jenis dan Jumlah Makanan Jajanan dan Minuman Manis 15
Sumbangan Energi dan Zat Gizi yang Berasal dari Makanan Jajanan dan
Minuman Manis 17
Energi 17
Protein 18
Lemak 18
Karbohidrat 19
Hubungan antar Variabel 20
Hubungan antara sosial ekonomi keluarga dengan uang saku subjek 20
Hubungan antara sosial ekonomi keluarga dan uang saku dengan jumlah dan
jenis makanan jajanan dan minuman manis yang dikonsumsi subjek 20
Hubungan antara sumbangan energi dan zat gizi dengan kegemukan 21
SIMPULAN DAN SARAN 23
Simpulan 23
Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 27
RIWAYAT HIDUP 31
viii

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data 7


2 Pengkategorian data/variabel penelitian 9
3 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik dan kategori status gizi 12
4 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga dan kategori
status gizi 14
5 Rata-rata frekuensi konsumsi makanan jajanan dan minuman manis (kali per
minggu) berdasarkan kategori status gizi 16
6 Rata-rata sumbangan energi dan zat gizi makananan jajanan dan minuman
manis terhadap AKG berdasarkan kategori status gizi 17
7 Hubungan antara rata-rata pendapatan keluarga dengan uang saku dan status
gizi subjek 20

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran hubungan antara konsumsi makanan jajanan dan minuman


manis dengan kegemukan pada anak sekolah dasar 4
2 Cara pemilihan subjek 6

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata-rata frekuensi konsumsi makanan jajanan yang dijual di lingkungan


sekolah dasar 27
2 Rata-rata frekuensi konsumsi minuman manis yang dijual di lingkungan
sekolah dasar 28
3 Hasil uji korelasi antar variabel 29
4 Hasil uji beda karakteristik subjek dan sosial ekonomi keluarga antara subjek
gemuk dan normal 29
5 Hasil uji beda frekuensi konsumsi makanan jajanan dan minuman manis antara
subjek gemuk dan normal 30
6 Hasil uji beda sumbangan energi dan zat gizi dari makanan jajanan dan
minuman manis antara subjek gemuk dan normal 30
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah gizi ganda saat ini menjadi masalah gizi di Indonesia. Masalah gizi
ganda yang dimaksud adalah masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya.
sementara sudah muncul masalah gizi lebih. Kelebihan gizi yang menimbulkan
obesitas dapat terjadi pada anak-anak hingga usia dewasa. Obesitas ditunjukkan
oleh ketidakseimbangan antara tinggi badan dan berat badan akibat berlebihnya
jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melebihi
ukuran ideal seseorang (Sumanto 2009). Obesitas merupakan keadaan indeks massa
tubuh (IMT) anak yang berada di atas persentil ke-95 pada grafik tumbuh kembang
anak sesuai jenis kelaminnya (Centers for Disease Control and Prevention 2000).
Prevalensi obesitas dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Data
Riskesdas (2007) menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak usia 6-14
tahun adalah sebesar 8.0% dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 11.7%. Data
Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa prevalensi kegemukan di Indonesia pada
anak umur 5-12 tahun semakin tinggi, yaitu 18.8%. terdiri dari gemuk (overweight)
10.8% dan sangat gemuk (obese) 8.8%. Prevalensi overweight pada anak umur 5-
12 tahun di Bogor sebesar 8.8% dan obese sebesar 8.4%. Kelebihan penimbunan
lemak diatas 20% berat badan ideal, akan menimbulkan permasalahan kesehatan
hingga terjadi gangguan fungsi organ. Obesitas pada anak dapat meningkatkan
terjadinya penyakit diabetes mellitus (DM) tipe 2 (Sartika 2011).
Faktor penyebab obesitas pada anak antara lain adalah asupan energi
berlebih yang berasal dari berbagai jenis makanan olahan serba instan, minuman
soft drink, dan makanan jajanan (Sartika 2011). Asupan energi yang tinggi
disebabkan karena konsumsi makanan yang berlebih, sedangkan energi yang
dikeluarkan rendah. Faktor ini diperburuk ketika anak-anak seringkali salah dalam
memilih makanan jajanan yang sehat. seperti jajan es, gula-gula atau makanan lain
yang kurang gizinya (Notoatmodjo 2003), namun padat energi. Menurut Ludwig et
al. (2001) bahwa minuman manis juga berkontribusi pada terjadinya obesitas.
Waktu yang dimiliki oleh anak usia sekolah dasar dihabiskan di luar rumah
baik di sekolah maupun di tempat bermain. Hal ini mempengaruhi kebiasaan
makan. Pada umumnya saat anak lapar, anak lebih suka jajan dibandingkan dengan
makan utama. Makanan jajanan memberikan rata-rata kontribusi energi pada anak
sekolah dasar (SD) sebesar 10-20 % terhadap AKG (Angka Kecukupan Gizi).
Terdapat hubungan positif antara kontribusi energi makanan jajanan dengan tingkat
kecukupan energi pada anak SD (Sulistyanto dan Sulchan 2010). Hal tersebut dapat
diartikan bahwa semakin banyak anak jajan, maka tingkat kecukupan energi anak
juga semakin tinggi (Sulistyanto dan Sulchan 2010).
Kontribusi energi yang berasal dari makanan jajanan (snack) adalah
sebanyak 20-25% asupan energi sehari. Kontribusi energi terbanyak dari makanan
jajanan berasal dari desserts, minuman, susu, dan makanan ringan yang asin
(Forslund et al. 2005). Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut, maka Penulis
ingin mengkaji hubungan antara konsumsi makanan jajanan dan minuman manis
dengan kegemukan pada anak sekolah dasar.
2

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan


permasalahan yang akan menjadi fokus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara sosial ekonomi keluarga dengan jumlah
uang saku pada anak SD?
2. Apakah terdapat hubungan antara sosial ekonomi keluarga dan jumlah uang
saku dengan jenis dan jumlah makanan jajanan dan minuman manis yang
dikonsumsi anak SD?
3. Apakah terdapat hubungan antara sumbangan energi dan zat gizi yang
berasal dari makanan jajanan dan minuman manis dengan kegemukan pada
anak SD?

Tujuan

Tujuan umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara
konsumsi makanan jajanan dan minuman manis dengan kegemukan pada anak SD.

Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik subjek anak SD dan sosial ekonomi
keluarga.
2. Mengkaji jenis dan jumlah makanan jajanan dan minuman manis subjek
anak SD.
3. Menganalisis sumbangan energi dan zat gizi makro yang berasal dari
makanan jajanan dan minuman manis terhadap AKG pada anak SD.
4. Menganalisis hubungan antara sosial ekonomi keluarga dengan jumlah
uang saku; serta antara sosial ekonomi keluarga dan jumlah uang saku
dengan jumlah dan jenis makanan jajanan dan minuman manis yang
dikonsumsi anak SD.
5. Menganalisis hubungan antara sumbangan energi dan zat gizi makro yang
berasal dari makanan jajanan dan minuman manis dengan kegemukan
pada anak SD.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai


keterkaitan antara konsumsi makanan jajanan dan minuman manis dengan
kegemukan pada anak sekolah dasar. Manfaat penelitian bagi subjek penelitian dan
masyarakat umum adalah memberikan informasi mengenai sumbangan energi dan
zat gizi yang berasal dari makanan jajanan dan minuman manis pada anak sekolah
dasar.
3

KERANGKA PEMIKIRAN

Masalah gizi ganda saat ini masih menjadi masalah gizi di Indonesia.
Masalah gizi ganda yang dimaksud adalah masalah gizi kurang masih belum
teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi lebih. Kelebihan gizi
yang menimbulkan obesitas dapat terjadi pada anak-anak hingga usia dewasa.
Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara
tinggi badan dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi
kelebihan berat badan yang melebihi ukuran ideal seseorang (Sumanto 2009).
Status gizi anak. secara langsung dipengaruhi oleh konsumsi makan, morbiditas,
aktivitas fisik, dan genetik. Pada penelitian ini yang dikaji adalah konsumsi
makanan jajanan dan minuman manis kaitannya dengan kegemukan pada anak
sekolah dasar.
Konsumsi pangan pada anak SD antara lain dipengaruhi oleh sosial
ekonomi keluarga dan uang saku. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi maka
semakin tinggi uang saku yang dimiliki oleh anak tersebut. Sosial ekonomi yang
dimaksud adalah tingkat pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, jumlah
anggota keluarga, dan pekerjaan orang tua.
Beberapa peneliti menemukan bahwa anak usia sekolah lebih sering
mengonsumsi makanan jajanan dibandingkan dengan makanan utama. Konsumsi
makanan jajanan adalah kebiasaan makan yang dilakukan di luar waktu makan
(makan pagi, siang, sore atau malam), dan makanan yang dikonsumsi biasanya
berupa makanan kecil yang rasanya gurih, manis dan biasanya digoreng. Penelitian
Forslund et al. (2005) menunjukkan bahwa asupan energi meningkat oleh tingginya
konsumsi makanan jajanan.
Selain konsumsi makanan jajanan, variabel yang diteliti yang dapat
meningkatkan asupan energi adalah konsumsi minuman manis. Menurut Ludwig et
al. (2001) bahwa minuman manis juga berkontribusi pada kegemukan.
Karakteristik subjek juga menjadi faktor yang ikut menentukan terjadinya
kegemukan pada seseorang. Karakteristik yang dimaksud adalah jumlah uang saku.
Jumlah uang saku yang semakin besar cenderung meningkatkan kemungkinan anak
untuk membeli makanan jajanan dan minuman manis. Jika jumlah makanan jajanan
dan minuman manis yang dikonsumsi relatif tinggi sumbangannya terhadap asupan
energi, maka kemungkinan terjadinya kegemukan pada anak tersebut adalah
menjadi lebih besar. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
1.
4

Sosial ekonomi keluarga Karakteristik subjek


Pendidikan orang tua Usia
Pendapatan keluarga Jenis kelamin
Jumlah anggota keluarga Uang saku
Pekerjaan orang tua

Konsumsi makanan
jajanan dan minuman
manis
Jumlah
Jenis

Tingkat kecukupan:
Energi
Zat gizi makro

Status gizi (IMT/U):


Genetik Normal Morbiditas
Overweight/obese

Aktivitas fisik

Keterangan Gambar:

Variabel yang diteliti


Variabel yang tidak diteliti

Hubungan yang dianalisis


Hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan antara konsumsi makanan jajanan dan


minuman manis dengan kegemukan pada anak sekolah dasar
5

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study.
Lokasi dipilih secara sengaja (purposive), yaitu di SD Negeri Sindangsari 1, SD
Rimba Putra, SD Negeri Polisi 1, dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Iannatusibyan Kota
Bogor. Dasar pemilihan SD tersebut adalah prevalensi kegemukan pada anak kelas
5 yang relatif tinggi dan mempertimbangakn SD negeri dan swasta dengan proporsi
yang relatif sama. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2016.

