You are on page 1of 47

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber daya manusia yang sangat bermutu diperlukan dalam
pembangunan nasional.Salah satu upaya untuk memenuhi tuntutan itu adalah
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Pondok pesantren adalah salah satu
lembaga pendidikan yang melakukan kegiatan tersebut. Peran pondok pesantren
dalam hal ini meliputi keterlibatan dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Semua kegiatan didukung juga oleh sektor terkait yaitu pihak
kesehatan dan pihak lain yang ada hubungannya dengan pondok pesantren.
Keterlibatan pondok pesantren adalah salah satu bentuk kemandirian yang perlu
terus dibina guna meningkatkan derajat kesehatan yang optimal merata disemua
lapisan masyarakat termasuk warga pondok pesantren. Hubungan yang baik
antara pondok pesantren dan kesehatan didukung lintas sektor lain merupakan
kunci keberhasilan dari kemandirian pondok pesantren dalam bidang kesehatan.1
Jumlah santri di dalam pondok pesantren tersebut cukup banyak dan
berasal dari beberapa daerah dengan kebiasaan dan pola hidup yang berbeda.
Kondisi seperti ini akan mempengaruhi kesehatan santri jika perilaku hidup bersih
dan sehat sangat kurang. Dalam kehidupan sehari-hari para santri yang tinggal di
pondok pesantren selalu berinteraksi antara santri yang satu dengan santri yang
lainnya sehingga penyakit menular berbasis lingkungan seperti tuberkulosis paru,
infeksi saluran pernapasan akut, diare dan penyakit kulit sering kali ditemukan.
Adanya prinsip kebersamaan seperti menggunakan alat makan, minum, pakaian
dan lain-lain secara bersama-sama juga akan meningkatkan angka penularan
penyakit menular tersebut sehingga perlu adanya upaya untuk meningkatkan
pengetahuan santri tentang kesehatan secara umum, khususnya tentang penyakit
menular sehingga diharapkan ada perubahan perilaku pencegahan untuk
menurunkan angka kesakitan penyakit menular. Salah satu jenis penyakit menular
yang sering di temukan di pondok pesantren adalah penyakit skabies.1
2

Skabies merupakan penyakit endemi di masyarakat.Penyakit ini banyak


dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua
golongan umur (Harahap, 2000).Penyakit skabies merupakan penyakit yang
mudah menular.Penyakit ini dapat ditularkan secara langsung (kontak kulit
dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan melalui hubungan
seksual. Penularan secara tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian,
handuk, sprei, bantal, dan selimut.3
Penyakit skabies pada umumnya menyerang individu yang hidup
berkelompok seperti di asrama, pesantren, lembaga pemasyarakatan, rumah sakit,
perkampungan padat dan rumah jompo (Sudirman, 2006). Penularan skabies ini
terjadi karena faktor lingkungan dan perilaku yang tidak bersih diantaranya yaitu
kebiasaan individu menggunakan pakaian secara bergantian, menggunakan
handuk dan peralatan mandi secara bergantian serta kebiasaan tidur berhimpitan
dalam satu tempat.3
Penyakit skabies bukan merupakan penyakit yang mematikan akan tetapi
penyakit skabies ini dapat mempengaruhi kenyamanan aktifitas dalam menjalani
kehidupan sehari-hari khususnya proses belajar para santri. Penderita selalu
mengeluh gatal, terutama pada malam hari, gatal yang terjadi terutama di bagian
sela-sela jari tangan, di bawah ketiak, pinggang, alat kelamin, sekeliling siku,
areola (area sekeliling puting susu) dan permukaan depan pergelangan sehingga
akan timbul perasaan malu karena pada usia remaja timbulnya skabies sangat
mempengaruhi penampilannya juga tentang penilaian masyarakat tentang pondok
pesantren yang kurang terjaga kebersihannya. Sehingga muncul sebuah stigma
bahwa tidak ada santri yang tidak mungkin terkena penyakit skabies (gatal), kalau
belum terkena skabies belum sah menjadi santri dan jika sudah pernah terkena
penyakit tersebut maka tidak akan terkena lagi.1
Penyakit skabies ini lebih banyak diderita oleh individu yang tinggal di
pondok pesantren karena pondok pesantren merupakan salah satu tempat yang
beresiko untuk timbulnya skabies karena merupakan tempat yang berpenghuni
padat. Prevalensi penyakit skabies di sebuah pondok pesantren di Jakarta
mencapai 78,70% sedangkan prevalensi penyakit skabies di pondok pesantren di
3

Kabupaten Pasuruan sebesar 66,70%, sedangkan berdasarkan data dari Kelompok


Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI) tahun 2001 insidens tertinggi kasus
skabies terjadi pada anak usia sekolah dan remaja.1
Berdasarkan beberapa hal tersebut penulis ingin melakukan
penelitianmengenai Gambaran Perilaku Santri Terhadap Penyakit Skabies di
PondokPesantren.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah penelitian dapat disusun
rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
 Belum diketahuinya Gambaran Perilaku Santri Tentang Skabies di MTs
Pesantren Ar Raudhatul Hasanah Medan Tahun 2017

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahuiGambaran Perilaku Santri Tentang Skabies di MTs
Pesantren Pesantren Ar Raudhatul Hasanah Medan Tahun 2017
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan santritentang skabies diMTs Pesantren
Pesantren Ar Raudhatul Hasanah Medan 2017
2. Untuk mengetahui sikap santri tentang skabies diMTs Pesantren
Pesantren Ar Raudhatul Hasanah Medan Tahun 2017
3. Untuk mengetahui tindakan santri tentang skabiesMTs Pesantren
Pesantren Ar Raudhatul Hasanah Medan Tahun 2017

1.4. Manfaat Penelitian


1. Manfaat ilmiah
Menambah bahan referensi ilmiah perihal pengetahuan terkait gambaran
perilaku terhadap penyakit skabies khususnya pada santri MTs Pesantren
Pesantren Ar Raudhatul Hasanah Medan
4

2. Manfaat bagi sekolah


Memberi informasi baru bagi santri khususnya mengenai penyakit
skabies,upaya pencegahan dan perilaku yang berisiko terkait skabies.
3. Manfaat bagi puskesmas
Sebagai sumber informasi bagi pemerintah dan menjadi acuantindakan
pencegahan penularan scabies.
5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari


manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain,
berjalan, berbicara, menagis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan
sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri, baik yang
dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.8

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau


objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman serta lingkungannya. Dari batasan ini, perilaku kesehatan
dapat diiklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu :8

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintanance)


Perilaku ini adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk
memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan
kesehatan ini terdiri dari tiga aspek yaitu :
a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila
sakit serta pemulihan keshatan bilamana telah sembuh dari
penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam
keadaan sehat. Kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka
dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya
mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman.
Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan
kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman
dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang,
6

bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat


tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan
minuman tersebut.8
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan
kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Health
seeking behaviour)

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang


pada saat menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini
dimulai dari mengobati diri sendiri (Self treatment) sanpai mencari
pengobatan keluar negeri.8

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik


maupun soaial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya.8

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan


penginderaan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.8

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam


membentuk tindakan seseorang (Overt behaviour).8

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam


tingkat, yaitu :

1. Tahu ( know )
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima sebelumnya.
7

2. Memahami ( comprehension )
Memahami diartikan kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang dikeahui da dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi ( aplication )
Apikasi diartikan kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4. Analisis ( Analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau objek kedalam
bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih dalam satu struktur organisasi
dan ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis ( synthesis )
Sintesis merupakan kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan menyususn
formulasi baru dari formulasi yang sudah ada.
6. Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek.8

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara, kuesioner


atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau
kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.8

2.1.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap stimulus
atau objek.Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu
untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu terhadap suatu objek akibat
pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut (Koentjaraningrat, 1983). Menurut
Sarwono (1997), sikap merupakan kecenderungan merespons (secara positif atau
negatif) orang, situasi atau objek tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian
8

emosional atau afektif (senang, benci, sedih), kognitif (pengetehuan tentang suatu
objek) dan konatif (kecenderungan bertindak).8

Sikap terdiri atas empat tingkatan, yaitu :

1. Menerima ( receiving )
Menerima berarti bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan objek.
2. Merespon ( responding )
Merespon berarti memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikasi sikap.
3. Menghargai
Menghargai berarti individu mengajakn orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah.
4. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab berarti bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dipilihnya dengan segala risiko.

