You are on page 1of 54

PENERAPAN STRATEGI READING GUIDE KOMBINASI ACTIVE DEBATE UNTUK

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DALAM PROSES PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA KELAS VIII D

SMP NEGERI 1 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Laporan Penelitian Tindakan Kelas

Disusun Untuk memenuhi sebagian tugas dalam menempuh


mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas Program Studi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Diajukan Oleh:

ERMA RAHMAWATI

A220130019

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

11
2
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dapat dipandang salah satu wahana untuk meningkatkan

pengetahuan mengenai suatu pembelajaran, dengan pendidikan peserta didik

diharapkan mengerti dan dapat memahami materi yang disampaikan. Pendidikan

diharapkan mampu menciptakan generasi penerus bangsa yang cerdas dan berbudi

luhur. Pendidikan juga perlu untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas agar dapat memecahkan masalah dalam kehidupan di masa kini

maupun di masa yang akan datang.

Guru sebagai penentu keberhasilan pendidikan, karena mempunyai peran

yang sangat penting dalam pengelolaan proses pembelajaran. Mengajar

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan sistem proses

pembelajaran antara peserta didik dan sekolah. Guru sering mendapat berbagai

masalah untuk meningkatkan keaktifan dan konsentrasi siswa dalam proses

pembelajaran. Minat belajar siswa yang rendah menjadi salah satu penyebab

timbulnya suatu permasalahan di dalam proses pembelajaran.

Menurut Slameto (1991: 57), minat adalah kecenderungan hati yang tinggi

terhadap sesuatu. Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang.

Menurut Winkel (1983: 38), minat adalah kecederungan untuk menetap dan

merasa tertarik pada bidang-bidang tertentu. Berdasarkan pengertian di atas,

1
3
3

berarti minat siswa ditandai dengan rasa senang atau ketertarikan pada suatu objek

disertai dengan adanya pemusatan perhatian kepada objek yang dituju.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Nur Chayati selaku guru

pengampu mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas VIII SMP

Negeri 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2016/2017 terdapat

kecenderungan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tidak

diminati oleh peserta didik. Salah satunya kelas VIII D terbukti pada saat proses

pembelajaran berlangsung minat belajar siswa masih rendah. Siswa yang sungguh-

sungguh memperhatikan guru dan memiliki minat belajar hanya 13 anak dari 32

peserta didik, sisanya 19 siswa tidak memiliki minat belajar dan cenderung sibuk

dengan hal lain di luar konteks pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Kurangnya minat belajar peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dapat dilihat dari intensitas siswa untuk bertanya dan

mengemukakan pendapat masih rendah, anak cenderung diam mendengarkan materi

yang disampaikan oleh guru, ngobrol dengan teman sebangku, siswa kurang bisa

memberi tanggapan dan tidak berani menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru,

ketika diberi kesempatan untuk bertanya peserta didik hanya diam, disuruh menjawab

pertanyaan tidak bisa, dan cederung pasif selama proses pembelajaran berlangsung.

Ibu Nur Chayati selaku guru pengampu mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan telah menerapkan berbagai solusi untuk meningkatkan minat

belajar peserta didik. Upaya yang telah dilakukan antara lain menggunakan

strategi pembelajaran yang diselingi humor, ceramah bervariasi, menjelaskan

materi tidak terlalu banyak, penugasan, memberikan motivasi agar kepercayaan


4
4

diri siswa muncul, mengubah cara mengajar dengan media seperti LCD dan

gambar, dan menggunakan metode diskusi untuk memecahkan suatu masalah

yang telah diberikan serta dipresentasikan di depan kelas. Berbagai solusi tersebut

ternyata belum berhasil untuk meningkatkan minat belajar siswa karena pada saat

menggunakan metode ceramah terdapat anak yang pasif, ramai sendiri, ngobrol

dengan temannya. Pada saat menggunakan metode diskusi peserta didik diam dan

terkadang membuat gaduh sehingga suasana proses pembelajaran menjadi tidak

kondusif.

Minat belajar yang rendah secara tidak langsung akan mempengaruhi

tercapainya tujuan pembelajaran, termasuk Pendidikan Kewarganegaraan. Solusi

alternatif yang ditawarkan adalah melalui penerapan strategi pembelajaran

Reading Guide kombinasi Active Debate. Penerapan kedua strategi tersebut

diharapkan dapat meningkatkan minat belajar peserta didik dalam proses

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan uraian latar belakang

masalah di atas, maka dipandang cukup penting untuk melakukan Penelitian

Tindakan Kelas tentang “Penerapan Strategi Reading Guide Kombinasi Active

Debate untuk Meningkatkan Minat Belajar dalam Proses Pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 1 Kartasura

Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2016/2017”.


5
5

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan bagian penting dan harus ada dalam

penulisan karya ilmiah. Setiap peneliti sebelum melakukan penelitian harus

mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada. Berdasarkan latar belakang

masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah

melalui Penerapan Strategi Reading Guide kombinasi Active Debate dapat

Meningkatkan Minat Belajar dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun

Pelajaran 2016/2017?”.

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan penelitian

merupakan upaya pokok yang akan dikerjakan di dalam pemecahan masalah. Tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

a. Untuk meningkatkan perhatian siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

b. Untuk meningkatkan kesungguhan belajar siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

c. Untuk meningkatkan berpikir kritis siswa dalam proses

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

d. Untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.


6
6

e. Untuk meningkatkan kemampuan kerjasama dan kepemimpinan

siswa.

f.Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

g. Untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam proses

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

h. Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

i. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan minat belajar melalui penerapan strategi Reading

Guide kombinasi Active Debate dalam proses pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Kartasura Kabupaten

Sukoharjo Tahun Pelajaran 2016/2017.

D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian

Penelitian adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memberikan

gambaran yang nyata terhadap suatu permasalahan. Setiap penelitian diharapkan

memiliki manfaat yang jelas. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis
7
7

a. Mendapatkan teori baru tentang upaya meningkatkan minat belajar

siswa dalam proses pembelajaran aktif di kelas melalui penerapan strategi

Reading Guide kombinasi Active Debate.

b. Menambah wawasan dan pemahaman guru Pendidikan

Kewarganegaraan mengenai manfaat penerapan strategi Reading Guide

kombinasi Active Debate dalam proses pembelajaran yang kreatif dan

inovatif.

c. Kajian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk kegiatan penelitian

selanjutnya yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi siswa

1) Untuk meningkatkan minat siswa terhadap proses pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan.

2) Siswa dapat memperoleh pengalaman langsung yang menyenangkan

sehingga akan tercapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan harapan.

3) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan.

4) Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dalam pembelajaran.

5) Meningkatkan keterampilan dan kepemimpinan siswa dalam

pembelajaran.

6) Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.


8
8

7) Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

8) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

b. Manfaat bagi guru

1) Untuk memberi motivasi para guru agar mengembangkan

keterampilan dalam mengajar khususnya dalam mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan.

2) Untuk pengembangan materi mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan lebih inovatif.

3) Memperoleh strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan

minat belajar siswa.

4) Untuk mempermudah proses pembelajaran di kelas.

5) Untuk mendapatkan umpan balik (feed back) materi pelajaran.

c. Manfaat bagi sekolah

1) Untuk mengembangkan profesionalisme guru.

2) Menjadikan sekolah lebih berkualitas dan mempunyai daya saing

yang tinggi dengan sekolah lain.

3) Dapat memberi masukan bagi sekolah dalam perbaikan kegiatan

pembelajaran.
9
9

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

Penyampaian materi pelajaran di kelas mempunyai permasalahan yang sangat

bervariasi. Setiap siswa dalam satu kelas mempunyai karakteristik kemampuan yang

berbeda-beda. Mulai dari tingkat minat belajar siswa yang rendah, sering tidak

memperhatikan guru saat pembelajaran di kelas, dan merasa Pendidikan

Kewarganegaraan kurang penting. Hal ini merupakan faktor-faktor yang menjadi

penyebab munculnya beberapa permasalahan yang dihadapi guru selama proses

pembelajaran berlangsung. Permasalahan yang sedang dihadapi guru Pendidikan

Kewarganegaraan khususnya pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kartasura

Kabupaten Sukoharjo, yaitu kurangnya minat belajar siswa dalam proses pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan hal tersebut, kajian ini mencoba

mengajukan strategi pembelajaran Reading Guide kombinasi Active Debate. Semua

itu dipaparkan dalam kajian teoritis sebagaimana uraian berikut ini agar dapat ditelaah

secara mendalam.

