You are on page 1of 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pelaporan
Korporat dengan topik pembahasan “ANALISIS LAPORAN KEUANGAN:
FINANCIAL SHENANIGANS MENDETEKSI FRAUD DAN GIMMICK
AKUNTANSI DALAM LAPORAN KEUANGAN”. Makalah ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pelaporan Korporat. Mata
kuliah tersebut diambil oleh mahasiswa dan mahasiswi Pendidikan Profesi
Akutansi Angkatan 32, Universitas Diponegoro.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Kami mengakui bahwa makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan. Kami berharap kepada pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Semarang, 08 Mei 2019


Hormat Kami,

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 16
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 18

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 21
2.1 Contoh Kasus di Amerika.............................................................. 21
2.2 Jenis Financial Shenanigans........................................................... 25
2.3 Mendeteksi Financial Shenanigans................................................ 32
2.4 Area Permasalahan Utama............................................................. 33
2.5 Analisis Menggunakan Rasio Keuangan........................................ 35

BAB III PENUTUP................................................................................................ 90


3.1 Kesimpulan.................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam sebuah perusahaan sering terjadi perbedaan kepentingan antara pemegang
saham (principal) dan manajemen (agent). Pemegang saham memberikan hak untuk
mengelola perusahaan kepada manajemen agar dapat memenuhi kepentingan pemegang
saham yang berubah imbal balik hasil dalam suatu jumlah tertentu. Manajemen
mendapatkan feedback berupa insentif gaji atau bonus atas kinerja mereka sebagai agent.
Manajer sebagai seorang individu akan cenderung melakukan sesuatu yang lebih
menguntungkan dan lebih bermanfaat bagi kepentingannya. Manajemen beranggapan
bahwa kepentingan pemegang saham tidak terlalu menjadi prioritas bagi mereka. Maka
dari itu terkadang muncul motivasi materialisme yang merupakan suatu dorongan besar
manajemen utnuk meakukan perilaku disfungsional atas laporan keuangan. Perilaku yang
tidak seharusnya (dysfuncitonal behavior) yang dilakukan oleh manajer terjadi akibat
adanya asimetri informasi dalam penyajian laporan keuangan yang tidak terlepas dari
pertimbangan konsekuensi ekonomi. Manajer merasa leluasa dalam pemilihan alternatif
metode akuntansi yang digunakan.
Bentuk dari perilaku disfungsional yang dilakukan oleh manajemen dalam suatu
perusahaan beraneka ragam, diantaranya financial shenaigans. Financial shenanigans
adalah tindakan yang sengaja dilakukan untuk mendistrosi laporan kinerja keuangan dan
kondisi keuangan entitas. Manipulasi ini dilakukan dengan bantuan akuntansi karual. Di
sinilah manajemen laba mulai masuk. Healy dan Whalen menjelaskan bahwa manajemen
laba terjadi ketika manajer menggunakan kebijaksanaan untuk memanipulasi informasi
keuangan baik untuk menyesatkan beberapa stakeholder tentang kinerja ekonomi entitas
atau untuk mempengaruhi seluk-beluk kontrak. Tidak semua financial shenanigans
merupakan tindakan melanggar hukum ataupun penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Financial shenanigans mencakup spektrum yang luas berkaitan dengan
aktivitas – aktivitas yang secara sengaja salah melaporkan kinerja keuangan atau kondisi
keuangan. Financial shenanigans dapat berkisar dari yang bersifat sangat sopan, seperti
mengubah estimasi akuntansi, sampai yang bersifat kecurangan, seperti pengakuan
pendapat fiktif.
Hal ini merupakan salah satu prosedur dari creative accounting yang merupakan
alat untuk mendukung manajer dalam menjaga eksistensi serta citra perusahaan, tetapi
