You are on page 1of 17

HALAMAN JUDUL

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

Masalah Gizi Kesehatan Masyarakat Terkait

Kekurangan Vitamin A

OLEH :

1. Nur Aulia Nissa (J1A117096) 11. Delistiani (J1A117192)


2. Putri Ayu (J1A117111) 12. Eka Purnama Sari (J1A117198)
3. Putu Gunasta (J1A117112) 13. Eli Saputri (J1A117199)
4. Riska (J1A117122) 14.Erick Apriansyah Fauzi (J1A117200)
5. Siti Hijriaty (J1A117133) 15. Erwin (J1A117202)
6. Sukaena Mas’ud (J1A117139) 16. Hasnar (J1A117213)
7. Tasya Niansyagitha (J1A117141) 17. Indah Asriani (J1A117222)
8. Yona Ariska (J1A117166) 18. Ira Astrella (J1A117225)
9. Zakiah (J1A117171) 19. Wa Ode Nani Astuti (J1A117154)
10. Andi Reski (J1A117180)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat,

hidayah, dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas kelompok

mata kuliah Pembiayaan dan Penganggaran Kesehatan dengan baik. Makalah ini

berjudulKekurangan Vitamin A.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata Pembiayaan

dan Penganggaran Kesehatan. Kami sepenuhnya sadar, penyusunan makalah ini tidak akan

terlaksana dengan baik tanpa arahan, bimbingan, dan petunjuk dari beliau. Kami berharap

penyusunan makalah ini dapat bermanfaat sebagai refrensi atau bahan bacaan bagi semua

pihak yang ingin mempelajari Kekurangan Vitamin A. Kami sepenuhnya sadar, makalah ini

masih jauh dari sempurna dan membutuhkan perbaikan untuk menjadi lebih baik. Oleh

karena itu, kami sangat senang menerima saran dan kritik dari semua pihak.

Kendari, Februari 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

1.1. Latar belakang ......................................................................................................... 1

1.2. Rumusan masalah .................................................................................................... 2

1.3. Tujuan ...................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................................. 3

2.1. Definisi Vitamin A .................................................................................................. 3

2.2. Sumber Vitamin A ................................................................................................... 4

2.3. Fungsi Vitamin A .................................................................................................... 6

2.4. Dampak Defisiensi Vitamin A ................................................................................ 8

2.5. Faktor Penyebab Kekurangan Vitamin A .............................................................. 10

2.6. Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin A ............................................... 12

2.7. Kendala Dan Hambatan Dalam Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin A

12

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 14

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Survei nasional tahun 1993 menunjukkan bahwa masalah KVA (Kekurangan

Vitamin A), yang diindikasikan dengan prevalensi Bercak Bitot, bukan merupakan

masalah kesehatan masyarakat lagi. merupakan masalah kesehatan masyarakat, bila

angka bercak Bitot 0,5%.

Ha1 tersebut tidak disertai dengan penurunan KVA marginal. Dengan

indikator retinol dalam serum S 0,70 pmoln sebagai KVA marginal, maka saat ini

angka KVA masih mengkhawatirkan. Angka KVA pada anak balita di lndonesia

Bagian Timur adalah sebesar 62,5%, sedangkan angka KVA di tujuh provinsi di

lndonesia adalah sebesar 50,6%. Kriteria terbaru yang ditetapkan WHO yang merujuk

pada nilai vitamin A dalam serum menyebutkan bahwa bila >20% anak balita yang

diperiksa mempunyai nilai serum <0,70 pmoVI, maka besar masalah KVA di daerah

itu tergolong berat.

Masalah KVA saat ini tidak hanya dikaitkan dengan kebutaan. Masalah

kelulushidupan anak (child survival) sangat eat kaitannya dengan masalah KVA.

Analisis meta yang dilakukan oleh Beaton et. al, yang menguji beberapa peneliian di

Asia, termasuk Indonesia, menyimpulkan bahwa penurunan angka kematian anak

prasekolah karena intewensi vitamin A sebesar 30%. Penelitian yang dilakukan di

Bogor oleh Muhilal, dkk mendapatkan bahwa angka kernatian anak balita di daerah

yang mendapat fortifikasi vitamin A lebih rendah secara signifikan dibanding daerah

kontrol. (Kiptiyah & Martufi, 2003)

1
1.2. Rumusan masalah

1) Apa yang dimaksud dengan vitamin A ?

