You are on page 1of 10

KELIMPAHAN GASTROPODA DAN BIVALVIA PADA MAKROALGA,

PULAU TIDUNG KECIL, KEPULAUAN SERIBU


Shabrina Syifa Inayah1, Anidya Annisa Khansa2, Qurrota ‘Aini3, Shelma Chaira4,
Fransisca Endah Pujiastuti5
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Jakarta
(UNJ). Jl. Pemuda No.10 Rawamangun Muka, Jakarta Timur, Indonesia
Tel.:+62214894909
shabrina2434@gmail.com
Abstract
Mollusc is one of the phylum of biodiversity in animals. Characteristics of the Mollusc is
located on its soft body and generally the body surface of the mollusk is protected by a shell. Mollusc
has an important role in the ecosystem as a filter and bioindicator environment. Gastropods and
Bivalves are the two major classes in the Mollusc phylum that are often encountered. This study aims
to determine the abundance of Gastropods and Bivalves found in the macroalgae region of Tidung
Kecil Island, Kepulauan Seribu. This research was conducted in February 2019 on Tidung Kecil
Island, Kepulauan Seribu. Data retrieval uses the direct observation method and belt transect which is
placed parallel to the coastline. Data were analyzed by descriptive and calculated with the calculation
of abundance. The results obtained were the abundance of Gastropods and Bivalves obtained on Small
Tidung Island during a total of 28 individuals, with the total number at Station 1 was 16 individuals, at
Station 2 with a total of 12 individuals. The types of macroalgae found were Caulerpa taxifolia sp.,
Halimeda sp., Padina sp., Caulerpa sp., and Eucheuma sp. From the results of the study found the
most abundance in Turbo sp. at 25% at Station 1 and Rhinoclavis aspera at 25% at Station 2.
Keywords : Bivalve, Gastropods, Macroalgae, Tidung Kecil Island
Abstrak
Moluska merupakan salah satu filum dari keanekaragaman hayati pada hewan. Karakteristik
filum Moluska terletak pada tubuhnya yang lunak dan umumnya permukaan tubuh Moluska dilindungi
oleh cangkang. Moluska memiliki peran penting di ekosistem sebagai penyaring dan bioindikator
lingkungan. Gastropoda dan Bivalvia merupakan dua kelas besar pada filum Moluska yang sering di
jumpai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan Gastropoda dan Bivalvia yang terdapat
pada makroalga. Penelitian ini dilaksanakan pada 9 Februari 2019 di Pulau Tidung Kecil, Kepulauan
Seribu. Pengambilan data menggunakan metode observasi langsung dan belt transect yang diletakkan
sejajar garis pantai. Data dianalisis dengan cara deskriptif dan dihitung dengan perhitungan dari
kelimpahan. Hasil penelitian yang didapatkan adalah kelimpahan Gastropoda dan Bivalvia
yang didapatkan pada Pulau Tidung Kecil selama penelitian seluruhnya ada 28 individu,
dengan jumlah total pada Stasiun 1 yaitu 16 individu, pada Stasiun 2 dengan jumlah 12
individu. Jenis-jenis makroalga yang ditemukan adalah spesies Caulerpa taxifolia , Halimeda
sp., Padina sp., Caulerpa sp., dan Eucheuma sp. Dari hasil penelitian didapatkan kelimpahan
terbanyak pada spesies Turbo sp. sebesar 25 % di Stasiun 1 dan spesies Rhinoclavis aspera sebesar
25% di Stasiun 2.
Kata Kunci : Bivalvia, Gastropoda, Makroalga, Pulau Tidung Kecil
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara (Ridwan,2013). Salah satu diantaranya
maritim dengan banyak kepulauan. Secara adalah Kepulauan Seribu. Kepulauan
geografis Indonesia membentang dari 6° Seribu merupakan kepulauan yang terdiri
LU sampai 11° LS dan 95° sampai 141° dari gugusan pulau yang terletak di sebelah
BT, terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil luar perairan teluk Jakarta. Kepulauan
yang jumlahnya kurang lebih 17.504 pulau Seribu memiliki 110 pulau yang tersebar
dan salah satunya adalah Pulau Tidung Makroalga merupakan tumbuhan
