You are on page 1of 7

APLIKASI BIOSAND FILTER DENGAN PENAMBAHAN MEDIA

KARBON (ARANG KAYU) UNTUK PENGOLAHAN AIR SUMUR


DAERAH GAMBUT
Okdika Berliandra 1), Yohanna Lilis Handayani 2), Lita Darmayanti 2)
1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru 28293
E-mail: okdikaberliandra@gmail.com

ABSTRACT
Refers to the results test from UPT Health and Environment Laboratory in
Pekanbaru, the quality of water wells in peat areas on Kadiran Street RW.06 / RT.03,
Kulim, Tenayan Raya District, Pekanbaru City, has turbidity (CaCO3) level of 18 mg/L
and contains iron metal (Fe) < 0,0195 mg/L, manganese (Mn) < 0,0248 mg/L, organic
substances (KMnO4) 9,7 mg/L, pH levels between of 4.9 – 5.2, and smelling. This condition
makes water wells in peat areas should through processing water treatment before
consumed. Biosand filter with the addition of carbon (charcoal) is the one of alternative
treatment for water wells in peat areas with simple and natural concept.
The purpose of this research for determining the efficiency from using biosand filter
with the addition of carbon (charcoal) to get the most quality of water wells in peat areas
based on the parameters pH, smelling, and organic substances. Reactor of biosand filter is
made from PVC pipe diameter of 6" and high 150 cm.
The results showed that, biosand filter produces the best efficiency to increase the
pH value up to 26.00%, to decrease organic substances value up to 91.92%, and
eliminates of smelling. In generally, water wells in peat areas which produced by biosand
filter process can to repair the parameters of the organic substances and smelling.
However water discharge producing from reactor of biosand filter is too small, so that not
effective to be applied.
Keywords: water wells, biosand filter, charcoal

PENDAHULUAN Secara kualitas air harus tersedia pada


Air merupakan kebutuhan yang paling kondisi yang memenuhi syarat kesehatan,
mendasar bagi makhluk hidup. Air dapat sesuai dengan peraturan yang berlaku di
berwujud padatan (es), cairan (air) dan Indonesia tentang air bersih dalam
gas (uap air) Air merupakan satu-satunya Peraturan Menteri Kesehatan No.416
zat yang secara alami terdapat di Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan
permukaan bumi dalam ketiga wujudnya Pengawasan Kualitas Air.
tersebut. Air bersifat tidak berwarna, Daerah yang belum mendapatkan
tidak berasa dan tidak berbau pada pelayanan air bersih, penduduk biasanya
kondisi standar (Suryana H, 2013). Air menggunakan air sumur gali dan air
yang digunakan harus memenuhi syarat sungai yang sering kali tidak memenuhi
dari segi kualitas maupun kuantitasnya. standar air bersih. Bahkan untuk daerah
yang sangat buruk kualitas air tanah