2.1.3 Tindakan

Tindakan adalah seseorang yang mengetahui stimulus atau objek


kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahui, proses selanjutnya melaksanakan atau mempraktikkan apa yang
diketahui atau disikapinya dinilai baik.8

Tindakan dibedakan atas beberapa tingkat :

a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan perilaku yang
akan diambil adalah merupakan tindakan tingkat pertama.
b. Respon Terpimpim (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
sengan contoh adalah merupakan indicator tindakan tingkat dua.
9

c. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai tindakan tingkat tiga.
d. Adopsi (adaption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik.Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa
mengurangikebenaran tindakan tersebut.8

2.2 Pondok Pesantren


Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah ”tempat belajar para
santri”,sedangkan pondok berarti ”rumah atau tempat tinggal sederhana yang
terbuat daribambu”. Di samping itu, ”pondok” juga berasal dari bahasa Arab
”funduk” yang berarti ”hotel atau asrama”. Ada beberapa istilah yang ditemukan
dan sering digunakan untuk menunjuk jenis pendidikan Islam tradisional khas
Indonesia atau yang lebih terkenal dengan sebutan pesantren. Di Jawa termasuk
Sunda dan Madura,umumnya dipergunakan istilah pesantren atau pondok, di
Aceh dikenal dengan istilah dayah atau rangkung atau meusanah, sedangkan di
Minangkabau disebut surau.9
Pondok pesantren pada awal berdirinya mempunyai pengertian yang
sederhana, yaitu tempat pendidikan santri-santri untuk mempelajari pengetahuan
agama islam di bawah bimbingan seorang ustadz atau kyai. Santri-santri yang
beradadi pondok pesantren pada dasarnya sama saja dengan anak didik di
sekolah-sekolah umum yang harus berkembang yang perlu mendapat pelatihan
khusus terutama kesehatan dan pertumbuhannya. Pesantren, pondok pesantren,
atau disebut pondokadalah sekolah islam berasrama yang terdapat di Indonesia.
Pelajar pesantren (santri) belajar di sekolah ini, sekaligus tinggal pada asrama
yang disediakan oleh pesantrenyang mengajarkan pendidikan agama disertai
dengan pendidikan umum.10
10

2.3 Skabies

2.3.1 Defenisi

Skabies ( The itch, gudik, budukan, gatal agogo ) adalah penyakit kulit
yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian
hominis dan produknya.3

2.3.2 Etiologi

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo


Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei varian
hominis.3

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya


cembung dan bagian ventralnya rata.Tungau ini translusen, berwarna putih kotor
dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-
350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200
mikron. Bentuk dewasa mempunyai empat pasang kaki, dua pasang kaki di depan
sebagai alat untuk melekat dan dua pasang kaki kedua pada betina berakhir
dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan
rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.3

Gambar 2.1 Tungau Sarcoptes scabiei 4


11

2.3.3 Faktor-faktor predisposisi

a. Bangsa/ras : Semua bangsa

b. Lingkungan : Populasi yang padat pada suatu tempat


mempermudah terjadinya penularan penyakit.

c. Daerah : Kumuh dengan kebersihan dan higiene yang


buruk mempermudah pen8imularan.4

2.3.4 Cara penularan

Penyakit skabies ditularkan oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah


dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva melalui :

1. Kontak langsung ( kontak kulit dengan kulit ), misalnya berjabat


tangan, tidur bersama dan hubungan seksual.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda ), misalnya pakaian, handuk,
sprei, bantal dan lainnya.3

2.3.5 Patogenesis

Siklus hidup S. scabiei yaitu setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di


atas kulit, tungau jantan akan mati dan kadang-kadang masih dapat hidup
beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau betina
yang telah dibuahi akan menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan
kecepatan2-3 milimeter seharidan sambil meletakkan telurnya dua atau empat
butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu tiga
sampai lima hari dan menjadi larva yang mempunyai tiga pasang kaki. Larva ini
dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah dua sampai tiga
hari, larva akan menjadi nimfa yang mempunyai dua bentuk, yaitu jantan dan
betina dengan empat pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya, mulai dari telur
sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.3
12

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan.Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekretadan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira
sebulan setelah infestasi.Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul
erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.3

2.3.6 Gambaran klinis

Ada 4 tanda kardinal yaitu :

1. Pruritus nokturna
Rasa gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau
skabies lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok
Dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena.Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak
memberikan gejala.Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus)
Terowongan ini terdapat pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata
panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel.
Jika timbul infeksi sekunder, ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul,
ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan
tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria)
dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan
telapak kaki.
13

4. Menemukan adanyaSarcoptes scabiei


Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis skabies dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal


tersebut.3

2.3.7 Bentuk- bentuk skabies

Selain skabies dengan manifestasi klinis yang klasik, terdapat pula bentuk-
bentuk khusus skabies sebagai berikut:

a. Skabies pada orang bersih


Secara klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan
jumlah yang sangat sedikit, kutu biasanya hilang akibat mandi
secarateratur.Bentuk ini seringkali salah diagnosis karena lesi jarang ditemukan
dan sulit mendapatkan terowongan tungau.7
b. Skabies nodular
Bentuk ini sangat jarang dijumpai dan merupakan suatu bentuk
hipersensitivitasterhadap tungau skabies, di mana pada lesi tidak ditemukan
Sarcoptes scabiei.Lesiberupa nodul merah kecokelatan berukuran 2-20 mm yang
gatal.Umumnya terdapatpada daerah yang tertutup terutama pada genitalia,
inguinal dan ketiak.Pada nodusyang lama, tungau sukar ditemukan dan dapat
menetap selama beberapa mingguhingga beberapa bulan walaupun sudah
mendapat pengobatan antiskabies.7
c. Skabies incognito
Pada kebanyakan kasus, skabies menjadi lebih parah dan diagnosis
menjadi lebih mudah ditegakkan.Tetapi pada beberapa kasus, pengobatan steroid
membuat diagnosis menjadi kabur dan perjalanan penyakit menjadi kronis dan
meluas yang sulit dibedakan dengan bentuk ekzema generalisata. Penderita ini
tetap infeksius, sehingga diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya anggota
keluarga lainnya.7
14

d. Skabies norwegia (skabies berkrusta)