2) Apa saja sumberdari vitamin A?

3) Apa fungsi dari vitamin A ?

4) Apa saja faktor penyebab kekurangan vitamin A ?

5) Apa program penanggulangan dari kekurangan vitamin A ?

6) Apa saja kendala dan hambatan dalam program penanggulangan kekurangan

vitamin A ?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan umum

Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa menganai masalah gizi

kesehataan masyarakat terkait kekurangan vitamin A

1.3.2. Tujuan khusus

1) Untuk mengetahui apa itu vitamin A

2) Untuk mengetahui sumber dari vitamin A

3) Untuk mengetahui fungsi dari vitamin A

4) Untuk mengetahui faktor penyebab dari kekurangan vitamin A

5) Untuk mengetahui program penanggulangan dari vitamin A

6) Untuk mengetahui masalah dan kendala dalm program penanggulangan

masalah vitamin A

2
BAB II TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi Vitamin A

Vitamin A merupakan salah satu zat gizi mikro mempunyai manfaat yang

sangat penting bagi tubuh manusia, terutama dalam penglihatan manusia. Seperti

diketahui Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara

umum, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan

prekursor/provitamin A/ karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai

retinol. (Literatur, n.d.)

Secara kimia, vitamin A berupa kristal alkohol berwarna kuning dan larut

dalam lemak atau pelarut lemak. Dalam makanan, vitamin A biasanya terdapat dalam

bentuk ester retinil, yaitu terikat pada asam lemak rantai panjang. Di dalam tubuh,

vitamin A berfungsi dalam beberapa bentuk ikatan kimia aktif, yaitu retinol (bentuk

alcohol), retinal (aldehida) dan asam retinoat (bentuk asam). Retinol bila dioksidasi

berubah menjadi retinal dan retinal dapat kembali direduksi menjadi retinol.

Selanjutnya, retinal dapat dioksidasi menjadi asam retinoat. (Literatur, n.d.)

Vitamin A mempunyai sifat tahan terhadap panas cahaya dan alkali, tetapi

tidak tahan terhadap asam dan oksidasi. Dalam proses memasak biasa vitamin A tidak

banyak yang hilang. Tapi pada suhu tinggi untuk menggoreng dapat merusak vitamin

A, begitupun oksidasi yang terjadi pada minyak yang tengik. Pengeringan buah di

matahari dan cara dehidrasi lain menyebabkan kehilangan sebagian dari vitamin A.

Ketersediaan biologik vitamin A meningkat dengan kehadiran vitamin E dan

antioksidan lain. (Literatur, n.d.)

Bentuk aktif vitamin A hanya terdapat dalam pangan hewani. Pangan nabati

mengandung karotenoid yang merupakan precursor (provitamin) vitamin A.

(Literatur, n.d.)

3
2.2. Sumber Vitamin A

4
5
2.3. Fungsi Vitamin A

Vitamin A berperan dalam berbagai fungsi faali tubuh, yaitu :

1. Penglihatan

Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Di

dalam mata, retinol, bentuk vitamin A yang didapat dari darah, dioksidasi menjadi

retinal. Retinal kemudian mengikat protein opsin dan membentuk pigmen visual

merah-ungu (visual purple) atau rodopsin. Rodopsin ada di dalam sel khusus di

dalam retina mata yang dinamakan rod. Bila cahaya mengenai retina, pigmen

visual merah- ungu ini berubah menjadi kuning dan retinal dipisahkan dari opsin.

Pada saat itu terjadi rangsangan elektrokimia yang merambat sepanjang saraf mata

ke otak yang menyebabkan terjadinya suatu bayangan visual. Selama proses ini,

sebagian dari vitamin A dipisahkan dari protein dan diubah menjadi retinol.

Sebagian besar retinol ini diubah kembali menjadi retinal, yang kemudian

mengikat opsin lagi untuk membentuk rodopsin. Sebagian kecil retinol hilang

selama proses ini dan harus diganti oleh darah. Jumlah retinol yang tersedia di

dalam darah menentukan kecepatan pembentukan kembali rodopsin yang

kemudian bertindak kembali sebagai bahan reseptor di dalam retina. Penglihatan

dengan cahaya samar-samar/buram baru bisa terjadi bila seluruh siklus ini selesai.

