You are on page 1of 18

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
izin, rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah dengan judul “Konsep Aktualisasi Diri “ ini disusun dengan tujuan agar
saya dan pembaca mampu memahami tentang konsep aktualisasi diri.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu saya dalam proses penyusunan makalah ini khususnya kepada dosen
yang bersedia membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan makalah
ini. Kami berharap agar makalah ini menjadi acuan yang baik dan berkualitas.

2
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan Makalah....................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 5
A. Teori Aktualisasi Diri Abraham Maslow ...................................................................... 5
B. Aspek Aktualisasi Diri .................................................................................................. 9
C. Metode Aktualisasi Diri ............................................................................................. 11
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri ................................................... 12
E. Sifat-Sifat Orang Yang Mencapai Aktualisasi Diri ...................................................... 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 17
A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 17
B. SARAN ................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan potensi
individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri seluruh manusia. Aktualisasi diri
yang mendorong manusia sampaia kepada pengembangan yang optimal dan
menghasilkan ciri unik manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan teori aktualisasi diri Abraham Maslow?
2. Bagaimanakah metode dalam aktualisasi diri?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui teori aktualisasi diri Abraham Maslow.
2. Untuk menegtahui metode dalam aktualisasi diri.

4
BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Aktualisasi Diri Abraham Maslow


Maslow (1954) Hierarchy of Needs menggunakan istilah aktualisasi diri
(self actualization) sebagai kebutuhan dan pencapaian tertinggi seorang manusia.
Maslow (1970) dalam Arianto (2009:139) menjelaskan aktualisasi diri adalah
proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis
yang unik.. Menurut Maslow (2014) seorang individu siap untuk bertindak sesuai
kebutuhan pertumbuhan jika dan hanya jika kebutuhan kekurangan terpenuhi,
konseptualisasi awal Maslow hanya mencakup satu kebutuhan pertumbuhan -
aktualisasi diri.
Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan
potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri seluruh manusia. Dalam
pandangan Maslow, semua manusia memiliki perjuangan kecenderungan yang
dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan dirinya. Akan tetapi, lebih banyak hal
yang terkandung dalam teorinya tentang dorongan manusia oleh kebutuhan-
kebutuhan universal yang dibawa sejak lahir dan tersusun dalam suatu tingkatan,
dari yang paling kuat sampai kepada yang paling lemah. Kebutuhan yang paling
rendah dan yang paling kuat harus dipuaskan sebelum muncul kebutuhan tingkat
kedua dan seterusnya naik tingkat sampai muncul kebutuhan kelima[1]. Kelima
tingkat kebutuhan itu menurut Maslow, ialah sebagai berikut :
1. Kebutuhan-kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan ini yaitu kebutuhan-kebutuhan dasar pada manusia terhadap
makanan, air, udara, tidur, dan seks. Pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan
itu sangat penting untuk kelangsungan hidup karena merupakan kebutuhan
yang terkuat dari semua kebutuhan.
2. Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan
kemantapan perlindungan, kebebasan dari rasa takut,cemas dan kekalutan;
kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas dan sebagainya.

5
Kebutuhan rasa aman ini mengarah pada dua bentuk, yaitu kebutuhan
keamanan jiwa dan kebutuhan keamanan harta.
3. Kebutuhan Rasa Memiliki-Dimiliki dan akan Kasih Sayang
Pada tingkat kebutuhan ini dan belum pernah sebelumnya, orang akan
sangat merasakan tiadanya sahabat, kekasih, istri, suami, atau anak-anak. kita
dapat menggabungkan diri dengan suatu kelompok atau perkumpulan,
menerima nilai-nilai dan sifat-sifat atau memakai pakaian seragamnya dengan
maksud untuk merasakan perasaan memiliki. Kita memuaskan kebutuhan-
kebutuhan kita akan cinta dengan membangun suatu hubungan akrab dan penuh
perhatian dengan orang lain atau dengan orang-orang pada umumnya dan
dalam kebutuhan-kebutuhan ini memberi dan menerima cinta adalah sama
penting. Maslow mengatakan bawha kita semua membutuhkan rasa diingini
dan diterima oleh orang lain.
4. Kebutuhan akan Penghargaan
Setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan yaitu
harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan
kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan. Penghargaan dari orang lain seperti
pretise atau penghargaan. Kita tidak dapat menghargai diri kita, jika kita tidak
mengetahui diri kita siapa dan apa.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri merupakan suatu tujuan yang tidak pernah bias dicapai
sepenuhnya, hanya sedikit orang, karena gerakan kearah aktualisasi diri tidak
secara otomatis. Orang-orang yang telah memenuhi kebutuhan dasar pun
gerakan kearah aktualisasi diri ini tidaklah mudah.

Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah yang paling lemah jadi dapat
dengan mudah dikuasai oleh kebiasaan, tekanan dan sikap yang salah terhadap
aktualisasi diri. Kedua, orang-orang sering takut untuk mengetahui diri sendiri.
Ketiga, aktualisasi diri pada umunnya memerlukan lingkungan yang memberi
kebebasan pada seorang yang bebas untuk mengungkapkan dirinya.

Sifat-sifat pengaktualisasian diri :

1. Mengamati realitas secara efisien

6
Maslow berpendapat bahwa pengaktualisasi-pengaktualisasi diri adalah
hakim-hakim yang teliti terhadap orang-orang lain yang mampu menemukan
dengan cepat penipuan dan ketidak jujuran.[3] Ketelitian ini meluas pada segi-
segi kehidupan lain bidang kesenian (termasuk didalamnya sastra), musik dan
intelektual, politik atau ilmiah.
2. Penerimaan umum atas kodrat orang lain dan diri sendiri
Orang-orang yang mengaktualisasi diri, menerima diri mereka, kelemahan-
kelemahan dan kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluh atau kesusahan.
3. Spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran
Dalam semua segi kehidupan, pengaktualisasi-pengaktualisasi diri
bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Mereka tidak
harus menyembunyikan emosi-emosi mereka, tetapi dapat memperlihatkan
emosi-emosi tersebut secara jujur. Dalam istilah yang sederhana kita dapat
berkata, orang-orang ini dapat berperilaku secara kodrati yakni sesuai dengan
kodrat mereka.

Dalam situasi-situasi dimana ungkapan perasaan-perasaan yang wajar dan


jujur dapat menyakitkan orang lain atau dimana hal tersebut tidak penting, maka
untuk sementara mereka akan mengekang perasaan-perasaan itu.
1. Fokus pada masalah-masalah di luar diri mereka
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri mencintai pekerjaan mereka dan
berpendapat bahwa pekerjaan mereka itu tentu saja cocok dengan mereka.
2. Kebutuhan akan privasi dan independensi
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki suatu kebutuhan yang
kuat untuk pemisah dan kesunyian. Tingkah laku dan perasaan mereka sangat
egoisentris dan terarah pada diri mereka sendiri, ini berarti mereka memiliki
kemampuan untuk membentuk pikiran, mencapai keputusan, dan
melaksanakan dorongan dan disiplin mereka sendiri.
3. Berfungsi secara otonom
Kepribadian-kepribadian yang sehat dapat berdiri sendiri dan tingkat
otonom mereka yang tinggi menaklukan mereka agar tidak mempan terhadap
krisis-krisis atau kerugian.

7
4. Apresiasi yang senantiasa segar
Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri senantiasa menghargai pengalaman-
pengalaman tertentu bagaimanapun pengalaman-pengalaman itu terulang
dengan suatu perasaan kenikmatan yang segar, perasaan terpesona, dan
kagum.
5. Pengalaman mistik atau puncak
Ketika Maslow meneruskan karyanya tentang aktualisasi diri, dia mulai
mengetahui dua macam pengaktualisasi diri, yakni mereka yang memiliki
banyak puncak yang berintensitas kuat dan mereka yang memiliki puncak
yang lebih sedikit dan lebih ringan. Kedua tipe itu sangat sehat, keduanya
mengaktualisasi diri.
6. Minat sosial
Pengaktualisasi diri memiliki perasaan empati dan afeksi yang kuat dan
dalam terhadap semua manusia, juga suatu keinginan untuk membantu
kemanusiaaan.
7. Hubungan antar pribadi
Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri mampu mengadakan hubungan yang
lebih kuat dengan orang lain yang memiliki kesehatan jiwa yang biasa.
8. Struktur watak demokrasi
Orang-orang yang sangat sehat membiarkan dan menerima semua orang
tanpa memperhatikan kelas sosial, tingkat pendidikan, golongan, politik atau
agama, dan ras atau warna kulit.
9. Perbedaan sarana dan tujuan antara baik dan buruk
Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri membedakan dengan jelas antara
sarana dan tujuan. Selain itu juga mereka sanggup membedakan antara baik
dan buruk, benar dan salah.
10. Perasaan humor yang tidak menimbulkan permusuhan
Orang-orang yang kurang sehat menertawakan tiga humor, yaitu humor
permusuhan yang menyebabkan sesorang merasa sakit, humor suproitas yang
mengambil keuntungan dari perasaan rendah diri orang lain atau kelompok,
dan humor pemberontakan terhadap penguasa yang berhubungan dengan
situasi oedipus atau percakapan cabul.