Skabies Norwegia merujuk pada negara pertama mendeskripsikan
kelainan yang juga disebut skabies berkrusta yang memiliki karakteristik lesi
berskuama tebal yang penuh dengan infestasi tungau lebih dari sejuta
tungau.Kadar IgE yang tinggi, eosinofil perifer dan perkembangan krusta di kulit
yang hiperkeratotik dengan skuama dan penebalan menjadi karakteristik penyakit
ini.Plak hiperkeratotik tersebar pada daerah palmar dan plantar dengan penebalan
dan distrofi kuku jari kaki dan tangan.Lesi tersebut menyebar secara generalisata,
seperti daerah leher, kepala, telinga, bokong, siku, dan lutut.Penyakit ini dikaitkan
dengan penderita yang memiliki defek imunologis misalnya usia tua, HIV/AIDS,
lepra, dan leukemia tipe I, debilitas, disabilitas pertumbuhan seperti Sindrom
Down dan retardasi mental, penderita yang mendapat terapi imunosupresan dan
penderita gangguan neurologis.7
e. Skabies pada bayi dan anak
Skabies pada bayi dapat menyebabkan gagal tumbuh atau menjadi ekzema
generalisata.Lesi dapat mengenai seluruh tubuh termasuk kepala, leher, telapak
tangan dan kaki.Pada anak seringkali timbul vesikel yang menyebar dengan
gambaran suatu impetigo atau infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus yang
menyulitkan penemuan terowongan.Nodul pruritus eritematous keunguan dapat
ditemukan pada aksila dan daerah lateral badan anak. Nodul-nodul ini bisa timbul
terutama pada telapak tangan dan jari.7
f. Skabies pada penderita HIV/AIDS
Gejala skabies pada umumnya tergantung pada respons imun, karena itu
tidakmengherankan bahwa spektrum klinis skabies penderita HIV berbeda
denganpenderita yang memiliki status imun yang normal.Meskipun data yang ada
masihsedikit, tampaknya ada kecenderungan bahwa penderita dengan AIDS
biasanyamenderita bentuk skabies berkrusta (crusted skabies).Selain itu, skabies
padapenderita AIDS biasanya juga menyerang wajah, kulit, dan kuku dimana hal
inijarang didapatkan pada penderita status imunologi yang normal.7
Padapenderita dengan status imunologi yang normal, pruritus merupakan
tanda khas,sedangkan pada beberapa penderita AIDS, pruritus tidak terlalu
15

dirasakan.Hal inimungkin disebabkan status imun yang berkurang dan kondisi ini
berhubungan dengankonversi penyakit menjadi bentuk lesi berkrusta. Pada
penderita umumnya, lesi skabies berkrusta pada penderita AIDSmengandung
tungau dalam jumlah besar dan sangat menular.7
g. Skabies yang ditularkan oleh hewan
Sarcoptes scabiei variancanis bisa menyerang manusia yang
pekerjaannyaberhubungan erat dengan hewan tersebut, misalnya anjing, kucing
dan gembala.Lesitidak pada daerah predileksi skabies tipe humanus tetapi pada
daerah yang seringberkontak dengan hewan peliharaan tersebut, seperti dada,
perut, lengan. Masainkubasi jenis ini lebih pendek dan sembuh sendiri bila
menjauhi hewan tersebut danmandi sampai bersih oleh karena varietas hewan
tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.7

2.3.8 Diagnosis

Diagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau melalui


pemeriksaan mikroskop yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

1. Kerokan kulit
2. Mengambil tungau dengan jarum
3. Epidermal shave biopsy
4. Kuretase terowongan
5. Tes tinta burowi
6. Tetrasiklin topikal
7. Apusan kulit
8. Biopsi plong (Punch biopsy)
9. Dermoskopi
10. Polymerase Chain Reation (PCR)5

Dari berbagai cara pemeriksaan di atas, kerokan kulit merupakan cara


yang paling mudah dilakukan dan memberikan hasil yang paling memuaskan.
Kerokan kulit dilakukan dengan mengangkat atap terowongan atau papula dengan
16

menggunakan skalpel steril nomor 15. Kerokan diletakkan pada kaca objek,
ditetesi dengan minyak mineral atau minyak imersi, diberi kaca penutup lalu
diperiksa di bawah mikroskop dengan pemebesaran 20x atau100x maka akan
terlihat tungau, telur atau Fecal pellet.7

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar berhasil melakukan


pemeriksaankerokan kulit, antara lain sebagai berikut:

1. Kerokan harus dilakukan pada lesi yang utuh (papul, terowongan) dan
tidak dilakukan pada tempat dengan lesi yang tidak spesifik.
2. Sebaiknya lesi yang akan dikerok diolesi terlebih dahulu dengan
minyakmineral agar tungau dan produknya tidak larut, sehingga dapat
menemukan tungau dalam keadaan hidup dan utuh.
3. Kerokan dilakukan pada lesi di daerah predileksi.
4. Kerokan harus dilakukan di superfisial karena tungau terdapat dalam
stratum korneumdan menghindari terjadinya perdarahan.7

2.3.9 Diagnosis banding

Ada pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan The great
immitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal.1
Adapun diagnosis banding skabies yaitu :

1. Prurigo
Berupa papul-papul yang gatal dengan predileksi pada bagian ekstensor
ekstremitas.
2. Gigitan serangga
Biasanya jelas timbul sesudah terdapat gigitan dan efloresensianya
urtikaria papuler.
3. Folikulitis
Efloresensi berupa pustula miliar dikelilingi daerah yang eritema.4
17

2.3.10 Penatalaksanaan

1. Promotif
a. Edukasi kepada pasien bahwa penyakit ini disebabkan oleh
infestasi parasit dimana penyakit ini berhubungan dengan
higienitas yang rendah dan terangkanjuga bahwa penyakit ini
sangat menular.
b. Dalam pengobatan, pasien mandi sore dengan air hangat dan
keringkan badan.Aplikasikan skabisid topikal 3 x 24 jam di seluruh
kulit, termasuk bagianwajah, kecuali area sekitar mata, hidung dan
mulut, lebih tebal pada lesi yanghebat. Hindari menyentuh mulut
dan mata dengan tangan. Setiap 24 jam,pasien boleh mandi, namun
mengaplikasikan skabisid kembali. Setelah 3x 24jam, pasien mandi
dengan bersih dan tidak boleh mengulangi penggunaanskabisid
setelah itu.
c. Ganti pakaian, handuk, sprei yang telah digunakan pasien dan bila
perlu direndamdengan air panas.
d. Kontrol berobat setelah 7 hari kemudian.7
2. Preventif
a. Edukasi kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan
kebersihan perorangan dan lingkungan, antara lain kebiasaan
mandi 2 kali sehari denganmenggunakan sabun dan menggosok
anggota badan dengan baik sertakeramas pada sore hari, memotong
kuku secara rutin 1 kali seminggu,membersihkan lantai rumah
dengan baik, tidak menggantung pakaian dan membuka jendela
rumah pada siang hari sebagai pencahayaan dan ventilasi.
b. Hindari penggunaan pakaian, handuk, sprei bersama anggota
keluargaserumah.
c. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan
pengobatan yangsama dan ikut menjaga kebersihan.7
18

