Professional Documents
Culture Documents
oleh
Kelompok G
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat-Nya,
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas Keperawatan HIV/AIDS. Tugas ini kami
susun dengan sebenar-benarnya. Diluar dari kelebihan, kami sadar bahwa masih ada
kekurangan. Oleh karena itu, besar harapan kami agar tugas ini menjadi sarana
edukatif bagi setiap pembaca dan saya ucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ns. Rifa’i, S. Kep., M.Kep., selaku PJMK mata kuliah HIV/AIDS yang
memberikan dukungan penuh.
2. M. Nur Khamid, S.KM., M.Kes selaku dosen mata kuliah HIV/AIDS
Akhir kata semoga tugas ini bisa bermanfaat untuk meningkatkan mutu
kesehatan masyarakat luas.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Strategi Pencegahan Penularan HIV Melalui CST........................3
2.2 Keefektifan Dan Keberhasilan Program CST................................5
2.3 Kekurangan Dan Kelemahan CST..................................................6
2.4 Kontribusi Perawat Dalam Program CST......................................8
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................................................................................
12
iii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui strategi pencegahan penularan HIV melalui Care support
and treatment (CST) pada level nasional dan global
b. Untuk mengetahui keefektifan dan keberhasilan program Care support and
treatment (CST)
c. Untuk mengetahuikekurangan dan kelemahan Care support and treatment
(CST)
d. Untuk mengetahui kontribusi perawat dalam program Care support and
treatment (CST)
tinggi sampai saat ini, walaupun banyak program yang sudah dilaksanakan. Progam
PDP saat ini sudah menunjukkan kemajuan. Jumlah rumah sakit, puskesmas dan
klinik layanan meningkat pesat sejalan dengan meningkatnya temuan kasus. Berbagai
kebijakan dibuat untuk memperbaiki penyediaan layanan. Kebijakan yang
berhubungan dengan PDP mayoritas dikeluarkan oleh Kemenkes, kementerian dan
badan teknis yang menjadi anggota KPAN. Kebijakan dari Kemenkes berupa UU
Kesehatan, Permenkes, Kepmenkes dan Surat Edaran dan Instruksi Menkes. Di
tingkat daerah ada juga keputusan kepala dinkes di tingkat provinsi dan kabupaten/
kota. Penjangkauan dan pendampingan Program penjangkauan dan pendampingan
saat ini bisa dibilang masih minim sehingga tidak kalah penting untuk diperhatikan.
Minimnya program penjangkauan dan pendampingan bisa menurunkan kualitas
program. Sejak kasus AIDS pertama di Indonesia tahun 1987 di Bali yang diikuti
dengan meningkatnya penemuan kasus tidak terlepas dari upaya pendampingan dan
penjangkauan oleh kelompok masyarakat sipil. Seperti kasus di Bali, penjangkauan
dan pendampingan dipelopori oleh Yayasan Kerthi Praja untuk WPS dan Yayasan
Citra Usadha Indonesia untuk homoseksual. Selanjutnya, Yayasan Hati-Hati mulai
menjangkau kelompok penasun. Kegiatan ini direplikasi oleh lembaga lain di
beberapa wilayah di Indonesia. Sangat disadari bahwa upaya LSM ini digerakkan
oleh orang-orang yang peduli dan didukung oleh donor. Program mereka dirancang
dengan mengutamakan penjangkauan dan pendampingan sebagai ujung tombak.
Hasilnya nyata, mereka yang rentan terkena HIV terpapar informasi dan mulai
mengakses layanan.
dengan memanfaatkan penyuluhan massal dan edutainment menjadi pilihan saat ini.
Pelaksanaannya pun hanya pada waktu tertentu, seperti pada bulan Desember
menjelang Hari AIDS Sedunia. Program penjangkauan dan pendampingan merupakan
langkah awal dan pintu masuk untuk upaya pencegahan dan perawatan. Sayangnya,
program penjangkauan dan pendampingan tereduksi dengan pembagian materi
pencegahan saja, semisal kondom dan pelicin.
untuk anak. Tenaga dokter yang mampu mendiagnosis dan melakukan terapi
pada anak yang terinfeksi HIV masih sedikit dan terbatas di kota besar.
Pemeriksaan viral load dan CD4 yang dibutukan untuk diagnosis dan terapi
HIV pada anak harganya mahal dan masoh harusemnjadi beban keluarga.