8
11. Kreativitas
Maslow menyamakan ini dengan daya cipta dan daya khayal naif yang
dimiliki anak-anak, suatu cara yang tidak prasangka dan langsung melihat
kepada hal-hal. Kreativitas merupakan suatu sikap, suatu ungkapan kesehatan
psikologis, dan lebih mengenai cara kita mengamati dan bereaksi terhadap
dunia dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai dari suatu karya seni.
12. Resistensi terhadap inkulturasi
Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri dapat berdiri sendiri dan otonom,
mampu melawan dengan baik pengaruh-pengaruh sosial untuk berfikir atau
bertindak menurut cara-cara tertentu.

B. Aspek Aktualisasi Diri


Berdasarkan dari teori aspek-aspek proses perkembangan seseorang untuk
mewujudkan aktualisasi dirinya, antara lain (Maslow,1954 dalam Motivation and
personality):
1. Kreativitas (creativity), merupakan sikap yang diharapkan ada pada orang
yang beraktualisasi diri. Sifat kreatif nyaris memiliki arti sama dengan
kesehatan, aktualisasi diri dan sifat manusiawi yang penuh. Sifat – sifat yang
dikaitkan dengan kreativitas ini adalah fleksibilitas, spontanitas, keberanian,
berani membuat kesalahan, keterbukaan dan kerendahan hati (BegheTo
Kozbelt, A & Runco 2010). Orang kreatif biasanya energik dan penuh ide,
individu ini ditandai dengan memiliki keinginan untuk tumbuh dan
kemampuan untuk menjadi spontan, pemikir yang berbeda, terbuka terhadap
pengalaman baru, gigih, dan pekerja keras. Studi yang dilakukan oleh
ChavezEakle, Lara, dan Cruz (2006) tentang perilaku individu kreatif
menemukan bahwa orang kreatif memiliki rasa eksplorasi saat menghadapi hal
baru, bersikap optimis, toleran terhadap ketidakpastian, dan mengejar tujuan
dengan intensitas tinggi.
2. Moralitas (morality), merupakan kemampuan manusia melihat hidup lebih
jernih, melihat hidup apa adanya bukan menurutkan keinginan. Kemampuan
melihat secara lebih efisien ,menilai secara lebih tepat “manusiawi secara
penuh” yang ternyata merembes pula ke banyak bidang kehidupan lainnya.

