Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
pelakunya akan dapat dikenali. Sebagai contoh, pada kasus infantisida, untuk
kepentingan pengadilan perlu diketahui apakah bayi tersebut lahir hidup kemudian
meninggal karena pembunuhan atau memang lahir mati, dengan mudah dapat kita
ketahui dengan melakukan pemeriksaan hidrostatik, dimana bila jaringan paru
yang dicelupkan ke dalam air tawar tersebut mengapung maka bayi tersebut
dilahirkan dalam keadaan hidup.
Oleh sebab itu, pemeriksaan penunjang khususnya pemeriksaan
laboratorium sederhana menjadi sangat dibutuhkan keberadaannya. Dalam
membantu kita sebagai si pembuat visum untuk memperjelas suatu kasus kejadian
kejahatan, karena dengan mengetahui secara pasti pemeriksaan penunjang
laboratorium sederhana apa saja yang dapat dilakukan dalam kasus-kasus tertentu,
apa yang kita lakukan menjadi tepat guna. Sehingga dapat membantu
terungkapnya kebenaran yang sesungguhnya akan suatu kasus kejadian kejahatan
seperti moto yang berlaku dalam forensik bahwa ”melalui visum, barang/ benda
yang tidak bernyawa dan tidak bergerak dapat dibuat berbicara oleh para dokter
yang melakukan visum melalui VER.”
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
c. Obat dan bahan-bahan tertentu seperti material yang berasal dan
tanaman, bubuk, tablet, kapsul atau sediaan zat yang lain untuk
identifikasi senyawa yang telah masuk ke tubuh.
d. Serat atau fiber
e. Bahan alam seperti kapas atau benang wol. Bahan atau serat sintetis
seperti rayon dan dacron untuk identifikasi dan perbandingan.
f. Jari-jari telapak tangan dan telapak kaki
g. Jejak telapak kaki atau tangan bermanfaat untuk identifikasi dan
perbandingan. Cap atau cetakan dari pola ban kendaraan dan alas
sepatu seringkali masuk kategori ini.
h. Material yang mudah meledak dan api
i. Bahan cairan padat ataupun sisa hasil bakaran bermanfaat untuk
identifikasi residu ledakan dan akselerasi.
j. Peluru atau proyektil dan tes senjata melalui jarak tembakan dan
kemampuan kerja dari masing-masing senjata.
k. Kaca
l. Pecahan kaca dapat dihubungkan diperlukan untuk menganalisa atau
memperkirakan arah kekerasan yang terjadi atau urutan arah
penembakan. Analisa gelas juga digunakan untuk rekonstruksi
kecelakaan lalu lintas (tabrakan).
m. Rambut
n. Rambut diperlukan untuk identifikasi spesies (hewan atau manusia),
ras dan bagian tubuh asal dari rambut tersebut.
o. Nomor seri mesin
p. Tanah dan mineral, kayu dan tanaman lain
q. Diidentifikasi dan dibandingkan untuk mengetahui sumber atau lokasi
yang mungkin dan dapat dihubungkan dengan tersangka atau korban.
r. Dokumen yang dipertanyakan
s. Bentuk dari bukti fisik yang mungkin berisi tulisan tangan, ketikan,
salinan atau tulisan yang dihasilkan komputer yang diperiksa untuk
4
bukti pemalsuan. Pemeriksaan terdiri dari analisa tinta dan kertas, juga
perbandingan tulisan tangan untuk memperkirakan keaslian.2
5
Darah juga tidak boleh diambil dari rongga badan mengingat daerah
tersebut telah terkontaminasi oleh isi perut, efusi, urin, feses dll. Dalam
sirkulasi darah, organ tubuh akan mengambil zat kimia dari sirkulasi
sehingga kadar zat kimia dalam vena lebih rendah dibandingkan arteri. Pada
korban mati, juga terdapat variasi kadar zat kimia karena destruksi zat
tersebut oleh aktivitas enzimatik dan mikroorganisme serta difusi zat kimia
berukuran kecil melewati membran sel yang telah kehilangan
permeabilitasnya. Para ahli menganjurkan untuk lebih baik mengambil akan
dapat diidentifikasi pemilik cairan tubuh tersebut. Beberapa metode
pemerikaan darah dikerjakan sesuai dengan racun yang ingin dibuktikan
berdasarkan dugaan ahli forensik.
Bahan yang paling banyak ditemukan melalui pemeriksaan darah:
1. Alkohol
Bau alkohol bukan merupakan diagnosis pasti keracunan.
Diagnosis pasti hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
kuantitatif kadar alkohol darah. Pada mayat, alkohol dapat berdifusi
dari lambung ke jaringan sekitar termasuk ke dalam jantung, sehingga
untuk pemeriksaan toksikologik, darah sebaiknya diambil dari
pembuluh darah vena perifer seperti vena femoralis dan vena aksilaris.
Tubuh jenazah sendiri menghasilkan alkohol dengan jumlah yang
signifikan melalui dekomposisi seperti fermentasi oleh jamur dan flora
lain. Dalam 24 jam pada suhu hangat fermentasi menghasilkan 150 mg
alkohol per 100 ml sampel.
6
sodium floride dengan tujuan untuk mencegah kerusakan alkohol oleh
mikroorganisme.
2. Karbon Monoksida
Karbon monooksida bersifat stabil dan tidak dapat berdifusi. Oleh
sebab itu zat karbon monoksida dapat diambil dari pembuluh darah
dan darah di rongga tubuh. Cara lain untuk mengambil darah adalah
dengan melakukan pengirisan pembuluh vena iliaka dan femoralis
setelah mengeluarkan organ perut terlebih dahulu. Demikian pula,
vena jugularis interna dapat memberikan banyak sampel darah setelah
dilakukan insisi pada pembuluh vena tersebut.
3. Narkotika
Darah merupakan port de entre dari zat-zat narkotika. Cara
pengambilan darah untuk pemeriksaan adalah dengan mengambil
darah dari vena perifer secara terpisah ataupun secara langsung dari
jantung. Dengan meneliti kadar obat-obatan dari berbagai tempat akan
dapat diperkirakan seberapa jauh tingkat keracunannya.
7
2. Setelah sampel diambil, maka harus dikemas sebaik-baiknya, sesuai
dengan bentuk sediaan sampel. Sediaan darah kering sebaiknya
ditempatkan pada plastik obat kemudian dimasukkan ke amplop.
Jangan menggunakan amplop berperekat kecuali benar-benar perlu,
dan hanya diizinkan untuk membasahi bagian berperekat dengan air
steril. Sediaan darah cair sebaiknya diambil dengan pipet, ditempatkan
pada tabung dan dimasukkan ke dalam tas tertutup dengan penghangat,
dan dibawa dengan hati-hati untuk menghindari pecahnya tabung.
Untuk noda darah yang menempel pada benda-benda tertentu seperti
pakaian ataupun senjata maka benda tersebut harus dikemas dalam
kantung kertas bersih dalam keadaan kering. Perlu diingat, bukan
hanya tentang darah siapa pada pakaian tersebut penting, namun letak
noda darahpun penting untuk didokumentasikan. Jangan melipat
pakaian tersebut tetapi gunakan kertas untuk membatasi tiap lipatan. 4
2. Urin
Urin dapat diambil sebelum otopsi, melalui pungsi suprapubik. Jika
urin ingin diambil setelah otopsi maka terlebih dahulu organ di dalam
perut dikeluarkan. Kemudian kandung kemih diangkat dan di aspirasi
menggunakan spuit. Atau juga dengan melakukan insisi pada permukaan
ventral kandung kemih lalu aspirasi urin dilakukan dengan spuit. Contoh
zat racun yang dapat ditemukan dalam pemeriksaan urin adalah racun
golongan barbiturate dan dapat pula menemukan alkohol.