Jumlah dan Cara Pemilihan Subjek

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Negeri Sindangsari


1, SD Rimba Putra, SD Negeri Polisi 1, dan MI Iannatusibyan Kota Bogor. Subjek
penelitian adalah siswa kelas 5 yang memiliki status gizi overweight/obese dan
normal. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu 1) siswa/siswi kelas lima 2)
memiliki status gizi overweight/obese dan normal 3) bersedia untuk menjadi subjek
penelitian. Adapun kriteria eksklusinya adalah siswa dengan status gizi sangat
kurus/kurus.
Prevalensi obesitas pada siswa kelas lima sekolah dasar di Bogor belum
banyak diketahui. Penelitian melakukan pendekatan dengan menggunakan data
Riskesdas (2013) bahwa overweight dan obese pada anak usia 5-12 tahun di Bogor
masing-masing adalah sebesar 8.8% dan 8.4%. Penentuan jumlah minimal subjek
menggunakan rumus berikut (Lwanga dan Lemeshow 1991).

𝑍𝛼2 𝑝𝑞 𝑍𝛼2 𝑝(1 − 𝑝)


𝑛= =
𝑑² 𝑑²

(1.96)2 𝑥 0.172 𝑥 0.828


𝑛= (0.1)²
= 54.7 ~ 55

Keterangan:
n = jumlah subjek minimum
p = proporsi/prevalensi overweight dan obese anak usia sekolah di Bogor (17.2%)
q = 1-p (1-0.172 = 0.828)
d = limit eror (10%)
Zɑ² = selang kepercayaan (95%) = 1.96
Berdasarkan rumus tersebut, sampel yang dibutuhkan sebanyak 55 orang
dari tiap kategori status gizi. Pada penelitian ini jumlah subjek untuk tiap kategori
status gizi adalah sebanyak 43 orang. Tidak terpenuhinya jumlah minimum subjek
dikarenakan hanya 43 subjek gemuk yang mengumpulkan kuesioner dengan data
yang lengkap. Dengan demikian. subjek dengan status gizi normal yang dipilih
adalah sebanyak 43 orang, sehingga jumlah subjek pada penelitian ini secara
keseluruhan adalah sebanyak 86 orang. Cara pemilihan subjek penelitian secara
ringkas disajikan pada Gambar 2.
6
SD Sindangsari 1 SD Polisi 1 SD Rimba Putra MI Iannatusshibyan
n = 54 n = 108 n = 93 n = 88
Diukur BB dan TB Diukur BB dan TB Diukur BB dan TB Diukur BB dan TB
n = 54 n = 108 n = 93 n = 88
Drop out Drop out Drop out Drop out
n = 42 n = 75 n = 64 n = 76
n = 12 n = 33 n = 29 n = 12
Keterangan:
Drop out = z-score IMT/U kurang dari -2 dan kuesioner tidak lengkap
Gambar 2 Cara pemilihan subjek
7

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data primer yang dikumpulkan meliputi data dari karakteristik subjek,


sosial ekonomi keluarga, konsumsi makanan jajanan dan minuman manis serta
status gizi. Data yang dikumpulkan untuk karakteristik subjek meliputi usia, jenis
kelamin, dan uang saku. Data yang dikumpulkan untuk sosial ekonomi keluarga
meliputi pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, pekerjaan orang tua, dan
jumlah anggota keluarga. Selain itu juga dikumpulkan konsumsi makanan jajanan
dan minuman manis, serta data yang diperlukan untuk menentukan status gizi, yaitu
berat badan dan tinggi badan. Secara singkat, jenis dan cara pengumpulan data
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data


No Variabel Jenis data Cara pengumpulan data
1 Karakteristik subjek
- Usia Pengisian kuesioner dengan
Primer
- Jenis kelamin dipandu oleh peneliti
- Uang saku
2 Sosial ekonomi keluarga
- Pendidikan orang tua
Pengisian secara langsung oleh
- Pendapatan keluarga Primer
orang tua
- Pekerjaan orang tua
- Jumlah anggota keluarga
3 Konsumsi makanan jajanan dan
minuman manis
Pengisian FFQ Semi Kuantitatif
- Frekuensi, jenis, dan jumlah Primer
dipandu oleh peneliti
makanan jajanan dan
minuman manis
4 Status gizi
- Berat badan Pengukuran langsung dengan
Primer timbangan injak digital
- Tinggi badan Pengukuran langsung dengan
stature meter
5 - Gambaran Umum Sekolah Primer dan Pengamatan langsung
Dasar skunder Pencatatan berdasarkan data dari
sekolah

Data karakteristik subjek didapat dengan cara pengisian kuesioner secara


langsung oleh subjek dengan dipandu oleh peneliti, sedangkan data sosial ekonomi
keluarga didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi langsung oleh orang
tua subjek. Kuesioner untuk orang tua dititipkan melalui anaknya dan kemudian
dikembalikan kepada peneliti juga melalui anaknya. Variabel konsumsi makanan
jajanan dan minuman manis didapat dengan menggunakan Food Frequency
Questioner (FFQ) semi kuantitatif yang diisi secara langsung oleh subjek dan
dipandu oleh peneliti. Variabel status gizi ditentukan berdasarkan indeks masa
tubuh menurut umur (IMT/U). Berat badan subjek diukur langsung dengan
menggunakan timbangan injak digital dengan kapasitas 200 kg dan ketelitian 0.1
kg. Pengukuran tinggi badan dilakukan secara langsung dengan menggunakan
stature meter dengan kapasitas 200 cm dan ketelitian 0.1 cm. Berat badan dan
8

tinggi badan digunakan untuk menghitung IMT/U menurut Riskesdas 2013. Nilai
IMT diperoleh dengan cara menghitung perbandingan berat badan subjek (kg)
dengan kuadrat tinggi badannya (m2).

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dimulai dengan editing, coding, entry, dan cleaning. Data
yang telah didapat kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia
menggunakan program Microsoft Excell 2013 dan Statistical Program for Social
Science (SPSS for Windows versi 16.0). Penentuan status gizi subjek diperoleh dari
perhitungan z-score IMT/U dengan menggunakan WHO AnthroPlus dan
dikategorikan menjadi lima. yaitu sangat kurus (z-score<-3.0), kurus (-3.0≤z-
scores<-2.0), normal (-2.0≤z-scores≤1.0), gemuk/overweight (1.0<z-score ≤2.0),
dan sangat gemuk/obese (zscore>2.0) (Balitbangkes 2013). Pada penelitian ini
hanya menggunakan subjek dengan status gizi gemuk (overweight dan obese) dan
normal.
Usia diklasifikasikan berdasarkan sebaran usia subjek, yaitu 10, 11, dan 12
tahun. Uang saku diklasifikasikan berdasarkan sebaran uang saku subjek, yaitu
kurang dari Rp 6 732.5 dan lebih dari Rp 6 732.5 . Data pekerjaan orangtua
diklasifikasikan menjadi lima, yaitu PNS/TNI/POLRI, swasta, petani/buruh,
wiraswasta, tidak bekerja, dan lainnya. Data pendidikan orang tua diklasifikasikan
menjadi tiga. yaitu pendidikan dibawah SMA. SMA. dan perguruan tinggi. Data
pendapatan keluarga diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kurang dari Rp 271 970.0
per kapita per bulan dan lebih dari sama dengan Rp 271 790.0 per kapita per bulan
(BPS 2010). Pendapatan keluarga diestimasi berdasarkan pengeluaran keluarga.
Data besar keluarga diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil (≤4 orang),
sedang (5-7 orang), dan besar (>7 orang) (BKKBN 1997).
Data konsumsi makanan jajanan dan minuman manis didapat dengan
menggunakan hasil wawancara dengan menggunakan FFQ semi kuantitatif. Jumlah
setiap jenis makanan jajanan dan minuman manis dicatat dalam bentuk ukuran
rumah tangga (URT) kemudian dikonversikan ke dalam satuan gram. Perhitungan
energi (kkal) ditentukan dengan cara menjumlahkan [4 x (kandungan karbohidrat)
+ 9 x (kandungan lemak) + 4 x (kandungan protein)]. Jumlah zat gizi masing-
masing makanan jajanan dan minuman manis dihitung dengan menggunakan daftar
komposisi bahan makanan (DKBM). Rumus perhitungan kandungan gizi makanan
jajanan dan minuman manis adalah sebagai berikut.

Kgij = BDD/100 x Gij x Bj/100


Keterangan:
Kgij = Kandungan zat gizi i pada pangan j
BDD = Berat yang dapat dimakan
Gij = Kandungan zat gizi i pada pangan j dalam DKBM
Bj = Berat pangan j

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi diperoleh dengan cara


membandingkan jumlah asupan gizi dengan angka kecukupan energi/zat gizi
(AKG) yang telah disepakati berdasarkan WNPG 2013. Rumus perhitungan tingkat
kecukupan energi dan zat gizi adalah sebagai berikut.
9

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖/𝑧𝑎𝑡 𝑔𝑖𝑧𝑖 𝑖


𝑇𝐾𝐺𝑖 = 𝑥 100%
𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑘𝑒𝑐𝑢𝑘𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖/𝑧𝑎𝑡 𝑔𝑖𝑧𝑖 𝑖

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi dikategorikan seperti yang disajikan
pada Tabel 2. Data frekuensi konsumsi makanan jajanan dan minuman manis
dikategorikan berdasarkan sebaran data frekuensi konsumsi makanan jajanan dan
minuman manis oleh subjek. Pengkategorian data dan/atau variabel dapat dilihat
pada Tabel 2.