1. Dinamika Paradigma Pembelajaran


10
10

a. Pengertian dinamika. Menurut Purwandari (2010), dinamika mengandung

arti tenaga, kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara

memadai terhadap keadaan. Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

(2005:265), dinamika diartikan sebagai gerak (dari dalam), tenaga yang menggerakkan

dan semangat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dinamika

merupakan suatu tenaga yang menggerakan kekuatan dan semangat yang berkembang

dapat menyesuaikan diri terhadap keadaan8yang sifatnya dinamis.

b. Pengertian paradigma. Menurut Sudjana (1990:7), paradigma adalah suatu acuan

dasar atau rencana verbal dalam bentuk diagram untuk menggambarkan atau

menjelaskan ciri-ciri dasar dari fenomena yang sedang dipelajari dan terutama

berfungsi sebagai penunjuk bagi pelaksanaan suatu penelitian. Paradigma adalah cara

berpikir atau kerangka berpikir untuk suatu penelitian. Menurut Ratna (2010:39),

paradigma didefinisikan sebagai berikut:


Seperangkat keyakinan mendasar, semacam pandangan dunia yang berfungsi
untuk menuntun tindakan-tindakan manusia, baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun karya ilmiah. Paradigma membatasi sekaligus memperluas obyek,
paradigma mengarahkan pada perumusan permasalahan dengan cara-cara
pemecahannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa paradigma merupakan suatu

acuan dasar yang menggambarkan pandangan dunia atau menjelaskan ciri-ciri dasar

yang sedang dipelajari untuk menentukan tindakan-tindakan manusia baik dalam

kehidupan sehari-hari maupun karya ilmiah untuk mengarahkan pada perumusan

permasalahan dengan cara-cara pemecahannya.

c. Pengertian paradigma pembelajaran. Menurut Ahmadi dkk. (2011:223),

paradigma pembelajaran yang mampu mengusik hati siswa untuk membangkitkan

keinginan mereka menjadi fokus pertama dalam mengembangkan fasilitas belajar.


11
11

Paradigma hati tersebut akan membangkitkan sikap positif terhadap belajar, sehingga

siswa siap melakukan olah pikir, rasa, dan raga dalam belajar. Berdasarkan uraian di

atas dapat disimpulkan bahwa paradigma pembelajaran merupakan acuan dasar dalam

menjelaskan ciri-ciri dasar yang sedang dipelajari untuk membangkitkan sikap positif,

sehingga siswa dapat mengolah kemampuannya dalam belajar.


d. Perkembangan paradigma pembelajaran. Menurut Trianto (2011:4-5),

masalah utama dalam pembelajaran dewasa ini adalah rendahnya daya serap peserta

didik. Hasil pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah

dimensi peserta didik. Arti subtansinya, proses pembelajaran masih memberikan

dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara

mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya. Menurut Makagiansar

sebagaimana yang dikutip Trianto (2011: 4), terdapat tujuh macam pergeseran

paradigma di masyarakat, antara lain:


1) Pola belajar secara terminal ke pola belajar sepanjang hayat.
2) Belajar berfokus hanya pada penguasaan pengetahuan saja menjadi berfokus

pada sistem belajar secara holistik.


3) Hubungan antara guru dan pelajar yang senantiasa konfrontatif menjadi sebuah

hubungan bersifat kemitraan.


4) Penekanan skolastik bergeser menjadi penekanan berfokus pada nilai.
5) Era globalisasi bertambah dengan adanya buta teknologi, budaya, dan

komputer.
6) Sistem kerja terisolasi, bergeser menjadi sistem kerja melalui tim.
7) Konsentrasi eksklusif kompetitif menjadi sistem kerjasama.
2. Kajian tentang Strategi Reading Guide
a. Pengertian strategi. Menurut Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(1989: 859), strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan mencapai sasaran

tertentu. Menurut Zain dkk. (2010: 5), strategi merupakan garis-garis besar haluan

untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Berdasarkan
12
12

uraian teori di atas dapat disimpulkan bahwa strategi adalah suatu rencana tindakan

yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran khusus.


b. Pengertian strategi Reading Guide. Menurut Hamruni (2012: 160-161), Reading

Guide merupakan pembelajaran yang berbasis bacaan (teks) agar proses membaca ini

bisa efektif, maka guru memberikan pedoman (guide) membaca. Pedoman ini berisi

pertanyaan yang harus dijawab siswa berdasarkan isi bacaan (teks).

c. Kelebihan strategi Reading Guide. Menurut Suhatman (2013), ada beberapa

kelebihan Reading Guide, yaitu:

1) Peserta didik lebih berperan aktif.

2) Materi dapat diselesaikan dalam kelas.

3) Menumbuhkan motivasi peserta didik untuk gemar membaca.

4) Membangkitkan minat membaca.

5) Peserta didik dituntun untuk teliti dalam menjawab soal.

6) Guru mudah mengetahui kelemahan dan kelebihan siswa dalam

membaca.

7) Adanya keseimbangan dalam mengembangan ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

8) Guru mudah mengetahui, memahami peserta didik yang malas dan rajin.

d. Kelemahan strategi Reading Guide. Menurut Suhatman (2013), ada beberapa

kelemahan Reading Guide, yaitu:

1) Kurang efektif dalam membaca karena singkatnya waktu.

2) Siswa yang bosan dengan bacaan pasti tidak berminat untuk mencari jawaban.

3) Kadang membuat jenuh peserta didik.

4) Siswa yang lemah dalam membaca akan tertinggal.


13
13

e. Langkah-langkah penerapan strategi Reading Guide. Menurut Setyadi dan

Muhibbin (2011: 29-30), langkah-langkah penerapan Reading Guide, yaitu sebagai

berikut:
1) Guru memberikan teks/bacaan pada siswa.
2) Siswa membaca teks/bacaan tersebut.
3) Guru memberikan panduan membaca.
4) Siswa mencari kata-kata penting sebagai bahan menjawab pertanyaan dalam

panduan.
5) Klarifikasi dibantu oleh guru.
3. Kajian mengenai Strategi Active Debate
a. Pengertian strategi. Secara umum strategi merupakan garis-garis besar haluan

untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Menurut J.R

David sebagaimana dikutip Sanjaya (2011:126) “strategi diartikan sebagai a plan, a

method, or series of activities designed to achieves a particular aducational goal”.

Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang

rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.


Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan dan pemanfaatan sumber

daya yang ada dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran disusun mulai dari

penyusunan langkah-langkah dalam pembelajaran sampai cara tercapainya tujuan.

Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.
b. Pengertian strategi Active Debate. Menurut Haryono (2009), “metode debat

merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan

kemampuan akademik siswa”. Hal tersebut sebagaimana dinyatakan Martini (2010:21)

bahwa “teknik debat aktif adalah cara untuk mencapai suatu tujuan (lebih bersifat

implementatif) dengan pembelajaran berbicara dengan menyajikan tema kontroversi

yang menarik untuk diperdebatkan”.


c. Kelebihan strategi Active Debate. Menurut Pastowo (2010), penerapan strategi

Active Debate memiliki sejumlah kelebihan yaitu:


1) Berpusat pada peserta didik.
14
14

2) Penekanan pada menemukan pengetahuan bukan menerima pengetahuan.


3) Sangat menyenangkan.
4) Memberdayakan semua potensi dan indra peserta didik.
5) Menggunakaan metode yang bervariasi.
6) Menggunakan banyak media. Disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah

ada.
d. Kelemahan strategi Active Debate. Martini (2010:24) mengemukakan

beberapa kelemahan strategi Active Debate (debat aktif) sebagai berikut:


1)Pembicaraan terkadang menyimpang sehingga memerlukan waktu yang panjang

dan pengaturan acara yang tepat.


2)Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan

diri.
3)Kegaduhan terjadi karena siswa tidak sabar ingin berpendapat.
e. Langkah-langkah penerapan strategi Active Debate. Menurut Zaini dkk.

(2010:38) langkah-langkah penerapan strategi Active Debate (debat aktif) yaitu:


1) Kembangkan sebuah pernyataan yang kontroversial yang berkaitan dengan

materi pelajaran atau perkuliahan.


2) Bagi kelas kedalam dua tim. Mintalah satu kelompok yang “pro” dan

kelompok yang “kontra”.


3) Buat dua sampai empat sub kelompok dalam masing-masing kelompok debat.
4) Siapkan dua sampai empat kursi (tergantung pada jumlah kelompok yang ada)

untuk para juru bicara pada kelompok “pro” dan jumlah kursi yang sama pada

kelompok “kontra”. Siswa atau mahasiswa yang lain duduk dibelakang para juru

bicara. Mulailah debat dengan para juru bicara mempresentasikan argumen

pandangan mereka.
5) Setelah mendengar argumen pembuka, hentikan debat dan kembali ke sub

kelompok. Setiap sub kelompok untuk mempersiapkan argumen mengkaunter

argumen pembuka dari kelompok lawan. Setiap sub kelompok memilih juru bicara,

usahakan yang baru.


6) Lanjutkan kembali debat, juru bicara yang saling berhadapan diminta untuk

memberikan kaunter argumen. Ketika debat berlangsung, peserta yang lain didorong
15
15

untuk memberikan catatan yang berisi usulan argumen atau bantahan. Mintalah

mereka untuk bersorak atau bertepuk tangan unntuk masing-masing argumen dari

para wakil kelompok.


7) Pada saat yang tepat akhiri debat. Tidak perlu menentukan kelompok mana

yang menang, diskusikan apa yang peserta didik pelajari dari pengalaman debat

tersebut. Minta peserta didik untuk mengidentifikasi argumen yang paling baik

menurut mereka.

