Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayat-Nya penulisan dan penyusunan proposal yang berjudul “Management
Personal Hygiene di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Margaguna Jakarta
Selatan” dapat terselesaikan.
Proposal ini merupakan salah satu tugas mata ajar Keperawatan Gerontik di
STIKes PERTAMEDIKA. Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada:
1. Bapak/Ibu dosen mata ajar Keperawatan Gerontik yang telah memberikan
tugas dan petunjuk dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik dalam bentuk
materi dan non materi.
3. Teman-teman yang sudah bersedia membantu.
4. Serta semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
telah banyak membantu dalam pembuatan proposal ini.
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan.
Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan
terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan
kebersihan diri yang buruk. Hal-hal yang muncul bila lansia kurang menjaga
kebersihan dirinya diantaranya adalah badan gatal-gatal dan tubuh lebih mudah
terkena penyakit, terutama penyakit kulit. Pada rambut terdapat ketombe/kutu,
penampilan tidak rapi dan bau badan tidak sedap, serta kuku yang panjang dan
kotor dapat menjadi sarang kuman penyebab penyakit saluran pencernaan, dan
bila telinga tidak dibersihkan maka akan dapat menimbulkan gangguan
pendengaran akibat penumpukan kotoran telinga dan dapat menimbulkan infeksi
pada telinga. Pada gigi dan mulut akan menyebabkan karies gigi, gigi berlubang,
sakit gigi, dan bau mulut. (Andarmoyo, 2012).
Penurunan fungsi tubuh pada lansia atau ketidakmampuan lansia dalam
memenuhi personal hygiene dapat mempengaruhi dan mengakibatkan perubahan
kecil yang terjadi dalam kemampuan lansia yaitu: perubahan fisik, perubahan
mental dan psikososial, sehingga mempunyai dampak atau sebab untuk
meningkatkan kepercayaan pada lansia. Dampak yang sering timbul pada masalah
personal hygiene adalah: Dampak fisik: Gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku, Dampak Psikososial: Masalah social
yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri
dan gangguan interaksi sosial.
Permasalahan yang berkaitan dengan lanjut usia secara individu,
pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik,
biologi, mental maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang, mereka
akan mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik, yang dapat
mengakibatkan kemunduran peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan
timbulnya gangguan didalam mencukupi kebutuhan hidupnya khususnya
kebutuhan kebersihan diri, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang
memerlukan bantuan orang lain (Nugroho dalam Widyaningsih, 2013).
Pertumbuhan penduduk lansia yang diperkirakan lebih cepat dibandingkan
dengan negara-negara lain telah menyebabkan Badan Pusat Statistik (BPS, 2004)
menjadikan abad 21 bagi bangsa Indonesia sebagai abad lansia. Menurut WHO,
pada tahun 2025, Indonesia akan mengalami peningkatan lansia sebesar 41,4%,
yang merupakan peningkatan tertinggi didunia. Bahkan Perserikatan Bangsa-
bangsa memperkirakan bahwa jumlah warga Indonesia akan mencapai kurang
lebih 60 juta jiwa pada tahun 2025, seterusnya meletakan Indonesia pada tempat
ke-4 setelah China, India, dan Amerika Serikat untuk jumlah penduduk lansia
terbanyak (Notoadmojo, 2007). Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2014
jumlah lansia di Indonesia sebesar 18,871 jiwa dan meningkat di tahun 2015
sebesar 36 juta jiwa atau 11,34%. Propinsi di Indonesia yang memiliki penduduk
lansia dengan propinsi tertinggi ialah Yogyakarta yaitu sebesar 14,02% (Komnas
Lansia, 2009).
Adapun keluarga dalam hal ini sangat diperlukan yaitu dalam menjaga
kesehatan keluarganya terutama dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene
yang kurang karena keluarga cenderung menjadi seorang reaktor terhadap
masalah-masalah kesehatan dan menjadi aktor dalam menentukan masalah
kesehatan anggota keluarganya. Dari sinilah ada kaitan yang kuat antara keluarga
dan status kesehatan keluarganya bahwa melakukan perawatan personal hygiene
dengan benar merupakan hal yang sangat penting dalam membantu anggota
keluarga termasuk lansia untuk mencapai suatu keadaan yang sehat. Salah satu hal
yang penting yang akan membawa pengaruh bagi kesehatan dan psikis lansia
adalah kebersihan. Dalam kehidupan sehari-hari, kebersihan itu harus
diperhatikan.
Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh individu dan kebiasaan.