Kecil (Syahid, 2012). laut yang struktur tubuhnya tak sempurna
dan banyak ditemukan di daerah pantai.
Pulau Tidung Kecil memiliki Makroalga atau seaweed dibedakan dengan
banyak sekali keanekaragaman hayati, mikroalga. Makroalga ukurannya lebih
salah satunya adalah keanekaragaman besar, dapat dilihat langsung dengan mata
hewan. Keanekaragaman hewan dalam tanpa alat bantu dan menancap atau
filum Moluska dapat dilihat dari morfologi melekat pada substrat. Pentingnya peran
tubuhnya, salah satunya adanya cangkang makroalga sebagai sumber makanan bagi
yang menutupi permukaan tubuhnya. hewan herbivor termasuk Gastropoda.
Moluska merupakan hewan bertubuh lunak Dijelaskan juga bahwa wilayah yang
yang bersimetri bilateral, tertutup mantel ditumbuhi banyak alga berperan sebagai
yang menghasilkan cangkang dan kaki tempat berlindung invertebrata muda.
ventral. Cangkang Moluska berfungsi Ketersediaan makanan dan ruang dapat
sebagai rumah atau kerangka luar menjadi penyebab utama terdistribusinya
(Suwignyo, 2005). Moluska memiliki dua gastropoda pada makroalga. Sebagaimana
anggota kelas terbesar yaitu Bivalvia dan yang diungkapkan bahwa suatu organisme
Gastropoda. Keduanya memiliki bentuk memilih dan menempati suatu habitat yang
tubuh dan ukuran cangkang yang beraneka aman dari pemangsa dan tersedia makanan
ragam. Modifikasi cangkang ini memiliki yang cukup untuk keberlangsungan
fungsi dalam membantu membedakan hidupnya (Kasenda, 2012)
kedua kelas tersebut (Yuniarti, 2012).
Penelitian ini bertujuan untuk
Bivalvia adalah salah satu kelas mengetahui kelimpahan Gastropoda dan
dari filum Moluska yang berciri cangkang Bivalvia yang terdapat pada daerah
ganda yang berpautan di area dorsal, tidak makroalga di Pulau Tidung Kecil,
bergerak secara aktif dan memiliki otot Kepulauan Seribu. Pemilihan kelas
aduktor yang berfungsi untuk menutup Gastropoda dan Bivalvia adalah karena dua
rapat cangkang. Bivalvia mendapatkan kelas ini mudah dan sering ditemukan di
makanan dengan cara filter feeder, yaitu perairan pulau Tidung Kecil.
menyaring makanan yang masuk
menggunakan insang berlapis yang juga Metodologi Penelitian
berguna untuk bernapas. Kelas lain dari
filum moluska adalah Gastropoda. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Gastropoda memiliki ciri-ciri cangkang Februari 2019. Lokasi penelitian bertempat
tunggal melingkar, berjalan menggunakan di perairan Pulau Tidung Kecil, Kabupaten
otot perut, dan memiliki titik mata di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Peralatan
kepalanya. Gastropoda bernapas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan paru-paru untuk di darat dan alat tulis dalam air, kamera underwater,
menggunakan insang untuk di air. Tali, Meteran , Tongkat, Sabak/ kertas
Gastropoda memiliki lidah parut atau underwater, dan kelengkapan lainnya.
radula yang berfungsi untuk mencerna Metode pengambilan sampel
makanannya. Gastropoda banyak menggunakan metode purposive sampling
menempati daerah terumbu karang, artinya sampel diambil dengan maksud
sebagian membenamkan diri dalam atau tujuan tertentu. Penelitian dilakukan
sedimen, beberapa dapat dijumpai pada 2 stasiun dan digunakan satu transek
menempel pada tumbuhan laut seperti pada tiap stasiun. Metode transek kuadrat
mangrove, lamun dan alga (Kasenda, berukuran 1 x 1 m yang dilakukan pada
2012). Sebagaimana halnya Gastropoda, saat air surut. Line transek sepanjang 50
makroalga juga merupakan salah satu meter ditarik sejajar dengan garis pantai.
komponen dalam ekosistem laut. Kemudian kuadrat diletakkan pada jarak
10 meter dari satu plot ke plot berikutnya STASIUN 1
dengan arah sejajar garis pantai sehingga Jenis Jumlah Substrat