3. Kuratif
a. Topikal
1. Belerang endap (sulfur presipitatum)
Kadar 4-20% dalam bentuk salap atau krim dan dapat
dipakai pada bayi berumur kurang dari dua
tahun.Penggunaan obat topikal ini tidak boleh kurang dari
tiga hari karena tidak efektif terhadap stadium
telur.Kekurangannya yaitu berbau, mengotori pakaian dan
terkadang menimbulkan iritasi.
2. Emulsi benzil-benzoas
Kadar 20-25% diberikan setiap malam selama tiga hari dan
obat opikal ini efektif terhadap semua stadium.
Kekurangannya yaitu sering memberi iritasi dan terkadang
makin gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksa klorida (gamexan)
Kadar 1% dalam bentuk krim atau losio dan pemberiannya
cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala maka diulangi
seminggu kemudian. Obat ini termasuk obat pilihan karena
efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan
jarang menimbulkan iritasi.Obat ini tidak dianjurkan pada
anak di bawah enam tahun dan wanita hamil, karena toksik
terhadap susunan saraf pusat.
4. Krotamiton
Kadar 10% dalam bentuk krim atau losio.Obat ini
mempunyai dua efek, yaitu sebagai anti skabies dan anti
gatal dan pemberiannya harus dijauhkan dari mata, mulut
dan uretra.
5. Permetrin
Kadar 5% dalam bentuk krim dan pemberiannya hanya
sekali dan dihapus setelah sepuluh jam. Bila belum sembu,
19

diulangi lagi setelah seminggu dan obat ini tidakdianjurkan


pada bayi di bawah umur dua tahun.3
4. Rehabilitatif
Tidak diperlukan.7

2.3.11 Prognosis

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat


pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (higiene), maka penyakit ini
dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.3
20

2.4 Kerangka Teori

Sumber Penularan

Perilaku

Bergantian Bergantian Tidur Bergantian


Pakaian dan Handuk dan Berhimpitan alas tidur
alat Sholat alat mandi

Perilaku Perilaku
Kurang Benar
Tepat

Tertular Skabies Tercegah Tertular


Skabies
21

BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DANDEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep merupakan landasan berfikir yang dikembangkan
berdasarkan pada teori yang ada.Kerangka konsep memberikan gambaran
sederhana tentang landasan berfikir penelitian dan keterkaitan antar variabel.
Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep penelitian ini
terdiri dari satu variabel yaitu gambaran perilaku santri terhadap Skabies.

Gambaran Perilaku

1.Pengetahuan Skabies
2.Tindakan
3.Sikap
22

3.2 Defenisi Operasional


Defenisi operasional adalah pembatasan ruang lingkup atau pengertian
variabel-variabel yang diamati atau diteliti. Defenisi operasional dalam
penelitian adalah :

DEFENISI ALAT CARA HASIL


NO VARIABEL SKALA
OPERASIONAL UKUR UKUR UKUR
1. Pengetahuan Informasi yang Kuesioner Wawancara Baik Ordinal
diketahui santri Sedang
tentang skabies. Kurang
2. Sikap Respon atau Kuesioner Wawancara Baik Ordinal
perasaan santri Sedang
tentang skabies. Kurang
3. Tindakan Respon atau Kuesioner Wawancara Baik Ordinal
reaksi santri Sedang
tentang skabies. Kurang
4. Skabies Penyakit kulit
menular yang
ditandai dengan
keluhan utama
gatal terutama
pada malam hari
yang disebabkan
oleh Sarcoptes
scabei var
hominis.
23

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Desain Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang
suatu keadaan secara obyektif.Dimana penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran distribusi dan frekuensi tentang perilaku santri terhadap skabies.

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian


4.2.1 Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian adalah dari tanggal
24 oktober 2016 sampai 09 desember 2016.
4.2.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin
Kecamatan Medan Johor.Sesuai dengan pola penularannya, skabies yang
disebabkan Sarcoptes scabei sering terjadi pada sekumpulan orang yang hidup
berkelompok.

4.3 Populasi dan Sampel


4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti(Notoatmojo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri di
MTsPondok Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Kecamatan Medan Johor
berjumlah 62 orang.

4.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi penelitian. Dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan teknik
yaitu teknik total sampling, dimana semua anggota populasi diambil sebagai
sampel dengan banyak sampel adalah 62 orang.
24

4.4 Metode PengumpulanData


4.4.1 Sumber Data
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan data primer, yaitu data
yang langsung diperoleh dari hasil wawancara melalui lembar kuesioner yang
dibagikan kepada responden, kuesioner berisi pertanyaan dan pernyataan
responden perihal pengetahuan,sikap,tindakan tentang skabies.
4.4.2 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuesioner dan
observasi peneliti secara langsung kepada subjek mengenai gambaran perilaku
yang meliputi pengetahuan , sikap , tindakan santri terhadap skabies dan
pencegahannya.

4.5 Pengolahan Data


Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan tahapan :
a. Pemeriksaan Data (Editing)
Editing dilakukan sebelum pengolahan data. Data yang telah
dikumpulkan dari kuesioner perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki, apabila
terdapat hal-hal yang salah atau masih meragukan, misalnya melihat lengkap
tidaknya kuesioner yang akan diisi, keterbacaan tulisan, kejelasan makna dan
jawaban, dan kesesuaian antara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan yang
lain. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas data serta menghilangkan
keraguan data.
b. Pemberian Skor (Scoring)
Scoring merupakan langkah selanjutnya setelah responden
memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam lembar
kuesioner.Scoring dilakukan dengan memberikan skor atas jawaban dari
setiap pertanyaan sesuai dengan penetapan skor yang ada atau yang telah
dibuat.
c. Tabulasi (Tabulating)
Tabulasi adalah memasukkan data pada tabel tertentu dan mengatur
angka-angka serta menghitungnya.Tabulasi data merupakan proses
25

penyusunan data kedalam bentuk tabel sehingga akan mudah dibaca dan
dipahami dan selanjutnya data siap untuk dianalisis.
d. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dan dapat
memberikan makna yang berguna dalam memecahkan masalah
penelitian.Analisis data dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel bebas
(independent) dan variabel terikat (dependent).Analisis data yang digunakan
peneliti yaitu uji Korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan antara
gambaran perilaku santri tentang skabies dan pencegahannya.

4.6 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan adalah dalam penelitian ini adalah :
a. Kuesioner
b. Alat tulis
c. Kamera digital

4.7 Metode Analisa Data


Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan
menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dianalisis. Apabila penelitiannya deskriptif, maka akan menggunakan statistik
deskriptif. Statistik deskriptif(menggambarkan) adalah statistika yang membahas
cara-cara meringkas,menyajikandan mendeskripsikan suatu data dengan tujuan
agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna.
Adapun jenis analisis statistik yang digunakan adalah analisis univariat.
Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran variabel, dalam bentuk
distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti.

4.8 Aspek Pengukuran


26

Dalam pengukuran aspek perilaku ada 3 jenis variabel,yaitu


pengetahuan,sikap dan tindakan. Menurut Hadi Pratomo dan Sudarti(1986)
memberikan acuan untuk mengklasifikasikan dengan perhitungan sebagai berikut
a. Tingkat perilaku dinyatakan baik bila jawaban benar > 75% dari jumlah
maksimum skor.
b. Tingkat perilaku dinyatakan sedang bila jawaban benar 40% - 75% dari
jumlah maksimum skor.
c. Tingkat perilaku dinyatakan buruk bila jawaban benar < 40% dari jumlah
maksimum skor.