4. Kajian mengenai Strategi Reading Guide Kombinasi Active Debate


a. Pengertian kombinasi. Menurut Tim Redaksi Besar Bahasa Indonesia

(1989: 452), kombinasi adalah gabungan beberapa hal (pengertian, perkara,

pasukan, dan lain-lain). Menurut Putra (2002), kombinasi adalah campuran,

gabungan, atau susunan dari semua atau sebagian elemen dari suatu himpunan

yang tidak mementingkan urutan elemen. Berdasarkan uraian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa kombinasi adalah susunan beberapa hal yang tidak

memperhatikan urutan, jadi kombinasi merupakan penggabungan beberapa hal

tanpa memperhatikan susunan urutan yang benar.


b. Pengertian strategi Reading Guide kombinasi Active Debate. Strategi

Reading Guide kombinasi Active Debate adalah perpaduan dua strategi pembelajaran

yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa. Peserta didik yang

melakukan strategi Reading Guide kombinasi Active Debate diharapkan dapat

meningkatkan minat membaca dan lebih menghargai perasaan orang lain serta lebih

bertanggungjawab.
16
16

c. Kelebihan strategi Reading Guide kombinasi Active Debate. Berdasarkan

kajian teori sebagaimana dipaparkan di atas terdapat beberapa kelebihan dari

Reading Guide kombinasi Active Debate, yaitu:


1) Membangkitkan minat membaca peserta didik.
2) Menumbuhkan motivasi peserta didik untuk gemar membaca.
3) Melatih siswa bertanggungjawab, bisa menghargai orang lain.
4) Menjadikan siswa mempunyai rasa percaya diri, tidak malu, dan tegas.
5) Memberi kesempatan siswa untuk menuangkan ide dan pendapatnya.
6) Siswa lebih aktif mengikuti pembelajaran sehingga mengurangi rasa

kejenuhan.

d. Kelemahan strategi Reading Guide kombinasi Active Debate. Beberapa

kelemahan yang dihadapi dalam menerapkan strategi Reading Guide kombinasi

Active Debate adalah:

1) Memerlukan waktu yang lama.


2) Kadang membuat jenuh peserta didik.
3) Siswa yang bosan dengan bacaan pasti tidak berminat untuk mencari jawaban.
4) Kelas akan menjadi gaduh dan berisik dengan perdebatan siswa maupun dalam

bermain perannya.
5) Bagi siswa yang kurang bisa mengutarakan atau jarang berbicara di depan

maka peserta didik tidak akan memperhatikan.


6) Keadaan kelas kurang kondusif.

e. Langkah-langkah penerapan strategi Reading Guide kombinasi Active

Debate. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan langkah-langkah penerapan

strategi Reading Guide kombinasi Active Debate sebagai berikut:

1) Guru memberikan teks/bacaan pada siswa.


2) Siswa membaca teks/bacaan tersebut.
3) Guru memberikan panduan membaca.
4) Siswa mencari kata-kata penting sebagai bahan menjawab pertanyaan dalam

panduan.
5) Klarifikasi dibantu oleh guru.
17
17

6) Kembangkan sebuah pernyataan yang kontroversial yang berkaitan dengan

materi pelajaran.
7) Bagi kelas kedalam dua tim. Mintalah satu kelompok yang “pro” dan

kelompok yang “kontra”.


8) Buat dua sampai empat sub kelompok dalam masing-masing kelompok debat.
9) Siapkan dua sampai empat kursi (tergantung pada jumlah kelompok yang ada)

untuk para juru bicara pada kelompok “pro” dan jumlah kursi yang sama pada

kelompok “kontra”. Siswa atau mahasiswa yang lain duduk dibelakang para juru

bicara. Mulailah debat dengan para juru bicara mempresentasikan argumen

pandangan mereka. Setelah mendengar argumen pembuka, hentikan debat dan

kembali ke sub kelompok. Setiap sub kelompok untuk mempersiapkan argumen

mengkaunter argumen pembuka dari kelompok lawan. Setiap sub kelompok

memilih juru bicara, usahakan yang baru.


10) Lanjutkan kembali debat, juru bicara yang saling berhadapan diminta untuk

memberikan kaunter argumen. Ketika debat berlangsung, peserta yang lain didorong

untuk memberikan catatan yang berisi usulan argumen atau bantahan. Mintalah

mereka untuk bersorak atau bertepuk tangan unntuk masing-masing argumen dari

para wakil kelompok.


11) Pada saat yang tepat akhiri debat. Tidak perlu menentukan kelompok mana

yang menang, diskusikan apa yang peserta didik pelajari dari pengalaman debat

tersebut. Minta peserta didik untuk mengidentifikasi argumen yang paling baik

menurut mereka.
12) Guru memberikan klarifikasi.

5. Kajian mengenai Minat Belajar Siswa


18
18

a. Pengertian minat. Menurut Faturrahman dan Sulistyorini (2012:173), minat

adalah kecenderungan jiwa yang relative menetap kepada diri seseorang dan biasanya

disertai dengan perasaan senang. Menurut Berhard sebagaimana dikutip Fathurrohman

dan Sulistyorini (2012:173), minat adalah timbul atau muncul tidak secara tiba-tiba

melainkan akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau

bekerja, dengan kata lain minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab

partisipasi dalam kegiatan. Menurut Slameto (1991:180), bahwa:

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Berdasarkan pemaparan di atas, minat adalah suatu bentuk ketertarikan, perasaan suka,

dan kecenderungan terhadap suatu hal untuk memperhatikan tanpa ada yang menyuruh

dalam beraktifitas.

b. Pengertian belajar. Menurut Hamalik (2008:154), belajar adalah perubahan tingkah

laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah

ciri khas manusia dan yang membedakan dengan binatang. Menurut Witherington

sebagaimana dikutip Aunurrahman (2009:35), belajar adalah suatu perubahan di dalam

kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa

kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Menurut Hudojo

sebagaimana dikutip Fathurrohman dan Sulistyorini (2012:8), belajar merupakan

kegiatan bagi setiap orang. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa,

belajar adalah suatu proses tingkah laku manusia yang ditandai dengan adanya

perubahan pada diri seseorang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu

itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.


19
19

c. Ciri-ciri belajar. Menurut Bahruddin dan Wahyuni sebagaimana dikutip

Fathurrohman dan Sulistyorini (2012:14), menyimpulkan ada beberapa ciri-ciri belajar

yaitu:

1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior).

Artinya bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya

perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi

terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, maka tidak akan dapat

mengetahui ada tidaknya hasil belajar.

2) Perubahan perilaku relatif permanen. Artinya bahwa perubahan tingkah laku

yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah,

tetapi perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup.

3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses

belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.

4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman yang dapat

memberi penguatan. Sesuatu itu dilakukan oleh seseorang bila dihadapkan pada

materi belajar yang memperkuat akan memberikan semangat atau dorongan untuk

mengubah tingkah laku.

d. Jenis-jenis belajar. Menurut Slameto (1991:5-8), jenis-jenis belajar dapat

diuraikan menjadi beberapa hal sebagai berikut:

1) Belajar bagian (part learning, fraction learning), umumnya belajar bagian

dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas

atau ekstensif, misalnya mempelajari sajak ataupun gerakan-gerakan motoris seperti

bermain silat.
20
20

2) Belajar dengan wawasan (learning by insight). Menurut Gestalt teori wawasan

merupakan proses mereorganisasikan pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk

menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu

persoalan.

3) Belajar diskriminatif (discriminatif learning), belajar diskriminatif diartikan

sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi atau stimulus dan

kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

4) Belajar global (global whole learning), di sini bahan pelajaran dipelajari secara

keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya.

5) Belajar insidental (insidental learning), konsep ini bertentangan dengan

anggapan bahwa belajar itu selalu berarah tujuan (intensional) karena dalam belajar

insidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar.

6) Belajar instrumental (instrumental learning), pada belajar instrumental, reaksi-

reaksi seseorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah

pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal.

7) Belajar intensional (intensional learning), belajar dalam arah tujuan merupakan

lawan dari belajar insidental.

8) Belajar laten (latent learning), dalam belajar laten perubahan-perubahan tingkah

laku yang terlihat tidak terjadi secara segera dan oleh karena itu disebut laten.

9) Belajar mental (mental learning), perubahan kemungkinan tingkah laku yang

terjadi di sini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif

karena ada bahan yang dipelajari.


21
21

10) Belajar produktif (productive learning), arti belajar produktif sebagai belajar

dengan transfer yang maksimum.

11) Belajar verbal (verbal learning), belajar verbal adalah belajar mengenai materi

verbal dengan melalui latihan dan ingatan.

e. Prinsip-prinsip belajar. Menurut Slameto (1991:27-28), dengan mempelajari

uraian-uraian yang terdahulu, maka calon guru atau pembimbing seharusnya sudah

dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar yaitu prinsip belajar yang dapat

dilaksanakan dalam situasi atau kondisi yang berbeda dan oleh setiap siswa secara

individual. Prinsip-prinsip belajar itu, sebagai berikut:

1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar.

a) Siswa pada saat belajar harus berpartisipasi aktif, dengan tujuan

meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang

kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

c) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

d) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

2) Sesuai hakikat belajar.

a) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut per-

kembangannya.

b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery.