9
Menurut Shweder (1997) manusia dan tujuan regulasi moral adalah untuk 17
melindungi zona pilihan individu yang bebas dan untuk mempromosikan
pelaksanaan kehendak individu dalam mengejar preferensi pribadi. (Richerson
& Boyd, 2005) mengasumsikan bahwa moralitas manusia muncul dari
koevolusi gen dan inovasi budaya, bahwa budaya telah menemukan banyak
cara untuk membangun potensi pikiran manusia yang luas untuk menekan
keegoisan dan membentuk komunitas.
3. Penerimaan diri (self acceptance), banyak kualitas pribadi yang dapat
dirasakan di permukaan yang tampak bervariasi dan tidak berhubungan
kemudian dapat dipahami sebagai manifestasi atau turunan dari sikap yang
lebih mendasar yaitu relatif kurangnya rasa bersalah, melumpuhkan rasa malu
dan kecemasan dalam kategori berat. Manusia yang sehat dirasa mungkin
untuk menerima diri sendiri dan alam diri sendiri tanpa kekecewaan atau
keluhan dalam hal ini bahkan tanpa berpikir tentang hal ini sangat banyak.
Individu bisa menerima sifat manusia dengan semua kekurangan, serta semua
perbedaan dari citra ideal tanpa merasa kekhawatiran dalam kehidupan nyata.
Orang yang mengaktualisasikan diri cenderung baik, hangat dan menikmati
diri sendiri tanpa penyesalan,rasa malu atau permintaan maaf. Menurut
Maslow (1954) bahwa individu yang teraktualisasikan sendiri dapat mencatat
dan mengamati apa yang terjadi, tanpa memperdebatkan masalah atau
menuntut hal itu sebaliknya demikian juga orang yang aktualisasi diri
cenderung memandang manusia, alam di dalam dirinya dan orang lain.
Dengan menghilangkan penilaian diri dan memperkuat penerimaan diri, 18
individu menjadi terbebas dari kecemasan, perasaan tidak mampu dan takut
akan kritik dan penolakan, serta bebas untuk mengeksplorasi dan mengejar
hal-hal yang benar-benar membuat individu senang (Bernard, 2011).
4. Spontanitas (Spontaneity) Aktualisasi diri manusia dapat digambarkan sebagai
relatif spontan pada perilaku dan jauh lebih spontan daripada di kehidupan
batin, pikiran, impuls, dan lain lain, perilaku ini ditandai dengan
kesederhanaan, kealamian dengan kurangnya kesemuan ini tidak selalu berarti
perilaku konsisten yang tidak konvensional. Moreno (1955) menjelaskan
bahwa Spontanitas merupakan tingkat variabel respon yang memadai terhadap

10
situasi tingkat variabel dan, perilaku yang baru bukanlah ukuran spontanitas
yang harus memenuhi syarat dari hal tersebut misalnya, tentang perilaku
psikotik ekstrem dengan tingkat yang sedemikian tidak koheren sehingga
individu tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah konkret atau
memecahkan masalah pemikiran. Menurut Haidt (2008) spontanitas dalam
kehidupan batin, pikiran dan dorongan hati individu, yang tidak terganggu
oleh konvensi, etika dari individu tersebut berupa sebuah otonom, manusia
adalah individu yang termotivasi untuk terus berkembang.
5. Pemecahan masalah (Problem Solving), yaitu individu akan lebih menghargai
keberadaan orang lain dalam lingkungannya, Dengan beberapa pengecualian
dapat dikatakan bahwa objek biasanya bersangkutan dengan isu-isu dasar dan
pertanyaan dari jenis yang telah dipelajari secara filosofis atau etika. Orang
yang mengaktualisasikan diri berorientasi pada masalah-masalah yang 19
melampaui kebutuhan-kebutuhan. Dedikasi terhadap tugas-tugas atau
pekerjaan merupakan bagian dari misi hidup. Manusia hidup untuk bekerja
dan bukan bekerja untuk hidup. pekerjaan manusia bersifat alami secara
subjektif dan bersifat non personal. (Koeswara 1991).

C. Metode Aktualisasi Diri


Maslow melukiskan kebutuhan aktualisasi ini sebagai hasrat untuk menjadi
diri sepenuhnya kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.
Ia mendasarkan teori aktualisasi diri dengan asumsi bahwa setiap manusia
memiliki hakikat intrinsik yang baik dan itu memungkinkan untuk mewujudkan
perkembangan. Perkembangan yang sehat terjadi bila manusia mengaktualisasikan
diri dan mewujudkan segenap potensinya.
Metode dalam aktualisasi diri menempatkan pengarang untuk menggunakan
segenap kemampuan yang dimilikinya hingga berkembang kemampuannya. Karya
sastra yang dihasilkan pengarang merupakan bentuk aktualisasi diri pengarang.
Akan tetapi untuk mencapai tingkat aktualisasi diri, pengarang harus memenuhi
kebutuhan-kebutuhan psikologis yang lebih rendah, yaitu kebutuhan-kebutuhan
fisiologis, rasa aman, memiliki dan cinta, serta penghargaan. Kebutuhan-kebutuhan
itulah metode yang harus ditempuh untuk mencapai aktualisasi diri.