(Literatur, n.d.)

2. Diferensiasi Sel

6
Diferensiasi sel terjadi bila sel-sel tubuh mengalami perubahan dalam sifat

atau fungsi semulanya. Perubahan sifat dan fungsi sel ini adalah salah satu

karakteristik dari kekurangan vitamin A yang terjadi pada tiap tahap

perkembangan tubuh, seperti tahap pembentukan sperma dan sel telur,

pembuahan, pembentukan struktur dan organ tubuh, pertumbuhan dan

perkembangan janin, masa bayi, anak-anak, dewasa dan masa tua. Vitamin A

dalam bentuk asam retinoat diduga memegang peranan aktif dalam kegiatan inti

sel yaitu dalam pengaturan faktor penentu keturunan/gen yang berpengaruh

terhadap sintesis protein.

Pada diferensiasi sel terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi sel yang

dapat dikaitkan dengan perubahan perwujudan gen-gen tertentu. Sel-sel yang

paling nyata mengalami diferensiasi adalah sel-sel epitel khusus, terutama sel-sel

goblet, yaitu sel kelenjar yang mensintesis dan mengeluarkan mukus atau lendir.

Mukus melindungi sel-sel epitel dari serbuan mikroorganisme dan partikel lain

yang berbahaya. Bila terjadi infeksi, sel-sel goblet akan mengeluarkan lebih

banyak mucus yang akan mempercepat pengeluaran mikroorganisme tersebut.

Kekurangan vitamin A menghalangi fungsi sel-sel kelenjar yang mengeluarkan

mucus dan digantikan oleh sel-sel epitel bersisik dan kering (keratinized). Kulit

menjadi kasar dan luka sukar sembuh. Membran mukosa tidak dapat

mengeluarkan cairan mukus dengan sempurna sehingga mudah terserang bakteri

(infeksi). (Literatur, n.d.)

3. Reproduksi

Vitamin A dalam bentuk retinol dan retinal berperan dalam reproduksi

pada tikus, yaitu pembentukan sperma dan sel telur serta perkembangan janin

dalam kandungan. (Literatur, n.d.)

7
4. Pencegahan kanker dan penyakit jantung

Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan

kemampuan meningkatkan aktivitas system kekebalan diduga berpengaruh dalam

pencegahan kanker, terutama kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara dan

kantung kemih. Di samping itu beta karoten yang bersama vitamin E dan C

berperan sebagai antioksidan diduga dapat mencegah kanker paru-paru

(Almatsier, 2002). (Literatur, n.d.)

2.4. Dampak Defisiensi Vitamin A

Tubuh memerlukan asupan vitamin yang cukup sebagai zat pengatur dan
memperlancar proses metabolisme dalam tubuh. Sebagai vitamin yang larut dalam
lemak, vitamin A membangun sel-sel kulit dan memperbaiki sel-sel tubuh, menjaga
dan melindungi mata, menjaga tubuh dari infeksi, serta menjaga pertumbuhan tulang
dan gigi. Karena fungsi tersebut, vitamin A sangat bagus dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan anak. Vitamin A juga berperan dalam epitil, misalnya pada epitil
saluran pencernaan dan pernapasan serta kulit. Vitamin A berkaitan erat dengan
kesehatan mata. Vitamin A membantu dalam hal integritas atau ketahanan retina serta
menyehatkan bola mata. Vitamin A fungsinya tak secara langsung mengobati
penderita minus, tapi bisa menghambat minus. Kekurangan vitamin A menyebabkan
mata tak dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan cahaya yang masuk dalam
retina. Sebagai konsekuensi awal terjadilah rabun senja, yaitu mata sulit melihat kala
senja atau dapat juga terjadi saat memasuki ruangan gelap. Bila kekurangan vitamin A
berkelanjutan maka anak akan mengalami xerophtalmia yang mengakibatkan
kebutaan. Selain itu kekurangan vitamin A menyebabkan tubuh rentan terhadap
infeksi bakteri dan virus. Tanpa vitamin A, sistem pertahanan tubuh akan hilang.Ini
memicu tubuh rentan terserang penyakit.
Vitamin A bisa terserap dalam tubuh yang kondisinya baik. Anak usia balita
sangat rentan kekurangan vitamin A karena kondisi tubuhnya rentan terhadap