22
22

c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang

satu dengan yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.

Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang diharapkan.

3) Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari.

a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,

penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai

dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

f. Aktivitas-aktivitas belajar. Menurut Djamarah (2011: 38-45), beberapa aktivitas

belajar sebagai berikut:

1) Mendengarkan. Aktivitas mendengarkan adalah aktivitas belajar yang diakui

kebenarannya dalam dunia pendidikan dan pengajaran dalam pendidikan formal

maupun non formal. Ketika seorang guru menggunakan metode ceramah, maka

setiap siswa harus mendengarkan apa yang disampaikan.

2) Memandang. Memandang adalah suatu kegiatan yang mengarahkan

penglihatan pada suatu objek. Aktivitas memandang dalam arti belajar adalah

aktivitas memandang yang bertujuan sesuai dengan kebutuhan untuk mengadakan

perubahan tingkah laku positif. Aktivitas memandang dalam dunia pendidikan yang

dapat dikategorikan sebagai aktivitas belajar seperti halnya seorang pelajar yang

memandang papan tulis berisikan tulisan yang baru saja guru tulis. Hal ini

menimbulkan kesan dan selanjutnya tersimpan dalam otak oleh peserta didik.

3) Meraba, membau, dan mencicip/mengecap. Aktivitas meraba, membau,

dan mengecap merupakan indera manusia yang dapat dijadikan sebagai alat
23
23

untuk kepentingan belajar. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat dikatakan belajar

apabila didorong oleh kebutuhan dan motivasi untuk mencapai tujuan dengan

menggunakan situasi tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah laku.

4) Menulis atau mencatat. Menulis dan mencatat adalah kegiatan yang tidak

terpisahkan dari aktivitas belajar. Kegiatan mencatat dalam dunia pendidikan

tradisional masih sering dilakukan, walaupun pada waktu tertentu seseorang

harus mendengarkan isi ceramah dan tidak bisa mengabaikan masalah

mencatat hal-hal yang dianggap penting. Catatan sangat berguna untuk

menampung sejumlah informasi yang tidak hanya bersifat fakta-fakta, akan

tetapi juga terdiri atas materi hasil analisis dari bahan bacaan.

5) Membaca. Membaca merupakan aktivitas yang paling banyak dilakukan

selama belajar di sekolah atau perguruan tinggi. Membaca di sini diartikan

tidak mesti harus membaca bulu belaka, akan tetapi juga membaca majalah,

koran, tabloid, jurnal-jurnal hasil penelitian, catatan hasil belajar atau kuliah

dan hal lain-lain yang berhubungan dengan kebutuhan belajar.

6) Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi. Ikhtisar atau

ringkasan dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi

dalam buku untuk masa-masa yang akan datang. Membuat ikhtisar belumlah

cukup untuk keperluan belajar yang intensif. Pada hal-hal yang penting saat

membaca perlu diberi garis bawah (underlining). Hal ini sangat membantu

dalam usaha menemukan kembali materi di kemudian hari bila diperlukan.

7) Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan. Tabel,

diagram, dan bagan yang tercantum dalam buku berguna untuk memperjelas
24
24

penjelasan yang penulis uraikan, agar dapat memberikan gambaran kesan yang

baik. Adanya tabel, diagram, atau bagan dapat menumbuhkan pengertian dalam

waktu yang relatif singkat. Maka dari itu ketiga hal tersebut janganlah

diabaikan untuk diamati, karena ada hal-hal tertentu yang tidak termasuk dalam

penjelasan melalui tulisan.

8) Menyusun paper atau kertas kerja. Penulisan paper dituntut sesuai dengan

prosedur ilmiah yang baik, yaitu penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan

benar menurut ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD).

Penyusunan paper harus sesuai dengan metodologis dan sistematis, yaitu

menggunakan metode tertentu dalam penggarapannya dan menggunakan

kerangka berpikir yang logis dan kronologis.

9) Mengingat. Mengingat merupakan suatu gejala psikologis yang dapat

dilihat dari sikap dan perbuatannya. Perbuatan mengingat dapat dilakukan bila

seseorang sedang mengingat-ingat kesan yang telah dipunyai. Ingatan adalah

kemampuan untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan

menimbulkan kembali (remembering) terhadap hal-hal yang telah lampau.

Ingatan (memory) seseorang dipengaruhi oleh sifat seseorang, alam sekitar,

keadaan jasmani, keadaan rohani (jiwa), dan umur seseorang. Perbuatan

mengingat jelas sekali terlihat ketika seseorang sedang menghafal bahan

pelajaran berupa dalil, kaidah, pengertian, rumus, dan sebagainya.

10) Berpikir. Berpikir termasuk aktivitas belajar. Orang akan memperoleh

penemuan baru dengan berpikir, setidak-tidaknya tahu tentang hubungan antara


25
25

sesuatu. Ada taraf tertentu dalam berpikir, yaitu dari berpikir yang rendah

sampai taraf berpikir yang tinggi.

11) Latihan atau praktik. Latihan atau praktik adalah konsep belajar yang

menghendaki adanya penyatuan usaha untuk mendapatkan kesan-kesan dengan

cara berbuat. Berdasarkan hal ini latihan adalah belajar sambil berbuat. Latihan

termasuk cara yang baik untuk memperkuat ingatan. Melalui banyak latihan

maka kesan-kesan yang diterima akan lebih fungsional dan latihan dapat

mendukung belajar yang optimal.

g. Empat pilar belajar. Sukmadinata (2003: 201-203), menyatakan bahwa

UNESCO merumuskan adanya empat pilar, yaitu:

1) Belajar mengetahui (learning to know). Belajar megetahui ini berkenaan

dengan perolehan, penguasaan, dan pemanfaatan pengetahuan.


2) Belajar berkarya (learning to do). Belajar berkarya ini berhubungan erat

dengan belajar mengetahui, karena pengetahuan itu mendasari suatu perbuatan.


3) Belajar hidup bersama (learning to live together). Siswa dituntut belajar

untuk hidup bersama agar mampu berinteraksi, berkomunikasi, bekerja sama,

dan hidup bersama antar kelompok.


4) Belajar berkembang utuh (learning to be). Individu-individu dituntut untuk

banyak belajar mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya baik aspek

intelektual, emosi, sosial, fisik maupun moral agar dapat berkembang secara

optimal dan seimbang.


h. Fase-fase dalam proses belajar. Menurut Jerome S. Brunner (1985)

sebagaimana dikutip Muhibbin Syah (2000: 113), ada beberapa fase-fase dalam

proses belajar yaitu:


1) Fase informasi. Seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah

keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Informasi yang diperoleh


26
26

ada yang baru dan berdiri sendiri, ada juga yang berfungsi menambah,

memperhalus, memperdalam pengetahuan yang sebelumnya sudah dimiliki.


2) Fase transformasi. Informasi yang telah diperoleh dianalisis diubah atau

ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak

pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih luas, siswa

pemula dengan fase ini akan berlangsung lebih mudah apabila disertai

bimbingan dari guru yang kompeten.


3) Fase evaluasi. Seorang siswa akan menilai sampai sejauh mana pengetahuan

(informasi yang telah ditransformasikan) dapat dimanfaatkan untuk memahami

gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.

i. Faktor-faktor kesulitan belajar. Menurut Ahmadi dan Widodo (2004:78-96),

faktor-faktor penyebab kesulitan belajar adalah sebagai berikut:

1) Faktor intern atau faktor dalam diri sendiri. Faktor intern meliputi sebab yang

bersifat fisik dan sebab-sebab kesulitan belajar karena rohani. Sebab yang bersifat

fisik seperti halnya keadaan karena sakit, keadaan karena kurang sehat, dan keadaan

cacat tubuh. Sebab-sebab kesulitan belajar karena rohani berkaitan dengan

intelegensi, bakat, minat, motivasi, faktor kesehatan mental, dan tipe-tipe khusus

seorang pelajar (tipe visual, tipe auditif, dan tipe motorik).

2) Faktor orang tua. Faktor orang tua berhubungan dengan faktor keluarga terkait

bagaimana cara mendidik anak, hubungan orang tua dengan anak, dan contoh atau

bimbingan dari orang tua. Suasana rumah atau keluarga, keadaan ekonomi keluarga

(miskin/kaya), faktor sekolah, dan faktor media masa serta lingkungan sekolah juga

berpengaruh terhadap kesulitan belajar siswa.


27
27

j. Langkah-langkah mengatasi kesulitan belajar. Menurut Ahmadi dan Widodo

(2004:96-100), langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka mengatasi

kesulitan belajar dapat dilakukan melalui enam tahapan yaitu:

1) Pengumpulan data. Pengumpulan data yaitu dengan mengadakan pengamatan

secara langsung berguna untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar.

2) Pengolahan data. Digunakan untuk mengetahui secara pasti apa saja penyebab-

penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dengan cara mengidentifikasi

kasus, membandingkan antar kasus, membandingkan dengan hasil tes, dan menarik

kesimpulan.

