Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.4 Patogenesis
Mutasi pada gen globin menyebabkan talasemia. Alpha talasemia
mempengaruhi gen alpha-globin. Beta talasemia mempengaruhi salah satu atau
kedua beta-globin. Mutasi ini mengakibatkan sintesis sebagian beta-globin yang
rusak yang merupakan sebuah komponen Hb, sehingga menyebabkan anemia.
Dalam minor beta talasemia, salah satu dari gen beta-globin mengalami
ketidaksempurnaan. Ketidaksempurnaan ini dapat diakibatkan karena tidak
adanya protein beta-globin (yaitu beta-zero talasemia) atau berkurangnya sintesis
protein beta-globin (beta-plus talasemia). Kerusakan genetic ini merupakan suaatu
mutasi missense atau nonsense dalam gen beta-globin, meskipun kerusakan
kadangkala terjadi karena hilangnya gen dari gen beta-globin dan daerah
sekitarnya juga telah dilaporkan.
Dalam beta talasemia mayor (homozygote beta talasemia), produksi rantai
beta-globin akan sangat terganggu, karena kedua gen beta-globin bermutasi.
Ketidakseimbangan yang sangat buruk dalam sintesis rantai globin (alpa>> beta)
mengakibatkan eritopoesis yang tidak efektif dan anemia hipokrom mikrositik
yang parah. Berlebihannya rantai alpa-globin yang rusak akan meyatu membentuk
presipitat yang merusak membrane sel darah merah sehingga mengakibatkan
hemolisis intravascular. Kerusakan precursor eritroid akan mengakibatkan
kematian intrameduler dan eritropoesis yang tidak efektif. Anemia yang parah
biasanya disebabkan oleh hiperplasi eritroid dan hematopoesis ekstrameduler.
2.2.6 Diagnosis
1. Anamnesis
a. Pucat yang lama (kronis)
b. Terlihat kuning
c. Mudah infeksi
d. Perut membesar akibat hepatosplenomegali
e. Pertumbuha terhambat
f. Riwayat transfusi berulang.
g. Riwayat keluarga yang menderita talasemia
2. Pemeriksaan Fisis
a. Anemia/pucat
b. Ikterik ringan
c. Facies cooley pada anak lebih besar
d. Hepatosplenomegali tanpa limfadenopati
e. Gizi kurang/buruk
f. Perawakan pendek
g. Hiperpigmentasi kulit
h. Pubertas terlambat
3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Darah tepi lengkap
i. Hemoglobin Anemia berat (Hb <3 g/dL atau 4 g/dL)
ii. Sediaan apus darah tepi (mikrositer, hipokrom, anisositosis,
poikilositosis, sel eritrosit muda/ normoblast, fragmentosit, sel target)
iii. Indeks eritrosit: MCV,MCH, MCHC ↓, RDW ↑
iv. Morfologi eritrosit: gambaran hemolitik (anisositosis, poikilositosis,
polikromasi, sel target, normoblas)
v. Dapat terjadi leukopenia dan trombositopenia
vi. Retikulosit ↑
vii. Hb F atau Hb A2 ↑
viii. Sumsum tulang → aktivitas eritropoesis ↑
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis
thalassemia α adalah darah perifer lengkap (Hb, MCV, dan MCH), gambaran
darah tepi, analisis Hb, dan analisis DNA. Pasien thalassemia mempunyai
nilai MCV yang rendah dan dikatakan bahwa nilai MCV 72 fl adalah nilai
yang sangat sensitif dan spesifik untuk diagnosis thalassemia.9
Gambar Alur diagnosis talasemia
2.2.7 Tatalaksana
Prinsip pengobatan pada pasien talasemia adalah :
1. terapi tranfusi darah untuk mencegah komplikasi dari anemia kronis
2. pencegahan dari resiko kelebihan besi akibat terapi transfusi
3. penatalaksanaan splenomegali
Umum10
1. Makanan gizi seimbang
2. Dietetik Makanan dan obat yang banyak mengandung zat besi sebaiknya
dihindari
3. Pemantauan tumbuh kembang
Khusus10
1. Dapat dicoba transplantasi sumsum tulang
2. PRC 10–15 mL/kgBB setiap 4 mgg → mengatasi anemia, sehingga kadar Hb
>10 g/dL
a. Transfusi darah pertama kali diberikan bila Hb <7 g/dL yang diperiksa 2×
berturutan dengan jarak 2 mgg atau Hb ≥7 g/dL disertai gejala klinis
(perubahan muka/facies Cooley, gangguan tumbuh kembang, fraktur
tulang, curiga hematopoetik ekstramedular)
b. Pada penanganan selanjutnya, transfusi darah diberikan Hb ≤8 g/dL
sampai kadar Hb 10–11 g/dL. Bila terdapat tanda gagal jantung, pernah
ada kelainan jantung, atau Hb <5 g/dL maka dosis untuk satu kali
pemberian tidak boleh >5 mL/kgBB dengan kecepatan tidak >2
mL/kgBB/jam. Sambil menunggu transfuse darah, diberikan O2 dengan
kecepatan 2–4 L/mnt
3. Kelasi besi diberikan bila kadar feritin serum >1.000 ng/mL dan saturasi
transferin >55% atau sudah 10–20× transfusi, untuk mengatasi kelebihan Fe
dalam jaringan tubuh
a. Desferioksamin.
Dewasa dan anak 3 th: 30–50 mg/kgBB/hr, 5–7×/mgg s.k. selama 8–12
jam dengan syringe pump. Anak usia <3 th: 15– 25 mg/kgBB/hr.
Pemakaian desferioksamin dihentikan pada penderita yang sedang
hamil, kecuali penderita gangguan jantung yang berat dan diberikan
kembali pada trimester akhir desferioksamin 20–30 mg/kgBB/hr
Ibu menyusui tetap dapat menggunakan kelasi besi ini
b. Pada penderita tidak patuh/menolak pemberian desferioksamin dapat
diberikan:
Deferipron/L1: 75–100 mg/kgBB/hr dibagi 3 dosis sesudah makan atau
Deferasiroks/ICL 670: 20–30 mg/kgBB/hr dosis tunggal, 1×/hr
c. Terapi kombinasi (desferioksamin dan deferipron) diberikan pada
keadaan:
Feritin >3.000 ng/mL yang bertahan min. 3 bl
Kardiomiopati akibat kelebihan besi Atau
Bila T2* MRI sesuai dengan hemosiderosis jantung (<20 milisekon)
d. Untuk jangka waktu tertentu (6–12 bl) bergantung pada kadar feritin dan
fungsi jantung saat evaluasi
4. Splenektomi Dilakukan bila terdapat hipersplenisme atau jarak pemberian
transfusi yang makin pendek
5. Asam folat: 2 × 1 mg/hr
6. Vitamin E: 2 × 200 IU/hr
7. Vitamin C: 2–3 mg/kgBB/hr (maks. 50 mg pada anak <10 th dan 100 mg pada
anak 10 th, tidak melebihi 200 mg/hr) dan hanya diberikan saat pemakaian
desferioksamin (DFO), tidak dipakai untuk penderita dengan gangguan fungsi
jantung