Cara pengambilan sampel:
Sejumlah 20 – 30 cc urin dimasukkan dalam tabung/toples. Tidak
diperlukan pengawet kecuali jika sampel tidak segera dikirim ke
laboratorium. Pengawet yang diperlukan adalah sedikit sodium azide.
3. Lambung beserta isi dan bahan muntahan
Bahan muntahan yang diperoleh dari korban hidup atau muntahan
yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dimasukkan dalam
toples lalu ditutup rapat. Lambung dan isinya yang diperoleh dari otopsi
dimasukkan dalam toples. Curvatura mayor lambung boleh dibuka
8
kemudian isi lambung dibiarkan tetap dalam wadahnya. Kadangkala pihak
laboratorium membutuhkan dinding lambung untuk memeriksa adakah
bahan kimia yang melekat di dinding lambung.
4. Feses
Feses tidak selalu diperlukan untuk analisa toksikologik kecuali
jika dicurigai adanya intoksikasi logam berat, misalnya arsen, merkuri,
timah. Sebanyak 20 – 30 gram feses dimasukkan dalam wadah tertutup.
5. Hati, Empedu dan Organ Dalam lainnya
Hati merupakan organ tubuh yang harus diambil ketika otopsi
mengingat bahwa hampir semua zat yang masuk ke dalam tubuh
mengalami metobolisme di dalam hati. Cairan empedu sangat berguna
untuk menemukan morfin dan klorpromazine. Keduanya terkonsentrasi
dalam hati kemudian dibuang melalui kandung empedu.
Cara pengambilan sampel :
Kandung empedu beserta isinya langsung dimasukkan botol tanpa
diaspirasi dengan spuit.
6. Rambut dan Kuku
Rambut dan kuku diperiksa terutama pada korban yang dicurigai
keracunan logam berat kronis seperti keracunan arsen, antimony, thalium,
batang rambut beserta akhirnya dan potongan kuku harus diikutsertakan
untuk pemeriksaan. Disamping itu bermanfaat pula untuk pemeriksaan
DNA.
7. Barang Bukti Biologik
a. Semen / darah yang kering
Basahi cutton bud dengan setetes air dan usapkan pada area
terdapatnya semen. Cutton bud kemudian diberi label dan keringkan.
Selanjutnya kemas di dalam amplop.
b. Air liur dan bekas gigitan
Basahi cutton bud dengan setetes air steril, kemudian usapkan pada
area yang akan diidentifikasi. Tempatkan pada wadah berlabel. Kemudian
ambil cutton bud yang tidak dibasahi dan usapkan pada area yang sama.
9
Selanjutnya dilakukan prosedur yang sama seperti pada cutton bud
pertama. Tak perlu dibedakan swab mana yang dibasahi atau yang mana
yang tidak dibasahi. Usapan dilakukan dua kali dengan maksud unttuk
menemukan sel yang lebih banyak. Setelah dibasahi, air akan merehedrasi
kembali sel-sel yang sudah kering, sehingga akan labih banyak sel yang
melekat pada swab.
c. Swab bukal atau darah dari korban untuk identifikasi DNA korban dan
pelaku
Gunakan dua buah cutton bud dan usapkan dengan seksama pada
mukosa antara pipi dan gusi, antara bibir dan gusi, pertemuan antara gusi
dan langit-langit mulut dan di belakang gigi seri. Beri label pada cutton
bud, kemudian kemas hasil swab pada tempat berlabel setelah sebelumnya
dikeringkan terlebih dahulu, kemudian didokumentasikan.
d. Bahan biologis pada rambut
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Potong area yang diperlukan dan ditempatkan pada lipatan kertas atau
penyisiran rambut pubik untuk mencari adanya rambut pubik.
e. Dental floss pada kasus kopulasi oral
Usapkan dental floss pada sela-sela gigi korban, keringkan dan
tempatkan pada amplop kecil atau dalam lipatan kertas.
f. Sepatu
Bahan biologis dapat ditemukan pula pada sepatu. Foto noda bahan
tersebut dengan posisi sepatu awal, kemudian pindahkan sepatu, foto
kembali dari sudut yang berbeda dan tempatkan sepatu ke dalam kantung
kertas.
g. Rambut
Bila didapati rambut pada tempat kejadian perkara, maka haruslah
barang bukti ini difoto, dan diambil dengan menggunakan sarung tangan.
Gunakan Post It Notes untuk mengambil rambut atau gunakan cotton bud
kemudian tempatkan ke dalam jilidan kertas. Hindarkan menggunakan
10
penjepit atau memungut rambut dengan rambut, karena rambut tersebut
dapat jatuh dan hilang.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika suatu saat kita
menemukan bercak darah pada tempat kejadian perkara, karena selain
dapat diambil dari tubuh jenazah juga dapat diambil dari tempat kejadian
perkara tanpa ada sumber perdarahan tersebut, yaitu :
1. Bentuk dari bercak darah
2. Apakah bercak tersebut bercak darah
3. Apakah bercak tersebut darah manusia atau bukan
4. Darah berasal dari tubuh bagian mana
5. Berapa banyak darah terdapat pada suatu tempat dan sudah berapa
lama
11
5. Hati dimasukkan dalam wadah berisi 3 liter. Namun jika laboran hanya
membutuhkan sedikit irisan hati, maka cukup dipakai wadah berisi 250-
500 gram.
6. Cairan humour vitreus dan liqour cerebrospinal cukup dengan tabung 5
ml.
12
5 mg sodium fluoride per 1 ml darah, mampu menghambat aktivitas
alkohol dehydrogenase yang merusak alkohol namun tidak mampu
menghambat produksi alkohol oleh mikroorganisme (Pleuckhahn)
0,5 mg sodium citrate dan 0,1 mg mercuric chloride per 1 ml darah.
Menjamin darah tetap cair dan steril. (Bradford)
13
e. Jantung
Darah seharusnya diberi label sesuai dengan tempat pengambilan.
Pada kejadian yang jarang terjadi, yang biasanya berhubungan dengan
trauma massive, darah tidak dapat diambil dari pembuluh darah tetapi
terdapat darah bebas pada rongga badan.
- Darah diambil dan diberi label sesuai dengan tempat pengambilan.
- Jika dilakukan tes untuk obat dan hasilnya negatif, maka dapat
diasumsikan bahwa orang tersebut tidak dibawah efek obat pada saat
kematian.
- Jika tes positif harus diperhitungkan kemungkinan kontaminasi
Pada beberapa kasus bahan lain seperti vitreus/ otot dapat dianalisa untuk
mengevaluasi akurasi dari hasil tes dalam kavitas darah.
14
Pemeriksaan bercak darah antara lain dengan menggunakan
luminol, benzidin, tes Teichmann, fluoresin, leukokristal violet,
leokomalasit hijau, Amido Black, DAB, dan TMB, ketiga teknik yang
terakhir disebutkan selain digunakan untuk visualisasi bekas bercak darah
dapat pula digunakan untuk sidik jari dan sidik peralatan.