Obat ARV khusus anak belum tersedia sehingga masih menggunakan obat
ARV dewasa demhgam penyesuaian dosis.
g. Kerjasama rumah sakit dengan LSM di berbagai unit layanan belum terbina
dengan baik. Ada kecenderungan saling merasa benar sendiri dan
menyalahkan pihak lain. Situasi ini harus dirubahsehingga terjadi kerjasama
yang menguntungkan demi terwujudnya layanan yang bermutu.
h. Dukungan pengadaan fasilitas dan peralatan medik untuk menerapkan
kewaspadaan universalmasih minim. Di banyak unit layanan, sarung tangan
yang amat esensial sebagai barier dalam kewaspadaan universal tidak tersedia
cukup.
i. Kurangnya komunikasi antara pembuat kebijakan dengan pelaksana di
lapangan. Dukungan untuk pelaksana di lapangan baik berupa dukungan
finansial maupun teknik yang pada umumnya diberikan oleh lembaga donor
atau LSM internasional masih kurang terkoordinasi sehingga membingungkan
petugas di lapangan.
j. Dalam hal pelaporan, pelaksana layanan PDP dimintakan laporan oleh
berbagai pihak yaitu Departemen Kesehatan (Depkes), lembaga donor dan
WHO. Sewajarnya laporan hanya diserahkan pada satu instansi saja dan
lembaga lain yang memerlukan dapat berhubungan dengan Depkes tanpa
turun langsung ke lapangan.
k. Manajemen logistik (perencanaan, pengadaan obat ARV, pendistribusian, dan
pemantauan) belum tertata dengan baik sehingga masih dialami adanya
kekurangan obat, kelebihan obat, atau terlambatnya distribusi.
Pada dasarnya mencakup aspek medis klinis, psikologis klinis dan sosial.
Pengobatan medis klinis meliputi:
1.Pengobatan supportif
Mencakup penilaian gizi ODHA dari awal untuk mencegah gangguan nutrisi yang
memperburuk kondisi. Bila nafsu makan sangat menurun pertimbangkan pemberian
obat anabolik steroid.
2.Profilaksis infeksi oportunistik (IO)
Infeksi oprortunistik yang sering terjadi misalnya renitis, kebutaan bahkan ensefalitis
akibat cyto megalo virus, tuberkulosis, toksoplasmosis, PCP, jamur kandida.
Pengobatan profilaksis IO bisa didapatkan di RS Rujukan khusus penanganan
HIV/AIDS.
3.Terapi Antiretroviral (ARV)
ARV berfungsi memperlambat perjalanan penyakit, meningkatkan jumlah sel CD4
dan mengurangi jumlah virus dalam darah. Pertimbangan memulai ARV adalah jika
CD4 berjumlah 200-350/mm3. Sebelum memulai terapi ARV, ODHA perlu
mendapatkan konseling kepatuhan tentang cara penggunaan, efek samping, tanda
bahaya dan semua yang terkait dengan terapi agar tidak terjadi resistensi.
Berbagai inovasi dapat dilakukan pada program CST, salah satunya yang ada di
RSUD Bangil yang membuat terobosan kreatif dan inovatif dengan nama “ODHA
link”. Strategi yang digunakan ODHA link meliputi
1) online SMS 24jam (memberikan kartu nama dengan nomor telepon semua petugas
VCT, CST dan Farmasi kepada Puskesmas, LSM, KPA, kelompok risti, layanan
klinik Spesialis, dan ruangan rawat inap; masyarakat dapat bertanya mengenai
HIV/AIDS, follow up pasien yang akan test, test berkelanjutan untuk pasien
indeterminate, pasien resiko tinggi, serta pasien yang memulai dan yang sudah
mendapat ART);
2) delivery service (memberi kemudahan pasien dengan ART yang rumahnya jauh,
sibuk bekerja, sedang sakit, berhalangan karena suatu hal, biaya transfortasi dan malu
untuk mengambil obat di poli CST); dan
10
3.1 Kesimpulan
Program penanggulangan AIDS di indonesia mempunyai 4 pilar, yang
semuanya menuju pada paradigma Zero new infection, Zero AIDS related death and
Zero Discrimination. Empat pilar tersebut adalah pencegahan (prevention) yang
meiputi pencegahan penularan HIV melalui transmisi seksual dan alat suntik,
pencegahan di lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan, pencegahan HIV dari
ibu ke bayi (Prevention Mother to Child Transmission atau PMTCT), pencegahan di
kalangan pelanggan penjaja seks, dan lain-lain. Program PDP terutama ditujukan
untuk menurunkan angka kesakitan dan rawat inap, angka kematian yang
berhubungan dengan AIDS , dan meningkatkan kualitas hidup orang yang terinfeksi
HIV (berbagai stadium).
3.2 Saran
Menurut saya masih banyak hal-hal di indonesia yang perlu
diperbaiki,terutama untuk masalah kesehatan dan program kesehatan yang sedang
berjalan untuk tetap dilaksanakan dengan baik dan benar. Dan penulis menyadari
bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna.
11
DAFTAR PUSTAKA