motif utama yang muncul dari manajer untuk mendapatkan kepentingan pribadi (Victoria,
2014). Creative accounting merupakan euphemism dari sistem pelaporan keuangan yang
tidak setia pada kondisi keuangan yang sebenarnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dalam perspektif masyarakat yang tidak menggeluti bidang akuntansi, Creative
Accounting dipandang sebagai suatu hal yang tidak etis, bahkan merupakan bentuk dari
manipulasi informasi sehingga menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan. Akan tetapi
pandangan yang terdapat pada teori akuntansi positif, menjelaskan bahwa sepanjang
Creative Accounting tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima
umum, tidak ada masalah yang terjadi. Masalah sebenarnya yang terjadi adalah tidak
diberikannya pengungkapan dalam laporan keuangan yang transparan secara menyeluruh
tentang proses-proses pertimbangan dalam penentuan kebijakan akuntansi (Accounting
Policy). Secara teoritis, upaya Creative Accounting lebih berkaitan dengan upaya
memanfaatkan celah yang ada di dalam standar laporan informasi keuangan, tidak dengan
melakukan penyimpangan atas standar akuntansi. Praktik Creative Accounting dapat
dikatakan sebagai sebuah praktik akuntansi yang buruk, karena cenderung mereduksi
kualitas kualitatif yang seharusnya melekat pada laporan keuangan, yaitu merujuk pada
karaktertistik reliabilitas atau keandalan.
Keandalan dalam laporan keuangan memiliki arti bahwa informasi bebas dari
pengertian menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan oleh pihak-pihak yang
membutuhkan sebagai penyajian yang jujur (Faithful Representation) dari yang
seharusnya disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan. Kelengkapan informasi
dalam laporan keuangan harus memenuhi batasan materialitas dan mempertimbangan
biaya penyusunan. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) mengakibatkan
informasi menjadi menyesatkan sehingga tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna jika
dikaitkan dari segi relevansi. Informasi mungkin memenuhi kriteria relevan akan tetapi
jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan infromasi tersebut
secara potensial dapat menyesatkan (Dwi Martani,2016). Menurut (Desmiyawati,2014)
terdapat beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi keandalan dalam penyajian laporan
keuangan, yaitu sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, pengendalian
intern serta pengawasan bagian keuangan. Pada prinsipnya, pihak-pihak yang
berkepentingan akan informasi akuntansi percaya pada angka akuntansi yang disajikan
oleh manajemen perusahaan, namun apabila terdapat perekayasaan penyajian informaasi
menyebabkan distorsi informasi yang menyebabkan turunnya kepercayaan pengguna
informasi akuntansi terhadap laporan keuangan. Penerapan karakteristik kualitatif pokok
dan standar akuntansi keuangan yang sesuai akan menghasilkan laporan keuangan yang
wajar.
Pada praktik Creative Accounting agar terlaksana sesuai rencana, biasanya
manajemen melakukannya dengan memperdaya auditor atau membujuk auditor untuk
dapat menerima kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan. Strategi yang
menjadi pendorong terjadinya praktik tersebut meliputi meningkatkan laba, menurunkan
biaya, meningkatkan asset, menurunkan liabilitas dan meningkatkan arus kas dari aktivitas
operasi (Michael Jones,2011), yang tercermin dalam laporan laba rugi, neraca, dan arus
kas.
Keruntuhan badan-badan perusahaan baru-baru ini seperti Enron di Amerika
Serikat dan beberapa Bank Komersial yang gagal seperti Intercontinental Bank di Nigeria
bahkan ketika laporan keuangan mereka menyajikan tagihan dari volume keuangan yang
tidak seharusnya. Selain itu, bukti dari badan Nigerian Deposit Insurance Commission