11
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri
aktualisasi diri Banyak faktor yang mempengaruhi individu dalam
memahami aktualisasi diri. Maslow (1987) menyebutkan bahwa faktor-faktor
aktualisasi secara universal dari manusia ini adalah:
1. Kemampuan untuk melihat kehidupan secara jernih, manusia yang melihat
hidup secara sederhana bukan untuk menurutkan keinginan, lebih bersikap
objektif terhadap hasil – hasil yang diamati, memiliki sifat rendah hati. Dalam
hal ini manusia bersifat alami serta mampu mengetahui.
2. Kemampuan untuk membuktikan hidup pada pekerjaan,tugas,dan kewajiban.
Memberikan kegembiraan dan kenikmatan pada setiap pekerjaan serta
memiliki rasa bertanggung jawab yang besar atas suatu tugas,hal ini menuntut
kerja keras dan disiplin.
3. Kemerdekaan psikologis, manusia yang mengaktualisasikan diri memiliki
kemerdekaan psikologis. Manusia mampu mengambil keputusan – kepetusan
secara mandiri sekalipun melawan pendapat khalayak ramai.

Faktor kedua dalam aktualisasi diri adalah tentang kebutuhan – kebuthan


yang timbul dari dalam diri individu. Menurut Rogers ( 1995 dalam Ginting,
2011) faktor – faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri antara lain:

1. Pemeliharaan (maintenance) Kebutuhan yang timbul dalam rangka


memuaskan kebutuhan dasar makan, udara dan keamanan, serta
kecenderungan untuk menolak perubahan dan mempertahankan keadaan
sekarang. Pemeliharaan bersifat konservatif, dalam bentuk keinginan untuk
mempertahankan konsep diri yang dirasa nyaman.
2. Peningkatan diri (enhancement) Walaupun ada keinginan yang kuat untuk
mempertahankan keadaan tetap seperti adanya, orang ingin tetap belajar dan
berubah.
3. Penerimaan positif dari diri sendiri (self regard) Penerimaan diri ini
merupakan akibat dari pengalaman kepuasaan, dimana seseorang akan mampu
menerima kelemahan dirinya namun tetap berusaha melakukan yang terbaik.
Penerimaan positif dari diri sendiri merupakan bagian dari dimensi harga diri.

12
E. Sifat-Sifat Orang Yang Mencapai Aktualisasi Diri
Untuk mencapai tingkat aktualisasi-diri, orang harus sudah memenuhi
empat kebutuhan sebelumnya. Ia jangan lagi direpotkan oleh masalah mencari
makan, jangan lagi dihiraukan oleh ancaman keamanan dan penyakit, memiliki
teman yang akrab dan penuh rasa cinta, juga memiliki perasaan dihargai. Ia bebas
dari neurosis, psikosis, dan gangguan psikologis lain. Sifat lainnya adalah soal usia:
orang yang mengaktualisasikan dirinya tampaknya adalah orang yang telah
setengah tua atau lebih tua. Maslow bahkan menyebut usia 60 tahun atau lebih,
sebab orang setua ini sudah mencapai taraf kematangan (sudah hampir selesai),
dalam arti tidak akan atau sulit untuk berubah lagi.
Sifat-sifat berikut ini merupakan manifestasi dari metakebutuhan-
metakebutuhan yang disebutkan di atas.
1. Berorientasi secara Realistik
Inilah sifat paling umum dari orang yang teraktualisasi. Ia mampu
mengamati objek-objek dan orang-orang di sekitarnya secara objektif. Maslow
menyebut persepsi objektif ini Being-cognition (B-cognition), suatu bentuk
pengamatan pasif dan reseptif, semacam kesadaran tanpa hasrat. Ia melihat
dunia secara jernih sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi oleh keinginan,
kebutuhan, atau sikap emosional.
2. Penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain dan diri sendiri
Orang yang teraktualisasi menerima dirinya, kelemahan-kelemahan dan
kekuatan-kekuatannya tanpa keluhan atau kesusahan. Ia menerima kodratnya
sebagaimana adanya, tidak defensif atau bersembunyi di balik topeng-topeng
atau peranan sosial. Sikap penerimaan ini membuatnya mampu mendengarkan
orang lain dengan penuh kesabaran, rendah hati dan mau mengakui bahwa ia
tidak tahu segala-galanya dan bahwa orang lain akan mengajarinya sesuatu.
3. Spontanitas, kesederhanaan, kewajaran
Dalam semua segi kehidupan, orang yang teraktualisasi bertingkah laku
secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Ia tidak harus
menyembunyikan emosi-emosinya, tetapi dapat memerlihatkan emosi-emosi
tersebut secara jujur dan wajar. Seperti anak kecil, orang yang teraktualisasi
kadang terlihat lugu, mendengarkan dengan penuh perhatian, takjub dan heran