3) Diagnosis. Diagnosis merupakan keputusan mengenai hasil dari pengolahan

data, keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab

kesulitan belajar, keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar, dan

sebagainya.

4) Prognosis. Prognosis berarti ramalan, ramalan mengenai apa yang harus

diberikan untuk membantu mengatasi masalah yang telah ditetapkan pada tahapan

diagnosis. Prognosis merupakan aktivitas penyusunan rencana atau program yang

diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar peserta didik.

5) Treatment (perlakuan). Perlakuan adalah pemberian bantuan kepada anak yang

bersangkutan (yang mengalami masalah) sesuai dengan program yang telah disusun

pada tahapan prognosis. Treatmen dapat diberikan dalam berbentuk bimbingan

belajar kelompok, individual, pengajaran remedial, bimbingan pribadi mengatasi

masalah psikologis, dan bimbingan orang tua.


28
28

6) Evaluasi. Evaluasi merupakan langkah untuk mengetahui tentang treatment

yang telah diberikan berhasil dengan baik atau gagal dengan kata lain ada kemajuan

atau gagal sama sekali. Evaluasi dapat menggunakan alat berupa tes prestasi belajar

(achievement test).

k. Pengertian minat belajar. Berdasarkan pengertian yang dipaparkan di atas dapat

disimpulkan bahwa, minat belajar adalah suatu bentuk perhatian perasaan senang,

tertarik dan bersungguh-sungguh untuk mengikuti proses pembelajaran guna mencapai

tujuan mewujudkan perubahan tingkah laku pada diri peserta didik.

l. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar. Menurut Fauzi (2013), faktor-

faktor yang mempengaruhi minat belajar yaitu:

1) Motivasi. Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baik

yang bersifat internal ataupun eksternal. Minat merupakan perpaduan keinginan dan

kemampuan yang dapat dikembangkan jika ada motivasi.


2) Bahan pelajaran dan sikap guru. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa,

akan sering dipelajari oleh siswa. Sebaliknya bahan pelajaran yang tidak menarik

siswa akan dikesampingkannya, sebagaimana yang telah disinyalir oleh Slameto

bahwa minat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap belajar, karena

bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa akan

belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.


3) Pengalaman. Keberhasilan dalam suatu aktifitas atau kegiatan menimbulkan

perasaan yang menyenangkan atau menambah aktifitas. Sedangkan kegagalan justru

menyebabkan kehilangan minat dan pengurangan aktifitas.


4) Keluarga. Orang tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga. Berdasarkan

hal tersebut keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan minat seorang siswa

terhadap pelajaran. Segala sesuatu yang diberikan oleh keluarga sangat berpengaruh
29
29

bagi perkembangan jiwa seorang siswa, oleh karena itu perhatian dan dukungan

keluarga sangat penting untuk menumbuhkan minat belajar seorang siswa.


5) Cita-cita. Setiap manusia pasti mempunyai sebuah cita-cita, termasuk juga para

siswa. Cita-cita dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Cita-cita dapat

dikatakan perwujudan minat seseorang untuk meraih keinginannya untuk

dikehidupan yang akan datang, cita-cita tersebut akan terus dikejarnya sampai dapat

meraihnya, walaupun banyak berbagai rintangan.


m. Cara membangkitkan minat belajar. Menurut Djamarah (2002:133), terdapat

beberapa macam cara yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan minat anak

didik yaitu:

1) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik sehingga dia rela

belajar tanpa paksaan.

2) Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan

pengalaman yang dimiliki anak didik sehingga anak didik mudah menerima bahan

pelajaran.

3) Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar

yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif.

4) Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks

perbedaan individual anak didik.

n. Indikator minat belajar. Berdasarkan penjabaran dari uraian Ormrod

(2008:101-105), dapat disimpulkan indikator minat belajar yaitu:

1) Siswa tertarik terhadap mata pelajaran yang diajarkan.

2) Siswa antusis mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan.

3) Perasaan senang dalam mengikuti aktivitas pembelajaran di kelas.


30
30

4) Siswa memperhatikan terhadap materi yang disampaikan guru.

5) Siswa mampu mengikuti dan menjalankan instruksi yang disampaikan guru

selama proses pembelajaran.

6) Siswa aktif selama mengikuti pembelajaran.

6. Kajian mengenai Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian proses. Menurut Sobur (2009:235), proses ialah suatu perubahan

yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Menurut Fathurrohman dan Sulistyorini

(2012:264), proses adalah cara-cara atau tahapan perubahan yang terjadi karena faktor

tertentu, misalnya proses pendidikan adalah tahapan perubahan peserta didik menuju ke

arah yang positif karena pendidikan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa proses adalah suatu perubahan tingkah laku yang terjadi karena

faktor tertentu.
b. Pengertian pembelajaran. Menurut Rusmono (2012:6-7), pembelajaran

merupakan suatu upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi terciptanya suatu

kegiatan belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang

memadai.
c. Pengertian proses pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3),

proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan interaksi antara guru dan peserta didik

dimana akan diadakan proses evaluasi hasil belajar. Menurut Krida (2012: 8), proses

pembelajaran adalah segala upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan

mengolah informasi, dengan harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam

diri siswa dan menjadi landasan belajar yang berkelanjutan, serta diharapkan adanya

perubahan-perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu peningkatan yang positif

yang ditandai dengan perubahan tingkah laku individu demi terciptanya proses belajar
31
31

mengajar yang efektif dan efisien, jadi proses pembelajaran adalah proses interaksi

antar peserta didik dan guru dalam proses belajar untuk mencapai tujuan.

d. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan. Menurut Bakri (2009:3),

Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

dalam mengembangkan kecintaan, kesetiaan, keberanian untuk berkorban

membela bangsa dan tanah air Indonesia. Menurut Syarbini (2006:4), uraian

Pendidikan Kewarganegaraan diartikan sebagaimana berikut:

Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu bidang kajian yang mempunyai


objek telaah kebajikan dan budaya kewarganegaraan, dengan menggunakan
displin ilmu pendidikan dan ilmu politik sebagai kerangka kinerja ilmuwan
pokok serta disiplin ilmu lain yang relevan yang secara koheren
diorganisasikan dalam bentuk program kurikuler kewarganegaraan, aktivitas
sosial kultural, dan kajian ilmiah kewarganegaraan.

Berdasarkan pendapat yang telah dijabarkan di atas dapat disimpulkan

Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha sadar dalam mengembangkan rasa

kecintaan, kesetiaan, keberanian membela tanah air dan bangsa dalam rangka

ketahanan nasional yang menitikberatkan pada kemampuan penalaran ilmiah,

diorganisasikan dalam bentuk program kurikuler kewarganegaraan, aktivitas

sosial kultural, dan kajian ilmiah kewarganegaraan.

e. Pengertian proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan

pengertian di atas dapat di ambil pengertian pembelajaran Pendidikan Kewarga-

negaraan adalah urutan jalannya kegiatan antara peserta didik dengan guru serta

komponen belajar untuk mencapai tujuan dalam membina warga negara yang lebih

baik menurut syarat-syarat kriteria dan ukuran ketentuan-ketentuan dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Dasar 1945.


32
32

f. Pentingnya proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Menurut

Ikhsan sebagaimana dikutip Setyadi dan Muhibbin (2011:5), mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan selalu menyangkut dimensi pengetahuan, keterampilan, dan nilai

(values). Sejalan dengan ide pokok Pendidikan Kewarganegaraan yang bertujuan

membentuk warga negara yang ideal, yaitu warga negara yang memiliki pengetahuan,

keterampilan, dan nilai sesuai dengan konsep dan prinsip Pendidikan Kewarga-

negaraan, maka dalam tiga dimensi itu harus ada penekanan pembelajaran yang

mengarah pada values. Hal itu bukan berarti meniadakan dimensi kognitif dan

keterampilan yang sangat dibutuhkan untuk mengembangkan nilai pada peserta didik.

7. Keterkaitan Penerapan Strategi Reading Guide Kombinasi Active Debate

dengan Minat Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan

Minat belajar dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi yang

diajarkan oleh guru. Strategi Reading Guide kombinasi Active Debate merupakan

strategi pembelajaran aktif yang diterapkan oleh guru untuk memberikan semangat

baru pada siswa agar memiliki minat belajar lebih tinggi dalam mengikuti proses

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Adanya keterkaitan antara strategi

Reading Guide kombinasi Active Debate dapat menuntut siswa agar memperhatikan

dan berpikir kritis tentang pernyataan maupun permasalahan-permasalahan yang

dipaparkan oleh guru. Kombinasi kedua strategi pembelajaran aktif ini dapat

meningkatkan minat belajar siswa sehingga mampu menciptakan proses pembelajaran

yang baik dan benar guna mencapai tujuan pembelajaran.


33
33

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian Novitasari (2012) menunjukkan bahwa penerapan strategi

Reading Guide dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

PKn di kelas VII C SMP Negeri 5 Karanganyar tahun ajaran 2011/2012. Hasil

penelitian menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dari sebelumnya

hanya 10 anak (31,25%) meningkat menjadi 14 siswa (43,75%) pada siklus I.