Kebanyakan reaksi kimia dari teknik-teknik diatas menggunakan
prinsip reaksi peroksidase pada sel darah merah. Sayangnya, bahan-bahan
kimia tersebut juga bereaksi pada peroksidase pada substrat lainnya.
Antara lain pada lemak nabati dan fosfat yang terdapat di dalam deterjen,
pemutih dan bahan kimia rumah tangga lainnya. Sebelum menerima bahan
perbaikan, analis harus memperhatikan reaksi bahan perbaikan dengan
kondisi tempat kejadian perkara dan barang bukti.
• Luminol
Luminol menolong kita untuk melihat sejumlah kecil darah yang
terluput oleh mata, yang sudah dihapus, bahkan yang sudah dihapus
beberapa tahun yang lalu. Luminol sendiri terdiri atas natrium perborat,
natrium karbonat, 3-aminoftalidrazid dan air destilasi. Rasio campuran ini
0,7:5:0,1 gram dilarutkan dalam 100 mililiter air. Bahan-bajhan ini mudah
didapat dan relatif murah.
Luminol bereaksi terhadap kandungan hemoglobin dalam sel darah
merah, yang hasilnya berupa semi Luminesens, atau gambaran biru
kehijauan bercahaya. Oleh karena itu hasil dari tes ini hanya dapat dilihat di
dalam ruangan gelap. Di luar ruangan, luminol hanya efektif bila digunakan
pada malam hari.
15
Kelemahan luminol antara lain:
Bereaksi dengan bahan metal, peroksidase nabati dan bahan kimia
seperti pemutih
Metode ini memerlukan ruang gelap
Interpretasinya terbatas
16
kehijauan. Tidak seperti reaksi pada luminol, dokumentasi fluoresens akan lebih
mudah, dengan bantuan ALS, dapat difoto dengan menggunakan kamera digital.5
Hasil:
Hasil positif pada reaksi Benzidin adalah bila timbul warna biru
gelap pada kertas saring.
Kelebihan tes ini dibandingkan dengan luminol adalah
memberikan reaksi warna yang lebih jelas. Hasilnya lebih mudah dilihat,
diukur dan didokumentasikan daripada luminol. Preparat leukomalasit
dalam bentuk solutio dan disemprotkan pada permukaan barang bukti.
Noda darah akan memperlihatkan warna hijau kehitaman.6,7
• Tes Takayama
Apabila heme sudah dipanaskan dengan seksama dengan
menggunakan pyridine dibawah kondisi basa dengan tambahan sedikit
gula seperti glukosa, Kristal pyridine ferroprotoporphyrin atau
hemokromogen akan terbentuk.6
17
Tes Takayama dilakukan dengan cara meletakkan seujung jarum
bercak pada gelas kaca objek, kemudian ditetesi dengan setetes reagen
takayama, tutup dengan gelas penutup kemudian dipanaskan.
Selanjutnya dilihat di bawah mikroskop. Hasil pemeriksaaaan
positif bila ditemukan ditemukan kristal pyridine hemochromogen yang
berbentuk bulu berwarna jingga.
Kelebihan:
Test dapat dilakukan dan efektif dilakukan pada sampel atau bercak
yang sudah lama dan juga dapat memunculkan noda darah yang menempel
pada baju. Selain itu test ini juga memunculkan hasil positif pada sampel
yang mempunyai hasil negative pada test Teichmann. Tes ini lebih spesifik
tapi kurang sensitif dibandingkan tes benzidin.
• Tes Teichmann
Pertama kali dilakukan oleh Teicmann (1853). Test diawali dengan
memanaskan darah yang kering dengan asam asetat glacial dan chloride
untuk membentuk derivate hematin. Kristal yang terbentuk kemudian
diamati di bawah mikroskop, biasanya Kristal muncul dalam bentuk belah-
belah ketupat dan berwarna coklat. 8
Cara pemeriksaan:
Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek
tambahkan 1 butir kristal NaCL dan 1 tetes asam asetat glacial, tutup
dengan kaca penutup dan dipanaskan.
Hasil:
Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya Kristal hemin HCL
yang berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskopik.
(1)
Kesulitan :
Mengontrol panas dari sampel karena pemanasan yang terlalu
panas atau terlalu dingin dapat menyebabkan kerusakan pada sampel.
18
• Leukokristal Violet (LCV)
Metode yang juga digunakan pada pemeriksaan sidik jari dan alas
kaki. LCV bereaksi dengan hemoglobin dan pada noda darah akan
memperlihatkan warna ungu.
Reagen LCV solutio terdiri atas:
• 10 gram 5- asam sulfosalisitik
• 3,7 sodium asetat
• 1 gram LCV
• 500 ml hidrogen peroksida 3%
Hemastix
Hemastix adalah tes yang paling sederhana, menggunakan stik
pendek yang mengandung reagen pada bagian ujungnya. Bagian ujung
yang mengandung reagen tersebut diusapkan pada noda yang ingin
diidentifikasi, kemudian dicelupkan pada air steril. Bila reaksi positif,
maka akan muncul warna hijau pada hemastix. Kelemahan dari hemastix
adalah hanya dapat digunakan pada noda darah dalam jumlah tertentu, dan
dapat muncul hasil false positif bila terkontaminasi dengan residu mesiu
senjata api.
Bila hanya terdapat sedikit sampel, maka sebaiknya digunakan
reagen tes yang lain. Cara melakukan pemeriksaannya adalah dengan
19
melipat kertas saring steril, kemudian tepi lipatan digosokkan pada noda
yang ingin diidentifikasi. Alternatif lain adalah dengan membasahkan tepi
atau batas kertas dengan larutan saline (digunakkan pada noda yang sangat
kering), kemudian tepi yang sudah dibasahkan tersebut digosokkan pada
noda. Kemudian bubuhkan reagen sejumlah yang dibutuhkan.
Fenoflalein
Untuk tes yang menggunakan fenoftalein, diperlukan pula etanol
dan hidrogen peroksida setelah pengambilan sampel, kertas saring ditetesi
fenoftalein sejumlah satu tetes. Kemudian secara berurutan diteteskan
setetes etanol dan setetes hidrogen peroksida. Hasil positif akan muncul
berupa merah muda keunguan.
Leukomalasit Hijau
Reagen leukomalasit berisi campuran natrium perborat,
leukomalasit hijau, asam glasial asetik dan air. Seperti pada tes fenoftalein,
beberapa tetes reagen diteteskan pada usapan darah atau pada kertas
saring, diikuti beberapa tetes hidrogen peroksida. Hasil posotif akan
muncul warna biru kehijauan.
Di Amerika Serikat, digunakan pula tes ortholidin yang merupakan
derivat dari benzidin. Walaupun tes ini dapat diterima secara umum dan
mudah dikerjakan, namun tidak dianjurkan untuk pemeriksaan pada
tempat kejadian perkara karena reagennya memiliki pengaruh yang tidak
baik bagi kesehatan.
Tes lainnya untuk identifikasi noda darah adalah One Step ABA
card Hema Trace yang dapat digunakan baik di laboratorium maupun pada
tempat kejadian perkara. Tes ini sangat mudah dikerjakan karena tidak
memerlukan pemyimpanan di pendingin dan tidak memerlukan persiapan
reagen. Selain itu, tes ini memiliki kelebihan yaitu sangat sensitif dan
hanya memerlukan sedikit sampel. Tes ini jauh lebih akurat daripada tes
presumtif.