13
akan sesuatu yang baru, dan itu semua dilakukannya secara apa adanya tanpa
dibuat-buat.
4. Memusatkan diri pada masalah dan bukan pada diri sendiri
Orang yang teraktualisasi-diri tidak pernah menyalahkan diri sendiri ketika
gagal melakukan sesuatu. Ia menganggap kegagalan itu sebagai suatu hal yang
lumrah dan biasa saja. Ia mungkin akan mengecam setiap ketololan dan
kecerobohan yang dilakukannya, tetapi hal-hal tersebut tidak menjadikannya
mundur dan menganggap dirinya tidak mampu. Dicobanya lagi memecahkan
masalah dengan penuh kegembiraan dan keyakinan bahwa ia mampu
menyelesaikannya.
5. Memiliki kebutuhan akan privasi dan independensi
Orang yang mengaktualisasikan-diri memiliki kebutuhan yang kuat untuk
memisahkan diri dan mendapatkan suasana kesunyian atau suasana yang
meditatif. Ia butuh saat-saat tertentu untuk tidak terganggu oleh adanya orang
lain. Ia memiliki kemampuan untuk membentuk pikiran, mencapai keputusan,
dan melaksanakan dorongan dan disiplin dirinya sendiri.
6. Berfungsi secara otonom terhadap lingkungan sosial dan fisik
Orang yang mengaktualisasikan-diri sudah dapat melepaskan diri dari
ketergantungan yang berlebihan terhadap lingkungan sosial dan fisik.
Pemuasan akan motif-motif pertumbuhan datang dari dalam diri sendiri,
melalui pemanfaatan secara penuh bakat dan potensinya.
7. Apresiasi yang senantiasa segar
Orang yang teraktualisasi senantiasa menghargai pengalaman-pengalaman
tertentu bagaimana pun seringnya pengalaman itu terulang, dengan suatu
perasaan kenikmatan yang segar, perasaan terpesona, dan kagum. Bulan yang
bersinar penuh, matahari terbenam, gelak tawa teman, dan hal-hal biasa
lainnya selalu dipandang seolah-olah merupakan pengalaman yang baru
pertama kali baginya. Apresiasi yang senantiasa segar ini membuat hidupnya
selalu bergairah tanpa kebosanan.
8. Mengalami pengalaman-pengalaman puncak (peak experiences)
Ada kesempatan di mana orang yang mengaktualisasikan diri mengalami
ekstase, kebahagiaan, perasan terpesona yang hebat dan meluap-luap, seperti

14
pengalaman keagamaan yang mendalam. Inilah yang disebut Maslow “peak
experience” atau pengalaman puncak. Pengalaman puncak ini ada yang kuat
dan ada yang ringan. Pada orang yang teraktualisasi, perasaan “berada di
puncak” ini bisa diperolehnya dengan mudah, setiap hari; ketika bekerja,
mendengarkan musik, membaca cerita, bahkan saat mengamati terbit matahari.
9. Minat sosial
Orang yang teraktualisasi memiliki perasaan empati dan afeksi yang kuat
dan dalam terhadap semua manusia, juga suatu keinginan membantu
kemanusiaan. Ia menemukan kebahagiaan dalam membantu orang lain.
Baginya mementingkan orang lain berarti mementingkan diri sendiri.
10. Hubungan antarpribadi yang kuat
Orang yang teraktualisasi memiliki cinta yang lebih besar, persahabatan
yang lebih dalam serta identifikasi yang lebih sempurna dengan individu-
individu lain. Sahabat-sahabatnya bisa jadi tidak banyak, tetapi sangat akrab.
Istrinya mungkin cuma satu, tetapi cinta yang diterima dan diberikannya
sangat besar dan penuh kesetiaan. Ia tidak memiliki ketergantungan yang
berlebihan kepada orang yang dicintai sehingga membuatnya terhindar dari
cemburu buta, iri hati, dan kecemasan.
11. Struktur watak demokratis
Orang yang sangat sehat membiarkan dan menerima semua orang tanpa
memerhatikan kelas sosial, tingkat pendidikan, golongan politik, ras, warna
kulit, bahkan agama. Tingkah laku mereka menunjukkan tingkat toleransi
yang tinggi, tidak angkuh, tidak picik atau menganggap diri paling benar. Sifat
ini menggabungkan beberapa meta-kebutuhan seperti kebenaran, kejujuran,
dan keadilan.
12. Mampu mengintegrasikan sarana dan tujuan
Bagi orang yang teraktualisasi, sarana adalah sarana dan tujuan adalah
tujuan. Tetapi berbeda dengan orang-orang biasa, orang yang teraktualisasi
melihat sarana bisa pula menjadi tujuan karena kesenangan dan kepuasan yang
ditimbulkannya. Pekerjaan bagi orang yang sehat bukanlah semata-mata untuk
mendapatkan keuntungan material, tetapi untuk mendapatkan kesenangan dan
kepuasan. “Menyenangi apa yang dilakukan” sekaligus “melakukan apa yang