Penerapan strategi Reading Guide dikolaborasikan dengan Index Card Match

pada siklus II keaktifan siswa meningkat menjadi 27 peserta didik (84,37%).

Hasil penelitian Tunggal (2012) menunjukkan bahwa penerapan strategi

debat aktif dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran PKn

di kelas VII C SMP Negeri 22 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Hasil penelitian

menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dari sebelumnya hanya 6 siswa

(18,75%) yang aktif dalam proses pembelajaran PKn meningkat menjadi 17 anak

(53,12%) pada siklus I. Penerapan strategi Role Playing dikolaborasikan dengan

Debat Aktif pada siklus II keaktifan siswa meningkat menjadi 25 anak (78,12%).

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

penerapan strategi Reading Guide dan Active Debate dalam proses pembelajaran dapat

meningkatkan minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran. Peningkatan minat

belajar siswa ini dapat dilihat dari keaktifan peserta didik. Penelitian ini mencoba

menerapkan strategi Reading Guide kombinasi Active Debate untuk meningkatkan

minat dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran pada siswa kelas VIII D

SMP Negeri 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2016/2017.

C. Kerangka Pemikiran
34
34

Menurut Sekaran sebagaimana dikutip Sugiyono (2013:60), kerangka berpikir

merupakan model konseptual tentang teori dengan berbagai faktor yang telah

diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka pemikiran pada hakikatnya

bersumber dari kajian teoritik dan sering diformulasikan dalam bentuk anggapan dasar.

Menurut Iskandar (2012:59), kerangka pemikiran penelitian merupakan ibarat

sebuah kompas atau peta sebagai petunjuk untuk mencapai satu tujuan.

Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana telah dipaparkan, maka dalam penelitian

ini dipandang perlu mengajukan kerangka pemikiran sebagai berikut:


1. Penerapan strategi Reading Guide kombinasi Active Debate akan

meningkatkan minat belajar siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.


2. Penerapan strategi Reading Guide kombinasi Active Debate akan melibatkan

siswa dalam proses pembelajaran secara aktif.


3. Adanya keterkaitan antara penerapan strategi Reading Gude kombinasi Active

Debate dengan peningkatan minat belajar siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan uraian di atas apabila

digambarkan dalam bentuk bagan, maka akan tampak sebagaimana gambar 1

diKondisi Awal
bawah ini.

Guru belum menerapkan strategi Reading


Guide kombinasi Active Debate
Minat belajar siswa dalam proses pembe-
lajaran Pendidikan Kewarganegaraan
masih rendah

Tindakan Penerapan strategi Reading Guide


kombinasi Active Debate

Diduga melalui penerapan strategi Reading


Kondisi Akhir Guide kombinasi Active Debate dapat
meningkatkan minat belajar siswa
dalam proses pembelajaran Pen-
didikan Kewarganegaraan
35
35

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Diduga melalui

Penerapan Strategi Reading Guide kombinasi Active Debate dapat Meningkatkan

Minat Belajar dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa

Kelas VIII D SMP Negeri 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran

2016/2017”

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Tempat penelitian ini di SMP Negeri 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

Tahap-tahap dalam pelaksanaan kegiatan ini dimulai dari tahap persiapan sampai

dengan penulisan laporan penelitian. Secara keseluruhan semua kegiatan

dilakukan selama kurang lebih empat bulan, yaitu sejak bulan Oktober 2016

sampai dengan Januari 2017. Tahap-tahap perincian kegiatan yang dilaksanakan,

sebagaimana dalam tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Perincian Kegiatan Penelitian


36
36

Bulan Pelaksanaan Penelitian Tahun


2016/2017
No Nama Kegiatan Oktober November Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap Persiapan x x x x x x
a. Penyusunan Proposal x x x x
b. Mengurus Perijinan x x
c. Menyusun x x
Instrumen

2. Tahap Pelaksanaan x x x x x
a. Prasiklus x
b. Siklus 1 x x
c. Siklus 2 x x
3. Tahap Penyelesaian x x x x x
a. Penyelesaian Kerangka x x
Laporan

b. Penulisan Laporan x x
c. Revisi dan x x
Editing Laporan

d. Penyerahan x
Laporan

B. Subjek Penelitian
36
Menurut Arikunto (2010:172), subjek merupakan sumber data, dari mana suatu

data penelitian itu diperoleh. Penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner dan

wawancara, oleh karena itu subjek penelitian adalah responden atau orang yang

menjawab atau merespon pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik tertulis maupun lisan.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan terhadap proses pembelajaran Pendidikan


37
37

Kewarganegaraan yang diampu oleh seorang guru dan melibatkan guru tersebut

sebagai mitra kolaborasi, maka dari itu subjek dalam penelitian ini adalah:

1. Seluruh siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo

tahun pelajaran 2016/2017 sebagai subjek penelitian yang menerima tindakan.

2. Guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan VIII D SMP Negeri 1

Kartasura Kabupaten Sukoharjo sebagai subjek yang memberikan tindakan.

3. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo sebagai subjek

yang membantu memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.

4. Peneliti yang bertugas merencanakan, mengumpulkan data, menganalisis data,

dan membuat kesimpulan penelitian.

C. Prosedur Penelitian

Menurut Arikunto dkk (2006:16-20), tindakan yang diterapkan dalam

penelitian tindakan kelas melalui empat tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2)

pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Siklus penelitian paling sering

digunakan yaitu model yang disampaikan oleh Kemmis dan MC Taggart yang

melalui empat tahapan. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap

adalah sebagaimana dipaparkan dalam gambar berikut.


38
38

Gambar 2. Siklus Prosedur Penelitian

Penjelasan langkah-langkah di atas sebagaimana uraian di bawah ini.

1. Siklus I
a. Perencanaan. Perencanaan tindakan penelitian ini mengacu hasil observasi

mengenai permasalahan yang dihadapi oleh guru mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan Kelas VIII SMP Negeri 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun

Pelajaran 2016/2017. Selanjutnya disusun langkah persiapan tindakan

pembelajaran yang terdiri dari:

1) Identifikasi masalah. Peneliti merumuskan permasalahan yang ada dialami

oleh siswa. Perumusan masalah dilakukan dengan obervasi langsung dan

wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang

menjadi subjek dalam penelitian, sebagai upaya untuk meningkatkan minat

belajar siswa. Tindakan yang diterapkan pada identifikasi masalah antara lain:
39
39

a) Penerapan strategi pembelajaran yaitu dengan menggunakan strategi

pembelajaran Reading Guide kombinasi Active Debate.

b) Menyikapi minat siswa dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Kartasura

Kabupaten Sukoharjo.

c) Mengusahakan peserta didik agar mempunyai minat dalam pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1

Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

2) Perencanaan solusi masalah. Solusi yang peneliti tawarkan untuk

mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan kurangnya minat belajar

adalah:

a) Penerapan strategi pembelajaran Reading Guide kombinasi Active

Debate dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

b) Tindakan pembelajaran untuk meningkatkan minat belajar yaitu

dengan menyuruh siswa mempraktikan strategi Reading Guide, kemudian

dilanjutkan Active Debate.

b. Pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau

penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas. Tindakan dilakukan

peneliti dengan guru sebagai mitra kolaborasi untuk melaksanakan rencana

pembelajaran yang telah disusun. Perencanaan pembelajaran yang dilakukan lebih

bersifat fleksibel dimana kondisi kegiatan dapat berubah sesuai dengan kebutuhan

saat pembelajaran berlangsung. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan


40
40

menerapkan strategi Reading Guide kombinasi Active Debate dengan langkah-

langkah sebagai berikut:


1) Guru menyiapkan materi yang akan dipelajari.
2) Guru mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab atau kisi-kisi

untuk mengerjakan permasalahan-permasalahan bacaan yang telah ditentukan.


3) Guru membagikan bahan bacaan dengan lembar pertanyaan dan lembar

jawaban siswa yang telah dipersiapkan kepada peserta didik.


4) Siswa mempelajari bacaan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan atau

memecahkan permasalahan berdasarkan lembar pertanyaan yang diberikan oleh

guru.
5) Guru menginstruksikan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan.


6) Guru dan siswa bersama-sama membahas jawaban atau pekerjaan, dan

memberikan kesimpulan.
7) Kembangkan sebuah pernyataan yang kontroversial yang berkaitan dengan

materi pelajaran atau perkuliahan.


8) Bagi kelas ke dalam dua tim. Mintalah satu kelompok yang “pro” dan

kelompok yang “kontra”.


9) Buat dua sampai empat sub kelompok dalam masing-masing kelompok debat.
10) Siapkan dua sampai empat kursi (tergantung pada jumlah kelompok yang ada)

untuk para juru bicara pada kelompok “pro” dan jumlah kursi yang sama pada

kelompok “kontra”. Siswa atau mahasiswa yang lain duduk dibelakang para juru

bicara. Mulailah debat dengan para juru bicara mempresentasikan argumen

pandangan mereka.
11) Setelah mendengar argumen pembuka, hentikan debat dan kembali ke sub

kelompok. Setiap sub kelompok untuk mempersiapkan argumen mengkaunter

argumen pembuka dari kelompok lawan. Setiap sub kelompok memilih juru bicara,

usahakan yang baru.