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 1


maupun air sungainya, penduduk Dalam proses filtrasi terdapat
setempat hanya menggunakan air hujan kombinasi antara beberapa proses yang
untuk memenuhi kebutuhan air berbeda. Proses-proses tersebut meliputi
bersihnya. Di Provinsi Riau sumber air (Edahwati, 2009).
bersih sebagian besar didapat dari air a. Mechanical straining
tanah. Hampir semua rumah tangga Merupakan proses penyaringan
mempunyai sumur baik sumur gali partikel tersuspensi yang terlalu besar
maupun sumur bor untuk memenuhi untuk dapat lolos melalui ruang antara
kebutuhan air bersihnya. butiran media.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan b. Sedimentasi
di Laboratorium Unit Pelaksana Tugas Proses mengendapnya partikel
Kesehatan dan Lingkungan Kota tersuspensi yang berukuran lebih kecil
Pekanbaru, kualitas air sumur daerah dari lubang pori-pori pada permukaan
gambut Jalan Kadiran RW.06/RT.03, butiran.
Kelurahan Kulim, Kecamatan Tenayan c. Adsorpsi
Raya, Pekanbaru memiliki kadar besi Prinsip proses ini adalah akibat adanya
(Fe) < 0,0195 mg/L, Kesadahan (𝐶𝑎𝐶𝑂3 ) perbedaan muatan antara permukaan
18 mg/L, Mangan (Mn) < 0,0248 mg/L, partikel tersuspensi yang ada di
Zat Organik (KMnO4 ) 9,7 mg/L, nilai sekitarnya sehingga terjadi gaya
pH berkisar 4,9 – 5,2 dan berbau. Dari tarikmenarik.
hasil tersebut, berdasarkan Peraturan d. Aktivitas kimia
Menteri Kesehatan RI No.416/Menkes/ Merupakan proses dimana partikel
PER/IX/1990 tentang Persyaratan yang terlarut diuraikan menjadi
Kualitas Air Bersih, diketahui nilai pH substansi sederhana dan tidak
belum memasuki rentang yang diizinkan berbahaya atau diubah menjadi
yaitu 6,5-9, berbau dan Kandungan Zat partikel tidak terlarut, sehingga dapat
Organik (KMnO4) hampir mencapai dihilangkan dengan proses
ambang batas maksimum yang diizinkan penyaringan, sedimentasi dan adsorpsi
yaitu 10 mg/liter. Sehingga perlu pada media berikutnya.
dilakukan pengolahan terlebih dahulu e. Aktivitas biologi
sebelum dikonsumsi dengan teknologi Merupakan proses yang disebabkan
pengolahan air sumur. oleh aktifitas mikroorganisme yang
Teknologi pengolahan air sumur di hidup di dalam media filtrasi.
daerah gambut menjadi air bersih pada Dalam proses filtrasi juga terjadi
skala rumah tangga salah satunya dengan reaksi kimia dan fisika, sehingga banyak
filtrasi. Filtrasi adalah suatu proses faktor yang saling berkaitan yang akan
pemisahan zat padat dari fluida (cair mempengaruhi kualitas air hasil filtrasi,
maupun gas) yang membawanya efisiensi proses dan sebagainya, faktor-
menggunakan suatu medium berpori atau faktor tersebut antara lain (Edahwati,
bahan berpori lain untuk menghilangkan 2009).
sebanyak mungkin zat padat halus yang a. Debit filtrasi
tersuspensi dan koloid. Pada pengolahan Untuk mendapatkan hasil yang
air minum, filtrasi digunakan untuk memuaskan diperlukan keseimbangan
menyaring air hasil dari proses koagulasi- antara debit filtrasi dan kondisi media
flokulasi-sedimentasi sehingga dihasilkan yang ada. Debit yang terlalu cepat
air minum dengan kualitas tinggi. Di akan menyebabkan tidak berfungsinya
samping mereduksi kandungan zat padat, filter secara efisien.
filtrasi dapat pula mereduksi kandungan b. Kedalaman, ukuran dan jenis media
bakteri, menghilangkan warna, rasa, bau, Partikel tersuspensi yang terdapat pada
besi dan mangan. influen akan tertahan pada permukaan