20
2. Penentuan Darah Manusia atau Bukan
Setelah dipastikan bahwa bercak darah tersebut adalah darah maka
selanjutnya tugas dokter forensik menentukan bahwa darah tersebut
berasal dari manusia atau bukan.
a. Test Presipitin Cincin
Test Presipitin Cincin menggunakan metode pemusingan sederhana
antara dua cairan didalam tube. Dua cairan tersebut adalah antiserum dan
ekstrak dari bercak darah yang diminta untuk diperiksa.
Cara pemeriksaan :
Antiserum ditempatkan pada tabung kecil dan sebagian kecil
ekstrak bercak darah ditempatkan secara hati-hati pada bagian tepi
antiserum. Biarkan pada temperatur ruang kurang lebih 1,5 jam.
Pemisahan antara antigen dan antibody akan mulai berdifusi ke lapisan
lain pada perbatasan kedua cairan.
Hasil:
Akan terdapat lapisan tipis endapan atau precipitate pada
bagian antara dua larutan. Pada kasus bercak darah yang bukan dari
manusia maka tidak akan muncul reaksi apapun. 5
Hasil :
21
Hasil positif memberikan presipitum jernih pada perbatasan
lubang tengah dan lubang tepi.
Pembuatan agar buffer :
1 gram agar; 50 ml larutan buffer Veronal pH 8.6; 50 ml
aqua dest; 100 mg. Sodium Azide. Kesemuanya dimasukkan ke
dalam labu Erlenmeyer, tempatkan dalam penangas air mendidih
sampai terbentuk agar cair. Larutan ini disimpan dalam lemari es,
yang bila akan digunakan dapat dicairkan kembali dengan
menempatkan labu di dalam air mendidih. Untuk melapisi gelas
obyek, diperlukan kurang lebih 3 ml agar cair yang dituangkan ke
atasnya dengan menggunakan pipet.
3. Jenis golongan darahnya
Setelah dipastikan bahwa bercak darah tersebut adalah milik
manusia, maka langkah selanjutnya adalah menentukan golongan darah
bercak tersebut.
Pemeriksaan golongan darah pada bercak darah yang sudah kering
dilakukan dengan metode Absorpsi-elusi. Antiserum diteteskan pada
bercak darah, biarkan beberapa saat agar antibody bereaksi mengikat
antigen. Kemudian serum yang tidak bereaksi dicuci supaya antibodi dapat
dihilangkan. Panaskan dalam temperatur 550 agar ikatan antibodi dengan
antigen terlepas (elusi). Terakhir, antibody yang terlepas ditambahkan
dengan sel darah merah yang telah diketahui golongan darahnya. Tes ini
sulit, tes ini dimungkinkan oleh karena antigen yang terdapat pada
permukaan sel tetap utuh walaupun sel-selnya telah hancur. Dengan
demikian penentuan golongan darah dalam tubuh ini dilakukan secara
tidak langsung.
22
Dalam keadaan normal, volume cairan mani 3 – 5 ml pada 1 kali ejakulasi
dengan pH 7,2 – 7,6.
Cairan mani mengandung spermatozoa, sel-sel epitel dan sel-sel
lain yang tersuspensi dalam cairan yang disebut plasma seminal yang
mengandung spermion dan beberapa enzim sepertri fosfatase asam.
Spermatozoa mempunyai bentuk yang khas untuk spesies tertentu dengan
jumlah yang bervariasi, biasanya antara 60 sampai 120 juta per ml.
Sperma itu sendiri didalam liang vagina masih dapat bergerak
dalam waktu 4 – 5 jam post-coitus; sperma masih dapat ditemukan tidak
bergerak sampai sekitar 24-36 jam post coital dan bila wanitanya mati
masih akan dapat ditemukan 7-8 hari.6,9
23
Cara pemeriksaan :
Letakkan satu tetes cairan vagina pada kaca objek kemudian
ditutup. Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 500 kali.
Perhatikan pergerakkan spermatozoa
Hasil :
Umumnya disepakati dalam 2 – 3 jam setelah persetubuhan masih
dapat ditemukan spermatozoa yang bergerak dalam vagina. Haid akan
memperpanjang waktu ini sampai 3 – 4 jam. Berdasarkan beberapa
penelitian, dapat disimpulkan bahwa spermatozoa masih dapat
ditemukan 3 hari, kadang – kadang sampai 6 hari pasca persetubuhan.
Pada orang mati, spermatozoa masih dapat ditemukan hingga 2 minggu
pasca persetubuhan, bahkan mungkin lebih lama lagi.
24
leukosit tidak terwarnai. Kepala spermatozoa tampak merah dan
lehernya merah muda, ekornya berwarna hijau.
Bahan pemeriksaan
Pakaian yang mengandung bercak diambil sedikit pada bagian
tengahnya. Kemudian diwarnai dengan pewarnaan BAEECHI selama 2
menit. Kemudian cuci dengan HCL 1% dehidrasi dengan alkohol 70%,
85% dan alkohol absolut lalu bersihkan dengan xylol dan keringkan
dengan kertas saring.
Dengan jarum, pakaian yang mengandung bercak diambil
benangnya 1-2 helai, kemudian diurai menjadi serabut-serabut pada gelas
objek, serabut tersebut ditetesi canada, ditutupi dengan gelas penutup dan
dilihat di bawah mikroskop pembesaran 500 kali.
Hasil positif bila kepala sperma berwarna merah, bagian ekor biru
muda, kepala sperma tampak menempel pada serabut-serabut benang.2,4
25
Dasar reaksi (prinsip) :
Adanya enzim fosfatase asam dalam kadar tinggi yang dihasilkan
oleh kelenjar prostat. Enzim fosfatase asam menghidrolisis natrium alfa
naftil fosfat. Alfa naftol yang telah dibebaskan akan bereaksi dengan
brentamin menghasilkan zat warna azo yang berwarna biru ungu. Bahan
pemeriksaan yang digunakan adalah cairan vaginal.
Reagen :
Larutan A
(1) Brentamin Fast Blue B 1 g
(2) Natrium asetat trihidrat 20 g
(3) Asam asetat glasial 10 ml
(4) Askuades 100 ml
Reagen (2) dan (3) dilarutkan dalam (4) untuk menghasilkan larutan
penyangga dengan pH 5, kemudian (1) dilarutkan dalam larutan peyangga
tersebut.
Larutan B
Natrium alfa naftil fosfat 800 mg + aquades 10 ml.
Cara pemeriksaan :
Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring yang terlebih
dahulu dibasahi dengan aquades selama beberapa menit. Kemudian kertas
saring diangkat dan disemprotkan / diteteskan dengan reagen. Ditentukan
waktu reaksi dari saat penyemprotan sampai timbul warna ungu, karena
intensitas warna maksimal tercapai secara berangsur-angsur.
26
Hasil :
Bercak yang tidak mengandung enzim fosfatase memberikan
warna serentak dengan intensitas tetap, sedangkan bercak yang
mengandung enzim tersebut memberikan intensitas warna secara
berangsur-angsur.
Waktu reaksi 30 detik merupakan indikasi kuat adanya cairan
mani. Bila 30 – 65 detik, masih perlu dikuatkan dengan pemeriksaan
elektroforesis. Waktu reaksi > 65 detik, belum dapat menyatakan
sepenuhnya tidak terdapat cairan mani karena pernah ditemukan waktu
reaksi > 65 detik tetapi spermatozoa positif.