4.8.1 Nilai untuk pertanyaan pengetahuan


Jawaban benar :2
Kurang tepat :1
Salah :0
Skor Maksimum : 20

PENGETAHUAN
Indikator Skor
Baik 15 – 20
Sedang 8 – 14
Buruk <7

4.8.2. Nilai untuk pertanyaan sikap


Setuju :2
Kurang Setuju :1
Tidak Setuju :0
Skor Maksimum : 16

SIKAP
27

Indikator Skor
Baik 12 – 16
Sedang 7 – 11
Buruk <6

3.Nilai untuk pertanyaan tindakan


Setuju :2
Kurang Setuju :1
Tidak Setuju :0
Skor Maksimum : 10

TINDAKAN
Indikator Skor
Baik 8 – 10
Sedang 4–7
Buruk <3
28

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

MTs Pesantren Modern Ta’dib Al Syakirin Kecamatan Medan Johor


merupakan salah satu sekolah yang berada di Jl. Brigjen Zein Hamid Km. 7,5
Kelurahan Titi Kuning, Kecamatan Medan Johor, kota Medan dengan kode pos
20146.
MTs Pesantren Modern Ta’dib Al Syakirin memiliki 8 kelas, 1 asrama
putra, 1 asrama putri, 1 bangunan masjid, 1 ruang guru, 1 ruang kepala sekolah, 1
ruang BK, 1 ruang PKS, 1 ruang tata usaha, 1 ruang lab, 1 ruang perpustakaan, 1
ruang IT, 2 kantin, serta 2 kamar mandi putra dan kamar mandi putri.
MTs Pesantren Modern Ta’dib Al Syakirin dikepalai oleh seorang Kepala
Sekolah yang bernama Ika Satria S.HI.Jumlah guru pengajar di MTs Pesantren
Modern Ta’dib Al Syakirin sebanyak 20 orang dengan jumlah murid 62 orang.

5.2 Karakteristik Responden


Pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan November 2016.Pada
penelitian ini yang menjadi responden adalah santri Pesantren Modern Ta’dib Al
Syakirin Kecamatan Medan Johor.Penelitian dilakukan dengan wawancara dan
menggunakan kuesioner terhadap 62 responden. Data karakteristik responden
yang diteliti dalam penelitian ini meliputi umur dan jenis kelamin yang secara
rinci dapat dilihat sebagai berikut:

5.2.1 Umur
Umur adalah bilangan tahun terhitung sejak lahir sampai dengan tahun
terakhir seseorang melakukan aktivitas.Umur seseorang demikian besarnya dalam
mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku (Notoatmodjo, 2003).Umur
responden merupakan karakteristik responden yang membedakan tingkat
29

pengetahuan atau wawasan responden. Karakteristik responden berdasarkan umur


disajikan pada tabel 5.2.1 sebagai berikut :

Tabel. 5.2.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

No Umur Frekuensi Persentase (%)


1 12 20 32,26
2 13 23 37,10
3 14 19 30,65
Jumlah 62 100

Distribusi frekuensi responden berdasarkan


40.00%
umur

30.00% 37.10%
32.26% 30.65%

20.00%

10.00%

0.00%
12 13 14

Gambar 5.2.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Berdasarkan tabel 5.2.1 diatas responden yang diteliti sebanyak 62 orang,


dengan jumlah terbanyak pada kelompok umur 13 tahun sebanyak 23 orang
(37,10%), kemudian kelompok umur 12 tahun sebanyak 20 orang (32,26%), dan
terendah pada kelompok umur 14 tahun sebanyak 19 orang (30,65%).
30

5.2.2 Jenis Kelamin


Jenis kelamin merupakan karakteristik yang dimiliki oleh responden yang
membedakan ciri – ciri antara pria dan wanita.

Tabel 5.2.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin


Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki 37 jiwa
Perempuan 25 jiwa

Distribusi frekuensi responden berdasarkan


70.00%
jenis kelamin
60.00%
50.00% 59.68%
40.00%
30.00% 40.32%
20.00%
10.00%
0.00%
perempuan laki-laki

Gambar 5.2.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan tabel diatas responden yang diteliti sebanyak 62 orang,


dengan jumlah responden laki – laki sebanyak 37 orang (59,68 %) dan perempuan
sebanyak 25 orang (40,32 %).
31

5.3 Perilaku Santri MTs Pesantren Modern Ta’dib Al Syakirin


Kecamatan Medan Johor tentang Skabies

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan, Sikap


dan Tindakan
Pengetahuan Sikap Tindakan
Kategori
jiwa % jiwa % jiwa %
Baik 7 11,29 15 24,19 12 19,30
Sedang 43 69,36 40 65 42 67,74
Kurang 12 19,35 7 11,29 8 12,90
Total 62 100 % 62 100 % 62 100 %

80.00%
69.35% 67.74%
70.00% 65%

60.00%

50.00%
Baik
40.00%
sedang
30.00% 24.19% Kurang
19.35% 19.35%
20.00% 11.29%
11.29% 12.90%
10.00%

0.00%
Pengetahuan Sikap Tindakan

Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan,


Sikap, Tindakan
Pada tabel 5.3 diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian
ini memiliki pengetahuan yang sedang, yaitu sebanyak 43 orang (69,35%).
Berdasarkan sikap dari responden sebagian besar berada dalam kategori sedang,
sebanyak 40 orang (65%). Dan tindakan responden dalam perilaku mengenai
kesehatan reproduksi sebagian besar ada dalam kategori sedang, yaitu 42 orang
(67,74%).
32

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada Santri di MTs


Pesantren Modern Ta’dib Al Syakirin Kecamatan Medan Johor diperoleh data
tentang perilaku yang mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan tentang skabies
dengan memberikan kuesioner dan wawancara untuk diisi kepada seluruh santri
yang berjumlah 62 orang. Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam melakukan
pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut ini :
Jika ditinjau dari kelompok umur , jumlah umur responden terbanyak
adalah 13 tahun sebanyak 23 orang (37,10%), kemudian kelompok umur 12 tahun
sebanyak 20 orang (32,26%) dan terendah pada kelompok umur 14 tahun
sebanyak 19 orang (30,65%).
Jika ditinjau dari jenis kelamin dengan jumlah responden laki-laki
sebanyak 37 orang (59,68%) dan perempuan sebanyak 25 orang (40,32%).

6.2 Pembahasan Pengetahuan Responden


Faktor yang menunjang perkembangan penyakit skabies antara lain
hygene yang buruk, dan penularan lewat tidur bersama dalam satu tempat tidur,
lewat pakaian, perlengkapan tidur atau benda-benda lainnya3
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap seluruh santri
yang berjumlah 62 responden yang berada di MTs Pesantren Modern Ta’dib Al
Syakirin Kecamatan Medan Johor diperoleh tingkat pengetahuan santri yang
memiliki kategori sedang sebanyak 43 orang (69,36%), kategori kurang 12 orang
(19,35%) dan kategori baik 7 orang (11,29%). Dalam hal ini sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan yang sedang.Hanya beberapa santri yang
memiliki tingkat pengetahuan yang baik.Menurut peneliti hal ini dipengaruhi oleh
karena kurangnya informasi yang didapat mengenai skabies. Hasil penelitian ini
sebanding dengan penelitian Nithya Paramita (2010) menyatakan bahwa tingkat
33

pengetahuan santri Pondok Pesantren Darularafah menunjukkan sebanyak 6 orang


(12%) santri berpengetahuan baik, 41 orang (82%) berpengetahuan sedang dan 3
orang (6%) berpengetahuan buruk. Hal ini disebabkan oleh karena kurangnya
informasi yang didapat santri mengenai skabies sebelum dan sesudah masuk
pesantren.