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 2


filter karena adanya mekanisme filtrasi. daerah gambut. Oleh karena itu,
Oleh karena itu, efisiensi filter penelitian ini akan membahas tentang
merupakan fungsi karakteristik dari pengolahan air sumur daerah gambut
filter bed, yang meliputi porositas dari dengan mengaplikasikan biosand filter
ratio kedalaman media terhadap dengan penambahan media karbon (arang
ukuran media. Tebal tidaknya media kayu).
akan mempengaruhi lama pengaliran
dan besar daya saring. Demikian pula METODOLOGI PENELITIAN
dengan ukuran (diameter) butiran Adapun langkah kerja pada penelitian
media berpengaruh pada porositas dan ini adalah sebagai berikut.
daya saring. 1. Membuat reaktor biosand filter dari
c. Kualitas air baku pipa PVC diameter 6” dan tinggi 150
Kualitas air baku akan mempengaruhi cm.
efisiensi filtrasi, khususnya kekeruhan. 2. Mempersiapkan bahan-bahan dan
Kekeruhan yang terlalu tinggi akan media-media filtrasi, yaitu air, karbon
menyebabkan ruang pori antara (arang kayu), pasir kuarsa, dan kerikil.
butiran media cepat tersumbat. Oleh 3. Mengayak pasir kuarsa dan kerikil.
karena itu dalam melakukan filtrasi Pengayakan dilakukan dengan cara
harus dibatasi kandungan kekeruhan manual untuk menentukan effective
dari air baku yang akan diolah. size (ES) dan uniformity coefficient
Tingginya tingkat kebutuhan (UC) yang telah ditentukan
masyarakat di daerah gambut akan air sebelumnya untuk masing-masing
bersih membuat penelitian ini sangat media penyaringan.
penting dilakukan, karena sistem 4. Mencuci media yang telah diayak.
pengolahannya sederhana sehingga Pencucian dilakukan supaya kotoran-
diharapkan dapat menghasilkan air bersih kotoran yang terdapat dalam media
untuk keperluan sehari-hari. Berdasarkan filtrasi dapat hilang. Kemudian, media
penelitian Suterisno (2011) biosand filter dikeringkan dengan cara dijemur
dengan penambahan media karbon ditempat terbuka.
mampu menurunkan kadar organik air 5. Memasukkan media-media filtrasi
gambut dari 158 mg/l KMnO4 menjadi yang telah dibersihkan kedalam
4,1 mg/l KMnO4, menaikkan pH air reaktor dengan ketebalan yang telah
gambut dari 4,03 hingga 5,6. Penambahan direncanakan. Urutan pengisian
media karbon (arang kayu) sebagai media dimulai dari kerikil dengan ketebalan
penyaringan berguna untuk 15 cm, pasir dengan ketebalan 45 cm
menghilangkan bau. Maka penelitian ini dan arang kayu dengan ketebalan 15
bertujuan untuk: cm.
1. membuat alat pengolahan air sumur 6. Melakukan proses aklimatisasi, yaitu
daerah gambut sederhana berupa menumbuhkan lapisan biofilm pada
biosand filter, reaktor. Agar terbentuk lapisan biofilm,
2. mengetahui efisiensi penggunaan biosand filter dialiri dengan air sumur
biosand filter dengan penambahan selama ± 7 hari.
media karbon (arang kayu), 7. Setelah lapisan biofilm terbentuk, air
3. mengevaluasi air hasil pengolahan sumur daerah gambut dimasukkan ke
berdasarkan parameter pH, bau dan dalam biosand filter dengan kecepatan
kandungan organik. aliran 0,25 m3/m2/jam secara kontinu.
Berdasarkan penelitian-penelitian Proses ini disebut dengan running.
terkait yang dilakukan sebelumnya, dapat Running dilakukan selama 22 jam, hal
diketahui bahwa biosand filter berpotensi ini dilakukan untuk mengetahui
digunakan untuk pengolahan air sumur kemampuan biosand filter dalam

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 3


menyaring air sebanyak 100 liter. 7,0 30,00
26,00
Agar lapisan atas media filtrasi tidak 6,0
24,00 24,00
25,00
mengalami kerusakan saat air gambut 20,00
5,0
dimasukkan, maka digunakan diffuser 18,00
20,00