41
41

12) Lanjutkan kembali debat, juru bicara yang saling berhadapan diminta untuk

memberikan kaunter argumen. Ketika debat berlangsung, peserta yang lain didorong

untuk memberikan catatan yang berisi usulan argumen atau bantahan. Mintalah

mereka untuk bersorak atau bertepuk tangan untuk masing-masing argumen dari

para wakil kelompok.


13) Pada saat yang tepat akhiri debat. Tidak perlu menentukan kelompok mana

yang menang, diskusikan apa yang peserta didik pelajari dari pengalaman debat

tersebut. Minta peserta didik untuk mengidentifikasi argumen yang paling baik

menurut mereka.
14) Guru memberikan klarifikasi dan kesimpulan belajar terhadap kegiatan

pembelajaran.
c. Observasi. Observasi adalah suatu upaya mencatat segala peristiwa dan

kegiatan yang terjadi selama tindakan penelitian berlangsung. Peneliti dalam

penelitian ini bertindak sebagai pemberi solusi dan sebagai subjek yang

melakukan tindakan. Peneliti mengamati segala kegiatan yang dilakukan oleh

siswa di dalam kelas pada saat menerima tindakan dan mencatatnya sebagai bahan

pertimbangan dalam rangka perbaikan pada siklus berikutnya. Observasi

dilaksanakan pada waktu pelaksanaan tindakan yaitu ketika pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan strategi Reading Guide

kombinasi Active Debate berlangsung di SMP Negeri 1 Kartasura Kabupaten

Sukoharjo Tahun Pelajaran 2016/2017.


d. Refleksi. Kegiatan refleksi sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah

selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk

mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Refleksi digunakan untuk

mengkaji apa yang telah ada atau tidak terjadi. Refleksi merupakan pengkajian
42
42

terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara.

Refleksi dilakukan oleh guru dan peneliti yang berupa diskusi untuk menelaah

seberapa besar keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Refleksi dilaksanakan

pada setiap akhir siklus.


2. Siklus II

a. Perencanaan. Perencanaan tindakan mengacu pada hasil tindakan siklus I

yang telah dilaksanakan sebagai solusi pemecahan permasalahan. Berdasarkan

pemecahan masalah tersebut disusun langkah persiapan tindakan pembelajaran

pada siklus II sebagai berikut:

1) Identifikasi masalah. Tindakan yang diterapkan pada identifikasi masalah

didasarkan pada hasil tindakan siklus I antara lain:


a) Mengevaluasi kelemahan strategi pembelajaran Reading Guide

kombinasi Active Debate.


b) Menyikapi kurangnya minat belajar siswa dalam mengikuti

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.


c) Mengidentifikasi peningkatan minat belajar siswa dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

2) Perencanaan solusi masalah. Solusi yang peneliti tawarkan untuk

mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan kurangnya minat belajar

adalah:

a) Penggunaan strategi pembelajaran Reading Guide kombinasi

Active Debate secara maksimal.

b) Adanya dukungan atau pemberian semangat kepada siswa.


43
43

b. Pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada

pertemuan berikutnya setelah fase I selesai dilaksanakan. Peneliti bertindak sebagai

guru berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.

c. Observasi. Observasi dilaksanakan untuk melihat pelaksanaan tindakan yang

didasarkan pada pelaksanaan siklus I. Semua pembelajaran dan peningkatan minat

belajar siswa dalam Pendidikan Kewarganegaran materi serta jalannya kegiatan

didokumentasikan oleh peneliti.

d. Refleksi. Refleksi pada siklus II dilakukan setelah semua pembelajaran selesai

dilaksanakan. Permasalahan-permasalahan yang ada dikaji dan dicarikan

solusinya. Hasil refleksi digunakan untuk menentukan langkah-langkah

selanjutnya dalam upaya mencapai tujuan. Siklus II sudah mencapai indikator

kinerja.

D. Jenis dan Sumber Data

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan jenis data kualitatif yaitu data yang

berbentuk kata, kalimat, dan skema. Data penelitian dikumpulkan dari berbagai

sumber meliputi:

1. Informan atau narasumber, yaitu siswa dan guru Pendidikan

Kewarganegaraan kelas VIII D SMP Negeri 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VIII D SMP Negeri 1 Kartasura Kabupaten

Sukoharjo.

E. Pengumpulan, Validitas, dan Analisis Data


44
44

1. Pengumpulan data
Menurut Sugiyono (2013:224), teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Menurut Arikunto (2010:265-274), terdapat lima macam teknik

pengumpulan data, yaitu tes, kuesioner atau angket, wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

observasi dan wawancara. Penjelasan masing-masing metode tersebut sebagaimana

uraian berikut ini.


a. Metode observasi. Menurut Iskandar (2012:68), observasi merupakan

pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah

mencapai sasaran. Menurut Arikunto (2010:199), mengobservasi dapat dilakukan

melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Melalui

observasi ini dapat diketahui mengenai kegiatan siswa dalam mempersiapkan,

memperhatikan, dan menanggapi penjelasan dari guru selama proses pembelajaran.

Metode observasi ini digunakan untuk mengamati minat belajar siswa kelas VIII D

SMP Negeri 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2016/2017 dalam

proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui penerapan strategi Reading

Guide kombinasi Active Debate.


b. Wawancara. Menurut Moleong (2010:148), pengertian wawancara adalah

sebagai berikut:
Wawancara merupakan sebuah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (intervieweer) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Menurut Arikunto (2010:227), secara garis besar ada dua macam pedoman

wawancara yaitu:
45
45

1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang

hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan.


2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun

secara terperinci sehingga menyerupai check-list.


Menurut Esterberg sebagaimana dikutip Sugiyono (2013:233), macam-macam

wawancara dibedakan menjadi:


1) Wawancara terstruktur (Structured Interview), yaitu suatu teknik pengumpulan

data dimana peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang

informasi apa yang akan diperoleh. Syarat dalam melakukan wawancara, selain

harus membawa instrumen sebagai pedoman wawancara maka pengumpul data

dapat menggunakan alat bantu recorder, gambar, brosur, dan material lain yang

dapat membantu pelaksanaan wawancara.


2) Wawancara semi terstruktur (Semistructure Interview), pelaksanaan wawancara

ini lebih bebas dibandingkan dengan jenis wawancara terstruktur karena bertujuan

menemukan permasalahan secara lebih terbuka dengan meminta pendapat dan ide-

ide dari pihak yang diwawancarai.


3) Wawancara tidak terstruktur (Unstructure Interview), merupakan wawancara

yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

tersusun sistematis dan lengkap dalam pengumpulan datanya. Pedoman wawancara

ini sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau penelitian yang lebih

mendalam tentang subjek yang diteliti.

Penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur, karena tidak

menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara sistematis untuk

mengumpulkan datanya. Metode wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk

mendapatkan data awal dan memperkuat maupun memperjelas data yang telah

diperoleh dari metode observasi, yaitu data mengenai peningkatan minat belajar siswa
46
46

kelas VIII D SMP Negeri 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran

2016/2017.

c. Metode angket. Menurut Sugiyono (2013:199), angket atau kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. Menurut Uma Sekaran sebagaimana dikutip oleh Sugiyono

(2013:200), ada beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik

pengumpulan data, yaitu prinsip penulisan, pengukuran dan penampilan fisik.

Prinsip penulisan angket menyangkut tentang isi dan tujuan pertanyaan, bahasa

yang digunakan, tipe dan bentuk pertanyaan, pertanyaan tidak mendua, tidak

menanyakan yang sudah lupa, pertanyaan tidak menggiring, panjang pertanyaan,

serta urutan pertanyaan. Pertanyaan harus dibuat dan disusun dalam skala

pengukuran dengan jumlah item yang mencukupi untuk mengukur variabel yang

diteliti. Bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus disesuaikan dengan

kemampuan berbahasa responden (memperhatikan jenjang responden). Tipe

pertanyaan bisa terbuka atau tertutup. Pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan yang

mengharapkan responden menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang

sesuatu hal, sedangkan pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan yang membantu

responden untuk menjawab secara cepat. Pertanyaan tidak menggiring ke hal yang

baik atau jelek, dan dibuat tidak terlalu panjang agar responden tidak jenuh dalam

mengisi. Urutan pertanyaan dalam angket dimulai dari hal yang umum ke hal

yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit, karena secara

psikologis akan mempengaruhi responden dalam menjawab. Sebelum instrumen

angket diberikan kepada responden maka perlu diuji validitas dan reliabilitasnya
47
47

terlebih dahulu. Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan

mempengaruhi respon dan keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket

yang dicetak dengan kertas bagus dan berwarna akan lebih menarik bagi

responden, tetapi akan sedikit mahal. Menurut Arikunto (2010:194-195),

kuesioner adalah “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau

hal-hal yang ia ketahui”. Dipandang dari bentuknya maka kuesioner dibedakan

menjadi:

1) Kuesioner pilihan ganda (yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner

tertutup).