6.3 Pembahasan Sikap Responden

Sikap responden adalah tanggapan atau respon terhadap perilaku


santritentang penyakit skabies dan mencegahnya.Pengetahuan seseorang terhadap
suatu objek mengandung dua aspek yaitu positif dan negatif.kedua aspek inilah
yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin
banyak aspek positif dari objek yang diketahui, maka akan menumbuhkan sikap
semakin positif terhadap objek tersebut.8
Dari hasil penelitian, dapat diketahui sikap responden sebagian besar
berada dalam kategori sedang, yaitu 40 orang (65%), kategori baik sebanyak 15
orang (24,19%) dan kategori kurang sebanyak 7 orang (11,29%).

Menurut peneliti hal ini dipengaruhi oleh karena kurangnya pengalaman


dan informasi yang didapat mengenai penyakit skabies.Hasil penelitian ini
sebanding dengan penelitian Nithya Paramita (2010) yang menyatakan bahwa
sebagian besar santri Pondok Pesantren Darularafah memliliki tingkat sikao yang
sedang.Hal ini disebabkan oleh karena kurangnya informasi yang didapat santri
mengenai skabies sebelum dan sesudah masuk pesantren.

6.4 Pembahasan Tindakan Responden

Tindakan responden adalah hal-hal yang dilakukan oleh santri tentang


penyakit skabies dan mencegahnya. Tindakan yang didasari pengetahuan akan
lebih langgeng dibandingkan tanpa didasari pengetahuan.8
Dari hasil penelitian, menunjukkan gambaran tindakan sebagian besar
responden berada dalam tingkat yang sedang, yaitu sebanyak 42 orang (67,74%),
34

kategori baik sebanyak 12 orang (19,36%) serta kategori kurang sebanyak 8


orang (12,90%). Hal ini dipengaruhi oleh karena kurangnya motivasi,
pengetahuan serta kurangnya informasi yang didapat mengenai penyakit skabies
Hasil penelitian ini sebanding dengan penelitian Nithya Paramita (2010) yang
menyatakan bahwa sebagian besar santri Pondok Pesantren Darularafah memliliki
tingkat sikao yang sedang. Hal ini disebabkan oleh karena kurangnya informasi
yang didapat santri mengenai skabies sebelum dan sesudah masuk pesantren.
35

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di MTs Pesantren


Modern Ta’dib Al Syakirin Kecamatan Medan Johor tahun 2016, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan santri tentang skabies di MTs Pesantren Modern


Ta’dib Al Syakirin Kecamatan Medan Johor tahun 2016 secara garis besar
termasuk dalam kategori sedang yaitu 43 (empat puluh tiga) respondeng
atau 69,36%.
2. Sikap santri tentang skabies di MTs Pesantren Modern Ta’dib Al Syakirin
Kecamatan Medan Johor tahun 2016 secara garis besar termasuk kategori
sedang yaitu 40 (empat puluh) responden atau 65%.
3. Tindakan santri dalam menghadapi skabies di MTs Pesantren Modern
Ta’dib Al Syakirin Kecamatan Medan Johor tahun 2016 secara garis besar
termasuk kategori sedang yaitu 42 (empat puluh dua) responden atau
67,74%.

7.2 Saran

Mengkaji dari hasil penelitian tentang Gambaran Perilaku Santri Tentang


Skabies di MTs Pesantren Modern Ta’dib Al Syakirin Kecamatan Medan Johor
tahun 2016, maka peneliti mengajukan saran :

1. Diharapkan kepada santri untuk lebih meningkatkan kesadaran diri


terhadap kebersihan diri dan lingkungannya, seperti tidak memakai barang
(pakaian, handuk dll) secara bergantian.
2. Diharapkan kepada santri untuk lebih menambah wawasan tentang
penyakit skabies sehingga akan menambah pengetahuan santri tentang
penyakit skabies dan upaya pencegahannya.
3. Bagi puskesmas diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai informasi untuk meningkatkan program promotif dan penyuluhan
oleh tenaga kesehatan.
36

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansyur. M. 2007. Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada


PenatalaksanaanSkabies Anak Usia Pra-Sekolah. Majalah Kedokteran
Indonesia . Vol. 57. No. 2. Februari 2007. Hal : 63-67.
2. Harahap.M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit.Jakarta: Hipokrates.
3. Djuanda Adhi. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi 6. Hal 122-125.
4. Siregar R S. 2014. Saripati Penyakit Kulit. Jakrta : EGC. Edisi 3. Hal 166-
167.
5. Murtiastutik Dwi. 2008. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual.Surabaya :
Airlangga University Press. Hal 202-208.
6. Brown Robin Graham, Tony Burns. 2005. Dermatologi. Jakarta :
Erlangga. Edisi 8. Halaman 42-46.
7. Meiustia Rahayu. Laporan Kasus Tentang Skabies. Available from
https://www.scribd.com/doc/154772230/Laporan-Kasus-Skabies (Diakses
19 November 2016).
8. Notoatmodjo Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta : Rineka cipta, Hal 133-148.
9. Nawawi. Sejarah dan Perkembangan Pesantren. Vol.4. No.1. Januari-Juni
2016 : 4-19.
10. Mahyuliansyah. Peran Serta Pondok Pesantren Dalam Kesehatan.
Available from http://keperawatan-komunitas.blogspot.com (Diakses 22
November 2016).
37

LAMPIRAN

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PRILAKU SANTRI MTs PESANTREN MODERN TA’DIB


AL-SYAKIRIN KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2016

IDENTITAS KORESPONDEN

Nama :

Umur :

Kelas :

Alamat :

1. PENGETAHUAN
1. Apa penyebab penyakit skabies ?
a. Tungau kecil yaitu Sarcoptes scabiei
b. Kuman
c. Tungau
2. Bagaimana cara penularan penyakit skabies ?
a. Melalui sentuhan langsung dengan kulit penderita skabies
b. Skabies tidak bisa menular
c. Melalui kontak langsung dan melalui kontak tidak langsung seperti
memakai handuk yang menderita skabies
3. Pada bagian tubuh mana saja yang bisa terkena skabies ?
a. Bagian kelamin
b. Sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan
ketiak, bagian depan perut, bokong dan alat kelamin.
38

c. Tubuh yang sehat tidak akan bisa terkena skabies


4. Siapa saja yang bisa menderita skabies ?
a. Anak asrama saja
b. Semua orang, namun lebih sering pada anak asrama
c. Lanjut usia
5. Di masyarakat skabies disebut juga ?
a. Kudis
b. Cacingan
c. Skabies sering disebut kudis, gudik, budukan, penyakit pondok
6. Apakah penyakit skabies dapat ditularkan dengan saling bertukar pakaian
dengan penderita skabies ?
a. Ya, dapat menularkan penyakit
b. Ya, tetapi saat tubuh lemah saja
c. Tidak menularkan penyakit
7. Bagaimana cara agar tidak tertular skabies ?
a. Desinfeksi (merebus) pakaian, handuk, seprai penderita skabies dan
pengobatan dari dokter.
b. Menjaga jarak dengan penderita skabies
c. Memusuhi penderita skabies
8. Bagaimana cara menghindari penyakit skabies ?
a. Mandi tiga kali sehari, tidak saling menukar peralatan pribadi dengan
penderita skabies dan menjaga kontak langsung dengan penderita
skabies
b. Menjaga kebersihan diri, mandi dengan sabun
c. Bertukaran alat shalat dengan penderita skabies
9. Gejala apa saja yang ditimbulkan skabies ?
a. Rasa gatal
b. Rasa gatal pada malam hari dan timbul terowongan berwarna
putih/keabu-abuan disela jari
c. Mencret
39