8
penyakit, seperti diare atau infeksi pencernaan. Untuk itu peran ibu sangat penting
dalam menjaga ketahanan tubuh bayi yakni dengan memberikan ASI eksklusif, agar
mempunyai ketahanan tubuh yang cukup.Kebutuhan vitamin A yang cukup dalam
tubuh, dapat diketahui dengan cara menganalisis makanan yang dikonsumsi sehari-
hari dan melihat kondisi tubuh. Jika tubuh anak sering terkena penyakit, seperti diare,
busung lapar atau gangguan saluran pernapasan, maka secara otomatis, asupan
vitamin A-nya kurang (Zulkarnaen, 2012).

Selain itu, dampak kekurangan Vitamin A bagi balita antara lain:


1. Hemarolopia atau kotok ayam (rabun senja).
2. Frinoderma, pembentukan epitelium kulit tangan dan kaki terganggu, sehingga
kulit tangan dan kaki bersisik.
3. Pendarahan pada selaput usus, ginjal dan paru-paru.
4. Kerusakan pada bagian putih mata mengering dan kusam (Xerosis
konjungtiva), bercak seperti busa pada bagian putih mata (bercak bitot),
bagian kornea kering dan kusam (Xerosis kornea), sebagian hitam mata
melunak ( Keratomalasia ), Seluruh kornea mata melunak seperti bubur
(Ulserasi Kornea) dan Bola mata mengecil / mengempis (Xeroftahalmia
Scars).

5. Terhentinya proses pertumbuhan.


6. Terganggunya pertumbuhan pada bayi.

9
7. Mengakibatkan campak yang berat yang berkaitan dengan adanya komplikasi
pada anak-anak serta menghambat penyembuhan. (Melenotte et al,2012)

Namun demikian perlu juga diperhatikan bahwa pemberian dosis Vitamin A yang
terlalu tinggi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan akibat yang kurang baik
antara lain:
1. Hipervitaminosis A pada anak-anak dapat menimbulkan anak tersebut cengeng,
pada sekitar tulang yang panjang membengkak, kulit kering dan gatal-gatal.
2. Hipervitaminosis pada orang dewasa menimbulkan sakit kepala, mual-mual dan
diare. (Sugiarno, 2010).

2.5. Faktor Penyebab Kekurangan Vitamin A

a) status lnfeksi

Pada peneliian ini, keadaan infeksi pada bayi merupakan faktor yang

paling berhubungan dengan KVA. Seperti diungkapkan oleh berbagai

penelitian, antara lain penelitian Sulaiman (1989) di Purwakarta, Jawa Barat,

terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat diare dengan kadar vitamin

A dalam serum. Anak yang mempunyai riwayat diare, kadar vitamin A

serumnya lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidak mernpunyai

riwayat diare (17). Penyakit infeksi dibandingkan dengan anak yang sehat

untuk mengalami xemftalmia. Hal ini diungkapkan oleh Sommer dkk (1987)

di perdesaan di Pulau Jawa. Temuannya adalah bahwa anak balita yang

menderita penyakit infeksi saluran pemapasan dan atau riwayat diare,

mempunyai risiko xemftalmia 2,5 kali dibandingkan dengan anak yang sehat

setelah 18 bulan pengamatan. Pada bayi risiko tersebut 5,5 kali (18). Dan

gambaran penelitian-penelitian yang telah dilakukan dan hasil penelitian ini

menunjukkan adanya konsistensi bahwa terdapat asosiasi yang kuat antara

10
status infeksi dengan status vitamin A dan sebaliknya, meskipun cara

pengukuran status infeksi tersebut berbeda. (Kiptiyah & Martufi, 2003)

b) Status Vitamin A Ibu

Faktor lain yang paling berhubungan dengan masalah KVA pada bayi

adalah keadaan kekurangan vitamin A yang tejadi pada ibu menyusui.