Enzim fosfatase asam yang terdapat di dalam vagina memberikan
waktu reaksi rata-rata 90 – 100 detik. Kehamilan, adanya bakteri-bakteri
dan jamur, dapat mempercepat waktu reaksi.
Berberio
Reaksi ini dilakukan dan mempunyai arti bila mikroskopik tidak
ditemukan spermatozoa.
Dasar reaksi : Menentukan adanya spermin dalam semen.
Reagen :
• Larutan asam pikrat jenuh.
• Cara pemeriksaan (sama seperti pada reaksi Florence) :
27
• Bercak diekstraksi dengan sedikit akuades. Ekstrak diletakkan pada
kaca objek, biarkan mengering, tutup dengan kaca penutup. Reagen
dialirkan dengan pipet dibawah kaca penutup.
Hasil :
Hasil positif bila, didapatkan kristal spermin pikrat kekuningan berbentuk
jarum dengan ujung tumpul. Kadang-kadang terdapat garis refraksi yang
terletak longitudinal. Kristal mungkin pula berbentuk ovoid.
28
hendaknya diinformasikan pada korban agar menempatkan urinnya pada
wadah bersih dan membawanya ke rumah sakit.
Bahan pemeriksaan : darah dan urin
Metoda :
• TLC
• Mikrodifusi
Hasil yang diharapkan adalah didapati kadar obat yang dapat
menurunkan atau menghilangkan kesadaran korban pada saat tindak
perkosaan terjadi.
29
serabut katun. Bahan makanan, urin, sekret vagina, dan serbuk deterjen
yang tersisa pada pakaian sering berflouresensi juga.
Cara lugol
Kaca objek ditempelkan dan ditekan pada glans penis, terutama
pada bagian kolum, korona serta frenulum, kemudian letakkan dengan
spesimen menghadap kebawah diatas tempat yang berisi larutan ligol
dengan tujuan agar uap yodium akan mewarnai sediaan tersebut. Hasil
akan menunjukkan sel-sel epitel vagina dengan sitoplasma berwarna
coklat karena mengandung banyak glikogen.
Untuk memastikan bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita,
perlu ditentukan adanya kromatin seks (barr bodies) pada inti. Dengan
pembesaran besar, perhatikan inti sel epitel yang ditemukan dan cari barr
bodies. Ciri-cirinya adalah menempel erat pada permukaan membran inti
30
dengan diameter kira-kira 1 µ yang berbatas jelas dengan tepi tajam dan
terletak pada satu dataran fokus dengan inti.
Kelemahan pemeriksaan ini adalah bila persetubuhan tersebut telah
berlangsung lama atau telah dilakukan pencucian pada alat kelamin pria,
maka pemeriksaan ini tidak akan berguna lagi.
Pada dasarnya pemeriksaan laboratorium forensik pada korban
wanita dewasa dan anak-anak adalah sama, yang membedakan adalah
pendekatan terhadap korban. Pengumpulan barang bukti harus dilakukan
jika hubungan seksual terjadi dalam 72 jam sebelum pemeriksaan fisik.
31
contoh berupa bekas gigitan tersebut dapat berubah dengan cara menjadi
sembuh atau membusuk. Penyidik harus curiga jika ada bekas atau memar
yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan ciri luka karena gigitan.
Penentuan suatu luka merupakan luka gigitan oleh kerana gigi manusia
memerlukan informasi-informasi yang sifatnya mendasar. Konfirmasi
lanjut berupa analisi DNA dari saliva yang didapat dari tempat yang sama
mendukung atau meniadakan dugaan sementara tentang bekas gigitan
yang tidak lengkap. Identifikasi seseorang secara khusus paling baik
dilakukan dengan cara mengumpulkan bukti fisik dan biologik yang
didapat di tempat yang sama.
32
- Continues bruises / memar yang bersambungan: harus diketahui
bahwa memar berbentuk oval dengan ukuran mendekati ukuran
rahang manusia telah terbukti dapat dihasilkan oleh benda lain
selain gigi (contohnya bantalan EKG).
Diagnosis bekas gigitan manusia pada bukti fisik kategori ini harus
dibuat secara lebih konservatif karena memar tidak merupakan informasi
yang cukup detail untuk identifikasi manusia.
33
Pada pengambilan sampel perlu diperhatikan bahwa tidak boleh
sampai merusak alur dan dataran yang ada pada peluru.
Pertanda dasar
Pada beberapa senjata bubuk-bubuk mesiu terletak pada bagian
dasar anak peluru untuk memberi tanda dibagian dasar. Sebagian besar
tanda dapat dibuktikan dalam anak peluru dengan dasar timah, baik yang
berjaket penuh atau yang tidak berjaket penuh. Semakin pendek anak
peluru maka lebih banyak dan lebih dalam bubuk itu terdapat. Jenis yang
berbeda dari bubuk meisu akan menghasilkan tanda yang berbeda pula:
bubuk berbentuk spheris akan memproduksi lebih banyak tanda berupa
lingkaran yang dalam. Kemudian yang berbentuk lingkaran penuh atau
disc akan menghasilkan tanda yang sirukular atau dangkal serta memberi
tanda linear (bubuk terdapat disekeliling luka). Dan yang ketiga bubuk
gitam akan menghasilkan karakteristik seperti bubuk merica.11,12
Tanda berupa bubuk tersebut lebih menonjol pada anak peluru
dengan dasar timah yang dilapisi jaket metal daripada yang tidak berjaket.
Anak peluru yang dilapisi bagian bawah (metal partial jacketed bullet)
akan menunjukkan tanda berupa bubuk mesiu yang sangat sedikit.
Bubuk tersebut dapat melekat kebagian dasar anak peluru dan
terbawa masuk ke dalam tubuh yang tertembak. Hal ini terkait dengan
anak peluru dengan dasar timah yang terlihat pula pada anak peluru yang
dilapisi jaket pada bagian dasarnya.
34
atau obyek yang ditembus atau bukti bahwa anak peluru telah terpantul.
Material nonorganik, seperti aluminium dari lapisan jendela yang pecah
akibat anak peluru. Atau bentuk mineral dari batu yang terpental disaat
sebuah anak peluru dipantulkan, dapat diidentifikasi pada anak peluru
melalui SEM-EDX. 11
Apabila anak peluru ditemukan di TKP atau beberapa anak peluru
ditemukan pada rongga tubuh setelah menembus beberapa organ, hal-hal
tersebut dapat digunakan untuk membedakan anak peluru ini menancap di
tubuh atau anak peluru yang menembus tubuh setelah melewati organ.
Apabila ada anak peluru tertancap pada tulang dan partikel tulang akan
terkumpul pada anak peluru maka identifikasi dari tulang dapat dibuat dari
pemeriksaan histopatologi jika fragmen cukup besar namun jika
fragmennya terlalu kecil maka dilakukan metode SEM-EDX.
Apabila anak peluru yang tertancap pada jaringan atau bahkan
organ yang spesifik dapat ditentukan melalui pemeriksaan sitologi. Nicols
and Seens telah menjelaskan metode untuk menemukan dan
mengidentifikasi jaringan dan material yang terlalu kecil untuk dapat
dilihat. Proses ini terkait dengan membersihkan anak peluru yang tidak
dapat tercuci dengan cairan tertentu,menyaring cairan atau solusio tersebut
dengan penyaring stiologi dan kemudian pewarnaan sitologi. Pada kasus
anak peluru berkecepatan tinggi mereka mencatat terdapat pecahan yang
banyak dan luas dari jaringan dengan bercak darah,fragmen tulang,otot
dan debris yang tidak berbentuk. Hampir sebagian jaringan dapat
diperbaiki namun tidak demikian pada mesotel dan fragmen tulang.