Salah satu hal diantaranya adalah persepsi seseorang terhadap kesehatan itu
sendiri. Jika seseorang sakit biasanya masalah kesehatan kurang diperhatikan, hal
itu terjadi karena mereka menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele.
Padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara
umum (Wartonah & Tarwoto, 2006). Meskipun demikian, lansia haruslah tetap
menjaga kesehatan. Untuk terus menerus meningkatkan kesehatan harus
menjalankan cara-cara hidup yang sehat. Cara hidup sehat adalah cara-cara yang
dilakukan untuk dapat menjaga, mempertahankan, dan meningkatkan kesehatan
seseorang. Hal itu termasuk menjaga kebersihan tubuh (Ismayadi, 2004). Jadi,
berdasarkan permasalahan kesehatan yang telah dibahaskan diatas, untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan usia lanjut, personal hygiene
merupakan salah satu faktor dasar karena individu yang mempunyai personal
hygiene yang baik mempunyai risiko yang lebih rendah untuk mendapat penyakit
(Setiabudhi, 2002).
Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan
untuk mempertahankan kesehatan (Sharma, 2007). Perawatan fisik diri sendiri
mencakup perawatan kulit badan, kuku, rambut, mata, gigi, mulut, telinga,dan
hidung (Setiabudhi ,2002). Lanjut usia terutamanya harus didorong untuk
melaksanakan rutinitas personal hygiene sebanyak mungkin karena upaya ini
lebih menguntungkan karena lebih hemat biaya, tenaga, dan waktu dalam
mewujudkan kesejahteraan dan kesehatan. Peningkatan personal hygiene dan
perlindungan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan merupakan
perlindungan khusus yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan
(Dainur,1995).
Sehingga hal-hal yang bisa dilakukan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan personal hygiene lansia adalah keluarga berperan membantu dan
memberi motifasi kepada para lansia agar lansia yang tidak mampu melakukan
personal hygiene mampu melakukannya. Dengan adanya motivasi dan bantuan
dari keluarganya yaitu mengajak lansia untuk aktif dalam merawat dirinya. Cara
lain yang bisa dilakukan keluarga dalam merawat lansia untuk memenuhi
personal hygiene adalah membantu menyiapkan air untuk mandi, membantu sibin
bagi lansia yang tidak mampu melakukannya, membantu dalam mencuci rambut,
membantu ganti pakaian pada lansia yang sudah tidak bisa melakukan personal
hygiene sendiri, keluarga sebagai orang terdekat dalam merawat atau memberikan
perawatan diri pada lansia tersebut agar lansia terhindar dari suatu penyakit.
Semakin banyak jumlah lansia diperkirakan permasalahan kesehatan yang
dihadapi juga akan semakin banyak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui
bagaimana peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada
lansia.
B. Tujuan Kegiatan
1. Petugas PSTW Budi Mulia 03 mengetahui pengaruh senam Tai Chi terhadap
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.
2. Petugas PSTW Budi Mulia 03 mengetahui perbedaan senam Tai Chi terhadap
tekanan darah pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa usia lanjut meliputi usia
pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) yaitu kelompok usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu
kelompok usia 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) yaitu kelompok usia
diatas 90 tahun. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab
1 Pasal 1 Ayat 2 yaitu lanjut usia adalah yang mencapai usia 60 tahun ke atas.
Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut: 1) Kelompok
menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa virilitas, 2) Kelompok usia
lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium, 3) Kelompok usia lanjut (kurang dari
65 tahun) senium.
2. Karakteristik Lansia
Menurut Keliat dalam Maryam (2008)
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang kesehatan).
b. Kebutuan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi maladaptif
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
3. Proses Menua
Menua (aging) adalah proses alamiah yang biasanya disertai perubahan
kemunduran fungsi dan kemampuan sistem yang ada di dalam tubuh sehingga
terjadi penyakit degeneratif. Proses menua adalah proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri (Nugroho,
2000 dalam Silvanasari 2012). Proses penuaan akan meningkatkan
kemungkinan terserang penyakit bahkan kematian (Silvanasari, 2012).
d. Teori Imunitas
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama
proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam
pertahanan terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh
sehingga pada lansia akan sangat mudah mengalami infeksi dan kanker.