Telah diketahui bahwa salah satu faktor Yang menentukan status gizi

bayi menyusu adalah status gizi ibu. Demikian pula dengan status vitamin A

bayi. Meialui ASI, kualitas makanan yang dikonsumsi oleh ibu terefleksikan

ke dalam kandungan zat gizi yang ada dalam ASI, yang selanjutnya

dikonsumsi bayi. Sebelum mencapai jaringan atau sel target, vitamin A berada

dalam darah dalam bentuk retinol (19). Oleh sebab itu kandungan retinol

dalam darah ibu secara tak langsung dapat menentukan status vitamin A bayi

menyusu.

Beberapa penelitian mengungkapkan kuatnya hubungan status vitamin

A ibu dengan status vitamin A bayi. Saidin S (16) di Kabupaten Bogor

mendapatkan bahwa pemberian kapsul vitamin A 400.000 IU kepada ibu masa

nifas tidak saja meningkatkan vitamin A dalam AS1 ibu, melainkan juga status

vitamin A serum bayi secara bermakna hingga 4 bulan dibandingkan dengan

kelompok kontrol. Keterbatasan penelitian ini adalah tidak adanya data

kandungan vitamin A dalam AS1 yang dapat menjelaskan hubungan antara

status vitamin A ibu dan status vitamin kriptosantin yang berperan sebagai

provitamin A.

Beta-karoten adalah bentuk provitamin A paling aktif, yang terdapat

atas dua molekul retinol yang saling berkaitan. Karotenoid terdapat di dalam

kloroplas tanaman dan berperan sebagai katalisator dalam fotosintesis yang

11
dilakukan oleh klorofil. Karotenoid paling banyak terdapat dalam sayuran

berwarna hijau tua.

Beta-karoten mempunyai warna sangat kuning dan pada tahun 1954

dapat disintesis. Sekarang beta-karoten merupakan pigmen kuning yang boleh

digunakan dalam pemberian warna makanan, antara lain untuk memberi warna

kuning pada gelatin, margarine, minuman ringan, adonan kue dan produk

serealia.

Sehubungan dengan penjelasan yang dikemukakan di atas, maka

berikut ini dibahas mengenai absorpsi, transportasi dan metabolisme vitamin

A dalam tubuh, perannya terhadap imunitas dan pencegahan terhadap penyakit

infeksi serta interaksinya dengan Zn. (Kiptiyah & Martufi, 2003)

2.6. Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin A

2.7. Kendala Dan Hambatan Dalam Program Penanggulangan Kekurangan Vitamin

12
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Vitamin A merupakan salah satu zat gizi mikro mempunyai manfaat yang

sangat penting bagi tubuh manusia, terutama dalam penglihatan manusia.

2. vitamin A banyak terkandung di sayuran, buah-buahan, produk gandum,

produk susu, daging dan minyak-minyakan.

3. fungsi dari vitamin A antara lain, penglihatan, diferensiasi sel, kekebalan,

pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi dan pencegahan kanker dan

penyakit jantung

4. adapun dampak defisensi pada kekurangan vitamin A

5. faktor penyebab yang berhubungan dengan kekurangan vitmin A meliputi,

status infeksi, status vitamin A ibu, pemberian ASI.

6. program penanggulangan pada kekurangan vitamin A yaitu dengan

memberikan ”oral massive dose vitamin A”.

7. Kendala dan hambatan dalam program penanggulangan kekurangan vitamin A

adalah

3.2 Saran

Kita sebagai seorang kesehatan masyarakat nantinya harus memiliki pengetahuan

yang baik tentang apa saja masalah gizi kesehatan masyarakat terkait dengan

kekurangan vitamin A definisi vitamin A Sumber vitamin A Fungsi vitamin A faktor

penyebab beberapa penanggulangan dan apa saja kendala dan hambatan dalam

penanggulangan. Selain itu mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari hari

untuk pencegahan penyakit.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kiptiyah, N. M., & Martufi, S. (2003). KEKURANGAN VITAMIN A PADA KELOMPOK

BAY1 DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Dl KABUPATEN BOGOR, 26(2).

Literatur, S. (n.d.). VITAMIN A , IMUNITAS DAN KAITANNYA DENGAN, 90–96.

Muhilal, et al. Vitamin A Fortified Monosodium Glutamat and Health, Growth, and Survival

of Children: a Controlled Field Trial. Am J Clin Nutr2008,48: 1271-76

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Semarang. Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi

Jawa Tengah 2007.

14

You might also like