digunakan 5 kuadrat sebagai plot. Rhinoclavis 1 Eucheuma
Penarikan line transek sepanjang 50 m vertagus spinosum
dimulai dari daerah yang terdapat
Turbo sp. 2 Eucheuma
pertumbuhan makroalga.
spinosum
Teknik pengambilan sampel Rhinoclavis 2 Eucheuma
Moluska menggunakan teknik belt aspera spinosum
transect. Pengambilan data di lapangan Strombus sp. 1 Eucheuma
menggunakan metode transek sabuk spinosum
dengan panjang transek 50 m yang di Cypraea sp. 1 Eucheuma
letakkan sejajar garis pantai. Setiap spinosum
individu moluska yang ditemukan disekitar Polinices sp. 1 Eucheuma
garis transek baik yang berada disebelah spinosum
kanan dan sebelah kiri garis transek dicatat Cerithium 1 Eucheuma
jenis dan jumlahnya (Eleftheriou & Mc sp. spinosum
lntyre, 2005). Timoclea sp. 1 Eucheuma
spinosum
Identifikasi Gastropoda dan
Neverita sp. 1 Eucheuma
Bivalvia dilakukan dengan cara
spinosum
pengamatan ciri-ciri fisik berdasarkan sp.1 1 Eucheuma
warna, jumlah jari-jari, panjang dan lebar spinosum
cangkang, kemudian dibandingkan dengan Cerithium 1 Padina sp.
field guide yang bersumber dari artikel sp.
ilmiah IPB. Penentuan lokasi stasiun Turbo sp. 2 Padina sp.
dilakukan berdasarkan hasil survey Neverita sp. 1 Padina sp.
lapangan.
Teknik Analisis Data STASIUN 2
Jenis Jumlah Substrat
Untuk mengetahui kelimpahan dan Rhinoclavis 1 Padina sp.
kelimpahan relatif digunakan formula aspera
menurut Krebs (1985) sebagai berikut : Timoclea sp. 1 Padina sp.
Kelimpahan relatif (%) = Cypraea sp. 1 Padina sp.
Jumlah Kelimpahan individu spesies Cerithium 1 Caulerpa
𝑥 100 %
Total jumlah kelimpahan seluruh spesies punctatum taxifolia
Cerithium sp. 1 Caulerpa
Hasil dan Pembahasan taxifolia
Tabel 1. Jenis-jenis Moluska di Stasiun 1 Rhinoclavis 1 Caulerpa
dan 2 di perairan Pulau Tidung Kecil aspera taxifolia
Rhinoclavis 1 Caulerpa
aspera sp.
Cypraea sp. 1 Padina sp.
Timoclea sp. 1 Padina sp.
Cerithium sp. 1 Padina sp.
Neverita sp. 1 Padina sp.
Strombus sp. 1 Padina sp.
Berdasarkan tabel diatas, jenis Kemungkinan hanya spesies tertentu yang
moluska yang ditemukan pada Stasiun 1 dapat memakan alga jenis Halimeda sp.
dan 2 berjumlah 9 jenis moluska dengan Menurut Leitte dan Turra (2003),
substrat alga yang berbeda-beda, yakni terjadi interaksi protokooperasi antara
Eucheuma sp., Halimeda sp,, Padina sp., makroalga dan hewan Gastropoda dimana
Caulerpa sp., Caulerpa taxifolia . kedua pihak saling diuntungkan dan tidak
Sebagaimana yang kita ketahui, makroalga terjadi faktor ketergantungan. Gastropoda
merupakan salah satu substrat bagi memanfaatkan makroalga sebagai tempat
moluska untuk dijadikan sebagai tempat berlindung dan sumber nutrisi. Begitu pula
berlindung dan mendapatkan nutrisi. makroalga yang membutuhkan kandungan
Jenis moluska yang paling banyak mineral dari Gastropoda untuk melakukan
ditemukan pada Stasiun 1 adalah Turbo sp. fotosintesis dan perantara dalam
yang memiliki nilai kelimpahan sebesar 25 penyebaran spora makroalga.
% dengan asosiasi alga Eucheuma Nogueira (2003) mengemukakan
spinosum, sedangkan pada Stasiun 2 adanya keterkaitan antara makroalga
adalah Rhinoclavis aspera juga memiliki dengan keberadaan Gastropoda. Menurut
nilai kelimpahan sebesar 25% dengan Hayes (2007), pada daerah pasang surut,
asosiasi alga Padina sp. dan Caulerpa sp. distribusi makroalga berkaitan erat dengan
Caulerpa memiliki tipe frond yang keberadaan gastropoda. Faktor ekologi
berbeda dan menggunakan rhizoid untuk memengaruhi kelimpahan organisme
melekat pada batu (Joly, 1967). Rhizoid dalam suatu komunitas. Tumer et al.,
menempel pada substrat sebagai tempat (1999) menyebutkan bahwa suatu habitat
tinggal dan makanan untuk beberapa tidak dapat berdiri sendiri sedangkan