15
disenangi”, membuat hidup bebas dari paksaan, terasa santai dan penuh
dengan rekreasi.
13. Selera humor yang tidak menimbulkan permusuhan
Humor yang disukai oleh orang yang mencapai aktualisasi lebih bersifat
filosofis; humor yang menertawakan manusia pada umumnya, bukan kepada
individu tertentu. Ini adalah sejenis humor yang bijaksana yang dapat
membuat orang tersenyum dan mengangguk tanda mengerti daripada
membuatnya tertawa terbahak-bahak.
14. Sangat kreatif
Kreativitas juga merupakan ciri umum pada manusia superior ini. Ciri-ciri
yang berkaitan dengan kreativitas ini antara lain fleksibilitas, spontanitas,
keberanian, keterbukaan, dan kerendahan hati. Maslow percaya ini merupakan
sifat yang sering hilang tatkala orang sudah dewasa.
Kreativitas bisa berarti menghasilkan karya baru, asli, inovatif, atau
menggabungkan beberapa penemuan sehingga didapatkan sesuatu yang
berbeda. Kreativitas juga merupakan suatu sikap, suatu ungkapan kesehatan
psikologis dan lebih mengenai cara bagaimana kita mengamati dan beraksi
terhadap dunia – suatu proses – dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah
selesai.
15. Menentang konformitas terhadap kebudayaan
Orang yang teraktualisasi bukanlah penentang kebudayaan, tetapi ia dapat
berdiri sendiri dan otonom, mampu melawan dengan baik pengaruh-pengaruh
sosial untuk berpikir dan bertindak menurut cara-cara tertentu yang
diyakininya baik. Orang ini tidak terlalu memermasalahkan hal-hal kecil
seperti cara berpakaian, tata-krama, cara makan, dan sebagainya, tetapi ia
dapat keras dan terus-terang jika mendapati soal-soal yang sangat penting
baginya mengenai aturan-aturan dan norma-norma masyarakat.

16
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam pandangan Maslow, semua manusia memiliki perjuangan
kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan dirinya. Akan
tetapi, lebih banyak hal yang terkandung dalam teorinya tentang dorongan manusia
oleh kebutuhan-kebutuhan universal yang dibawa sejak lahir dan tersusun dalam suatu
tingkatan, dari yang paling kuat sampai kepada yang paling lemah.

Metode dalam aktualisasi diri menempatkan pengarang untuk menggunakan


segenap kemampuan yang dimilikinya hingga berkembang kemampuannya. Karya
sastra yang dihasilkan pengarang merupakan bentuk aktualisasi diri pengarang. Akan
tetapi untuk mencapai tingkat aktualisasi diri, pengarang harus memenuhi kebutuhan-
kebutuhan psikologis yang lebih rendah, yaitu kebutuhan-kebutuhan fisiologis, rasa
aman, memiliki dan cinta, serta penghargaan. Kebutuhan-kebutuhan itulah metode
yang harus ditempuh untuk mencapai aktualisasi diri.

B. SARAN
Kami sadar makalah ini tidak sempurna dan penuh kekurangan, maka dari itu
kami sebagai penulis sangat mengharapkan keritik dan saran yang membangun dari
para pembaca semuanya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Goble, Frank G. 1994. Mahzab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow, Penerjemah
Drs. A. Supratiknya. Yogyakarta : Kanisius.

prints.mercubuana-yogya.ac.id

Frank G. Goble, Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow, Penerjemah Drs. A.
Supratiknya (Yogyakarta: Kanisius, 1994)

18

You might also like