(NDIC, 2003) melaporkan tentang kecurangan terus-menerus di perbankan serta industri
non-perbankan terlepas dari fakta bahwa laporan keuangan dari badang-badan perusahaan
tersebut telah menunjukkan sebuah pandangan “benar dan adil” mengungkapkan tren
fenomenal ke atas. Dan masih banyak lagi kasus telah mengubah pikiran para pemegang
saham dan pemangku kepentingan yang relevan lainnya jauh dari mengandalkan validitas
dan kebenaran laporan keuangan suatu entitas yang dimaksudkan untuk menunjukkan
pengelolaan manajemen.
Pada saat tekanan keuangan krisis ekonomi global secara khusus menjadi dorongan
badan usaha lain untuk memalsukan laporan keuangan dan karyawan untuk melakukan
kecurangan. Kecurangan laporan keuangan biasanya terjadi dalam bentuk pemalsuan
laporan keuangan untuk mendapatkan beberapa bentuk manfaat. Bisnis kecurangan
laporan keuangan menyajikan biaya besar bagi perekonomian kita di seluruh dunia.
Perusahaan terus-menerus mengidentifikasi cara baru dan cerdik untuk menipu pelanggan
mereka, investor, pemerintah dan lainnya. Para pihak yang memiliki kepentingan dalam
perusahaan tidak hanya ingin melihat perusahaan makmur dalam hal kinerja keuangan
yang luar biasa dan posisi keuangan yang kuat. Mereka juga ingin melihat perusahaan
menunjukkan posisi yang kuat di pasar dan citra positif di media. Untuk alasan ini, tentu
etis perilaku itu penting dilakukan perusahaan.
Spathis (2002) mencatat bahwa terlepas dari jenis perusahaan, persentase laporan
keuangan yang mengandung informasi yang salah cukup tinggi. Terhadap permasalahan
ini, banyak dari peneliti, manajemen, pemberi pinjaman, pekerja, pemasok, klien dan
masyarakat pada umumnya telah menunjukkan minat yang besar dalam mendeteksi
kecurangan laporan keuangan. Deteksi kecurangan merupakan bagian khusus yang
dilakukan oleh auditor sebagaiman tercantum pada ISA 240. Prosedur analitik menjadi alat
deteksi yang membantu auditor dalam mengidentifikasi adanya kecurangan pada variabel
keuangan (Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman, 2009).
Fraud dalam penyajian laporan keuangan umumnya dapat terdeteksi melalui
analisis laporan keuangan, dimana rasio keuangan diartikan sebagai alat analisis yang
dapat mengukur kinerja perusahaan berdasarkan perbandingan antar pos-pos akuntansi
pada laporan keuangan. Beberapa analisis laporan keuangan yaitu: analisis vertikal,
analisis horizontal, dan analisis rasio. Adapun deteksi fraud dengan menggunakan analisis
rasio yang berkaitan dengan fraudulent financial reporting dapat diukur dengan
menggunakan perbandingan antara M-Score, F-Score (Pustylnick, 2011) dan Z-Score
(Altman, 1968). Z-Score (Altman, 1968) dapat digunakan sebagai indikator kecurangan
yang terdapat pada laporan keuangan. Penganalisaan atau penilaian terhadap posisi
keadaan keuangan dan perkembangannya pada suatu perusahaan dapat dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pihak yang ada dalam perusahaan (internal) dan pihak di luar perusahaan
(eksternal). Kemungkinan adanya laporan keuangan yang tidak asli atau adanya praktik
kecurangan karena sudah diolah sedemikian rupa sehingga terlihat baik. Praktik
kecurangan ini biasanya terjadi karena adanya moral hazard dan menimbulkan banyak
dampak negatif, salah satunya adalah perusahaan tersebut akan sulit untuk mendapatkan
kembali kepercayaan publik. Maka sudah menjadi suatu keharusan bagi profesional audit
untuk mendeteksi secara lebih efektif dan efisien terhadap praktik fraudulent financial
reporting sebelum skandal ini terungkap ke publik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan financial shenanigans?
2. Apa saja jenis dari financial shenanigans?
3. Bagaimana cara mendeteksi financial shenanigans?
4. Apa saja yang menjadi area permasalahan utama dari financial shenanigans?
5. Bagaimana analisis menggunakan rasio keuangan?