spesies. Sedimen menyediakan sejumlah Branco et al., (2001) menyatakan bahwa
zat organik dan mengalami perubahan faktor fisika dan kimia seperti nitrat fosfat,
musiman sehingga terjadi perubahan fisik pH, kecerahan, dan kandungan oksigen
menjadi partikel kecil yang mendukung dapat memengaruhi penyebaran alga.
beberapa spesies untuk hidup disekitarnya.
Karakteristik Kimia dan Fisika
(Sánches-Moyano et al. 2000). Hal ini
Perairan
membuktikan adanya alga sebagai substrat
memiliki hubungan dengan nilai Lokasi pengamatan penelitian ini
kelimpahan moluska. dilakukan pada 2 titik, yaitu sebelah utara
Pada Stasiun 1 di plot kedua dan dan sebelah selatan Pulau Tidung Kecil.
kelima tidak ditemukan moluska. Hal ini Pada titik sebelah utara Pulau Tidung Kecil
terjadi karena tidak ditemukannya substrat merupakan Stasiun 1 yang terdapat
alga di dalam plot tersebut dan hanya makroalga Eucheuma sp., Halimeda sp,,
didominasi oleh pasir, sehingga tidak ada dan Padina sp. Kemudian di sebelah
moluska yang ditemukan. Begitu pula pada selatan Pulau Tidung Kecil merupakan
Stasiun 2 di plot kedua dengan asosiasi Stasiun 2 dengan makroalga adalah
alga Halimeda sp. juga tidak ditemukan Caulerpa taxifolia, Halimeda sp., Padina
adanya moluska. Berdasarkan studi yang sp., dan Caulerpa sp.
dilakukan oleh Davidson dan kawan- Hasil pengukuran parameter fisika dan
kawan, moluska yang memakan Halimeda kimia perairan yang dapat dilihat pada
sp. yaitu Astrea calcar, Gyrineum tabel 2.
bituberculare, dan Pyrene scripta. Pada
penelitian ini Kami tidak dapat Parameter Lingkungan
menemukan spesies tersebut.
Nilai parameter fisika dan kimia pada tersebut diperkuat oleh pendapat
setiap stasiun di Pulau Tidung Kecil. Hutabarat dan Evans (1995) yang
menyatakan bahwa suhu diperairan
Tabel 2. Karakteristik Fisika dan Kimia merupakan salah satu faktor penting
Perairan pada Stasiun 1 dan 2 di Pulau bagi kehidupan organisme didalamnya,
Tidung Kecil karena suhu mempengaruhi aktivitas
Stasiun metabolisme maupun
No. Parameter Stasiun 1
2 perkembangbiakkan.
A. Fisika b. Salinitas
Suhu Menurut Pennak (1978) salinitas
1. Perairan 32 30 optimum bagi Gastropoda berkisar
(℃) antara 26 – 32 ‰. Salinitas yang
terukur pada stasiun 1 adalah 27 ‰,
B. Kimia sedangkan pada stasiun 2 adalah 24 ‰.
Salinitas Hal ini menunjukkan bahwa kisaran
1. (0⁄ 27 24
00) salinitas yang didapat dari penelitian
2. pH 7 7 ini masih dalam kisaran nilai toleransi
hewan Gastropoda .
Jenis-jenis Makroalga yang ditemukan c. pH
di Pulau Tidung Kecil Umumnya pH air laut relatif stabil
dengan kisaran antara 7,5 – 8,4. Pescod
Jenis-jenis makroalga yang dalam Susana (2005) memberikan
ditemukan dan berasosiasi dengan batasan pH yang ideal bagi biota laut
Gastropoda dan Bivalvia saat sampling di nilainya berkisar antara 6,5 – 8,5. Besar
pH yang terukur pada stasiun 1 dan 2
dua titik (stasiun) di Pulau Tidung Kecil
adalah 7. Besarnya nilai pH di perairan
secara umum termasuk dalam tiga divisi
ini relatif sedang untuk nilai pH air
yaitu Clorophyta (alga hijau), Phaeophyta laut, sehingga hal ini masih
(alga coklat), dan Rhodophyta (alga memungkinkan biota laut untuk
merah). Ciri-ciri yang diamati dari ciri bertahan hidup.
morfologi yang diperoleh dari lokasi
penelitian dan dipadukan dengan ciri-ciri
yang tercantum pada literatur. Hasil Kesimpulan
identifikasi berdasarkan ciri-ciri dari
Berdasarkan hasil penelitian
masing-masing makroalga yang ditemukan
teridentifikasi 28 individu yang terdiri dari
adalah spesies Halimeda sp., Padina sp.,
kelas Gastropoda dan Bivalvia yang
Caulerpa sp., dan Eucheuma sp.
ditemukan di berbagai macam alga. Jenis-
jenis makroalga yang ditemukan adalah
Faktor Lingkungan
spesies Caulerpa taxifolia, Halimeda sp.,
