You are on page 1of 12

PANGKALAN TNI AU ATANG SENDJAJA Lampiran Kep Ka.RSAU dr. M.

Hassan Toto
RSAU dr. M. HASSAN TOTO Nomor Kep/ /XII/ 2018
Tanggal 30 Desember 2018

PROGRAM PENATALAKSANAAN ANTIMIKROBA


RSAU dr. M. HASSAN TOTO TAHUN 2019 S.D. 2020

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Resistensi mikroba terhadap antimikroba telah menjadi masalah yang


mendunia dengan berbagai dampak merugikan yang dapat menurunkan mutu
pelayanan kesehatan. Muncul dan berkembangnya resistensi antimikroba terjadi
karena dua faktor, pertama adalah tekanan seleksi (selection pressure), hal tersebut
sangat berhubungan dengan penggunaan antimikroba dan kedua adalah
penyebaran mikroba yang resisten (spread). Tekanan seleksi resistensi dapat
dihambat dengan cara menggunakan antimikroba secara bijak, sedangkan proses
penyebaran dapat dihambat dengan cara mengendalikan infeksi secara optimal.

b. Berbagai cara dilakukan untuk menanggulangi masalah resistensi


antimikroba ini baik di tingkat perorangan maupun ditingkat institusi atau lembaga
pemerintah, penanganan masalah tersebut bukan hanya dilakukan dalam satu
negara tetapi dilakukan ditingkat internasional dalam bentuk suatu gerakan global
yang dilakukan secara serentak, terpadu dan berkesinambungan dari semua negara.

c. Diperlukan pemahaman dan keyakinan tentang adanya masalah resistensi


antimikroba, yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan nasional melalui program
terpadu antara rumah sakit, profesi kesehatan, masyarakat, perusahaan farmasi dan
pemerintah daerah dibawah koordinasi pemerintah pusat melalui kementerian
kesehatan. Gerakan penanggulangan dan pengendalian resistensi antimikroba
secara paripurna ini disebut dengan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba
(PPRA).

2. Latar Belakang

a. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat


yang penting khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu obat
andalan untuk mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain
antibakteri/antibiotik, anti jamur, anti virus, dan anti protozoa. Beberapa penelitian
mendapatkan bahwa kuman resistensi antimikroba sudah banyak ditemukan di
seluruh dunia, yaitu Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA),
Vancomycin Resistant Enterococci (VRE), Penicillin-Resistant Pneumococci,
Klebsiella pneumoniae yang menghasilkan Extended-Spectrum Beta-Lactamase
(ESBL), Carbapenem-Resistant Acinetobacter baumannii dan Multiresistant
Mycobacterium tuberculosis (MDRTB). Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in
Indonesia (AMRIN-Study) terbukti dari 2494 individu di masyarakat, 43% Escherichia
coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik antara lain: ampisilin (34%),
kotrimoksazol (29%) dan kloramfenikol (25%). Hasil penelitian 781 pasien yang
dirawat di rumah sakit didapatkan 81% Escherichia coli resisten terhadap berbagai
jenis antibiotik, yaitu ampisilin (73%), kotrimoksazol (56%), kloramfenikol (43%),
siprofloksasin (22%), dan gentamisin (18%).

b. Kuman resisten antibiotik tersebut terjadi akibat penggunaan antibiotik yang


tidak bijak dan penerapan kewaspadaan standar (standard precaution) yang tidak
benar di fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk itu dibutuhkan penanggulangan
masalah resistensi antimikroba ini melalui gerakan global yang dilaksanakan secara
serentak, terpadu dan berkesinambungan yang dilaksanakan melalui Program
Penatalayanan Antimikroba (PPA) atau Antimicrobial Stewardship Program (ASP)
yang merupakan kegiatan dari Program Pengendalian Resistensi Antimikroba
(PPRA).

c. Untuk mengoptimalkan penggunaan antimikroba secara bijak perlu disusun


Program Penatalaksanaan Antimikroba (PPA) di RSAU dr. M. Hassan Toto sebagai
program pengendalian resistensi antimikroba (PPRA) yang bertujuan untuk dapat
mengoptimalkan terapi antimikroba serta dapat menegendalikan resistensi mikroba
sehingga diperoleh kualitas optimal terapi antimikroba dengan tolok ukur keluaran
pasien yang lebih baik, waktu perawatan yang lebih singkat serta biaya perawatan
yang lebih ekonomis (cost effective).

3. Tujuan penyusunan program penatalaksanaan


antimikronba RSAU dr. M. Hassan Toto tahun 2017 s.d. 2018 adalah sebagai berikut:

a. Tujuan Umum. Tujuan umum penyusunan program ini adalah untuk dapat
menjadi acuan pada kegiatan pengendalian resistensi antimikroba di RSAU dr. M.
Hassan Toto.

b. Tujuan Khusus. Tujuan khusus penyusunan program ini adalah:

1) Melaksanakan penatalaksaan antimikroba secara bijak.