2) Kuesioner isian yaitu kuesioner terbuka.

3) Check list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda

check list pada kolom yang sesuai.

4) Rating Scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh

kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari

sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.

Penelitian ini menggunakan koesioner pilihan ganda dengan beberapa

alternatif karena peneliti ingin mengetahui minat belajar siswa dalam proses

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Data yang berupa angket ini, akan

dijumlahkan berdasarkan skor yang didapat oleh masing-masing siswa kemudian

ditafsirkan dalam bentuk kalimat yang bersifat kualitatif. Tafsiran yang digunakan

untuk data kuantitatif menjadi data kualitatif adalah sangat berminat, berminat,

tidak berminat, dan sangat tidak berminat. Skoring atas jawaban tiap item dari
48
48

masing-masing responden ditentukan berdasarkan sifat pertanyaan atau

pernyataan. Ketentuannya adalah sebagai berikut:

1) Pertanyaan atau pernyataan yang bersifat positif maka skoring untuk setiap

alternatif jawaban adalah:


a) Untuk jawaban a diberi skor 4
b) Untuk jawaban b diberi skor 3
c) Untuk jawaban c diberi skor 2
d) Untuk jawaban d diberi skor 1
2) Pertanyaan atau pernyataan yang bersifat negatif maka skoring untuk

setiap alternatif jawaban adalah:


a) Untuk jawaban a diberi skor 1
b) Untuk jawaban b diberi skor 2
c) Untuk jawaban c diberi skor 3
d) Untuk jawaban d diberi skor 4
2. Validitas Data
Menurut Sutama (2009: 131), validitas merupakan bagian dari penelitian yang

menunjukkan ketetapan pengumpulan data atau data yang dikumpulkan memang

benar-benar yang dibutuhkan oleh peneliti. Ada dua macam validitas peneliti, yaitu

validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajad

akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai, sedangkan validitas eksternal

berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau

diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil. Menurut Arikunto dkk.

(2008:128-129), triangulasi adalah proses memastikan sesuatu dari berbagai sudut

pandang. Ada beberapa macam triangulasi yaitu:


a. Triangulasi teori (menggunakan teori dalam upaya menelaah sesuatu).
b. Triangulasi data (mengambil data dari berbagai suasana, waktu, tempat,

dan jenis).
c. Triangulasi sumber (mengambil data dari berbagai narasumber).
d. Triangulasi metode (menggunakan berbagai metode pengumpulan

data).
e. Triangulasi instrumen (menggunakan berbagai jenis alat/instrumen).
f.Triangulasi analitik (menggunakan berbagai metode/cara analisis).
49
49

Penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi yaitu triangulasi teknik atau

metode pengumpulan data dan triangulasi sumber data. Dua macam triangulasi tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:


a. Triangulasi teknik atau metode pengumpulan data. Menurut Sugiyono

(2013:274), triangulasi teknik atau metode pengumpulan data untuk menguji

kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber sama dan

teknik yang berbeda. Triangulasi teknik atau metode dalam penelitian ini berupa

pengumpulan data dari hasil observasi, wawancara, dan angket.


b. Triangulasi sumber data. Menurut Sugiyono (2013:274), triangulasi sumber

data untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan mengecek data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber data dalam penelitian ini

berasal dari informan yaitu guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan

siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo.


3. Analisis Data
Menurut Sugiyono (2013:89):
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, cacatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke-
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Menurut Moleong (2010:247), proses analisis data dimulai dengan menelaah

seluruh data tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang

sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi atau resmi, gambar, foto,

dan sebagainya. Menurut Iskandar (2012:75), Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dapat dilakukan melalui analisis data model Miles dan Huberman, dan model

Spradley. Menurut Miles dan Huberman sebagaima dikutip oleh Sugiyono (2013:246),

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan mengalir atau
50
50

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Penjelasan mengenai kedua model analisis penelitian tersebut dipaparkan sebagaimana

uraian berikut.
a. Teknik analisis data model interaktif. Miles dan Huberman (1992:19-20) ada

tiga tahap teknik analisis data model interaktif yaitu:


1) Reduksi data yang merujuk pada proses menyeleksi, memfokuskan,

mensimplikasi, mengabstraksikan, mengformasikan data mentah yang muncul

dengan catatan-catatan lapangan tertulis.


2) Penyajian data sebagai penghimpun informasi secara terorganisir yang

memungkinkan untuk menarik kesimpulan dan melaksanakan tindakan.


3) Penarikan kesimpulan atau verifikasi, dari tahap awal pengumpulan

data mulai menelusuri makna-makna dari data yang diperoleh, mencatat

rutinitas-rutinitas, dan tetap menjaga keterbukaan data. Reduksi, tampilan data,

dan verifikasi kesimpulan sebagai proses analisis yang saling menyusul antara

satu sama lain. Siklus teknik analisis data model interaktif dapat digambarkan

dalam bentuk skema berikut ini.

Pengumpulan data

Penyajian data

Reduksi data
Penarikan Kesimpulan
atau Verifikasi

Gambar 3. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif

b. Teknik analisis model alir. Langkah-langkah teknik analisis data model alir

menurut Miles dan Huberman (1992:15-19), adalah:


51
51

1) Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data di lokasi penelitian

dengan melakukan observasi, dan dokumentasi dengan menentukan strategi

pengumpulan data yang dipandang tepat dan untuk menentukan fokus serta

pendalaman data pada proses pengumpulan data berikutnya.


2) Reduksi data, yaitu sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan atau pemfokusan, pengabstrakan, transformasi data kasar

yang ada di lapangan langsung, dan diteruskan pada waktu pengumpulan data,

dengan demikian reduksi data dimulai sejak peneliti mulai memfokuskan

wilayah penelitian sampai laporan akhir lengkap tersusun. Reduksi data ini sama

dengan menyeleksi antara data yang diperlukan oleh penelitian dengan data yang

harus dibuang.
3) Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi yang memungkinkan

penelitian dilakukan. penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik,

jaringan kerja, bagan dan keterkaitan kegiatan atau tabel dan sejenisnya. Melalui

penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola

hubungan, sehingga akan mudah dipahami.


4) Penarikan kesimpulan, yaitu temuan baru yang belum pernah ada.

Temuan dapat berupa diskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya

masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat

berupa hubungan interaktif, hipotesis atau teori.


Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model alir. Langkah-

langkah teknik analisis data model alir menurut Miles dan Huberman

sebagaimana dikutip Sugiyono (2013:91-99), adalah sebagai berikut:


a. Pengumpulan data. Pengumpulan data adalah mengumpulkan data di lokasi

penelitian dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan


52
52

menentukan strategi pengumpulan data yang dipandang tepat dan untuk

menentukan fokus serta pendalaman data pada proses pengumpulan data berikutnya.
b. Reduksi data. Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema, dan polanya. Data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data, dan mencarinya bila diperlukan


c. Penyajian data. Penyajian data berarti data tersebut diorganisasikan, tersusun

dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.


d. Penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan adalah dalam pengumpulan data,

penelitian harus mengerti dan tanggapan terhadap sesuatu yang diteliti langsung di

lapangan dengan menyusun pola-pola pengarahan dan sebab-akibat. Menurut Miles

dan Huberman sebagaimana dikutip Sugiyono (2013:91-99), siklus analisis

data model alir dapat digambarkan dalam bentuk skema berikut ini.

Masa pengumpulan data


___ _______________________________
REDUKSI DATA

Antisipasi selama Pasca


PENYAJIAN DATA
Analisis
selama Pasca
PENARIKAN KESIMPULAN VERIFIKASI

selama Pasca
53
53

Gambar 4. Komponen-komponen Analisis Data Model Alir

F. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan suatu alat bantu bagi peneliti dalam menggunakan

metode pengumpulan data. Menurut Sugiyono (2013:307), penelitian kualitatif

pada awalnya merupakan suatu permasalahan yang belum jelas dan pasti, maka

yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Menurut Arikunto (2010:203),

instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen dalam penelitian ini dikembangkan oleh peneliti. Fokus masalah yang

akan dipelajari sudah jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrumen sederhana

yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang

telah didapatkan. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

observasi, wawancara, dan angket. Alat-alat kelengkapan yang menunjang

jalannya pelaksanaan proses pembelajaran dengan penerapan Reading Guide

kombinasi Active Debate ini, yaitu:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


2. Materi Pendidikan Kewarganegaraan SMP Kelas VIII
3. Media pembelajaran lain seperti papan tulis dan spidol
4. Pedoman wawancara
5. Lembar pengamatan (lembar observasi)
6. Angket minat belajar siswa

G. Indiktor Kinerja
54
54

Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah peningkatan minat belajar siswa

dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pencapaian yang diharapkan

melalui penerapan strategi Reading Guide kombinasi Active Debate dalam proses

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1

Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2016/2017 ini dapat meningkatkan

minat belajar siswa minimal 80% dari 32 anak (peserta didik).

You might also like