Penemuan jaringan dari anak peluru yang berkecepatan rendah lebih
mudah untuk disimpan dan jumlahnya banyak. Jaringan lemak, pecahan
dari pembuluh darah kecil, gumpalan sel-sel spindel lebih sering
ditemukan sedangkan otot jantung dan rangka hanya kebetulan saja
ditemukan. Pecahan organ dalam tidak terlalu penting ditemukan meski
organ tersebut telah tertembus. Kulit yang biasanya jarang diperiksa.
Dalam kaitannya dengan jenis senjata shotgun pada kepala,tulang,otot
35
gerak,jaringan penyangga dan potongan-potongan biasanya ditemukan.
Fragmen-fragmen dari otak ditemukan namun saraf-sarafnya tidak dapat
dipastikan sesuai dengan tempat asalnya.
36
Seksi laboratorium ini sering identik dengan seksi sidik jari yang
tersembunyi. Peran seorang dokter ahli forensik ini adalah pengambilan
sidik jari dalam keadaaan khusus seperti bila telah terjadi pembusukan,
dokter membuat sidik tersebut lebih jelas dan tebal untuk diambil sebagai
alat identifikasi.
Sidik jari yang terdapat dalam logam bersifat laten artinya sidik
mengendap pada permukaan logam dan dapat diambil untuk identifikasi.
37
tersebut didiamkan selama 30 menit pada suhu ruang untuk proses
absopsi.
Selama menunggu, tentukan titer anti A, anti B dan anti H yang
digunakan. Setelah 30 menit berlalu, pada campuran tersebut ditentukan
titer anti A, anti B dan anti H dengan cara yang sama.
SDM yang digunakan adalah suspensi 4 % yang berumur kurang
dari 24 jam. Bandingkan titer antisera yang digunakan dengan titer
campuran antiserum + air liur.
Hasil positif bila titer berkurang lebih dari 2 kali.
2.5.8 Rambut
Rambut manusia berbeda dengan rambut hewan pada sifat-sifat
lapisan sisik (kutikula), gambaran korteks dan medula rambut.
Kutikula merupakan lapisan paling luar dari rambut, di bawahnya
terletak korteks yang terdiri dari gabungan serabut-serabut dengan pigmen.
Di tempat yang paling dalam/ tengah, terdapat medula yang mengandung
pigmen dalam jumlah terbanyak. Rambut manusia memiliki diameter
sekitar 50-150 mikron dengan bentuk kutikula yang pipih, sedangkan
rambut hewan memiliki diameter kurang dari 25 mikron atau lebih dari
300 mikron dengan kutikula yang kasar atau menonjol.6
Pigmen pada rambut manusia sedikit dan terpisah-pisah sedangkan
pada hewan padat dan tidak terpisah. Perbandingan diameter rambut
hewan dengan diameter rambut manusia, indeks medula rambut manusia
adalah 1:3, sedangkan indeks medula rambut hewan adalah 1:2 atau lebih
besar. Pemeriksaan indeks medula merupakan pemeriksaan terpenting
untuk membedakan rambut manusia dari rambut hewan. 6
Berdasarkan asal tumbuhnya, rambut manusia dibedakan atas
rambut kepala; alis, bulu mata dan bulu hidung; kumis dan jenggot;
rambut badan; rambut ketiak dan rambut kemaluan. Umumnya tidak
terdapat perbedaan yang jelas antara jenis-jenis rambut tersebut di atas.
38
Rambut kepala umumnya kasar, lemas, lurus/ ikal/ keriting dan
panjang dengan penampang melintang yang berbentuk bulat (pada rambut
yang lurus), oval atau elips (pada rambut ikal/ keriting). Alis, bulu mata
dan bulu hidung umumnya relatif kasar, kadang-kadang kaku dan pendek.
Rambut kemaluan dan rambut ketiak lebih kasar sedangkan rambut badan
halus dan pendek.
Pemeriksaan mikroskopik rambut utuh akan memperlihatkan akar,
bagian tengah dan ujung yang lengkap. Pada rambut yang tercabut, rambut
akan terlihat utuh disertai dengan jaringan kulit. Sebaliknya rambut yang
lepas sendiri mempunyai akar yang mengerut tanpa jaringan kulit. Rambut
yang terpotong benda tajam, dengan mikroskop terlihat terpotong rata,
sedangkan akibat benda tumpul akan terlihat terputus tidak rata.
Panjang rambut kepala kadang-kadang dapat memberi petunjuk
jenis kelamin. Tetapi untuk menentukan jenis kelamin yang pasti, harus
dilakukan pemeriksaan terhadap sel-sel sarung akar rambut dengan larutan
orcein. Pada rambut wanita dapat ditemukan adanya kromatin seks pada
inti sel-sel tersebut.
Perkiraan umur berdasarkan pemeriksaan keadaan pigmen pada
rambut sukar sekali dilakukan. Umumnya dapat dikatakan, bahwa bila usia
bertambah maka rambut akan rontok. Rontoknya rambut pada pria
umumnya terjadi pada dekade kedua atau ketiga, sedangkan pada wanita
sering terjadi rontoknya rambut ketiak dan pertumbuhan rambut pada
wajah pada saat menopouse. Rambut ketiak dan rambut kemaluan akan
tumbuh pada usia pubertas.
Rambut, baik rambut kepala ataupun kelamin, merupakan bagian
tubuh manusia yang dapat memberikan banyak informasi bagi kepentingan
peradilan, antara lain tentang :
a. saat korban meninggal dunia
b. sebab kematian
c. jenis kejahatan
d. identitas korban
39
e. identitas pelaku
f. benda/ senjata yang digunakan
c. Jenis kejahatan
40
Mengenai jenis kejahatan yang terjadi dapat diperkirakan
dengan melihat macam rambut yang ditemukan. Adanya rambut
pubes pada tubuh korban memberikan dugaan adanya tindak
pidana perkosaan atau tndak pidana seksual lainnya dan adanya
rambut binatang pada tubuh manusia atau sebaliknya juga dapat
memberikan perkiraan adanya bestialiti
d. Identitas korban
Rambut mempunyai sifat tahan terhadap pembusukan dan
bahan-bahan kimia sehingga dapat dijadikan sarana identifikasi
bagi mayat-mayat tidak dikenal yang sudah membusuk. Meskipun
tak dapat memberikan identitas personal tetapi dari rambut paling
tidak dapat ditemukan umur, jenis kelamin, ras, dan sebagainya.
e. Identitas pelaku
Rambut juga dapat dipakai sebagai sarana identifikasi guna
mengetahui identitas pelakunya. Sebagaimana diketahui bahwa
pada tindak pidana perkosaan dan pembunuhan, sering ditemukan
rambut pelaku tertinggal atau berhasil dijambak oleh korban
sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan identifikasi.
f. Benda/ senjata yang digunakan
Kerusakan pada rambut kadang-kadang menunjukkan ciri-
ciri tertentu. Pukulan di kepala dapat meninggalkan kerusakan
kortikal pada rambut, sedangkan tembakan senjata api dapat
menyebabkan kebakaran pada rambut. Rambut yang terbakar
tersebut akan terlihat, hitam, rapuh, terpilin atau menjadi keriting
dan menimbulkan bau yang khas.