% peningkatan
plate. 4,0

nilai pH
inlet
15,00

8. Melakukan pengujian kualitas air pada 3,0 5,9 6,0 6,2 6,2 6,3
outlet

5,0 5,0 5,0 5,0 5,0


inlet dan outlet biosand filter yaitu 2,0
10,00 efisiensi

pengujian pH, bau kandungan organik. 1,0


5,00

9. Membersihkan dan mengeringkan


0,0 0,00
kembali media penyaringan jika 1 2 3
Running ke
4 5

proses penyaringan telah


dilaksanakan.
Gambar 1. Grafik peningkatan dan efisiensi
peningkatan nilai pH pada masa
HASIL DAN PEMBAHASAN running
Dalam penelitian ini dilakukan analisis Grafik pada Gambar 1
terhadap biosand filter. Biosand filter memperlihatkan adanya perubahan
mempunyai ketebalan media arang kayu efisiensi penggunaan biosand filter pada
15 cm, pasir 45 cm dan keriki 15 cm dan outlet. Persentase peningkatan nilai pH
kecepatan aliran 0,25 m3/m2 jam. terletak pada rentang 18,00 % hingga
Dari hasil penelitian dan perhitungan 26,00 %. Efisiensi tertinggi yang dicapai
diperoleh persentase peningkatan pH sebesar 26,00 % dengan peningkatan nilai
pada outlet biosand filter. Peningkatan pH sebesar 1,3 pada running ke 5. Nilai
nilai pH dan efisiensi peningkatan nilai efisiensi ini belum mampu meningkatkan
pH pada masa running dapat dilihat pada nilai pH air gambut hingga mencapai pH
Tabel 1 dan Gambar 1 berikut. netral yang disyaratkan, meskipun terlihat
kenaikan yang signifikan. Belum
Tabel 1.Peningkatan nilai pH dan mampunya biosand filter meningkatkan
efisiensi filter nilai pH ini juga dikarenakan oleh terlalu
Running pH meter Peningkatan rendahnya nilai pH air.
ke inlet Outlet % Penurunan nilai Kadar zat organik
1 5,0 5,9 18,00 (KMnO4) dan efisiensi penurunan Kadar
2 5,0 6,0 20,00 zat organik (KMnO4) pada masa running
3 5,0 6,2 24,00 dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2
4 5,0 6,2 24,00 berikut.
5 5,0 6,3 26,00
Sumber : hasil penelitian, 2014 Tabel 2.Kadar zat organik (KMnO4) pada
masa running
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa
nilai pH saat masa running pada inlet Zat Organik
Running Penurunan
adalah 5,0. Setelah air melewati biosand (mg/L)
%
filter, nilai pH mengalami peningkatan Ke Inlet Outlet
hingga mencapai nilai maksimum pada 1 9,9 3,9 60,61
nilai 6,3. . Peningkatan dan persentase 2 9,9 5,4 45,45
peningkatan nilai pH pada masa running 3 9,9 0,8 91,92
dapat dilihat dalam grafik pada Gambar 4 9,9 1,5 84,85
1. 5 9,9 1,7 82,83
Sumber : hasil penelitian, 2014

Berdasarkan Tabel 2 di atas terlihat


bahwa kadar organik (KmnO4) pada inlet

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 4


adalah 9,9 mg/l pada running ke-1 mikroorganisme hidup di dalamnya,
sampai ke-5. Penurunan kadar KMnO4 mikroorganisme ini membentuk lapisan
pada masa running diperlihatkan dalam Schmutzdecke atau lapisan biofilm.
grafik dalam Gambar 2 berikut: Mikroorganisme pada lapisan biofilm ini
mampu menyisihkan bahan organik,
12
91,92
84,85
100,00 karena bahan organik itu sendirilah yang
82,83

10
90,00

80,00
menjadi makanan baginya untuk dapat
8
9,9
60,61
9,9 9,9 9,9 9,9
70,00 terus hidup (Edwardo, 2013). Hal yang
sama juga terjadi pada penelitian yang