a. Suhu Padina sp., Caulerpa sp., dan Eucheuma
Suhu yang terukur pada stasiun 1 sp. Jenis moluska yang paling banyak
adalah 32℃, sedangkan pada stasiun 2 ditemukan pada Stasiun 1 adalah Turbo sp.
adalah 30℃. Krebs (1989) bahwa dengan asosiasi alga Eucheuma spinosum,
perkembangan normal Bivalvia dan sedangkan pada Stasiun 2 adalah
Gastropoda pada kisaran suhu antara Rhinoclavis aspera dengan asosiasi alga
18 – 30℃, sedangkan suhu untuk Padina sp. dan Caulerpa sp. Keduanya
pertumbuhan optimum adalah 24 – 30 memiliki nilai kelimpahan tertinggi
℃ dimana suhu tersebut berpengaruh diantara jenis lainnya yaitu sebesar 25 %.
terhadap metabolisme tubuh. Hal
Berdasarkan hubungan kelimpahan t-gastropoda yang-menempel-
moluska dengan adanya alga sebagai pada.html.
substrat dapat dikatakan bahwa substrat
khususnya alga sangat berperan dalam Krebs, CJ. (1989). Ecology The
memengaruhi keberadaan dan kelimpahan Experimental Analysis of
moluska. Distribution and Abundance 3nd
edition. Harper and Row Publisers.
New York. 776 pp.
Ucapan Terimakasih
Lasabuda, R. (2013). Pembangunan
Pada kesempatan ini penulis Wilayah Pesisir Dan Lautan Dalam
mengucapkan terimakasih kepada Cahyo Perspektif Negara Kepulauan
Nugroho, Susi Rahmiyati, dan Nur Eka Republik Indonesia. Jurnal Ilmiah
Tresnowati yang telah membantu dalam Platax Vol.1-2, 92-101.
penyusunan penulisan dan membimbing
saat sampling di lapangan. Leitte, F.P.P. and Turra, A. (2003).
Temporal Variation in Sargassum
Daftar pustaka Biomass, Hypnea Epiphytism and
Associated Fauna. Brazilian Arch
Branco, L.H.Z., Orlando N.J. and Ciro Biol and Technol. 46 (4): 665-671.
Caesar Z.B. 2001. Ecological
Distribusi of Cyanophyceae in Nogueira, J.M.D.M. (2003). Fauna Living
Lotic Ecosystems of Sao Paulo in Collonies of Mussismilia hispida
State. Revta Brasil Botanica 24 (1): (Verrill) (Cnidaria Scleractinia) in
99-108. Four South-Eastern Brazil Islands.
Brazilian Arch. Biol and Technol.
Eleftheriou, A.,A. Mc Intyre. (2005). 46 (3): 421-432.
Methods for the Study of Marine
Benthos. Blackwell Pennak, R.W. (1978). Freswater
Science,Oxford. Invertebrates of the United States.
Second ed. A Willey Interscience
Hayes, C. 2007. Vertical Distribution of Publication. Jhon Willey and Sons,
Algal Species in Rock Pools in Inc. New York.
South-Eastern Australia. Cross
Sections 3: 33-49. Sánchez-Moyano , J. E.; Estácio, F. J.;
Garcíaadiego, E. M. & García-
Hutabarat, S dan Evans, S.M. (1995). Gomez, J. C. (2001). Effect of the
Pengantar Oseanografi. Universitas vegetative cycle of Caulerpa
Indonesia Press. Jakarta. 123-124 prolifera on the spatio-temporal
pp. variation of invertebrate fauna.
Aquatic Botany 70: 163-174.
Joly, A.B. (1967). Gêneros de algas
marinhas da costa atlântica latino- Susana, T. (2005). Kualitas Zat Hara
americana. EDUSP, São Paulo, Perairan Teluk Lada. Oseanologi
461pp dan Limnologi di Indonesia : 59-
67. Banten.
Kasenda, P. (2012). Sea Marine Education
Siput Gastropoda yang Menempel Suwignyo, Sugiarti. et.al. (2005).
pada Alga Makro. http://petros- Avertebrata Air Jilid 1.Jakarta:
kasenda.blogspot.com/2012/03/sipu Penebar Swadaya.
Structure. Fish Manag Ecol. 6: 401-
Syahid.(2012). In Sidesaidblog. Diambil 420.
dari
https://sidesaidblog.wordpress.com/ Yuniarti, Nur’aini. (2012).
2012/03/020geografis-kepulaua- Keanekaragaman Dan Distribusi
seribu/ (Pada 20 Februari 2019 Bivalvia Dan Gastropoda
pukul 21.57 WIB) (Moluska) Di Pesisir Glayem
Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat.
Tumer, S.J., S.F. Thrush, J.E. Hewitt, V.J. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian
Cummings and G. Funnell. (1999). Bogor.
Fishing Impacts and The
Degradation or Loss of Habitat
LAMPIRAN 1

