You are on page 1of 4

1.

1 Latar Belakang

Hingga saat ini penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Hal ini
dapat dilihat dari masih tingginya angka kejadian Diare dari tahun ketahun dan banyaknya faktor
risiko diare disekitar kita. Di dunia sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare,
sebagian kematian tersebut terjadi dinegara berkembang.1

Diare merupakan suatu penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit
potensial KLB (Kejadian Luar Biasa) yang sangat sering disertai dengan kematian. Pada tahun
2015 terjadi 18 kali KLB diare dengan jumlah penderita 1.213 orang dan kematian 30 orang
dengan CFR atau Case Fatality Rate sebanyak 2.47%.2 Berdasarkan karakteristik penduduk,
kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare. Insiden diare balita di
Indonesia adalah 6.7%.3 Hasil survei Subdit Diare, angka kesakitan diare semua umur tahun 2000
adalah 301/1000 penduduk, tahun 2003 adalah 374/1000 penduduk dan tahun 2006 adalah
423/1000 penduduk. Kemati an diare pada balita 75.3/100.000 dan semua umur 23.2/100.000
penduduk semua umur 4

Angka kejadian diare di Jawa Barat masih tinggi Jumlah Penderita Diare yang ditangani di
Jawa Barat tahun 2016 sebanyak 1.032.284 orang, atau 80,6% dari target sasaran sebesar 10% x
270/1000 penduduk, Pada Tahun 2016 di Kota Banjar, kasus diare yang ditangani sebanyak 3.186
kasus dari 4.111 kasus diare (64,87%).1 Di Puskesmas Pataruman 3, persentase cakupan pelayanan
diare pada kasus semua umur dan balita sebesar 31%. Pada tahun 2017 di Wilayah Puskesmas
Pataruman 3 terdapat 490 orang yang terkena penyakit diare 2018. Sedangkan angka kejadian diare
pada balita umur 6-59 bulan di wilayah kerja puskesmas pataruman 3 tahun 2017 adalah sebanyak
87 orang. Pada tahun 2018 terjadi peningkatan kasus diare yaitu sebanyak 830 kasus dan sebanyak
151 kasus diare pada balita.

Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah,
sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran bakteri penyebab diare. Jika diare disertai
muntah berkelanjutan akan menyebabkan dehidrasi. Inilah yang harus selalu diwaspadai karena
sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan mengakibatkan kematian. Terdapat beberapa
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada balita yaitu : 1). kesadaran dan pengetahuan
ibu, 2). ketersedian sumber air bersih dan ketersediaan jamban keluarga, 3). Faktor hygine,
lingkungan, kesadaran orang tua balita untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberian
ASI menjadi faktor yang penting dalam menurunkan angka kesakitan diare pada balita.5

Berdasarkan salah satu tujuan ke 6 dari SDGS adalah memastikan ketersediaan dan
manajemen air bersih yang berkelanjutan dan sanitasi bagi semua orang, namun seiring dengan
hal ini, penelitian yang dilakukan oleh Nurpauji (2015) mengenai sanitasi lingkungan terkait
penyakit diare pada balita, ditemukan bahwa jenis sumber air untuk minum dan perilaku ibu dalam
mengelola makanan dan minuman dapat berpengaruh terhadap tingginya angka diare pada balita.
Penggunaan air harus memenuhi persyaratan fisik, kimia dan biologis. Kualitas air secara
bakteriologis tidak boleh mengandung bakteri.2 Berdasarkan data presentase kualitas air minum di
kota banjar yahun 2016 yang memenuhi syarat adalah 95.56%.1

Pada tahun 2016 jumlah keluarga di Jawa Barat 12.634.514 keluarga, dan dipantau sikap
PHBS sebanyak 8.253.302 keluarga (65,3%) , dari pemantauan ini ditemukan 4.334.650 keluarga
berprilaku PHBS (52,5%). Di Kota Banjar keluarga yang berprilaku PHBS sebanyak 73,4%
(40083 keluarga).1 Pada tahun 2018 di wilayah kerja Puskesmas Pataruman 3 50% keluarga telah
menerapkan PHBS.

Berdasarkan pentingnya penggunakan jamban sehat, penggunaan air bersih dan mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun terhadap kasus diare dan belum adanya penelitian terkait faktor
faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di desa pataruman, mulyasari dan sinar
tanjung, peneliti ingin meneliti tentang faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada
balita di desa pataruman, mulyasari dan sinar tanjung kecamatan pataruman kota banjar.

1.2 Rumusan masalah

1. Apakah terdapat hubungan cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun dengan kejadian
diare?

2. Apakah terdapat hubungan penggunaan air bersih dengan kejadian diare?

3. Apakah terdapat hubungan penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare?


1.3 Tujuan

Tujuan umum

Untuk mengtahui hubungan cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun,penggunaan air
bersih, penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare

Tujuan khusus

1. Diketahuinya hubungan cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun dengan kejadian diare

2. Diketahuinya hubungan penggunaan air bersih dengan kejadian diare

3. Diketahuinya hubungan penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare

1.4 Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis

Dari penelitian diharapkan dapat menjelaskan adanya hubungan cuci tangan menggunakan air
bersih dan sabun,penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare

2. Aspek Praktis dan Daya Guna

a. Bagi Puskesmas

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan untuk menambah wawasan dan bahan
evaluasi yang diperlukan dalam penggunaan air bersih, cuci tangan menggunakan air bersih dan
sabun dan penggunaan jamban sehat bagi pasien diare.

b. Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan referensi
penelitian selanjutnya terkait hubungan cuci tangan menggunakan air bersih dan
sabun,penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare

c. Bagi Responden

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat
tentang cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun, penggunaan air bersih, penggunaan
jamban sehat yang baik untuk mencegah diare.

d. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan untuk menambah wawasan dan pemahaman
peneliti dalam mengetahui hubungan cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun,penggunaan
air bersih, penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare.

1.5 Ruang lingkup

Refrensi

1. Dinas Kesehatan JABAR. Profil Kesehatan Tahun 2015. Dinas Kesehat. Provinsi Jawa Barat.
2016;(Dinas Kesehatan JABAR)

2. Kemenkes Ri. 2015. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta

3. Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta

4. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Jakarta. Depkes RI. 2012

5. Kemenkes Ri. 2011. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta

You might also like