% penurunan
60,00
zat organik

45,45
inlet
6 50,00

5,4
40,00 outlet dilakukan Raufanto (2012) yang meneliti
4
3,9
30,00

20,00
efisiensi
air gambut menggunakan biosand filter
2

0,8 1,5 1,7


10,00 dengan sistem kontinu dan Edwardo
0
1 2 3 4 5
0,00
(2013) yang meneliti air gambut
running ke
menggunakan batu apung dengan sistem
Gambar 2. Grafik penurunan dan efisiensi batch.
penurunan kandunagan organik Menurut Ashari (2012) dalam
bisand filter penelitian tentang pengaruh ketebalan
lapisan dan ukuran butiran pada media
Grafik pada Gambar 2 di atas penyaringan biosand filter untuk
memperlihatkan efisiensi penurunan pengolahan air gambut, hasil terbaik yang
kadar organik air sumur daerah gambut didapat mampu menurunkan kadar
pada outlet biosand filter dari running ke- organik dengan efisiensi sebesar 90,27 %.
1 sampai ke-5. Efisiensi pada biosand Adapun dalam penelitian ini, hasil terbaik
filter ini berkisar antara 45,45 % hingga yang didapat yaitu biosand filter mampu
91,92 %. Efisiensi tertinggi yang terjadi menurunkan kadar organik dengan
adalah 91,92 % dengan penurunan efisiensi sebesar 91,92 %.
kandungan organik menjadi 0,8 mg/l Perbandingan kualitas air sumur
pada running ke-3. Grafik di atas daerah gambut hasil penelitian dengan
menunjukkan meningkatnya efisiensi Permenkes nomor 416 tahun 1990 juga
media filter dalam mereduksi kandungan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
organik. Dari grafik terlihat bahwa, pada
masa running biosand filter mampu Tabel 3. Perbandingan kualitas air sumur
menurunkan kadar organik dari 9,9 mg/l daerah gambut hasil penelitian
(hampir mencapai nilai maksimal yang dengan Permenkes nomor 416
disyaratkan Permenkes nomor 416 tahun tahun 1990
1990 untuk air bersih yaitu 10 mg/l) Parameter Satuan
Biosan filter Syarat
Hasil
maksimal
hingga 0,8 mg/l. Dari grafik juga terlihat inlet outlet
running

bahwa, terjadi penurunan efisiensi, hal ini tidak


- 5,0 6,3 6,5 - 9
disebabkan oleh jenuhnya pasir kuarsa di pH memenuhi
mg/l 9,9 0,8 10
dalam biosand filter karena dialiri air KMnO4 memenuhi
Tidak Tidak
gambut secara terus-menerus selama 22 Bau
- Bau
berbau berbau
memenuhi

jam. Dari grafik terlihat pada running ke


2 (jam ke 4) terjadi peningkatan Berdasarkan Tabel 3, dapat
kandungan organik, hal ini disebabkan disimpulkan bahwa parameter bau sudah
karena lapisan biofilm belum terbentuk memenuhi persyaratan kualitas
sempurna sehingga jumlah bakteri di Permenkes. Parameter kandungan
biofilm belum cukup untuk organik terbaik pada outlet mencapai
menghilangkan zat organik. Partikel zat nilai 0,8 mg/l. Untuk parameter pH, nilai
organik direduksi karena adanya aktivitas pH optimal yang mampu dicapai setelah
biologis. Di dalam aktivitas biologis ini melalui biosand filter adalah 6,3, nilai ini