Tabel 2 Pengkategorian data/variabel penelitian


No Variabel Kategori Pengukuran Keterangan/acuan
1 Usia 10
11 Sebaran data
12
2 Jenis kelamin 1. Laki-laki
2. Perempuam
3 Status gizi 1. Normal: -2.0≤z-score≤1.0 Modifikasi
2. Gemuk: z-score>1.0 Balitbangkes
2013
4 Besar uang saku (per hari) 1. <Rp 6 732.5
Sebaran data
2. ≥Rp 6 732.5
5 Pekerjaan orangtua 1. PNS/TNI/POLRI
2. Swasta
3. Petani/Buruh Tani
4. Wiraswasta
5. Tidak bekerja
6. lainnya
6 Pendidikan orangtua 1. dibawah SMA
2. SMA
3. Perguruan tinggi
7 Pendapatan keluarga 1. Kurang
(<Rp 271970/kap/bln) BPS Jawa Barat
2. Cukup 2013
(≥Rp271970/kap/bln)
8 Besar keluarga 1. Kecil (≤4 orang)
2. Sedang (5-7 orang) BKKBN 1997
3. Besar (>7 orang)
9 Frekuensi konsumsi 1. Sering (>1.4
makanan jajanan dan kali/minggu)
minuman manis 2. Cukup (0.7 – 1.4
Sebaran data
kali/minggu)
3. Jarang (<0.7
kali/minggu)

Data yang didapat kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS for


Windows versi 16.0. Uji hubungan Spearman digunakan untuk menganalisis
keberadaan hubungan antar variabel yang datanya menyebar tidak normal, yaitu
data pendidikan orang tua, besar keluarga, dan pekerjaan orang tua. Uji hubungan
Pearson digunakan untuk melihat keberadaan hubungan antar variabel/data yang
10

menyebar normal, seperti sosial ekonomi keluarga dengan jumlah uang saku; antara
sosial ekonomi keluarga dan uang saku dengan jenis dan jumlah makanan jajanan
dan minuman manis yang dikonsumsi anak SD, dan hubungan antara sumbangan
energi dan zat gizi yang berasal dari makanan jajanan dan minuman manis dengan
kegemukan pada anak SD. Uji beda Mann-Whitney dan t-test digunakan untuk
membandingkan konsumsi makanan jajanan dan minuman manis antara status gizi
gemuk dengan status gizi normal. Uji independent t-test dilakukan untuk melihat
adanya perbedaan sumbangan energi dan karbohidrat yang berasal dari makanan
jajanan serta energi, protein, lemak. serta karbohidrat pada minuman manis antara
subjek gemuk dan normal. Uji Mann-Whitney dilakukan untuk melihat adanya
perbedaan sumbangan protein dan lemak dari makanan jajanan antara subjek
gemuk dan normal.

Definisi Operasinal

Makanan jajanan adalah semua jenis makanan yang dikonsumsi oleh subjek
selain makanan utama.
Minuman manis adalah semua jenis minuman yang mengandung gula yang
dikonsumsi oleh subjek
Subjek adalah murid kelas 5 yang berasal dari SD Negeri Sindangsari 1. SD Rimba
Putra. SD Negeri Polisi 1. dan MI Iannatusibyan. Kota Bogor
Gemuk adalah kondisi tubuh seseorang dengan nilaiz-score IMT/U lebih dari 1.0
(overweight dan obes).
Status gizi normaladalah kondisi tubuh seseorang dengan nilaiz-score IMT/U
antara -2.0 sampai 1.0(-2.0 ≥z-score≤1.0)
Frekuensi konsumsimakanan jajanan dan minuman manisadalah tingkat
keseringan konsumsi makanan jajanan dan minuman manis per satuan waktu
(kali/minggu).
Jumlah konsumsi makanan jajanan dan minuman manis adalah banyaknya
seseorang mengonsumsi makanan jajanan dan minuman manis per satuan
waktu (gram/hari).
Jenis makanan jajanan dan minuman manis adalah jumlah macam makanan
jajanan dan minuman manis yang dikonsumsi per satuan waktu
(jenis/minggu).
Uang saku adalah jumlah uang (rupiah/hari) yang digunakan untuk membeli
makanan jajanan dan/minuman.
11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Sekolah Dasar

Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang paling rendah pendidikan formal di


Indonesia yang dibagi menjadi 6 tingkatan kelas dan ditempuh selama 6 tahun. SD
Negeri Sindangsari 1 merupakan sekolah dasar negeri yang berlokasi di Jl. Lebak
Kongsi, Kecamatan Bogor Timur. Jumlah guru dan pegawai di SD Negeri
Sindangsari 1 sekitar 14 orang yang terdiri dari 1 kepala sekolah, 12 guru, dan 1
pegawai administrasi sekolah. Jumlah peserta didik adalah sekitar 294 siswa.
Fasilitas yang ada adalah ruang kelas sebanyak 7 kelas, 1 kamar kecil, 1 ruang
laboratorium, dan 1 ruang kepala sekolah dan ruang guru. Tidak terdapat kantin
sekolah di SD Negeri Sindangsari 1 dan ada beberapa penjual makanan dan
minuman di luar pagar sekolah, seperti penjual bakso, gulali, cilok, aneka gorengan,
minuman manis dan air mineral.
SD Negeri Polisi 1 merupakan sekolah dasar negeri yang berlokasi di Jl.
Paledang, Kecamatan Bogor Tengah. Jumlah guru dan pegawai sekitar 41 orang,
terdiri dari 1 kepala sekolah, 31 guru, dan 6 pegawai tata usaha/administrasi, 2
penjaga sekolah dan 1 petugas kebersihan sekolah. Jumlah peserta didik SD Negeri
Polisi 1 adalah sebanyak 1 196 siswa. SD Negeri Polisi 1 memiliki 20 ruang kelas,
1 ruang laboratorium, 1 ruang perpustakaan, 1 koperasi, 1 ruang guru bergabung
dengan ruang administrasi, dan tidak memiliki kantin sekolah. Namun demikian,
terdapat banyak penjual makanan dan minuman di luar pagar sekolah, seperti bakso,
batagor, cireng, cilok, seublak, aneka gorengan, minuman manis dan air mineral.
SD Rimba Putra merupakan sekolah dasar swasta yang berlokasi di Jalan
Rimba Mulya I, Kecamatan Bogor Barat. Jumlah guru dan pegawai di SD Rimba
Putra sekitar 33 orang, yang terdiri dari 1 kepala sekolah, 25 guru, 3 orang penjaga
sekolah dan petugas kebersihan, dan 4 pegawai tata usaha. Jumlah peserta didik
SD Rimba Putra adalah sekitar 828 siswa. SD Rimba Putra memiliki 15 ruang
kelas, 1 ruang laboratorium komputer, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang guru, koperasi
sekolah, mushola, toilet dan tidak terdapat kantin sekolah. Terdapat banyak penjual
makanan dan minuman di luar pagar sekolah, seperti bakso, bubur ayam, burger,
cilok, cimol, kue cubit, aneka gorengan, minuman manis dan air mineral.
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ianatusshibyan merupakan jenjang paling dasar
pendidikan formal di Indonesia yang setara dengan sekolah dasar, pengelolaan MI
dilakukan oleh Kementrian Agama. MI Ianatusshibyan berlokasi di Jalan K.H
Sya’yani, Mekar Wangi, Kecamatan Tanah Sareal. Jumlah siswa sekitar 180 siswa,
Fasilitas akademik pada sekolah ini masih tergolong terbatas, terdiri dari 6 kelas,
kamar mandi, dan 1 ruang guru. Tidak terdapat perpustakaan dan ruang penunjang
akademik lainnya. Tidak terdapat kantin sekolah. sehingga banyak pedagang
makanan dan minuman yang berada di luar sekolah, seperti siomay, bakso, cilok,
aneka gorengan, minuman manis dan air mineral.
12

Karakteristik Subjek

Jumlah subjek pada penelitian ini adalah sebanyak 86 orang yang terdiri
dari 43 subjek gemuk (overweight dan obese) dan 43 subjek dengan status gizi
normal. Sebaran subjek berdasarkan karakteristik dan kategori status gizi disajikan
pada Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik dan kategori status gizi


Status gizi
Total Uji beda
Variabel Gemuk Normal
(p)
n % n % n %
Status gizi (IMT/U)
43 50.0 43 50.0 86 100.0
Jenis kelamin
Laki-laki 18 41.9 22 51.2 40 46.5
Perempuan 25 58.1 21 48.8 46 53.5
Total 43 100.0 43 100.0 86 100.0
Usia (tahun)
10 1 2.3 1 2.3 2 2.3
11 31 72.1 35 81.4 66 76.7
12 11 25.6 7 16.3 18 20.9
Total 43 100.0 43 100.0 86 100.0
Rata-rata±sda) 11.2 ± 0.5 11.1 ± 0.4 11.2 ± 0.4 0.323
Uang saku (Rp/hari)
< 6 732.5 22 51.2 25 58.1 47 54.6
≥ 6 732.5 21 48.8 18 41.9 39 45.4
Total 43 100.0 43 100.0 86 100.0
Rata-rata±sd a) 7 139.5±4 590.8 6 325.6±3 152.6 6 732.6±3 936.0 0.341
a)
Uji beda menggunakan metode independent t-test

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang
dapat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat gizi di dalam
tubuh. Status gizi dikategorikan menjadi tiga yaitu status gizi kurang, gizi normal
dan gizi lebih (Almatsier 2005). Subjek dalam penelitian ini adalah subjek yang
termasuk dalam kategori gizi lebih atau gemuk dan gizi normal (Kemenkes 2013).
Subjek dengan status gizi gemuk adalah kondisi tubuh subjek dengan nilai z-score
IMT/U lebih dari 1.0 (overweight dan obese).
Subjek gemuk dan normal pada penelitian ini diambil dengan proporsi
sama, yaitu 50.0% subjek gemuk dan 50.0% subjek normal. Pada subjek gemuk
proporsi perempuan (58.1%) adalah lebih banyak daripada laki-laki. Hal ini terjadi
karena pada perempuan yang berusia 11 tahun merupakan usia menjelang
menarche atau mens untuk pertama kali, sehingga deposit lemak pada perempuan
ini jauh lebih tinggi dan berdampak pada tingginya berat badan yang biasa dikenal
dengan istilah kegemukan. Hal sebaliknya terjadi pada subjek dengan status gizi
normal, yakni proporsi laki-laki (51.2%) adalah lebih banyak daripada perempuan.
Hasil ini berbeda dengan pernyataan WHO (2012) yang menyebutkan bahwa
prevalensi gemuk pada anak laki-laki umur 6-12 tahun adalah lebih tinggi (10.7%)
dibandingkan dengan prevalensi gemuk pada anak perempuan (7.7%). Perbedaan
ini diduga karena aktivitas fisik pada anak laki-laki yang menjadi subjek penelitian
ini adalah lebih banyak dibandingkan dengan subjek perempuan.
13