Keadaan pangkal rambut juga dapat dipakai sebagai petunjuk
bagaimana rambut itu lepas. Pada pangkal rambut yang lepas secara alami
akan terlihat atrofi, sedang pada rambut yang dicabut secara paksa akan
mengalami robekan pada sarung rambut dan pada bulbus akan terlihat tak
teratur.
41
Ditemukannya rambut pada senjata juga dapat memberi petunjuk
tentang adanya kaitan antara senjata itu dengan kasus pembunuhan dan
ditemukannya rambut pada kendaraan bermotor juga dapat meberi
petunjuk tentang keterlibatan kendaraan tersebut dalam peristiwa tabrakan.
Jika ditemukan rambut yang diduga ada kaitannya dengan
kejahatan maka hendaknya rambut tersebut diperiksa dengan teliti untuk
mengetahui :
1. Keaslian rambut
Pemeriksaan keaslian rambut perlu dilakukan mengingat
adanya berbagai serat yang bentuk dan warnanya mirip rambut.
Rambut yang utuh biasanya terdiri atas akar, batang dan ujung.
Akar ranbut terdiri atas jaringan ikat longgar sedangkan batang
rambut terdiri atas kutikula, korteks dan medula. Serat yang bukan
berasal dari rambut tidak mempunyai susunan seperti itu. Serat
sintetis misalnya, gambaran mikroskopiknya terlihat homogen.
2. Penentuan rambut manusia atau bukan
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa serat itu
rambut maka langkah selanjutnya adalah menentukan apakah
rambut tersebut berasal dari manusia atau hewan.
Ciri rambut manusia yaitu halus dan tipis, kutikula
mempunyai sisik kecil dan bergerigi, medula sempit atau kadang-
kadang tak ada, kortek tebal, index medulla kurang dari 0,3 dan
pigmennya lebih ke arah perifer. Sedangkan, ciri rambut binatang
ialah kasar dan tebal, kutikula mempunyai sisik lebar dan
polihidral, medula lebar, kortek tipis, index medulla lebih dari 0,5
dan pigmennya di perifer maupun di sentral. Dengan tes
presipitasi akan dapat dibedakan dengan tepat antara rambut
manusia dan rambut binatang.
3. Identifikasi
42
Jika sudah dapat dipastikan rambut manusia maka
pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan untuk menentukan siapa
pemiliknya. Perlu diketahui bahwa rambut mempunyai sifat tahan
terhadap pembusukan dan bahan-bahan kimia sehingga dapat
dijadikan salah satu sarana identifikasi bagi mayat-mayat yang
sudah membusuk.
Meskipun tak dapat memberikan identitas personal seperti
halnya sidik jari, tetapi dapat memberikan identitas umum, antara
lain :
a. Umur
Umur dari pemilik rambut dapat ditentukan dengan
memeriksa rambut tersebut berdasarkan tempat tumbuh dan
warnanya.
Tumbuhnya rambut di berbagai bagian tubuh berbeda-beda
waktunya. Rambut pubis dan rambut ketiak misalnya,
tumbuh pada masa adolesen. Selain itu warna rambut juga
dapat dipakai sebagai petunjuk umur dari pemiliknya. Pada
orang-orang tua warna rambut akan berubah menjadi putih.
Rambut lanugo pada bayi baru lahir mempunyai sifat halus,
tidak berpigmen, tak bermedula dengan pola sisik yang
lebih seragam.
b. Jenis kelamin
Melalui berbagai pemeriksaan yang teliti akan dapat
ditentukan jenis kelamin dari pemilik rambut. Rambut laki-
laki pada umumnya lebih kaku, lebih kasar dan lebih gelap.
Sedang rambut wanita umumnya halus, panjang dan
meruncing ke arah ujung.
Dari distribusinya juga dapat ditentukan jenis kelaminnya.
Rambut jenggot, rambut dada dan kumis adalah khas
rambut laki-laki. Penyebaran rambut pubis antara laki-laki
dan wanita juga menunjukkan gambaran yang berbeda.
43
c. Ras
Untuk menentukan jenis rasnya dapat dilihat dari warna,
panjang, bentuk dan susunan rambut. Rambut orang Eropa
misalnya, berwarna pirang, kecoklatan atau kemerahan.
44
Kemudian paru kiri dan kanan dilepaskan dan dimasukkan kedalam air
lagi, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Setelah itu setiap
lobus dipisahkan dan di masukkan ke dalam air dan dilihat apakah
mengapung atau tenggelam. 5 potong kecil dari bagian perifer tiap lobus
dimasukkan ke dalam air, dan diperhatikan apakah mengapung ataukah
tenggelam.
Hingga tahap ini, paru bayi yang baru lahir mati masih dapat
mengapung oleh karena kemungkinan adanya gas pembusukan. Bila
potongan kecil itu mengapung, letakkan di antara dua karton dan ditekan
(dengan arah tekanan tegak lurus, jangan bergeser) untuk mengeluarkan
gas pembusukan yang terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu
masukkan kembali ke dalam air dan di amati apakah masih mengapung
atau tenggelam. Bila masih mengapung berarti paru tersebut berisi udara
residu yang tidak akan keluar. Kadang-kadang dengan penekanan, dinding
alveoli pada bayi yang telah membusuk akan pecah dan udara residu
keluar dan memperlihatkan hasil uji apung paru negatif.
Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan
kecil-kecil, mengingat kemungkinan adanya pernafasan sebagian yang
dapat bersifat buatan (pernafasan buatan) ataupun alamiah, yaitu bayi yang
sudah bernafas walaupun kepala masih dalam vagina.
Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati, karena adanya
kemungkinan bayi dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti bernafas
meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara dalam alveoli
diresopsi. Pada hasil negatif ini, pemeriksaan histopatologi harus
dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau hidup. Hasil uji apung
paru positif berarti pasti lahir hidup.
Penyebab kematian. Penyebab kematian tersering pada
pembunuhan anak sendiri adalah mati lemas (asfiksia). Cara tersering
dilakukan adalah dengan cara pembekapan, penyumbatan jalan nafas,
penjeratan, pencekikan dan penenggelaman. Kadang-kadang bayi
dimasukkan ke dalam lemari, kopor dan sebagainya. 2
45
Lahir hidup dapat diketahui dari perangi paru-paru secara
makroskopis maupun mikroskopis. Secara makroskopis paru-paru anak
ayang dilahirkan hidup akan tampak mengembang dan menutupi kandung
jantung, tepintnya tumpul, warnaya merah ungu dengan gambaran mozaik,
lebih berat (1/35 berat badan, pada yang lahir mati atau belum bernafas
berat paru-paru sekitar 1/70 berat badan), pada perabaan teraba derik udara
atau krepitasi, bila dimasukkan ke dalam air akan mengapung, bila diiris
dan dipijat akan banyak mengeluarkan darah dan busa. Sedangkan secara
mikroskopik akan tamak jelas adanya pengembangan dari kantung-
kantung hawa (alveoli).7
Mikroskopik Paru
Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh,
dilakukan fiksasi dengan larutan formalin 10%. Sesudah 12 jam, dibuat
irisan-irisan melintang untuk memungkinkan cairan fiksatif meresap
dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi selama 48 jam, kemudian
dibuat sediaan histopatologi. Biasanya dibuat pewarnaan HE dan bila paru
telah membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig.
Tanda khas untuk paru bayi belum pernah bernafas adalah adanya
tonjolan (projection), yang berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang
kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga tampak
seperti gada (club-like). Pada permukaan ujung bebas projection tampak
kapiler yang berisi banyak darah.