Radikal bebas tidak mengandung DNA. Oleh karena itu, radikal bebas
dapat menyebabkan gangguan genetik dan menghasilkan produk-produk
limbah yang menumpuk di dalam inti dan sitoplasma. Ketika radikal bebas
menyerang molekul, akan terjadi kerusakan membran sel, penuaan
diperkirakan karena kerusakan sel akumulatif yang pada akhirnya
mengganggu fungsi.
f. Teori Neuroendokrin
Teori neuroendokrin merupakan teori yang mencoba menjelaskan tentang
terjadinya proses penuaan melalui hormon. Penuaan terjadi karena adanya
keterlambatan dalam sekresi hormon tertentu sehingga berakibat pada
sistem saraf. Hormon dalam tubuh berperan dalam mengorganisasi organ-
organ tubuh melaksanakan tugasnya dam menyeimbangkan fungsi tubuh
apabila terjadi gangguan dalam tubuh.
g. Teori Sosiologi
Teori sosiologi merupakan teori yang berhubungan dengan status
hubungan sosial. Teori ini cenderung dipengaruhi oleh dampak dari luar
tubuh.
1) Teori Kepribadian
Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis
tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Teori
pengembangan kepribadian yang dikembangkan oleh Jung
menyebutkan bahwa terdapat dua tipe kepribadian yaitu introvert dan
ekstrovert. Lansia akan cenderung menjadi introvert karena penurunan
tanggung jawab dan tuntutan dari keluarga dan ikatan sosial.
2) Teori Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan merupakan aktivitas dan tantangan yang harus
dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya
untuk mencapai penuaan yang sukses.pada kondisi tidak danya
pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik,
maka lansia tersebut berisiko untuk memiliki rasa penyeselan atau
putus asa.
3) Teori Disengagement (Penarikan Diri)
Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran
masyarakat dan tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia
apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggungjawab telah diambil
oleh generasi yang lebih muda. Manfaat dari pengurangan kontak
sosial bagi lansia adalah agar dapat menyediakan eaktu untuk
mengrefleksi kembali pencapaian yang telah dialami dan untuk
menghadapi harapan yang belum dicapai.
4) Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang
sukses maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut
berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang
penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang
penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi
peran lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup, dan
aktivitas mental serta fisik yang berkesinambungan akan memelihara
kesehatan sepanjang kehidupan.
5) Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan
kelanjutan dari perilaku yang sering dilakukan klien pada usia dewasa.
Perilaku hidup yang membahayakan kesehatan dapat berlangsung
hingga usia lanjut dan akan semakin menurunkan kualitas hidup.
6) Teori Subkultur
Lansia, sebagai suatu kelompok, memiliki norma mereka sendiri,
harapan, keyakinan, dan kebiasaan; karena itu, mereka telah memiliki
subkultur mereka sendiri. Teori ini juga menyatakan bahwa orang tua
kurang terintegrasi secara baik dalam masyarakat yang lebih luas dan
berinteraksi lebih baik di antara lansia lainnya bila dibandingkan
dengan orang dari kelompok usia berbeda. Salah satu hasil dari
subkultur usia akan menjadi pengembangan "kesadaran kelompok
umur" yang akan berfungsi untuk meningkatkan citra diri orang tua
dan mengubah definisi budaya negatif dari penuaan.
h. Teori Psikologis
Teori psikologis merupakan teori yang luas dalam berbagai lingkup karena
penuaan psikologis dipengaruhi oleh faktor biologis dan sosial, dan juga
melibatkan penggunaan kapasitas adaptif untuk melaksanakan kontrol
perilaku atau regulasi diri.
c. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi,
kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian,
perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan. Dalam psikologi
perkembangan, lansia dan perubahan yang dialaminya akibat proses
penuaan digambarkan oleh hal-hal berikut:
1) Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus bergantung pada
orang lain.
2) Status ekonominya sangat terancam, sehinigga cukup beralasan untuk
melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.
3) Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status
ekonomi dan kondisi fisik.
4) Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah
meninggal atau pergi jauh atau cacat.
5) Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang
semakin bertambah.
6) Mulai terlihat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus
direncanakan untuk orang dewasa.
7) Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk lansia
dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama yang berat
dengan yang lebih cocok.
8) Menjadi sasaran atau dimanfaatkan oleh para penjual obat dan
kriminalitas karena mereka tidak sanggup lagi mempertahankan diri
(Sunaryo, 2016).
e. Variabel Budaya
b. Berdasarkan Tempat
Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat
melindungi tubuh dari berbagai kuman atau tarauma sehingga
diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan
fungsinya.