Secara keseluruhan. tanpa dibedakan status gizinya, usia subjek dalam


penelitian ini adalah berkisar antara 10-12 tahun dengan rata-rata 11.2±0.4 tahun.
Proporsi terbanyak (76.7%) adalah berada pada usia 11 tahun. Rata-rata usia subjek
gemuk (11.2 ± 0.5) adalah sedikit lebih tinggi daripada subjek dengan status gizi
normal (11.1 ± 0.4), meskipun secara statistik adalah tidak berbeda signifikan
(p>0.05) rata-rata usia subjek antara kedua kelompok status gizi. Hasil penelitian
ini adalah tidak jauh berbeda dengan hasil kajian Budiman (2010) bahwa usia siswa
sekolah dasar kelas 4, 5, dan 6 adalah berkisar antara 9 sampai 11 tahun.
Uang saku merupakan jumlah uang (rupiah/hari) yang digunakan untuk
membeli makanan jajanan dan/minuman. Sebagian besar subjek (54.6%) memiliki
uang saku kurang dari Rp 6 732.5. Rata-rata uang saku subjek gemuk (7 139.5± 4
590.8) adalah tidak berbeda signifikan (p>0.05) dengan rata-rata uang saku subjek
normal (6 325.6 ± 3 152.6), meskipun uang saku subjek gemuk adalah cenderung
lebih tinggi daripada subjek dengan status gizi normal. Menurut Halimatussyadiah
(2015) bahwa semakin besar uang saku seseorang, maka semakin leluasa dalam
memilih dan mengkonsumsi makanan.

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga

Sebagian besar (45.3%) ayah subjek memiliki pendidikan dengan kategori


perguruan tinggi. Pada subjek gemuk, 48.8% ayah mempunyai pendidikan pada
kategori perguruan tinggi. Hal yang sama juga terlihat pada subjek normal, yaitu
sebesar 41.8% ayah juga mempunyai pendidikan pada kategori perguruan tinggi.
Lebih lanjut dapat dilihat bahwa sebanyak 34.9% ibu berada pada kategori
pendidikan akhir SMA (Sekolah Menengah Atas). Pendidikan akhir 32.6% ibu pada
subjek gemuk berada pada kategori SMA. Hal yang sama juga terlihat pada subjek
normal, yaitu sebesar 37.2% ibu berpendidikan SMA (Tabel 4).
Pendidikan merupakan sebuah penuntun bagi manusia untuk berbuat dan
mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi yang
dapat meningkatkan kualitas hidup. Tingkat pendidikan seseorang akan
mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara berfikir, cara pandang dan bahkan
persepsi terhadap suatu masalah (Sumarwan 2004). Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang. maka semakin mudah seseorang dalam menerima informasi
baru (Fitriandini 2010).
Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang dari hasil
pekerjaan yang dilakukannya. Pendapatan merupakan faktor yang dapat
menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi
pendapatan, maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik.
Penurunan dayabeli akan menurunkan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan serta
aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan (Sukandar 2007). Pendapatan keluarga
didapat dari estimasi berdasarkan pengeluaran keluarga dalam satu bulan. Menurut
BPS Jawa Barat (2013) bahwa pendapatan dikategorikan cukup apabila paling tidak
adalah sebesar Rp 271 970.0 per kapita per bulan. Secara keseluruhan, rata-rata
pendapatan per kapita per bulan keluarga subjek adalah Rp 852 677.3 ± 763736.1.
Sebanyak 90.7% keluarga subjek dengan status gizi gemuk memiliki pendapatan
kategori cukup (≥ Rp 271 970.0/kap/bulan). Sebanyak 74.4% keluarga subjek
dengan status gizi normal memiliki pendapatan kategori cukup (≥Rp 271
970.0/kap/bulan). Rata-rata pendapatan keluarga pada subjek gemuk (872 111.4 ±
14

617 436.8) adalah tidak berbeda signifikan (p>0.05) dengan rata-rata pendapatan
keluarga pada subjek normal (826 847.9± 892 454.8). Sukandar (2007)
menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga. maka semakin besar
peluang untuk memilih pangan yang baik. Pada Tabel 4 disajikan sebaran contoh
berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga dan kategori status gizi.

Tabel 4 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga dan


kategori status gizi
Status gizi
Total Uji beda
Variabel Gemuk Normal
(p)
n % n % n %
Tingkat pendidikan ayah
Kurang dari SMA 8 18.6 8 18.6 16 18.6
SMA 14 32.6 17 39.5 31 36.0
Perguruan tinggi 21 48.8 18 41.8 39 45.3
Tingkat pendidikan ibu
Kurang dari SMA 9 20.9 11 25.6 20 23.3
SMA 14 32.6 16 37.2 30 34.9
Perguruan tinggi 20 46.5 16 37.2 36 41.8
Pendapatan keluarga (Rp/kap/bulan)
Kurang
4 9.3 11 25.6 15 17.4
(< 271 970.0)
Cukup
39 90.7 32 74.4 71 82.6
(≥ 271 970.0)
a)
Rata-rata ± sd 872 111.4±617 826 847.9±892 849 879.7±763 0.223
436.8 454 179.2
Jumlah anggota keluarga
Kecil 4 9.3 5 11.6 9 10.5
Sedang 38 88.4 33 76.7 71 82.6
Besar 1 2.3 5 11.6 6 6.9
Rata-rata ± sd b) 4.6 ± 1.0 4.9 ± 1.2 4.7 ± 1.1 0.993
Pekerjaan ayah
PNS/TNI/POLRI 6 14.0 8 18.6 14 16.3
Pegawai swasta 24 55.8 16 37.2 39 45.6
Petani/buruh tani 1 2.3 2 4.7 3 3.5
Wirausaha 11 25.6 8 18.6 20 23.3
Tidak bekerja 1 2.3 9 20.9 0 0.0
Lainnya 0 0.0 0 0.0 10 11.6
Pekerjaan ibu
PNS/TNI/POLRI 3 7.0 1 2.3 4 4.7
Pegawai swasta 7 16.3 3 7.0 10 11.6
Petani/buruh tani 1 2.3 2 4.7 3 3.5
Wirausaha 1 2.3 1 2.3 2 2.3
Ibu rumah tangga 30 69.8 30 69.8 60 69.8
Lainnya 1 2.3 6 14.0 7 8.1
a)
Uji beda menggunakan metode Independet t-test
b)
Uji beda menggunakan metode Mann-whitney

Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang berada


dalam satu tempat tinggal. Sebanyak 82.6% subjek pada penelitian ini berada
dalam kategori keluarga sedang, yakni jumlah anggota keluarga berkisar antara 5
sampai 7 orang. Rata-rata jumlah anggota keluarga secara keseluruhan adalah 4.6
± 1.1 orang. Sebanyak 88.4% dan 82.6% masing-masing pada keluarga subjek
dengan status gizi gemuk dan normal berada dalam kategori keluarga sedang, yakni
15

berjumlah 5 sampai 7 orang. Rata-rata jumlah anggota keluarga pada subjek gemuk
(4.6 ±1.1 orang) adalah tidak berbeda signifikan (p>0.05) dengan rata-rata jumlah
anggota keluarga pada subjek normal (4.9 ± 1.2 orang).
Bekerja dimaksudkan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara teratur
dan berkesinambungan dalam suatu jangka waktu tertentu dengan tujuan yang jelas,
yaitu untuk menghasilkan atau mendapatkan sesuatu dalam bentuk uang, benda,
jasa, maupun ide (Santrock 2007). Sebagian besar ayah subjek (45.6%) adalah
bekerja sebagai pegawai swasta. Sebanyak 55.8% dan 37.2% ayah subjek masing-
masing dengan status gizi gemuk dan normal adalah bekerja sebagai pegawai
swasta. Secara umum. terdapat 69.8% ibu subjek adalah sebagai ibu rumah tangga.
Hal yang sama terlihat pada ibu subjek dengan status gizi gemuk dan normal yang
bekerja sebagai ibu rumah tangga, yaitu masing-masing sebanyak 69.8%.
Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik seseorang yang saling
berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh
seseorang dan akhirnya akan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya
(Sumarwan 2004). Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang
paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan karena jenis pekerjaan memiliki
hubungan dengan pendapatan yang diterima.

Jenis dan Jumlah Makanan Jajanan dan Minuman Manis

Makanan jajanan adalah makanan atau minuman yang disajikan dalam


wadah penjualan di pinggir jalan, tempat umum atau tempat lain dan sudah
disiapkan atau dimasak di tempat produksi atau di rumah atau di tempat jualan.
Makanan jajanan tersebut dapat langsung dikonsumsi tanpa diolah atau persiapan
terlebih dahulu (Adriani dan Wirjaymadi 2012). Makanan jajanan adalah makanan
yang disajikan diluar waktu makan utama. Makanan jajanan yang dimaksud pada
penelitian ini adalah makanan yang dikonsumsi diluar waktu makan utama dan
makanan yang dibeli atau dikonsumsi baik di rumah maupun di sekolah.
Minuman merupakan semua jenis cairan yang dapat diminum kecuali obat-
obatan, yang berfungsi sebagai penghilang rasa haus, penambah nafsu makan,
penambah tenaga dan sebagai sarana untuk membantu pencernaan makanan
(Nurhayati et al. 2012). Minuman merupakan bagian dari diet dan cairan (air
minum dan jenis minuman lain) yang menyediakan lebih dari 80% dari total asupan
air harian yang dibutuhkan untuk hidup, minuman juga dapat menjadi sumber
energi (kalori) dan zat gizi (LaComb et al. 2011). Minuman yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah minuman yang mengandung gula yang dikonsumsi, bisa
dibawa dari rumah atau dibeli baik di rumah maupun di sekolah atau di luar rumah.
Jenis makanan jajanan menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
(2004) digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu makanan jajanan berbentuk pangan,
makanan jajanan yang diporsikan, dan makanan jajanan berbentuk minuman.
LaComb et al. (2011) mengkategorikan minuman menjadi beberapa kelompok.
yaitu jus, minuman beralkohol, kopi, minuman diet/soft drink, susu dan minuman
mengandung susu, plain water, dan teh.
Makanan jajanan yang dijual di lingkungan sekolah dasar adalah berjumlah
sekitar 21 jenis dan rata-rata frekuensi konsumsi disajikan pada Lampiran 1. Harga
makanan jajanan per buah/kemasan/porsi adalah berkisar antara Rp 1 000 sampai
Rp 7 000. Sebagian besar makanan jajanan adalah berbahan baku tepung dan yang
16

paling disukai oleh subjek adalah bakso, biscuit, martabak, bala-bala, siomay,
batagor, coklat, pisang goreng, cireng, dan kue cubit, karena selain harganya
terjangkau juga mudah didapat di sekitar sekolah mereka.
Adapun minuman manis yang dijual di lingkungan sekolah dasar adalah
berjumlah sekitar 27 jenis dan rata-rata frekuensi konsumsi disajikan pada
Lampiran 2. Harga minuman manis per kemasan atau gelas adalah berkisar antara
Rp 1 000 sampai Rp 5 000. Minuman yang menjadi favorit subjek adalah susu, teh
gelas, es krim, pop ice, ale-ale, dan susu kemasan. Pada Tabel 5 disajikan rata-rata
frekuensi konsumsi makanan jajanan dan minuman manis berdasarkan kategori
status gizi