1.3 MAKSUD & TUJUAN PENULISAN


Secara umum penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan gambaran mengenai
financial shenanigans yang dipandang sebagai suatu tindakan yang di lakukan dengan
tujuan untuk menyembunyikan atau mendistorsikan keadaan keuangan suatu perusahaan.
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi dari financial shenanigans.
2. Untuk mengetahui jenis dari financial shenanigans.
3. Untuk mengetahui cara mendeteksi financial shenanigans.
4. Untuk mengetahui area permasalahan utama dari financial shenanigans.
5. Untuk mengetahui cara melakukan analisis menggunakan rasio keuangan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Motivasi perusahaan melakukan over stated earning di antaranya adalah untuk
meet ekspektasianalisis supaya perusahaannya tetap mendapatkan predikat yang bagus di
mata investor, atau misalnya memenuhi debt covenants, atau untuk meningkatkan insentif
kompensasi bagi manajemen dari shareholders. Beberapa skenario shenanigans yang
lainnya seperti:
 Mencatat revenue yang premature atau kualitasnya di ragukan;
 Mencatat revenue fiktif;
 Melakukan one-time transaction untuk menciptakan gain;
 Menunda revenue periode ini untuk di catat di periode berikutnya;
 Aggresive accounting policies.
Dimana financial shenanigans dipicu oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Fungsi audit internal yang tidak memadai. Audit internal yang memadai akan
sangat membantu untuk meminimalisir kecurangan yang terjadi di dalam suatu
entitas. Audit internal harus dilakukan oleh auditor internal yang independen dan
kompeten.
2. Lingkungan pengendalian yang lemah. Sudah semestinya suatu entitas memiliki
pengendalian yang baik, karena dengan lemahnya pengendalian suatu entitas
tentunya akan memberi ruang untuk perilaku curang. Selain memiliki audit internal
yang memadai, perusahaan juga sebaiknya mempunyai auditor eksternal yang
kompeten dan anggota dewan direksi yang independen untuk memperkuat
pengendalian entitas tersebut.
3. Manajemen menghadapi tekanan yang kompetitif dan ekstrim. Kecurangan tidak
hanya dapat dilkukan karena adanya kesempatan, melainkan juga dengan adanya
tekanan. Tekanan-tekanan ini bisa diakibatkan oleh pihak eksternal (competitor)
ataupun pihak internal. Persaingan yang semakin ketat dengan perusahaan lain,
tentunya akan mendesak perusahaan melakukan suatu kebijakan agar dapat lebih
unggul dari perusahaan lainnya. Ditambah lagi dengan tekanan yang dilakukan
oleh pihak internal perusahaan yaitu pimpinan perusahaan yang menginginkan
perusahaannya lebih unggul dalam waktu yang cepat. Salah satu yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan financial shenanigans agar bisa mendapatkan
investor yang lebih banyak dari pesaingnya.
4. Perusahaan baru go public. Perusahaan yang baru go public sangat mungkin untuk
melakukan financial shenanigans, karena perusahaan yang baru go public tentunya
memiliki harapan untuk mendapatkan investor sebanyak mungkin dan sesegera
mungkin demi kemajuan perusahaan. Tidak heran jika perusahaan perusahaan yang
baru go public mempercantik laporan keuangannya.
Indikasi praktik manipulasi laporan keuangan dapat di lihat dari tanda-tanda seperti
misalnya: Perusahaan melakukan perubahan metode akuntansi yang menyebabkan
perubahan angka-angka yang cukup signifikan pada beberapa tahun terakhir. Perubahan
auditor, kemungkinan perusahaan mau bertindak menyimpang dan auditor yang
sebelumnya susah untuk di ajak kompromi. Penambahan footnotes yang tidak wajar
banyaknya. Oleh karena itu beberapa cara dapat dilakukan untuk mendeteksi Financial
Shenanigans ini, antara lain pertama, dengan menghitung rasio likuiditas Untuk
mendeteksi fraud laporan keuangan. Tingkat likuiditas yang rendah mendorong manajer
untuk melibatkan dirinya dalam suatu fraud laporan keuangan. Ketika kinerja perusahaan
dalam kondisi yang tidak sehat, maka manajer yang merasa tertekan akan melakukan
berbagai cara agar seolah-olah kinerja perusahaan terlihat sehat dengan cara
memanipulasinya. Kedua, dengan menghitung rasio profitabilitas yang mendeteksi
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total
aktiva maupun modal sendiri.
Usaha yang dilakukan untuk mencegah financial shenanigans antara lain yaitu:
1. Meningkatkan Fungsi audit internal sehingga dapat membantu meminimalisir
kecurangan yang terjadi di dalam suatu entitas.
2. Meningkatkan Lingkungan pengendalian internal sehingga tidak memberikan
ruang untuk perilaku curang.
3. Kemudian perusahaan juga sebaiknya mempunyai auditor eksternal yang
kompeten dan anggota dewan direksi yang independen untuk memperkuat
pengendalian entitas tersebut.
Selain itu, etika bisnis dibutuhkan karena untuk membentuk suatu perusahaan yang
kokoh, dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan
nilai (value creation) yang tinggi diperlukan satu landasan yang kokoh. Etika bisnis
dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi dan bisnis, baik oleh perseorangan,
instansi maupun pengambil keputusan dalam bidang ekonomi dapat melahirkan kondisi
dan realitas ekonomi yang bercirikan persaingan yang jujur, berkeadilan, mendorong
berkembangnya etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi dan kemampuan daya saing dan
terciptanya suasana kondusif untuk pemberdayaan ekonomi yang berpihak kepada rakyat
kecil melalui kebijakan secara berkesinambungan.
Guna mengurangi atau bahkan meniadakan permainan bisnis kotor yang rentan
terjadi dalam usaha untuk memenangkan persaingan bisnis maka akan sangat diperlukan
Etika Bisnis yang dipahami oleh semua pelaku bisnis. Etika Bisnis ini bisa mencegah
terjadinya financial shenanigan dan lebih luas lagi adalah mencegah praktek-praktek
merugikan konsumen dan masyarakat atau pihak lain yang berkaitan dengan pelaku bisnis
tersebut. Dengan etika bisnis ini menjaga persaingan usaha yang sehat, dan berkeadilan
serta menghindarkan perilaku menghalalkan segala cara dalam memperoleh keuntungan.

You might also like