2) Optimalisasi penggunaan terapi antimikroba.

3) Meningkatkan kualitas terapi antimikroba.

4) Mengurangi lama waktu rawat.

5) Menurunkan tingkat resistensi antimikroba.


4. Dasar. Dasar yang digunakan dalam penyusunan Program Penatalaksanaan
Antimikoroba RSAU dr. M. Hassan Toto adalah sebagai berikut:

a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


2406/Menkes/Per/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibioik.

b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun Tahun 2015


tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit.

5. Pengertian. Untuk memperoleh persepsi yang sama terhadap istilah-istilah yang


digunakan dalam tulisan ini perlu dijelaskan pengertian seperti berikut:

a. Antibiogram adalah pemeriksaan yang mengukur resistensi/kerentanan strain


bakteri terhadap berbagai antibiotik dan dapat juga menentukan kosentrasi hambat
minimal atau kosentrasi antibiotik terkecil yang dapat menghambat pertumbuhan
strain bakteri.

b. Antimikroba profilaksis pembedahan adalah antimikroba yang digunakan


dengan tujuan untuk mencegah infeksi luka operasi.

c. Antimimikroba terapi adalah antimikroba yang digunakan dengan tujuan


mengeradikasi atau menghambat pertumbuhan bateri yang diduga menjadi
penyebab infeksi

d. Defined Daily Dose (DDD) adalah asumsi dosis rata-rata per hari penggunaan
antibiotik untuk indikasi tertentu pada orang dewasa.

e. Kategori/klasifikasi Gyssens adalah metode yang digunakan untuk menilai


kualitas penggunaan antibiotik dengan memakai suatu alur penilaian yang sudah
ditetapkan dengan melihat rekam medik penggunaan antibiotik.

f. Panduan Praktek Klinis (PPK) merupakan pernyataan (acuan, statement) yang


sistematis yang membantu para praktisi dan pasien memilih asuhan yang tepat
untuk suatu kondisi klinis tertentu.

g. Pengendalian Resistensi Antimikroba adalah aktivitas yang ditujukan untuk


mencegah dan/atau menurunkan adanya kejadian mikroba resisten.

h. Resistensi Antimikroba adalah kemampuan mikroba untuk bertahan hidup


terhadap efek antimikroba sehingga tidak efektif dalam penggunaan klinis.

i. Tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba yang selanjutnya disingkat


Tim PPRA adalah tim yang dibentuk oleh Kepala RSAU dr. M Hassan Toto dalam
rangka mengendalikan penggunaan antimikroba di RSAU dr. M. Hassan Toto.
BAB II

KEGIATAN

6. Tim Pelaksana Program. Pelaksanaan Program Penatalayanan Antimikroba di


rumah sakit dilakukan oleh Tim PPRA, yang bertanggung jawab kepada Kepala RSAU dr.
M. Hassan Toto dengan struktur organisasi sebagai berikut:

STRUKTUR ORGANISASI TIM PPRA

Ketua Tim PPRA

Wakil Ketua Tim PPRA

Sekretaris

Sub Tim Kualitatif Sub Tim Kuantitatif Sub Tim Sub Tim Edukasi
Resistensi/ audit

Anggota PPRA (Unit/Klinik /


Keperawatan

7. Tugas Tim PPRA. Tugas Tim PPRA adalah sebagai berikut:

a. Membantu kepala rumah sakit dalam menyusun kebijakan tentang


pengendalian resistensi antimikroba.

b. Membantu kepala rumah sakit dalam menyusun kebijakan dan panduan


penggunaan antibiotik rumah sakit.

c. Membantu kepala rumah sakit dalam melaksanakan program pengendalian


resistensi antimikroba di rumah sakit

d. Membantu kepala rumah sakit dalam mengawasi dan mengevaluasi


pelaksanaan pengendalian resistensi antimikoba di rumah sakit.

e. Menyelenggarakan forum kajian kasus pengelolaan penyakit infeksi


terintegrasi.

f. Melakukan surveilans pola penggunaan antibiotik.


g. Melakukan surveilans pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaannya
terhadap antibiotik.

h. Menyebarluaskan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang


prinsip pengendalian resistensi antimikroba, penggunaan antibiotik secara bijak, dan
ketaatan terhadap pencegahan pengendalian infeksi melalui kegiatan sosialisasi.

j. Melaporkan pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba kepada


kepala rumah sakit.

8. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan.

a. Kegiatan Pokok. Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan adalah sebagai


berikut:

1) Pembuatan Pedoman Umum Penggunaan Antimikroba dan Pedoman


Penggunaan Antibiotik Profilkasis dan Terapi di RSAU dr. M. Hassan Toto
Tahun 2019.