Tabel 5 Rata-rata frekuensi konsumsi makanan jajanan dan minuman manis (kali
per minggu) berdasarkan kategori status gizi
Jenis makanan dan Status gizi
minuman Gemuk Normal
Makanan jajanan:
Bakso 2.2 ± 2.8 2.1 ± 2.6
Biskuit 2.2 ± 2.9 3.1 ± 3.3
Martabak 1.5 ± 2.2 1.3 ± 2.0
Bala-bala 1.3 ± 2.0 0.9 ± 2.7
Siomay 1.0 ± 2.5 1.6 ± 2.7
Batagor 1.0 ± 2.1 1.0 ± 2.2
Coklat 0.7 ± 1.0 1.1 ± 2.4
Pisang goreng 0.7 ± 1.8 1.7 ± 2.7
Cireng 0.6 ± 1.2 1.1 ± 1.3
Kue cubit 0.3 ± 0.8 1.3 ± 2.8
Minuman manis:
Susu 3.2 ± 3.1 3.1 ± 3.6
Teh gelas 1.5 ± 2.6 1.9 ± 2.6
Es krim 1.4 ± 2.2 1.9 ± 2.6
Pop ice 1.1 ±2.7 0.9 ± 1.8
Ale-ale 1.1 ± 2.3 1.1 ± 2.3
Susu kemasan 0.9 ± 1.4 1.0 ± 2.4

Jenis makanan jajanan dan minuman manis yang disajikan pada Tabel 5
dipilih berdasarkan frekuensi konsumsi terbanyak dari seluruh subjek. Jenis dan
jumlah makanan jajanan dan minuman manis yang dikonsumsi subjek adalah jenis
dan jumlah makanan jajanan dan minuman manis yang dikonsumsi baik di rumah
maupun di sekolah. Jenis dan jumlah makanan jajanan dan minuman manis yang
dikonsumsi subjek sangat beragam. Sebagian besar subjek (55.8%) memilih
mengkonsumsi biskuit sebagai makanan jajanan dan susu sebagai minuman manis
dengan rata-rata frekuensi konsumsi biskuit dan susu per minggu masing-masing
adalah sebesar 2.6 ± 3.1 dan 3.1 ± 3.35 kali.
Makanan jenis bakso, martabak, dan bala-bala cenderung lebih sering
dikonsumsi oleh subjek gemuk. makanan lainnya cenderung lebih sering
dikonsumsi oleh subjek normal (Tabel 5). Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda
dengan hasil penelitian Pramono dan Sulchan (2014) yang menunjukkan bahwa
jenis makanan jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak sekolah adalah bakso,
17

siomay, batagor, dan berbagai jenis gorengan. Pada Tabel 5 lebih lanjut dapat
dilihat bahwa jenis minuman manis susu dan pop ice cenderung lebih sering
dikonsumsi oleh subjek gemuk dan minuman lainnya cenderung lebih sering
dikonsumsi oleh subjek normal. Sebagaimana kita ketahui bahwa susu dan pop ice
umumnya berasa manis dan mengandung lemak, sehingga relatif lebih tinggi
kandungan energinya jika dibandingkan dengan jenis minuman lain yang tidak
mengandung lemak. seperti teh gelas.

Sumbangan Energi dan Zat Gizi yang Berasal dari Makanan Jajanan dan
Minuman Manis

Makanan jajanan memegang peran penting dalam memberikan kontribusi


tambahan untuk memenuhi kecukupan gizi, khususnya energi dan protein (Sihadi
2004). Makanan jajanan dapat dijadikan salah satu alternatif sumber zat gizi bagi
mereka yangkonsumsi makanan utamanya terbatas dan belum memenuhi AKG
(Syafitri 2009). Rata-rata sumbangan energi dan zat gizi makananan jajanan
danminuman manis terhadap AKG berdasarkan kategori status gizi disajikan pada
Tabel 6.
Tabel 6 Rata-rata sumbangan energi dan zat gizi makananan jajanan dan
minuman manis terhadap AKG berdasarkan kategori status gizi
Jenis makanan dan Status gizi
minuman Gemuk Normal
Makanan jajanan:
Energi (%) 12.8 ± 9.6 14.8 ± 11.4
Protein (%) 18.8 ± 13.2 19.4 ± 12.2
Lemak (%) 20.7 ± 12.2 22.5 ± 18.6
Karbohidrat (%) 12.1 ± 10.3 13.8 ± 10.5
Minuman manis:
Energi (%) 14.2 ± 9.2 12.9 ± 8.8
Protein (%) 5.3 ± 4.3 4.7 ± 4.7
Lemak (%) 5.6 ± 4.2 5.6 ± 4.4
Karbohidrat (%) 21.4 ± 14.7 19.2 ± 13.7
Total:
Energi (%) 27.3 ± 15.8 28.0 ± 17.2
Protein (%) 18.8 ± 13.2 19.5 ± 12.3
Lemak (%) 20.8 ± 12.2 22.5 ± 18.6
Karbohidrat (%) 34.0 ± 21.4 33.1 ± 20.5

Energi
Energi diperlukan untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan
dan melakukan aktivitas fisik. Perhitungan energi didapatkan berdasarkan hasil
pengumpulan data konsumsi dengan menggunakan metode FFQ semi kuantitatif.
Rata-rata asupan energi yang berasal dari makanan jajanan dan minuman manis
pada penelitian ini secara keseluruhan adalah sebesar 567 ± 336 kkal dan
menyumbang energi sebesar 27.7% terhadap AKG. Sumbangan ini jauh lebih
tinggi daripada yang seharusnya, berdasarkan prinsip umum penyusunan diet.
18

bahwa makanan selingan diharapkan dapat menyumbang energi sekitar 10-20%


terhadap kebutuhan sehari.
Rata-rata asupan energi yang berasal dari makanan jajanan pada subjek
gemuk adalah lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata asupan energi yang
berasal dari makanan jajanan pada subjek normal. Rata-rata asupan energi yang
berasal dari makanan jajanan pada subjek gemuk adalah sebesar 261 ± 195 kkal dan
menyumbang 12.8% terhadap AKG, sedangkan rata-rata asupan energi yang
berasal dari makanan jajanan pada subjek normal adalah sebesar 304 ± 236 kkal
dan menyumbang 14.8% terhadap AKG. Subjek normal cenderung lebih banyak
mengkonsumsi makanan jajanan dibandingkan dengan subjek gemuk, sedangkan
subjek gemuk cenderung lebih banyak mengkonsumsi minuman manis. Rata-rata
asupan energi minuman manis pada subjek gemuk lebih besar dibandingkan dengan
subjek normal. Energi yang berasal dari minuman manis pada subjek gemuk adalah
sebesar 299 ± 190 kkal dan menyumbang energi sebesar 14.2%terhadap AKG.
sedangkan pada subjek normal sebesar 268 ± 178 kkal dan menyumbang energi
sebesar 12.9%terhadap AKG (Tabel 6).

Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar
dari tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan
oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.
Selain itu, fungsi protein adalah sebagai sumber energi (Almatsier 2009).
Perhitungan protein didapatkan dengan estimasi berdasarkan hasil pengumpulan
data konsumsi dengan menggunakan metode FFQ semi kuantitatif. Rata-rata
asupan protein sehari dari makanan jajanan dan minuman manis subjek adalah
sebesar 11.1 ± 7.4 gram. Hasil ini jauh lebih besar daripada pernyataan Haslina dan
Haryati (2013) bahwa asupan protein yang berasal dari makanan jajanan adalah
sebesar 5-7 gram/hari. Asupan protein yang tinggi ini sebenarnya adalah baik bagi
anak usia sekolah sebagaimana pernyataan Sartika (2011) bahwa kebutuhan gizi
anak usia 10-12 tahun adalah tinggi kalori dan tinggi protein, karena pada masa ini
tubuh anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat.
Rata-rata asupan protein sehari yang berasal dari makanan jajanan pada
subjek gemuk lebih rendah dibandingkan dengan subjek normal. Subjek gemuk
memiliki rata-rata asupan protein per harisebesar 7.7 ± 6.7 gram dan menyumbang
sebesar 18.8 % terhadap AKG. sedangkan rata-rata asupan protein subjek normal
adalah sebesar 8.3 ± 5.8 gram dan menyumbang sebesar 19.4% terhadap AKG.
Sumbangan protein sehari terhadap AKG (Tabel 6) yang berasal dari minuman
manis lebih besar subjek gemuk (5.3%) dibandingkan subjek normal (4.7%). Hal
ini terjadi karena subjek gemuk lebih banyak mengkonsumsi minuman yang
mengandung protein tinggi seperti susu, produk olahan susu, dan produk susu
kemasan.