10. Manakah dari pernyataan dibawah ini yang benar ?


a. Skabies disebabkan tungau, sering menyerang orang yang hidup
berkelompok dan menimbulkan gatal pada malam hari
b. Skabies disebabkan oleh tungau
c. Skabies hanya menyerang ornag tua dan anak bayi saja
40

2. SIKAP

Jawaban

NO Pertanyaan
Setuju Kurang Tidak
Setuju Setuju
1 Tidak saling bertukar pakaian dengan
penderita skabies/kudis
2 Saling bertukar handuk dengan penderita
skabies.
3 Tidur pada satu tempat tidur dengan
penderita scabies
4 Penyakit skabies harus diwaspadai.
5 Penderita skabies harus dijauhi.
6 Menjaga jarak dengan penderita skabies
sangat perlu dilakukan.
7 Kebersihan diri dan lingkungan sangat
perlu dijaga agar terbebas dari penyakit
skabies.
8 Bila dijumpai kasus dengan penyakit
skabies, harus segera mungkin dilakukan
pengobatan untuk mencegah penularan.
41

3. TINDAKAN

1. Berapa kali anda mandi dalam satu hari ?


a. Satu kali
b. Dua kali
c. Tiga kali

2. Berapa kali anda mengganti baju dalam satu hari ?


a. Satu kali
b. Dua kali
c. Tiga kali

3. Berapa kali anda mengganti handuk dalam satu minggu ?


a. Satu kali
b. Dua kali
c. Tiga kali

4. Bagaimana cara anda mencegah penyakit skabies ?


a. Menjaga pakaian, handuk, tempat tidur agar tidak terkontaminasi
dengan penderita skabies dan mandi dua kali sehari dengan
menggunakan sabun mandi.
b. Mandi dua kali sehari dengan menggunakan sabun mandi.
c. Mandi sekali sehari yakin tidak tertular penyakit skabies
`
5. Apakah upaya yang anda lakukan jika anda menjadi penderita skabies ?
a. Membiarkannya, karena akan sembuh dengan sendirinya.
b. Segera berobat kedokter
c. Menggunakan ramuan tradisional
42

DATA HASIL KUESIONER GAMBARAN PERILAKU SANTRI


TERHADAP KEJADIAN SKABIES DI MTs PESANTREN MODERN
TA’DIB AL SYAKIRIN KECAMATAN MEDAN JOHOR

1. SKOR PENGETAHUAN

Soal
No Nama Umur P P P P P P P P P P Total Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. P 12 1 0 2 2 1 2 2 1 0 0 11 Sedang
2. P 13 2 1 0 1 1 2 1 0 2 2 12 Sedang
3. P 14 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 5 Kurang
4. P 12 1 2 0 2 1 1 2 1 0 1 11 Sedang
5. P 14 1 2 1 0 1 0 0 1 1 2 9 Sedang
6. L 12 1 0 1 2 1 2 1 2 1 1 12 Sedang
7. L 13 2 0 1 1 0 1 0 1 0 0 6 kurang
8. L 12 1 2 0 0 1 0 1 2 1 1 9 Sedang
9 L 13 0 1 1 0 2 1 0 1 2 1 9 Sedang
10 P 14 1 2 0 2 1 2 1 1 1 2 13 Sedang
11 P 13 2 0 1 1 0 1 2 1 0 2 10 Sedang
12 P 13 0 1 1 2 2 0 2 1 2 0 11 Sedang
13 L 12 1 0 2 1 2 1 0 0 2 1 10 Sedang
14 P 12 2 1 0 1 1 0 1 0 0 0 6 kurang
15 L 12 2 0 2 2 1 0 2 1 0 2 12 Sedang
16 L 12 0 1 2 1 2 0 1 2 0 1 10 Sedang
17 P 14 2 0 1 2 2 0 1 0 2 2 12 Sedang
18 P 14 2 2 1 0 0 2 1 0 2 1 11 Sedang
19 L 13 2 0 1 1 2 2 1 0 1 2 12 Sedang
20 P 14 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 18 Baik
21 L 12 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 12 Sedang
22 P 12 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 19 Baik
23 P 13 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 16 Baik
24 P 13 2 0 1 1 1 0 0 1 1 0 7 kurang
25 P 12 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 13 Sedang
26 P 14 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 17 Baik
27 P 14 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Sedang
28 P 12 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 18 Baik
29 P 14 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 6 kurang
30 L 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Sedang
31 L 12 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 Sedang
32 L 13 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 13 Sedang
33 P 14 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 18 Baik
43

34 L 14 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 12 Sedang
35 L 12 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 6 kurang
36 L 14 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 14 Sedang
37 L 13 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 18 Baik
38 L 14 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Sedang
39 L 13 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 13 Sedang
40 L 13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Sedang
41 L 13 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 6 kurang
42 L 13 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 17 Baik
43 L 13 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 Sedang
44 L 14 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 16 Baik
45 L 12 2 2 1 2 1 1 2 2 0 1 14 Sedang
46 L 12 2 1 1 0 2 1 1 1 0 1 10 Sedang
47 L 13 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 16 Baik
48 L 14 2 2 1 2 1 0 2 2 0 2 14 Sedang
49 L 13 1 2 1 2 1 1 2 0 1 2 13 Sedang
50 L 13 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 18 Baik
51 L 14 1 2 1 0 1 2 1 0 1 2 11 Sedang
52 L 14 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 17 Baik
53 L 13 1 1 2 0 1 1 0 1 1 1 9 Sedang
54 L 13 1 1 0 2 2 2 1 0 1 2 12 Sedang
55 l 12 1 1 2 1 0 1 1 0 2 1 10 Sedang
56 L 12 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 15 Baik
57 l 14 1 0 1 0 1 1 2 0 1 1 8 Sedang
58 L 13 1 1 2 1 1 2 0 1 1 2 12 Sedang
59 L 12 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19 Baik
60 L 12 1 2 2 0 1 2 1 0 2 2 13 Sedang
61 L 13 1 1 1 2 0 1 1 0 1 2 10 Sedang
62 L 13 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 Baik

Jumlah Pengetahuan :