Fungsi kulit:
a) Proteksi tubuh
b) Pengaturan temperatur tubuh
c) Pengeluaran pembuangan air
d) Sensasi dari stimulus lingkungan
e) Membantu keseimbangan cairan dan elektrolit
f) Memproduksi dan mengabsorsi vitamin D
JUDUL SOP :
MEMBASUH PUNGGUNG
7 LANGKAH KERJA :
.
1. beri tahu WBS bahwa tindakan akan segera dilakukan
2. cek alat-alat yang akan digunakan
3. dekatkan alat-alat ke sisi WBS
4. cuci tangan dan pakai sarung tangan
5. pasang pengalas dibawah kaki yang akan dibersihkan
6. bersihkan cat kuku dan aseton
7. rendam kaki di air hangat yang telah diberi garam selam 1-2 menit
8. sikat bagian kaki, mulai dari telapak kaki hingga sela-sela jari kaki
9. bersihkan lalu keringkan dengan handuk
10. bersihkan kaki dengan cairan lisol dalam bengkok
11. gunting kuku jari kaki lurus melintang dan rata pada bagian atas jari, jangan
sampai batas dasar kuku kerjakan pada kaki yang jauh dari pasien
12. kikir kuku kaki yang telah dipotong
13. lakukan hal tersebut di kaki yang lain
14. cuci bersih kaki yang telah dipotong, keringkan dengan handuk
15. oleskan minyak zaitun untuk melembabkan kaki sambil melakukan pijatan diarea
kaki
16. rapikan WBS
17. beritahukan kepada WBS bahwa tindakan telah selesai dan akan dilakukan
tindakan yang selanjutnya
18. bereskan alat-alat yang telah digunakan
19. kaji respon WBS
20. berikan reinforcement positif kepada WBS
Hasil:
Dokumentasikan nama tindakan/tanggal/jam tindakan, hasil yang diperoleh, respon
klien, nama dan paraf perawat pelaksana.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. perhatikan kembali kebersihan kuku
2. perhatikan adanya luka akibat tindakan
JUDUL SOP :
VULVA HYGIENE
PENIS HYGIENE
MEMBERSIHKAN WAJAH
MEMBERSIHKAN MATA
MEMBERSIHKAN TELINGA
MEMBERSIHKAN UMBILIKUS
MEMBERSIHKAN RAMBUT
A. Sasaran
Pramu sosial PSTW
1. Kriteria inklusi: semua pramu sosial
2. Kriteria eksklusi: pramu sosial yang tidak hadir pada jadwal kerja
B. Pengorganisasian
1. Nama kegiatan : Training of Trainer
2. Pokok bahasan : Standar Operasional Prosedur di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Margaguna
Jakarta Selatan
3. Sasaran : Staff PSTW Budi Mulia 3
4. Hari, tanggal : Jumat, 23 Mei 2019
5. Waktu : 10.00 – 12.00 WIB
6. Tempat : Aula utama PSTW Budi Mulia 3
C. Perencanaan
1. Penanggung jawab :
Uraian tugas :
a. Bertanggung jawab mulai dari persiapan sampai pelaksanaan kegiatan
b. Mengkoordinir anggota kelompok dan menjelaskan tugas dan peran masing-
masing.
c. Memimpin pertemuan untuk mempersiapkan pelaksanaan kegiatan
2. Leader :
Uraian Tugas :
Membuka presentasi mengenai Standar Operasional Prosedur pada lansia
3. Co-leader :
Uraian Tugas :
a. Mengambil alih posisi leader jika kegiatan menyimpang
b. Mengingatkan leader tentang waktu
4. Pembawa Acara :
Uraian Tugas :
a. Mengatur acara selama acara pelaksanaan TOT SOP Personal hygiene
b. Membuka dan menutup kegiatan TOT SOP Personal hygiene
5. Observer :
Uraian tugas :
a. Mencatat hasil kegiatan secara menyeluruh
b. Mengamati jalannya kegiatan
6. Fasilitator :
Uraian tugas :
a. Memfasilitasi peserta untuk mengungkapkan pendapat dalam diskusi dan
tanya jawab
b. Memfasilitasi peserta yang kurang aktif
c. Mempersiapkan alat pendukung lain untuk kegiatan.
7. Notulen :
Uraian tugas :
a. Mencatat hasil dari diskusi dan tanya jawab
b. Membuat hal-hal terkait proposal, surat menyurat
8. Instruktur /Role model :
Uraian Tugas : Memperagakan SOP Personal hygiene.