Lemak
Lemak merupakan suatu zat yang kaya akan energi, sehingga lemak
berfungsi sebagai sumber energi. Selain itu. lemak juga berfungsi untuk memberi
rasa kenyang dan kelezatan. Sumber utama lemak adalah minyak tumbuhan,
mentega, margarin, lemak hewan (lemak daging dan ayam), krim, susu, keju,
kuning telur, serta masakan yang dimasak dengan lemak atau minyak (Almatsier
19

2009). Perhitungan lemak didapatkan dengan estimasi berdasarkan hasil


pengumpulan data konsumsi dengan menggunakan metode FFQ semi kuantitatif.
Rata-rata asupan lemak sehari yang berasal dari makanan jajanan dan minuman
manis sebesar 14.8 ± 10.8 gram dan menyumbang 21.6% ± 15.6 terhadap AKG
(Tabel 6).
Asupan lemak sehari yang berasal dari makanan jajanan pada subjek gemuk
adalah lebih rendah dibandingkan dengan subjek normal. Rata-rata asupan lemak
sehari pada subjek gemuk adalah sebesar 10.0 ± 7.2 gram dan menyumbang sebesar
20.7% terhadap AKG, sedangkan rata-rata asupan lemak sehari subjek normal
adalah sebesar 11.4 ± 11.8 gram dan menyumbang 22.5% terhadap AKG (Tabel 6).
Tingginya asupan lemak pada subjek normal dikarenakan subjek normal lebih
banyak mengkonsumsi makanan jajanan tinggi lemak seperti pisang goreng,
siomay dengan bumbu kacang, dan bala-bala.
Asupan lemak yang berasal dari minuman manis lebih tinggi pada subjek
gemuk. Rata-rata asupan lemak sehari yang berasal dari minuman manis pada
subjek gemuk adalah sebesar 4.2 ±3.0 gram dan menyumbang 5.6% terhadap AKG.
Adapun rata-rata asupan lemak pada subjek normal adalah sebesar 4.2 ± 3.1 gram
dan menyumbang 5.6% terhadap AKG (Tabel 6).

Karbohidrat
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan
sumber energi utama bagi manusia. Seseorang yang mengkonsumsi karbohidrat
dalam jumlah berlebihan akan menjadi gemuk (Almatsier 2009). Sumber
karbohidrat adalah padi-padian, serealia, umbi-umbian, kacang-kacangan, dan gula.
Perhitungan karbohidrat didapatkan dengan estimasi berdasarkan hasil
pengumpulan data konsumsi dengan menggunakan metode FFQ semi kuantitatif.
Rata-rata asupan karbohidrat sehari yang berasal dari makana jajanan dan minuman
manis pada penelitian ini adalah sebesar sebesar 94.4 ± 58.5 gram dan tingkat
kecukupan karbohidrat sebesar 33.5%.
Asupan karbohidrat yang berasal dari makanan jajanan pada subjek gemuk
adalah lebih rendah dibandingkan dengan subjek normal. Rata-rata asupan sehari
subjek gemuk adalah sebesar 33.9 ± 28.4 gram dan menyumbang 12.1% terhadap
AKG. Adapun rata-rataasupan sehari pada subjek normal adalah sebesar 38.9 ±
29.8 gram dan menyumbang 13.8% terhadap AKG(Tabel 6). Subjek normal lebih
sering mengkonsumsi makanan berbahan dasar tepung. seperti biskuit. siomay. dan
kue cubit.
Asupan karbohidrat yang berasal dari minuman manis pada subjek gemuk
adalah lebih tinggi dibandingkan dengan subjek normal. Rata-rata asupan
karbohidrat pada subjek gemuk adalah 61.8 ± 41.7 gram dan menyumbang
21.4%terhadap AKG. Adapun asupan karbohidrat pada subjek normal adalah
sebesar 54.2 ± 37.5 gram dan menyumbang 19.2% terhadap AKG. Secara
keseluruhan. makanan jajanan dan minuman manis meyumbang energi dan zat gizi
rata-rata sebesar 27.7±16.4% energi. 19.1 ±12.7%protein. 21.6±15.6% lemak. dan
33.5 ±20.8% karbohidrat terhadap AKG (Tabel 6).
20

Hubungan antar Variabel

Hubungan antara sosial ekonomi keluarga dengan uang saku subjek

Pada Tabel 7 disajikan tabulasi silang hubungan antara rata-rata pendapatan


keluarga dengan uang saku dan status gizi subjek.

Tabel 7 Hubungan antara rata-rata pendapatan keluarga dengan uang saku dan
status gizi subjek
Status gizi Uji beda
Variabel Total
Gemuk Normal (p)
Pendapatan keluarga 872 111.4 ± 826 847.9 ± 849 879.7 ± 0.223
(Rp/kap/bln) 617 436.8 892 454 763 179.2
Uang saku subjek 7 139.5 ± 6 325.6 ± 6 732.6 ± 0.341
(Rp/hari) 4 590.8 3 152.6 3 936.0

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan keluarga subjek


gemuk adalah lebih tinggi daripada subjek normal. Demikian pula bahwa rata-rata
uang saku subjek gemuk adalah lebih tinggi daripada subjek normal.
Kecenderungan tersebut diperkuat oleh hasil uji hubungan Pearson yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan positif (p= 0.009. r=0.281)
antara pendapatan keluarga dengan uang saku subjek. Hasil penelitian ini didukung
oleh hasil penelitian Suci (2009) yang menunjukkan bahwa orang tua merupakan
salah satu faktor penentu perilaku jajan anak sekolah dasar, karena mereka
mendapatkan uang saku dari orang tua. Semakin besar pendapatan orang tua maka
semakin besar uang saku yang didapat oleh anaknya, sehingga mereka dapat
memilih makanan jajanan dan minuman manis yang lebih banyak dan beragam
untuk dikonsumsi.
Hasil uji hubungan Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
signifikan (p>0.05) antara pendidikan orang tua, besar keluarga. dan pekerjaan
orang tua terhadap uang saku subjek. Namun demikian, terdapat hubungan
signifikan (p<0.05) antara pendidikan orang tua dengan pendapatan keluarga. Hasil
ini menunjukkan indikasi bahwa semakin tinggi pendidikan orang tua, maka
semakin tinggi juga pendapatan keluarga. Pendidikan dan pekerjaan adalah dua
karakteristik seseorang yang saling berhubungan. Pendidikan akan menentukan
jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dan akhirnya akan mempengaruhi
pendapatan yang diterimanya (Sumarwan 2004).

Hubungan antara sosial ekonomi keluarga dan uang saku dengan jumlah
dan jenis makanan jajanan dan minuman manis yang dikonsumsi subjek
Hasil uji hubungan Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
signifikan (p>0.05) antara sosial ekonomi keluarga dengan jumlah dan jenis
makanan jajanan dan minuman manis yang dikonsumsi oleh subjek. Hal ini
mengindikasikan bahwa pada kondisi sosial ekonomi keluarga yang berbeda tidak
membuat subjek mengonsumsi makanan jajanan dan minuman manis dalam jumlah
dan jenis yang berbeda. Hal ini terjadi karena kondisi sosial ekonomi keluarga yang
relatif sama (tidak berbeda signifikan) serta makanan jajanan dan minuman manis
yang dikonsumsi oleh subjek terutama dibeli di sekolah. Oleh karena subjek
21

penelitian ini berasal pada sekolah yang sama, maka ketersediaan makanan jajanan
dan minuman manis relatif sama juga. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Syafitri et al. (2009) yang menyatakan bahwa tidak terdapat
hubungan signifikan (p>0.05) antara sosial ekonomi keluarga dengan jumlah dan
jenis makanan jajanan dan minuman manis yang dikonsumsi subjek.
Uji hubungan Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
signifikan (p>0.05) antara uang saku dengan jumlah dan jenis makanan jajanan dan
minuman manis yang dikonsumsi subjek. Hal ini mengindikasikan bahwa subjek
mengonsumsi makanan jajanan dan minuman manis dalam jumlah dan jenis yang
tidak jauh berbeda, karena sebagian besar makanan jajanan dan minuman manis
yang dikonsumsi oleh subjek adalah dibeli di sekolah dengan harga yang
terjangkau. Keadaan ini diperkuat oleh adanya kenyataan bahwa jenis makanan
jajanan dan minuman manis yang tersedia di sekolah adalah relatif sama dan subjek
umumnya menyukai jenis makanan jajanan dan minuman manis yang sama pula.
Hal ini sesuai dengan usia subjek, yakni usia sekolah yang mengindikasikan bahwa
teman mempunyai peran yang besar dalam perilaku mereka (Brown 2011),
termasuk dalam pemilihan jenis makanan jajanan dan minuman. Hasil penelitian
ini diperkuat oleh adanya fakta bahwa frekuensi konsumsi makanan jajanan dan
minuman manis berdasarkan jenisnya juga tidak berbeda signifikan (p>0.05) antara
contoh gemuk dan normal, kecuali konsumsi pisang goreng signifikan lebih sering
pada subjek normal daripada subjek gemuk (Tabel 8). Hasil ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Syafitri et al. (2009) yang menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara alokasi uang saku untuk membeli makanan jajanan
dengan jumlah dan jenis makanan jajanan. Perbedaan ini diduga karena uang saku
subjek pada penelitian ini relatif rendah. dengan rata-rata Rp 6 732.6±3 936.0 per
hari. Makanan jajanan dan minuman manis yang mereka konsumsi tidak selalu
mereka beli sendiri dari uang saku. melainkan juga ketersediaan makanan jajanan
dan minuman manis yang berasal dari rumah mereka meskipun jumlahnya relatif
sedikit.
Subjek gemuk pada penelitian ini cenderung mengkonsumsi bakso,
martabak, dan bala-bala sebagai makanan jajanan, sedangkan subjek normal
cenderung mengkonsumsi biskuit, bakso, dan siomay sebagai makanan jajanan. Uji
Mann-Whitney dilakukan untuk melihat perbedaan jenis dan jumlah makanan
jajanan dan minuman manis antara subjek gemuk dan normal. Hasil Uji Mann-
Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05)
pada jenis dan jumlah makanan jajanan dan minuman manis yang dikonsumsi
antara subjek gemuk dan normal, kecuali pada pisang goreng (Lampiran 5) adalah
signifikan lebih banyak dikonsumsi oleh subjek dengan status gizi normal daripada
gemuk. Tidak terdapat perbedaan dalam memilih makanan jajanan dan minuman
manis antara subjek gemuk dengan subjek normal dalam penelitian ini.

