Professional Documents
Culture Documents
Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan
tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah dengan
kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari empat ruang, 2 ruang
jantung atas dinamakan atrium dan 2 ruang jantung di bawahnya dinamakan
ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa. Dinding yang memisahkan kedua
atrium dan ventrikel menjadi bagian kanan dan kiri dinamakan septum.
Batas-batas jantung:
a. Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior (VCI)
b. Kiri : ujung ventrikel kiri
c. Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel kiri
d. Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis
e. Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal sepanjang
diafragma sampai apeks jantung
f. Superior : apendiks atrium kiri
(Essianda,2015)
2. FISIOLOGIS JANTUNG
Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi timbulnya RHD yaitu :
1. Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA
terhadap demam rematik menunjukan hubungan dengan aloantigen sel B
spesifik dikenal dengan antibodi monoklonal dengan status reumatikus.
2. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian
dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam
katub mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada
reumatik fever.
3. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang
buruk, rumah dengan penghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga
pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak yang menderita infeksi
tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya
perawatan kesehatan kurang.
4. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi
saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga
meningkat.
(Devy Tanjung,2018)
D. PATOFISIOLOGI
Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik biasanya didahului oleh radang
saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus
golongan A, sehingga bakteri termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik
akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau asimtomatik, diikuti fase
laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru setelah itu timbul gejala-gejala
demam reumatik akut.
Hingga sekarang masih belum diketahui dengan pasti hubungan langsung antara
infeksi streptokokus dengan gejala demam reumatik akut.
Produk streptokokus yang antigenik secara difusi keluar dari sel-sel tenggorok dan
merangsang jaringan limfoid untuk membentuk zat anti. Beberapa antigen streptokokus,
khususnya Streptolisin O dapat mangadakan reaksi-antibodi antara zat anti terhadap
streptokokus dan jaringan tubuh.
Pada demam reumatik dapat terjadi keradangan berupa reaksi eksudatif maupun
proliferatif dengan manifestasi artritis, karditis, nodul subkutan eritema marginatum dan
khorea.
Kelainan pada jantung dapat berupa endokarditis, miokarditis, dan perikarditis.
(Devy Tanjung,2018)
E. MANIFESTASI KLINIS
Untuk menegakkan diagnose demam dapat digunakan criteria Jones yaitu:
a. Kriteria mayor:
1. Poliarthritis
Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah – pindah,
radang sendi – sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan,
siku (Poliartitis migran).
2. Karditis
Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis)
3. Eritema Marginatum
Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak
gatal.
4. Nodul Subkutan
Terletak pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari,
lutut, persendian kaki; tidaknyeri dan dapat bebas digerakkan.
5. Khorea Syndendham
Gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal, sebagai
manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat.
(Devy Tanjung,2018)
b. Kriteria minor:
1. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung
reumatik
2. Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien
kadang – kadang sulit menggerakkan tungkainya
3. Demam tidak lebih dari 390 C
4. Leukositosis
5. Peningkatan laju endap darah (LED)
6. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur
7. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)
(Devy Tanjung,2018)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO, peningkatan
laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan
hemoglobin.
2. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
3. Hapusan tenggorokan
Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A
G. PENATALAKSANAAN
Tirah
baring
Kelompok
Mobilisasi
(
Klinis bertahap
minggu
) ( minggu)
- Karditis ( - )
- Artritis (+) 2 2
- Karditis (+)
- Kardiomegali (-) 4 4
- Karditis ( + )
- Kardiomegali(+) 6 6
- karditis ( + )
- Gagal jantung >6 > 12
(+ )
2. Eradikasi terhadap kuman streptokokus dengan pemberian penisilin benzatin 1,2 juta
unit IM bila berat badan > 30 kg dan 600.000-900.000 unit bila berat badan < 30 kg,
atau penisilin 2x500.000 unit/hari selama 10 hari. Jika alergi penisilin, diberikan
eritromisin 2x20 mg/kg BB/hari untuk 10 hari. Untuk profilaksis diberikan penisilin
benzatin tiap 3 atau 4 minggu sekali. Bila alergi penisilin, diberikan sulfadiazin 0,5
g/hari untuk berat badan < 30 kg atau 1 g untuk yang lebih besar. Jangan lupa
menghitung sel darah putih pada minggu-minggu pertama, jika leukosit < 4.000 dan
neutrofil < 35% sebaiknya obat dihentikan. Diberikan sampai 5-10 tahun pertama
terutama bila ada kelainan jantung dan rekurensi.
3. Antiinflamasi
Salisilat biasanya dipakai pada demam rematik tanpa karditis, dan ditambah
kortikosteroid jika ada kelainan jantung. Pemberian salisilat dosis tinggi dapat
menyebabkan intoksikasi dengan gejala tinitus dan hiperpnea. Untuk pasien dengan
artralgia saja cukup diberikan analgesik.Pada artritis sedang atau berat tanpa karditis
atau tanpa kardiomegali, salisilat diberikan 100 mg/kg BB/hari dengan maksimal 6
g/hari, dibagi dalam 3 dosis selama 2 minggu, kemudian dilanjutkan 75 mg/kg
BB/hari selama 4-6 minggu kemudian.