Baik :7

Sedang : 43

Kurang : 12
44

2. SKOR SIKAP
No Nama Umur Soal Total Kategori
P P P P P P P P
1 2 3 4 5 6 7 8
1 P 12 1 0 2 2 1 2 2 1 11 Sedang
2 P 13 2 1 1 2 1 2 1 0 10 Sedang
3 P 14 2 1 0 1 0 1 0 0 5 Kurang
4 P 12 1 2 0 2 1 1 2 1 10 Sedang
5 P 14 1 2 1 2 1 0 1 1 9 Sedang
6 L 12 2 0 1 2 1 2 0 2 10 Sedang
7 L 13 2 0 1 1 0 1 0 1 6 Kurang
8 L 12 1 2 1 1 1 0 1 2 9 Sedang
9 L 13 2 1 1 0 2 1 0 1 8 Sedang
10 P 14 1 2 0 2 1 2 1 1 10 Sedang
11 P 13 2 2 1 1 0 1 2 1 10 Sedang
12 P 13 2 1 1 2 2 0 2 1 11 Sedang
13 L 12 1 1 2 1 2 1 1 1 10 Sedang
14 P 12 1 1 0 1 1 0 1 0 5 Kurang
15 L 12 2 1 2 2 0 1 2 1 11 Sedang
16 L 12 1 1 2 1 0 2 1 2 10 Sedang
17 P 14 2 0 1 2 0 2 1 0 8 Sedang
18 P 14 2 2 1 1 1 2 1 1 11 Sedang
19 L 13 2 1 1 1 2 2 1 0 10 Sedang
20 P 14 2 2 1 2 1 2 2 2 14 Baik
21 L 12 2 2 1 1 2 1 1 0 10 Sedang
22 P 12 2 2 2 2 2 2 1 2 15 Baik
23 P 13 2 1 2 2 2 2 2 1 14 Baik
24 P 13 1 0 1 0 1 2 0 0 5 Kurang
25 P 12 2 1 0 1 2 2 1 1 10 Sedang
26 P 14 2 2 2 2 2 2 2 2 16 Baik
27 P 14 2 1 0 2 1 1 2 2 11 Sedang
28 P 12 2 2 2 2 2 2 1 2 15 Baik
29 P 14 1 0 0 1 1 1 0 0 4 Kurang
30 L 14 2 1 2 1 1 1 1 1 10 Sedang
31 L 12 2 1 0 1 0 2 1 0 7 Sedang
32 L 13 2 1 0 1 2 1 1 1 9 Sedang
33 P 14 2 2 1 2 1 1 2 2 13 Baik
34 L 14 1 2 1 0 1 2 1 1 9 Sedang
35 L 12 1 1 2 0 1 1 0 0 6 kurang
36 L 14 2 2 1 0 2 1 0 2 10 Sedang
37 L 13 2 2 1 2 2 2 2 2 15 Baik
38 L 14 1 2 1 1 0 2 1 0 8 Sedang
39 L 13 1 2 2 0 1 2 1 1 10 Sedang
40 L 13 2 1 1 2 2 1 1 1 11 Sedang
45

41 L 13 1 1 0 1 2 0 0 0 5 Kurang
42 L 13 2 1 1 2 2 1 2 1 12 Baik
43 L 13 2 1 1 2 1 1 1 0 9 Sedang
44 L 14 2 2 2 1 2 1 1 1 12 Baik
45 L 12 2 1 1 1 1 2 1 1 10 Sedang
46 L 12 1 1 2 1 1 0 1 1 8 Sedang
47 L 13 2 2 1 2 2 2 1 2 14 Baik
48 L 14 2 2 1 1 1 1 1 2 11 Sedang
49 L 13 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Sedang
50 L 13 2 2 1 2 1 1 1 2 12 Baik
51 L 14 1 2 1 1 1 1 1 1 9 Sedang
52 L 14 2 2 2 1 1 2 2 2 14 Baik
53 L 13 2 2 1 1 1 1 1 1 10 Sedang
54 L 13 2 2 2 1 1 1 1 1 11 Sedang
55 l 12 1 2 2 1 1 1 1 1 10 Sedang
56 L 12 2 2 2 2 2 2 2 2 16 Baik
57 l 14 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Sedang
58 L 13 1 2 1 1 1 0 1 1 8 Sedang
59 L 12 2 2 1 2 2 2 1 1 13 Baik
60 L 12 1 2 1 1 1 1 1 1 9 Sedang
61 L 13 2 2 2 1 1 1 1 1 11 Sedang
62 L 13 2 2 2 2 1 1 2 2 14 Baik

Jumlah Sikap :
Baik : 15
Sedang : 40
Kurang :7
46

3. SKOR TINDAKAN

No Nama Umur Soal Total Kategori


P1 P2 P3 P4 P5
1. P 12 2 1 1 0 2 6 Sedang
2. P 13 2 0 2 1 2 7 Sedang
3. P 14 0 1 0 1 0 2 Kurang
4. P 12 2 1 2 1 1 7 Sedang
5. P 14 2 1 1 1 1 6 Sedang
6. L 12 2 1 1 2 1 7 Sedang
7. L 13 1 0 1 1 0 3 Kurang
8. L 12 1 1 1 0 2 5 Sedang
9 L 13 2 1 1 0 2 6 Sedang
10 P 14 2 2 1 1 0 6 Sedang
11 P 13 2 1 0 1 1 5 Sedang
12 P 13 2 0 1 2 1 6 Sedang
13 L 12 1 2 2 1 1 7 Sedang
14 P 12 1 0 0 0 1 2 Kurang
15 L 12 2 2 1 1 0 6 Sedang
16 L 12 2 1 2 1 0 6 Sedang
17 P 14 2 1 1 2 1 7 Sedang
18 P 14 2 2 1 0 1 6 Sedang
19 L 13 2 1 1 1 1 6 Sedang
20 P 14 2 2 2 2 1 9 Baik
21 L 12 2 1 0 1 1 5 Sedang
22 P 12 2 2 1 2 2 9 Baik
23 P 13 2 2 2 1 2 9 Baik
24 P 13 1 0 1 0 0 2 Kurang
25 P 12 2 1 2 1 1 7 Sedang
26 P 14 2 2 1 1 2 8 Baik
27 P 14 2 1 1 2 0 6 Sedang
28 P 12 2 2 2 2 2 10 Baik
29 P 14 1 0 1 1 0 3 Kurang
30 L 14 2 1 2 1 1 7 Sedang
31 L 12 2 2 1 1 1 7 Sedang
32 L 13 2 1 1 1 1 6 Sedang
33 P 14 2 2 1 1 2 8 Baik
34 L 14 2 1 1 2 1 7 Sedang
35 L 12 1 0 1 0 0 2 Kurang
36 L 14 2 1 1 1 2 7 Sedang
37 L 13 2 2 2 1 1 8 Baik
38 L 14 2 2 1 1 0 6 Sedang
39 L 13 2 1 2 0 1 6 Sedang
40 L 13 2 1 1 1 1 6 Sedang
47

41 L 13 1 0 1 1 0 3 Kurang
42 L 13 2 1 2 2 2 9 Baik
43 L 13 2 2 1 1 1 7 Sedang
44 L 14 2 1 2 2 2 9 Baik
45 L 12 2 0 1 1 1 5 Sedang
46 L 12 2 2 1 1 1 7 Sedang
47 L 13 2 2 2 1 1 8 Baik
48 L 14 2 1 1 2 1 7 Sedang
49 L 13 2 2 1 1 0 6 Sedang
50 L 13 2 1 2 2 1 8 Baik
51 L 14 2 2 1 1 1 7 Sedang
52 L 14 2 1 2 2 2 9 Baik
53 L 13 2 1 2 1 1 7 Sedang
54 L 13 2 2 1 1 1 7 Sedang
55 L 12 2 1 1 2 1 7 Sedang
56 L 12 2 2 2 2 1 9 Baik
57 L 14 2 0 1 2 0 5 Sedang
58 L 13 1 1 1 1 1 5 Sedang
59 L 12 2 2 2 2 2 10 Baik
60 L 12 1 1 2 1 1 6 Sedang
61 L 13 2 0 0 1 2 5 Sedang
62 L 13 2 2 2 1 2 9 Baik

Jumlah Tindakan :
Baik : 12
Sedang : 42
Kurang :8

You might also like