Hubungan antara sumbangan energi dan zat gizi dengan kegemukan


Selain konsumsi makanan utama, konsumsi makanan jajanan dan minuman
manis juga berkontribusi dalam memenuhi kecukupan energi dan zat gizi. Anak
usia SD lebih sering mengonsumsi makanan jajanan dan minuman manis saat
istirahat karena banyak terdapat pedagang makanan dan minuman di depan sekolah
ataupun di kantin sekolah serta seluruh subjek memiliki uang saku.
22

Hasil uji hubungan Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan


signifikan (p>0.05) antara sumbangan energi dan zat gizi dari makanan jajanan dan
minuman manis dengan kegemukan pada anak SD. Hal ini berbeda dengan
penelitian Simajuntak dan Anton (2010) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara asupan energi dari makanan jajanan dengan status gizi anak SDN
04 Petang Jakarta Timur. Hal ini diduga adanya pembatasan konsumsi makanan
jajanan dan minuman manis pada subjek gemuk. Hal ini diperkuat oleh kenyataan
bahwa secara umum konsumsi makanan jajanan dan sebagian jenis minuman manis
pada subjek gemuk adalah lebih rendah dibandingkan dengan subjek normal.
Penyebab kegemukan tidak hanya berasal dari makanan jajanan dan minuman
manis yang dikonsumsi, tetapi diduga terdapat faktor lain yang dapat
mempengaruhi status gizi, yaitu aktivitas fisik.
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai gerakan tubuh khususnya otot yang
membutuhkan energi dan olahraga sebagai salah satu bentuk aktivitas fisik
(Mustelin et al 2009). Aktivitas fisik yang dilakukan setiap hari bukan hanya
bermanfaat untuk mendapatkan tubuh yang sehat tetapi juga bermanfaat untuk
kesehatan mental, sebagai hiburan, dan mencegah stress (WHO 2000). Penelitian
yang dilakukan Sartika (2011) menyatakan bahwa aktivitas fisik anak SD adalah
berjalan kaki dan bersepeda. Makanan dan aktivitas fisik dapat mempengaruhi
timbulnya obesitas.
Pada penelitian ini, subjek gemuk cenderung mengkonsumsi minuman
manis lebih banyak daripada subjek normal. Minuman manis yang biasa
dikonsumsi subjek gemuk adalah susu. O’connor et al. (2006) menyatakan bahwa
susu masih merupakan minuman yang dikonsumsi anak usia sekolah dalam jumlah
besar. Berba et al. (2005) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi
susu dengan status gizi.
Hasil uji independent t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara sumbangan energi dan karbohidrat dari makanan jajanan
serta sumbangan energi dan zat gizi dari minuman manis antara subjek gemuk dan
normal. Hasil yang serupa juga terlihat pada uji Mann-Whitney yang menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan sumbangan protein dan lemak dari
makanan jajanan antara subjek gemuk dan normal (Lampiran 6).
Sumbangan energi dan zat gizi subjek gemuk yang berasal dari makanan
jajanan lebih rendah dibandingkan subjek normal (Tabel 6). Namun demikian.
sumbangan energi dan zat gizi yang berasal dari minuman manis pada subjek
gemuk adalah lebih besar dibandingkan dengan subjek normal. Sumbangan energi
dan zat gizi dari makanan jajanan dan minuman manis pada seluruh subjek
penelitian ini sudah melebihi 20%. yaitu sebesar 27.7%. Oleh karena itu perlu lebih
diperhatikan tentang pemilihan jenis makanan dan minuman yang sebaiknya
dikonsumsi oleh subjek agar tidak sekedar menyumbang energi dan zat gizi makro,
tetapi diharapkan dapat juga menyumbang vitamin dan mineral. Jika hal ini bisa
diimplementasikan, maka kemungkinan kelebihan asupan energi bisa dihindari,
sehingga resiko kegemukan bisa ditekan.
23

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD yang berusia antara 10-
12 tahun. Proporsi perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki dengan usia yang
tidak berbeda signifikan antara status gizi gemuk dan normal. Uang saku cenderung
lebih besar pada subjek gemuk. namun tidak berbeda signifikan antara subjek
dengan status gizi gemuk dan normal.
Pendidikan orang tua dan pendapatan keluarga pada subjek gemuk
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan subjek normal. Terdapat hubungan
positif signifikan antara pendapatan keluarga dengan uang saku; serta antara
pendidikan orang tua dengan pendapatan keluarga.
Frekuensi konsumsi makanan jajanan dan minuman manis adalah tidak
berbeda signifikan antara subjek gemuk dengan subjek normal, kecuali pisang
goreng lebih sering dikonsumsi oleh subjek normal daripada subjek gemuk. Jenis
makanan jajanan dan minuman manis antara subjek gemuk dengan normal adalah
tidak berbeda signifikan.
Sumbangan energi dan zat gizi makro, sebagai sumber energi, dari makanan
jajanan dan minuman manis pada subjek gemuk adalah tidak berbeda signifikan
dengan subjek normal. Sumbangan energi dari makanan jajanan dan minuman
manis adalah sebesar 27.3% pada subjek gemuk dan 28.0% pada subjek normal.
Namun demikian. sumbangan energi dan zat gizi yang berasal dari minuman manis
pada subjek gemuk adalah cenderung lebih tinggi daripada subjek normal.

Saran

Sumbangan energi dan zat gizi makro dari makanan jajanan dan minuman
manis adalah sudah sangat tinggi, sehingga diperlukan pendidikan gizi terutama
tentang pemilihan makanan jajanan dan minuman yang sebaiknya dikonsumsi oleh
anak sekolah dasar. Pendidikan gizi tersebut sebaiknya diberikan tidak hanya
kepada siswa sekolah dasar, tetapi juga kepada guru, orang tua dan penjual makanan
jajanan dan minuman di lingkungan sekitar sekolah. Salah satu alternatif makanan
jajanan lebih sehat yang bisa ditawarkan di sekitar sekolah adalah buah (utuh dan
potong), asinan buah dan sayur, dan rujak buah agar makanan jajanan tidak sekedar
sebagai sumber energy, tetapi juga sebagai sumber vitamin dan mineral. Selain itu
juga diperlukan pembatasan penjualan minuman manis di sekitar sekolah
mengingat tingginya konsumsi minuman manis pada anak sekolah dasar.
Oleh karena anak usia sekolah merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan tercepat kedua setelah bayi, maka pembatasan konsumsi makanan
yang terlalu ketat adalah tidak dianjurkan. Salah satu cara lebih bijaksana untuk
menghindari terjadinya kegemukan pada anak sekolah dasar adalah dengan
meningkatkan aktivitas fisik. Dengan demikian perlu ditinjau ulang terkait dengan
jadwal pelajaran olahraga yang biasanya hanya dilaksanakan sekali dalam
seminggu.
24

DAFTAR PUSTAKA

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
2013. [Internet]. [Diunduh 2015 Oktober 6].
_____________. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Barat
2013. [Internet]. [Diunduh 2015 Oktober 7].
[WNPG] Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. 2013. Pemantapan Ketahanan
Pangan dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan lokal. Jakarta
(ID): LIPI
Adriani M. Wirjatmadi B. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta
(ID): Kencana Prenada Media Group
Almatsier S. 2005.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta(ID): Gramedia Putaka Utama
__________. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta(ID): Gramedia Putaka Utama
Barba G. Troiano E. Russo P. Venezia A. Siani A. 2005. Invers association between
body mass and frequency of milk consumption in children. Br J Nutr
[internet] [diunduh 2015 November 18]; Volume 93:15-19.
Budiman D. 2010.Bahan Ajar MK Psikologi dalam Penjas. Bandung (ID): PGSD
UPI
Brown JE. 2011. Nutrition Through the Life Cycle Fourth Edition. Belmont
(USA): Wadsworth Cengage Learning.
Center for Disease Control and Prevention. 2000. Growth charts for the United
State: methods and development. Washington(US): Department of Health
and Human Services.
Fitriadini N. 2010. Perilaku Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Serta Hidup
Bersihdan Sehat (PHBS) Ibu Kaitannya dengan Status Gizi dan
StatusKesehatan Balita Bawah garis Merah di Kabupaten Sukabumi [skripsi].
Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia. Institut
Pertanian Bogor.
Forslund HB. Torgerson JS. Sjostrom L. Lindroos AK. 2005. Snacking frequency
in relation to energy intake and food choices in obese men and women
compared to reference population.
Halimatussyadiah A. 2015. Hubungan pengetahuan dan praktik gizi seimbang
dengan persepsi Body Image dan pola aktivitas pada mahasiswa IPB [skripsi].
Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia.
Institut Pertanian Bogor.
Haslina. Haryati S. 2013. Sumbangan Makanan Jajanan Anak Sekolah Dasar
Terhadap Asupan Energi dan Protein di SDN Lamper Kidul 02. Semarang.
Semarang (ID): Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Semarang.
25

LaComb RP. Rhonda SS. Cecilia WE. Joseph DG. 2011. Beverage choices of U.S
adult: what we eat in America. NHANES 2007-2008. Food Surveys Research
Group Dietary Data Brief No.6 [Internet]. [Diunduh 2015 November 9]
Ludwig DS. Peterson KE. Gortmaker SL. 2001. Relation between consumption of
sugar-sweetened drinks and childhood obesity: a prospective. observational
analysis. The Lancet Journal [internet]. [diunduh 2016 Februari 11];Volume
357(505-508). Boston (US): Harvard School of Public Health.
Lwanga. Lemeshow. 1991. Sample Size Determination in Health Studies a
Practical Manual. Geneva: World Health Organization.
Musteline L. Silventoinen K. Pietilainen K. Rissanen A. Kaprio J. 2009. Physical
activity reduces the influence of genetic effect on BMI and waist
circumference: a study in young adult twins. Int J Obes [internet]. [diunduh
2016 3 April 2016]. London (UK)
Notoatmodjo S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta
(ID): PT Rineka Cipta.
O’Connor TM. Su-Jau Yang. Theresa AN. 2006. Beverage intake among preschool
children and its effect on weight status. Pediatric Journal [internet].[diuduh
2015 November 18]; Volume 118. Texas (US): Boylor Collage of Medicine.
Santrock JW. 2007. Adolescene. Perkembangan Remaja Edisi keenam. Jakarta
(ID): Erlangga
Sartika RAD. 2011. Faktor resiko obesitas pada anak 5-15 tahun di Indonesia.
MAKARA Kesehatan [Internet].[Diunduh 2015 Desember 8]. Vol 15(1):37-
43
Sihadi. 2004. Makanan jajanan bagi anak sekolah. Jurnal Kedokteran YARSI
[internet] [diunduh 2016 Februari 20]; Volume 12:91-95.
Simanjuntak G. Anton SH. 2010. Konsumsi makanan jajanan. konsumsi makanan
di rumah dan status gizi anak di SDN 04 Petang Jakarta Timur. Nutrire Diaita
[internet]. [diunduh 2016 Juni 30];Volume 2
Suci EST. 2009. Gambaran perilaku jajan murid SD di Jakarta. Jakarta (ID):
Psikobuana Vol 1 No 1: 29-38
Sukandar D. 2007. Studi Sosial Ekonomi. Aspek Pangan. Gizi dan Sanitasi.Bogor:
Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian
Bogor.
Sulistyanto J. Sulchan M. 2010. Kontribusi makanan jajanan terhadap tingkat
kecukupan energi dan protein serta status gizi dalam kaitannya dengan
prestasi belajar. Media Medika Muda [internet][diunduh 10 November 2015];
Volume 4; 31-38.
Sumanto A. 2009. Tetap Langsing dan Sehat dengan Terapi Diet. Jakarta(ID): PT.
Agromedia Pustaka.
Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya
dalamPemasaran. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.
26