Tanda khas untuk paru bayi yang belum bernafas yang sudah membusuk,
dengan pewarnaan Gomori atau Ladewig, tampak serabut-serabut retikuler
pada permukaan dinding alveoli berkelok-kelok seperti rambut keriting,
sedangkan pada projection berjalan dibawah kapiler sejajar dengan
permukaan projection dan membentuk gelung-gelung terbuka (open
loops). Pada paru bayi baru lahir mati mungkin juga ditemukan tanda
inhalasi cairan amnion yang luas karena asfiksi intrauterin.
46
Lahir hidup adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang
lengkap, yang setelah pemisahan bernafas atau menunjukkan tanda
kehidupan lain, tanpa mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belum tali
pusat dipotong dan uri dilahirkan.
Pada pemeriksaan ditemukan dada sudah mengembang dan
diafragma sudah turun sampai selaiga 4-5, terutama pada bayi yang telah
lama hidup.
47
Sedimen yang terjadi ditambah dengan akuades, pusing kembali
dan hasilnya dilihat dengan mikroskop. Pemeriksaan diatom positif
bila pada jaringan paru ditemukan diatom cukup banyak, 4-5/LPB
atau 10-20 per satu sediaan; atau pada sumsum tulang cukup
ditemukan hanya satu.
48
larutan guajacol 10% dalam alkohol, keringkan. Lalu celupkan ke
dalam larutan 0,1% CuSO4 dalam air dan kertas saring digantungkan di
atas jaringan dalam botol. Bila isi lambung alkalis, tambahkan asam
tartrat untuk mengasamkan, agar KCL mudah terurai. Botol tersebut
dihangatkan. Bila hasil reaksi positif, akan terbentuk warna biru-hijau
pada kertas saring.6
Reaksi ini tidak spesifik, hasil positif semu didapatkan bila isi
lambung mengandung klorin, nitrogen oksida atau ozon; sehingga
reaksi ini hanya untuk skrining.
d. Kristalografi
Bahan yang dicurigai berupa sisa makanan/ minuman, muntahan,
isi lambung di masukkan ke dalam gelas beker, dipanaskan dalam
49
pemanas air sampai kering, kemudian dilarutkan dalam aceton dan
disaring dengan kertas saring. Filtrat yang didapat, diteteskan dalam
gelas arloji dan dipanaskan sampai kering, kemudian dilihat di bawah
mikroskop. Bila terbentuk kristal-kristal seperti sapu, ini adalah
golongan hidrokarbon terklorinasi.
Pemeriksaan kualitatif dapat menggunakan penentuan titik cair,
misal veronal murni mencair pada suhu 191° C. Uji kristal dilakukan
terhadap sisa obat yang ditemukan dalam isi lambung. Masing-masing
barbiturat mempunyai kristal yang khas bila dilihat dengan mikroskop.
Metoda Kopanyi (reaksi warna kobalt) dengan modifikasinya.
e. Metoda Kopanyi
Dilakukan dengan memasukkan 50 ml urin atau isi lambung dalam
sebuah corong. Periksa dengan kertas lakmus, jika bersifat alkali
tambahkan HCl sampai bersifat asam. Tambahkan 100 ml eter, kocok
selama beberapa menit. Diamkan sebentar, tampak air terpisah dari eter,
lapisan air dibuang, barbiturat terdapat dalam lapisan eter. Saring eter
ke dalam beaker glass dan uapkan sampai kering di atas penangas air.
Tambahkan 10 tetes kloroform untuk melarutkan sisa barbiturat yang
mengering.
Ambil beberapa tetes larutan dan letakkan pada white pocelain spot
plate. Tambahkan 1 tetes kobalt asetat (1 % dalam metil alkohol
absolut) dan 2 tetes isopropilamin (5% dalam metil-alkohol absolut),
Barbiturat akan memberi warna merah muda sampai ungu.
Pemeriksaan kuantitatif dan kuantitatif dapat dilakukan dengan
kromatografi lapis tipis (TLC), kromatografi gas cair (GLC),
spektrofotometri ultra-violet dan spektrofotofluorimetri.
50
Gambar 1. Kasus Infanticide
51
Gambar 2. Kasus Tenggelam
52
Gambar 3. Keracunan CO
53
Gambar 4. Kasus Perkosaan
54
2.7 Prosedur penyitaan barang bukti
Berikut ini adalah barang bukti yang dapat diambil beserta dengan cara /
prosedur penyitaannya :
1. Muntahan si korban
Muntahan diambil dengan kertas saring dan disimpan dalam toples.
Muntahan dinilai, apakah ada bau fosfor ( bau bawang putih ); bagaimana
sifat muntahannya misalnya seperti bubuk kopi ( zat kaustik ), berwarna
hitam ( H2SO4 pekat ), kuning ( HNO4 ), biru kehijauan ( CuSO4 )
2. Sisa obat - obatan. Dihitung jumlahnya dan dikumpulkan dengan
pembungkusnya.
3. Sisa minuman/makanan yang dimakan/diminum sikorban, serta tempat
seperti gelas dan alat minum lainnya atau pembungkusnya.
4. Sisa - sisa air seni si korban.
5. Kertas – kertas catatan, surat peninggalan/perpisahan jika merupakan
kasus bunuh diri.
55
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. Setiap kejahatan pasti akan menimbulkan barang bukti yang dapat menjadi
petunjuk adanya tindak pidana. Untuk itulah perlu dilakukan pemeriksaan
barang bukti secara cermat dengan menggunakan tehnik pemeriksaan menurut
standar baku yang telah diakui di bidang forensik.
Sebab kematian tidak selalu dapat mengungkap melalui pemeriksaan luar dan
pemeriksaan dalam. Oleh karena itu dalam hal ini diperkirakan laboratorium
terhadap barang bukti yang terdapat pada tubuh korban, tempat kejadian
perkara maupun pada tersangka pelaku.
2. Tahapan dalam pemeriksaan barang bukti terkait denngan ketrampilan dan
pengetahuan yang baik dari seorang ahli forensik dalam mengambil sampel
dari tempat kejadian perkara, pengawetan hingga kepada metode pemeriksaan
laboratorium secara sederhana untuk kemudian dilakukan intepretasi.
3. Pemeriksaan Laboratorium Forensik mencakup bidang yang sangat luas
yaitu mencakup pemeriksaan terhadap cairan tubuh, lambung beserta bahan
muntahan, rambut dan kuku, bekas gigitan, uji balistik, dan ekstrasi DNA.
4. Hasil interpretasi dari berbagai macam pemeriksaan laboratorium ataupun
pelaku akan membantu mengungkapkan sebab kematian.
5. Laboratorium Forensik memiliki peranan yang sangat besar bagi
keberhasilan pengungkapan suatu tindak pidana. Laboratorium forensik
sendiri dapat merupakan lembaga yang termasuk dalam kepolisian namun
dapat pula berdiri sendiri (independen).
56
DAFTAR PUSTAKA
57
11. Vincent J.M, new De Maio, MD. Gunshot Wounds : Practical Aspect of
Firearms, Ballistics and Forensic Techniques, New York ; CRC Press :
1999.
12. Cyril H Wecht, et al. A Reader’s Digest Book. Crime Scene Investigation:
crack the case with-real experts.The Inquiry Team.London: Elwin Street
Limited; 2004. P. 40-52
58