9. Konsumsi :
Uraian tugas : mempersiapkan konsumsi untuk kegiatan
10. Penyaji Materi :
Uraian tugas : memaparkan materi kegiatan
11. Dokumentasi :
Uraian tugas : Mendokumentasikan proses kegiatan
2. Media
a. Laptop
b. LCD
c. Booklet
d. Sound system
e. Soal pre-post tes
3. Instrument
E. Setting Tempat
1. Fase orientasi
Layar Penyaji
Operator
Peserta
Instruktur
Peserta
Instruktur
Peserta Peserta
Peserta Peserta
2. Fase demonstrasi dan redemonstrasi
Peserta Peserta
Peserta Peserta
Peserta
Peserta
Instruktur
Instruktur
Peserta Peserta
Peserta Peserta
Observer
F. Susunan Acara
NO WAKTU KEGIATAN
1 10.00 – 10.15 Pembukaan
G. Skenario Kegiatan
No Waktu Kegiatan
1 15 menit Pembukaan
Memberikan salam pembukaan dan
memperkenalkan diri
“Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat siang
dan salam sejahtera bagi kita semua.
Pertama-tama mari kita panjatkan puji dan
syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan berkah sehat dan selamat pada
hari ini di mana kita dapat berkumpul di
Aula PSTW Budi Mulia 3 Margaguna,
Jakarta.’’
Memperkenalkan Diri
“Perkenalkan kami adalah mahasiswa/i dari
STIKes Pertamedika Studi Profesi yang akan
mengadakan kegiatan Training Of Trainer.
Kegiatan ini kami tujukan kepada pramu
sosial di panti ini.”
“Sebelumnya kami akan bacakan susunan
acara pada acara siang hari ini, yaitu:
Pembukaan
Pembacaan doa
Sambutan-Sambutan
Pre-test
Presentasi Materi
Sesi Diskusi dan Tanya Jawab
Skill Station
Post test
Kesan dan Pesan
Reward Post test
Penutup”
Kontrak Waktu
“Kegiatan TOT ini akan kita lakukan selama
± 2 jam, kita bersama-sama mempelajari
tentang SOP Personal hygiene”.
Menjelaskan Tujuan Yang Ingin Dicapai
Pada Akhir Pelatihan
“Kegiatan ini bertujuan untuk menambah
pengetahuan teman-teman pramu social
dalam memberikan intervensi dengan
tindakan Personal hygiene”
Sambutan-Sambutan
“Terima kasih kepada saudara Erfan
Fadillah yang telah memimpin doa-nya.
Baiklah selanjutnya kita akan mendengarkan
sambutan dari ketua pelaksana kegiatan
Training Of Trainer, saudari Neni Anggia
Putri. Kepada Saudari Neni Anggia Putri
kami persilahkan”.
H. Rencana Evaluasi
1. Evaluasi Input
a. Tim berjumlah 25 orang yang terdiri dari seorang leader, seorang co leader, 2
orang MC, 3 orang observer, 5 orang fasilitator, 2 orang notulen, 5 orang role
model, 3 orang konsumsi, seorang penyaji materi, dan 2 orang dokumentasi.
b. Lingkungan tenang dan tepat waktu
c. Peralatan : Lcd, Laptop, Sound system, Booklet, Soal Pre Dan Post Test.
2. Evaluasi Proses
a. Minimal 75% peserta dapat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
b. Minimal 75% peserta aktif mengikuti kegiatan.
c. Maksimal 25% peserta yang keluar dari kegiatan.
3. Evaluasi Output
a. Minimal 50% peserta mampu mendemonstrasikan SOP Personal hygiene
b. Pelaksanaan kegiatan tepat waktu
DAFTAR PUSTAKA
Armiatin. 2013. Penelitian, Kebijakan dan Aksi untuk Mengadapi Penyakit Tidak Menular
yang di akses di
http://mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/content/article/22/ 892
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salema Medika.
Kozier, B. (2011). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
L. Stanley. (2007). Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi7. Jakarta: EGC.
Marrelli, T.M. (2008). Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Maryam, R., & Siti, et al. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
O’Leary. (2007). The Physiologic Basis of Surgery. Philadelphia : Lippincort Company.
Potter, P.A., & A.G. Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktek. Jakarta: EGC.
Sanley, B & Beare, P.G. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC.
Sunaryo, et al . (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Tilong, A. 2014. Waspada penyakit-penyakit mematikan tanpa gejala menyolok. Yogyakarta :
Buku Biru.
Widianti dan Atikah. 2010. Senam kesehatan. Yogjakarta : Muha Medika
Widyanto, F & Triwibowo. 2013. Trend penyakit saat ini. Jakarta : CV. Trans Info
Media.