Syafitri Y. Syarif H. Baliwati YF. 2010. Kebiasaan jajan siswa sekolah dasar studi
kasus SDN Lawanggintung 01 Kota Bogor. Jurnal Pangan dan
Gizi[Internet].[diunduh 2015 November 3].
27

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata frekuensi konsumsi makanan jajanan yang dijual di


lingkungan sekolah dasar

No Standar Persentase
Jenis Makanan Jajanan Rata-rata n
deviasi (%)
1 Biskuit 2.65 3.15 48 55.81
2 Bakso 2.15 2.73 47 54.65
3 Martabak 1.36 2.12 46 53.49
4 Siomay 1.33 2.63 34 39.53
5 Pisang goreng 1.20 2.36 28 32.56
6 Bala-bala 1.09 2.41 24 27.91
7 Batagor 0.98 2.19 25 29.07
8 Coklat 0.92 1.89 36 41.86
9 Cireng 0.87 3.16 24 27.91
10 Kue cubit 0.84 2.17 24 27.91
11 Seublak 0.79 1.52 27 31.40
12 Cilok 0.77 1.36 31 36.05
13 Mie ayam 0.69 1.28 35 40.70
14 Risol 0.63 1.42 21 24.42
15 Cimol 0.50 1.39 19 22.09
16 Lontong 0.50 1.02 25 29.07
17 Es campur 0.48 1.46 13 15.12
18 Bengbeng 0.41 0.90 16 18.60
19 Chiki 0.34 0.77 15 17.44
20 Singkong goreng 0.30 1.07 10 11.63
21 Kue ape 0.17 0.56 9 10.47
28

Lampiran 2 Rata-rata frekuensi konsumsi minuman manis yang dijual di


lingkungan sekolah dasar

No Jenis minuman Rata- Standar Persentase


n
manis rata deviasi (%)
1 Susu 3.16 3.34 48 55.81
2 Teh gelas 1.74 2.64 37 43.02
3 Es krim 1.67 2.39 48 55.81
4 Ale-ale 1.12 2.29 21 24.42
5 Pop ice 1.03 2.34 29 33.72
6 Susu ultra 0.98 1.98 29 33.72
7 Milo 0.73 1.41 27 31.39
8 Nu green tea 0.69 1.93 16 18.60
9 Teh sisri 0.64 1.81 17 19.77
10 Okky jelly drink 0.59 1.63 15 17.44
11 Teh pucuk 0.49 1.04 27 31.39
12 Nutrisari 0.49 1.31 18 20.93
13 Teh botol 0.43 1.27 15 17.44
14 Capucino cincau 0.41 1.19 21 24.42
15 Buavita 0.39 1.13 15 17.44
16 Fruitea 0.39 1.03 19 22.09
17 Jas jus 0.37 1.34 12 13.95
18 Coca cola 0.34 0.73 19 22.09
19 Fanta 0.33 0.78 15 17.44
20 Big cola 0.30 1.02 11 12.79
21 Jus buah 0.29 0.80 16 18.60
22 Freshtea 0.29 0.79 11 12.79
23 Pepsi 0.26 1.01 12 13.95
24 Kopi 0.21 0.55 13 15.12
25 Estee 0.12 0.36 11 12.79
26 Sprite 0.12 0.52 8 9.30
27 Tebs 0.06 0.35 5 5.81
29

Lampiran 3 Hasil uji korelasi antar variabel

Variabel p r
Pendapatan keluarga dengan uang saku 0.009 0.281
Asupan energi dengan kegemukan 0.337 -0.152
Asupan protein dengan kegemukan 0.163 -0.152
Asupan lemak dengan kegemukan 0.138 -0.161
Asupan karbohidrat dengan kegemukan 0.490 -0.075
Uang saku dengan jumlah dan jenis makanan jajanan 0.493 -0.075
dan minuman manis
Pendapatan keluarga dengan jumlah dan jenis makanan 0.106 -0.176
jajanan dan minuman manis
Besar keluarga dengan jumlah dan jenis makanan 0.585 0.060
jajanan dan minuman manis
Pekerjaan orang tua dengan jumlah dan jenis makanan 0.553 0.065
jajanan dan minuman manis
Pendidikan orang tua dengan jumlah dan jenis makanan 0.620 0.054
jajanan dan minuman manis

Lampiran 4 Hasil uji beda karakteristik subjek dan sosial ekonomi keluarga
antara subjek gemuk dan normal

Variabel p
Uang saku antar subjek gemuk dan normal (independent t test) 0.341
Umur antar subjek gemuk dan normal (independent t-test) 0.323
Pendapatan keluarga antar subjek gemuk dan normal (independet 0.223
t-test)
Jumlah anggota keluarga antar subjek gemuk dan normal 0.993
(independent t-test)
30

Lampiran 5 Hasil uji beda frekuensi konsumsi makanan jajanan dan minuman
manis antara subjek gemuk dan normal

Status gizi
Variabel p
Gemuk Normal
Makanan jajanan:
2.2 ± 2.8 2.1 ± 2.6 0.960
Bakso
Biskuit 2.2 ± 2.9 3.1 ± 3.3 0.181
Martabak 1.5 ± 2.2 1.3 ± 2.0 0.772
Bala-bala 1.3 ± 2.0 0.9 ± 2.7 0.067
Siomay 1.0 ± 2.5 1.6 ± 2.7 0.252
Batagor 1.0 ± 2.1 1.0 ± 2.2 0.832
Coklat 0.7 ± 1.0 1.1 ± 2.4 0.887
Pisang goreng 0.7 ± 1.8 1.7 ± 2.7 0.028
Cireng 0.6 ± 1.2 1.1 ± 1.3 0.978
Kue cubit 0.3 ± 0.8 1.3 ± 2.8 0.096
Minuman manis:
Susu 3.2 ± 3.1 3.1 ± 3.6 0.584
Teh gelas 1.5 ± 2.6 1.9 ± 2.6 0.190
Es krim 1.4 ± 2.2 1.9 ± 2.6 0.153
Pop ice 1.1 ±2.7 0.9 ± 1.8 0.677
Ale-ale 1.1 ± 2.3 1.1 ± 2.3 0.829
Susu ultra 0.9 ± 1.4 1.0 ± 2.4 0.542

Lampiran 6 Hasil uji beda sumbangan energi dan zat gizi dari makanan jajanan
dan minuman manis antara subjek gemuk dan normal
Status gizi
Variabel p
Gemuk Normal
Makanan jajanan:
Energi (%) 12.8 ± 9.6 14.8 ± 11.4 0.380
Protein (%) 18.8 ± 13.2 19.4 ± 12.2 0.417
Lemak (%) 20.7 ± 12.2 22.5 ± 18.6 0.979
Karbohidrat (%) 12.1 ± 10.3 13.8 ± 10.5 0.442
Minuman manis:
Energi (%) 14.2 ± 9.2 12.9 ± 8.8 0.543
Protein (%) 5.3 ± 4.3 4.7 ± 4.7 0.554
Lemak (%) 5.6 ± 4.2 5.6 ± 4.4 0.980
Karbohidrat (%) 21.4 ± 14.7 19.2 ± 13.7 0.469
Total
Energi (%) 27.3 ± 15.8 28.0 ± 17.2 0.969
Protein (%) 18.8 ± 13.2 19.5 ± 12.3 0.566
Lemak (%) 20.8 ± 12.2 22.5 ± 18.6 0.887
Karbohidrat (%) 34.0 ± 21.4 33.1 ± 20.5 0.921
31

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1994. Penulis merupakan


anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Ir. H. Rudi Saputra, MT dan Ibu Hj.
Evi Agustin Satriani, MM. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar pada tahun
2000-2006 di SDIT Taman Ilmu, Beji Depok. Selanjutnya penulis melanjutkan
pendidikannya di MTs Negeri 4 Jakarta pada tahun 2006-2009, dan menempuh
sekolah menengah atas pada tahun 2009-2012 di SMA Avicenna Jakarta. Penulis
diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) , Fakultas Ekologi
Manusia, Departemen Gizi Masyarakat melalui jalur Ujian Tulis Mandiri (UTM)
pada tahun 2012.
Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti kegiatan seminar Nasional.
penulis berpartisipasi dalam kepanitiaan Food Fair dan Malam Inagurasi 2012
divisi Panitia Dekorasi dan Dokumentasi (PDD), Welcome Party 50 tahun 2013
divisi Dana Usaha. Penulis juga berpartisipasi dalam berbagai kompetisi olahraga
Liga Gizi Masyarakat (LIGIMA) dan Ecology Sport and Art Event (ESPENT)
dalam cabang basket putri, futsal putri, tenis meja dan badminton putri. Penulis juga
berpartisipasi dalam kompetisi olahraga Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI IPB)
tahun 2015 dalam cabang olahraga futsal putri.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata berbasis Profesi (KKN-P) di
Desa Pangradin, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Saat KKN-P, penulis
mendampingi balita gizi buruk di Desa Pangradin, melakukan penyuluhan kepada
kader posyandu dan ibu hamil dan balita, dan penyuluhan kepada anak sekolah
dasar mengenai makanan jajanan dan gizi seimbang. Penulis mengikuti Praktik
Kerja Lapang (PKL) di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta Timur.
Saat PKL, penulis menerapkan Manajemen Sistem Pelayanan Makanan (MSPM)
dan Manajemen Asuhan Gizi Klinis (MAGK) di RSUP Persahabatan dengan topik
kajian Proses Asuhan Gizi Terstandar pada pasien Pneumotoraks Bilateral
Emphisema Subcutis Coli pada anak, Malignant Neoplasm of Posterior
Mediastinum dan Tumor Mediastinum Anterior Jenis Limfoma dengan Efusi
Pleura.

You might also like