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 5


belum memenuhi persyaratan kualitas air. sumur daerah gambut dengan
Ketidakmampuan biosand filter menggunakan biosand filter, maka
menaikkan nilai pH hingga mencapai sebaiknya melakukan identifikasi
nilai yang disyaratkan disebabkan oleh terlebih dahulu parameter kualitas air
sangat rendahnya pH air sumur daerah yang akan dijadikan air baku, supaya
gambut pada inlet. Nilai lebih yang dapat air hasil olahan mencapai nilai optimal
dikedepankan adalah biosand filter ini yang diinginkan.
tidak menggunakan bahan-bahan kimia 2. Untuk menjaga kualitas air yang
serta sangat ekonomis dan mudah dalam dihasilkan, biosand filter ini
pembuatan dan perawatannya. memerlukan pemeliharaan berupa
penggantian media karbon serta
KESIMPULAN DAN SARAN pencucian media pasir dan kerikil jika
Berdasarkan hasil penelitian dan kualitas air yang dihasilkan sudah
pembahasan yang dilakukan terhadap mulai memburuk.
biosand filter dengan penambahan 3. Diperlukan penelitian lebih lanjut
lapisan media karbon (arang kayu) yang mampu meningkatkan nilai pH
diambil beberapa kesimpulan sebagai hingga mencapai nilai minimum yang
berikut. disyaratkan oleh Peraturan Menteri
1. Biosand filter menghasilkan efisiensi Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990
terbaik dalam menaikkan nilai pH yaitu 6,5. Usaha tersebut dapat
sebesar 26,00 %, menurunkan dilakukan dengan dengan penambahan
kandungan organik air sumur daerah bahan kimia berupa koagulan dan
gambut sebesar 91,92 %, kapur. Selain itu dapat juga dilakukan
menghilangkan bau dan membutuhkan penelitian dengan biosand filter tetapi
waktu 22 jam untuk menyaring air menghasilkan debit yang besar
sebanyak 100 liter. menggunakan sistem kontinu dengan
2. Karena debit yang dihasilkan sangat cara memperbesar luas penampang
kecil, sehingga reaktor biosand filter saringan.
yang terbuat dari pipa PVC diameter
6” belum efektif diaplikasikan untuk
memenuhi kebutuhan air bersih. DAFTAR PUSTAKA
3. Dari hasil penelitian, secara Ashari, Frengki. 2012. Variasi
keseluruhan menunjukkan bahwa Ketebalan Lapisan dan Ukuran
biosand filter mampu memperbaiki Butiran Media Penyaringan pada
kualitas air sumur daerah gambut Biosand Filter untuk Pengolahan
untuk parameter kandungan organik Air Gambut. Tugas Akhir Teknik
dan bau. Sedangkan untuk parameter Sipil Universitas Riau.
pH belum mampu mencapai nilai yang Edwardo, Anderson. 2013. Pengolahan
ditetapkan Peraturan Menteri Air Gambut dengan Media Filter
Kesehatan RI Batu Apung. Tugas Akhir Teknik
No.416/Menkes/PER/IX/1990 tentang Sipil Universitas Riau.
Persyaratan Kualitas Air Bersih yaitu Edahwati, Luluk. 2000. Kombinasi
6,5-9. Proses Aerasi, Adsorpsi, dan
Berdasarkan hasil dan pembahasan Filtrasi pada Pengolaha Air
dalam penelitian ini, serta pengalaman di Limbah Industri Perikanan. Jurnal
lokasi penelitian, maka dapat diperoleh Teknik Lingkungan: 79-83.
saran untuk rekan-rekan peneliti yang Peraturan Menteri Kesehatan
akan meneliti air sumur daerah gambut. No.416/MEN.KES/per/IX/1990
1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih tentang Syarat-syarat dan
baik dalam memperbaiki kualitas air Pengawasan Kualitas Air.

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 6


Roufanto, Vicry. 2012. Pengaruh
Variasi Kecepatan Filtrasi dan
Ketebalan Lapisan Media
Penyaringan pada Biosand Filter
dengan Sistem Kontinu untuk
Pengolahan Air Gambut. Tugas
Akhir Teknik Sipil Universitas
Riau.
Suterisno, Fadly. 2011. Pengolahan Air
Gambut Menggunakan Biosand
Filter dengan Penambahan Media
Karbon dari Arang Tempurung
Kelapa dan Kayu. Tugas Akhir
Teknik Sipil Universitas Riau.
Suryana H, Rifda. 2013 Analisis
Kualitas Air Sumur Dangkal Di
Kecamatan Biringkanayya Kota
Makassar. Tugas Akhir Teknik
Sipil Universitas Hasanuddin
Makassar

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 7

You might also like