Hasil Perhitungan Nilai Kelimpahan Moluska (Bivalvia dan Gastropoda)

Indeks Kelimpahan Mollusca


Spesies Stasiun 1 Stasiun 2 Total
No. (%) (%)
1. Rhinoclavis vertagus 6,25 0 6,25
2. Rhinoclavis aspera 12,5 25 37,5
3. Turbo sp. 25 0 25
4. Strombus sp. 6,25 8,3 14,55
5. Cypraea sp. 6,25 16,67 22,92
6. Polinices sp. 6,25 0 6,25
7. Cerithium sp. 12,5 16,67 29,17
8. Timoclea sp. 6,25 16,67 22,92
9. Neverita sp. 12,5 8,3 20,8
10. Cerithium punctatum 0 8,3 8,3
11. Sp 1 6,25 0 6,25
LAMPIRAN 2

Moluska
Kelas Gastropoda

(a) (b) (c)


Gambar 1. Cypraea sp. (a) Rhinoclavis aspera (b) Strombus sp. (c)

(a) (b) (c)


Gambar 2. Strombus sp. (a) Polineces sp. (b) Cerithium sp. (c)

(a) (b) (c)

Gambar 3. Neverita sp. (a) Cerithium punctatum (b) Turbo sp. (c)
Kelas Bivalvia

Gambar 4. Timoclea sp.

Alga

(a) (b) (c)

Gambar 5. Eucheuma sp. (a) Padina sp. (b) Halimeda sp. (c)

(a) (b)
Gambar 6. Caulerpa taxifolia (a) Caulerpa sp. (b)

You might also like