Kortikosteroid diberikan pada pasien dengan karditis dan kardiomegali. Obat terpilih
adalah prednison dengan dosis awal 2 mg/kg BB/hari terbagi dalam 3 dosis dan dosis
maksimal 80 mg/hari. Bila gawat, diberikan metilprednisolon IV 10-40 mg diikuti
prednison oral. Sesudah 2-3 minggu secara berkala pengobatan prednison dikurangi 5 mg
setiap 2-3 hari. Secara bersamaan, salisilat dimulai dengan 75 mg/kg BB/hari dan
dilanjutkan selama 6 minggu sesudah prednison dihentikan. Tujuannya untuk
menghindari efek rebound atau infeksi streptokokus baru. (Devy Tanjung,2018)
H. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Timbul pada umur 5-15 th, wanita dan pria = 1 : 1
Sering ditemukan pada lebih dari satu anggota keluarga yang terkena, lingkungan
sosial juga ikut berpengaruh.
b. Keluhan utama: Sakit persendian dan demam.
c. Riwayat penyakit sekarang
Demam, sakit persendian, karditis, nodus noktan timbul minggu, minggu pertama,
timbul gerakan yang tiba-tiba.
d. Riwayat penyakit dahulu: Fonsilitis, faringitis, autitis media.
e. Riwayat penyakit keluarga: Ada keluarga yang menderita penyakit jantung
f. ADL
1) Aktivitas/istrahat
Gejala : Kelelahan, kelemahan.
Tanda : Takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit jantung kongenital, IM, bedah jantung. Palpitasi,
jatuh pingsan.
Tanda : Takikardia, disritmia, perpindahan TIM kiri dan inferior, Friction
rub, murmur, edema, petekie, hemoragi splinter.
3) Eliminasi
Gejala : Riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi/jumlah urine.
Tanda : Urine pekat gelap.
4) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri pada dada anterior yang diperberat oleh inspirasi, batuk,
gerakan menelan, berbaring; nyeri dada/punggung/ sendi.
Tanda : Perilaku distraksi, mis: gelisah.
5) Pernapasan
Gejala : dispnea, batuk menetap atau nokturnal (sputum mungkin/tidak
produktif).
Tanda : takipnea, bunyi nafas adventisius (krekels dan mengi), sputum
banyak dan berbercak darah (edema pulmonal).
6) Keamanan
Gejala : Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun.
Tanda : Demam.
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum lemah
b) Suhu : 38 – 390
c) Nadi cepat dan lemah
d) BB: turun
e) TD: sistol, diastole
2) Pemeriksaan fisik
3) Kepala dan leher meliputi keadaan kepala, rambut, mata.
4) Nada perkusi redup, suara nafas, ruang interiostae dari nosostae takipnos
serta takhikardi
5) Abdomen pembesaran hati, mual, muntah.
6) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan darah
b) Astopiter
c) LED
d) Hb
e) Leukosit
f) Pemeriksaan EKG
g) Pemeriksaan hapus tenggorokan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada penutupan
katup mitral ( stenosiskatup )
b. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
c. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
5. Meningkatkan sediaan
5. Kolaborasi untuk oksigen untuk fungsi
pemberian oksigen miokard dan mencegah
hipoksia.
6. Diberikan untuk
6. Kolaborasi untuk
meningkatkan
pemberian digitalis
kontraktilitas miokard
dan menurunkan beban
kerja jantung.
5. Kolaborasi untuk
pemberian obat
6. Mendorong
penetral asam lambung
peningkatan selera
seperti antasida
makan.
6. Kolaborasi untuk
penyediaan makanan
kesukaan yang sesuai
dengan diet klien
4. IMPLEMENTASI
Implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi setiap diagnosa yang
diangkat dengan memperhatikan kemampuan pasien dalam mentolerir tindakan yang
akan dilakukan.
5. EVALUASI
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
b. Terjadi penurunan episode dispnea, angina.
c. Mulai dapat beraktivitas secara mandiri.
d. Nyeri hilang/ terkontrol, klien tampak tenang
e. Berat Badan dalam batas normal
f. Klien dapat beraktivitas secara mandiri
I. CONTOH KASUS
1. PENGKAJIAN
I. Identitas Diri Klien
1). Nama : An. W
2). Tempat/tanggal lahir : Lubuk Pakam, 23 September 2008
3). Jenis kelamin : Laki-laki
4). Alamat : DSN I DS. BARU BATANG KUIS
5). Status perkawinan :-
6). Agama : Kristen
7). Suku : Batak
8). Pendidikan : SD
9). Tanggal masuk RS : 01 November 2016
1) Pola Nutrisi
Klien mengatakan tidak selera makan
2) Pola Eliminasi
Tidak ada perubahan eliminasi BAK dan BAB
3) Pola Aktivitas
Kelelahan, malaise
4) Pola Istirahat
Klien sulit tidur
5) Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri
Klien ingin cepat sembuh dan pulang kerumah
6) Pola Keyakinan Nilai
Orangtua klien mengajarkan anaknya untuk banyak berdoa
V. PEMERIKSAAN FISIK
BB: 30 kg
TB: 120 cm
2) Tanda-tanda vital
Kes: Composmentis
HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,8 0C
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Hb : 10 gr/dl
b) HMT : 45%
c) Leukosit : 12 ribu gr/dl
d) Trombosit : 120.000
e) Eritrosit : 4,6 juta
f) ASTO : 400
2) Radiologi
3) Hapusan tenggorokan
Nyeri
Kelemahan fisik
Intoleransi aktifitas
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri b/d poliartritis d/d klien mengatakan nyeri pada sendi, klien tampak
meringis
b. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi d/d ibu klien mengatakan anaknya
demam, suhu tubuh diatas batas normal
c. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d klien mengatakan cepat lelah, klien
tampak lemah dan berbaring ditempat tidur.
4. INTERVESI KEPERAWATAN
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
2. Kolaborasi:
13.00 1. Memberikan
analgesic: ketorolac 1
amp/12 j: drip
6. EVALUASI