2) Memfasilitasi pembuatan pola kuman dan antibiogram RSAU dr. M.


Hassan Toto.

3) Edukasi dan sosialisasi penngunaan antimikroba untuk dokter, farmasi


serta perawat.

4) Surveilans penggunaan antimikroba.

5) Peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin.

b. Rincian Kegiatan. Rincian kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai


berikut:

1) Pembuatan Pedoman Umum Penggunaan Antimikroba dan Pedoman


Penggunaan Antibiotik Profilkasis dan Terapi di RSAU dr. M. Hassan Toto
Tahun 2019.

NO TOPIK TARGET RINCIAN KEGIATAN PELAKSANA


1 2 3 4 5

Mengumpulkan
referensi.
Pembuatan Pedoman Meminta masukan Tim PPRA
Umum Penggunaan kepada tiap-tiap Ka. Ka. Klinik
1 100 %
Antimikroba Klinik
Pembuatan buku.
Pengesahan
Karumkit.
1 2 3 4 5

Mengumpulkan
referensi.
Pedoman Penggunaan Meminta masukan
Antibiotik Profilkasis dan kepada tiap-tiap Ka. Tim PPRA
2 Terapi di RSAU dr. M. 100 %
Klinik. Ka. Klinik
Hassan Toto Edisi I Pembuatan buku.
Tahun Pengesahan
2019. Karumkit.

2) Mendorong pembuatan pola kuman dan antibiogram RSAU dr. M.


Hassan Toto.
TOPIK TARGET RINCIAN KEGIATAN PELAKSANA

Mendorong Mengumpulkan
pembuatan pola referensi.
Tim PPRA
kuman dan Dilakukan 6-12 Mengumpulkan data
Ka. Klinik Patologi
antibiogram RSAU bulan pemeriksaan kultur
dr. M. Hassan Toto dan resistensi test.
Tahun 2019 Pembuatan laporan

3) Edukasi dan sosialisasi penggunaan antimikroba untuk dokter, farmasi


serta perawat.

TOPIK TARGET RINCIAN KEGIATAN PELAKSANA

Terlaksananya Dilakukan Melakukan edukasi Koordinator Sub


edukasi penggunaan minimal tiap 3 - penggunaan Tim Edukasi
antimikroba untuk 6 bulan antimikroba kepada
dokter, farmasi dan dokter, farmasi dan
perawat perawat.

4) Surveilans penggunaan antimikroba.

NO TOPIK TARGET RINCIAN KEGIATAN PELAKSANA

1 2 3 4 5

Persentase penggunaan Evaluasi angka pasien


antibiotik di tiap-tiap yg menggunakan Koordinator
1 < 60 %
unit/klinik untuk pasien antibiotik di bagian yg Sub Kuantitatif
rawat inap di surveilans

Dilakukan Evaluasi angka Koordinator


Evaluasi penggunaan minimal
2 penggunaan Sub Tim
antibiotik kuantitatif setiap 3 antibiotika secara Kuantitatif
(DDD) bulan kuantitatif dengan
Metode DDD
1 2 3 4 5

Evaluasi pola
Dilakukan
Evaluasi penggunaan penggunaan antibiotik Koordinator
minimal
3 antibiotik secara secara kualitatif Sub Tim
setiap 3
kualitatif dengan metode Kualitatif
bulan
Gyssen

Dilakukan Evaluasi penggunaan Koordinator


minimal antibiotik profilaksis Sub Tim
4 Evaluasi penggunaan
setiap 1 - 3 sesuai dengan SPO Resistensi/
antibiotik profilaksis
bulan yang ditetapkan Audit

5) Peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin.

RINCIAN
TOPIK TARGET PELAKSANA
KEGIATAN

Terlaksananya audit Dilakukan sesuai Audit dapat Koordinator Sub


prospektif kebutuhan terlaksana dengan Tim Resistensi/
penggunaan melakukan telaah Audit
antimikroba sistematik temuan di
lapangan dengan
kriteria berdasarkan
literatur/data lokal
resistensi mikroba

9. Cara Melaksanakan Kegiatan. Cara melaksankan kegiatan yang akan


direncanakan adalah dengan metode sebagai berikut:

a. Pembuatan pedoman umum penggunaan antimikroba dan pedoman


penggunaan antibiotik profilakasis dan terapi di RSAU dr. M. Hassan Toto Edisi I Tahun
2018. Langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Mengumpulkan referensi yang berhubungan dengan penggunaan


antimikroba (brossing melaui jaringan internet, referensi dari rumah sakit lain,
dan lain-lain).

2) Meminta masukan dari tiap-tiap kepala klinik tentang antimikroba yang


akan dipergunakan sesuai dengan PPK.

3) Mengkompilasi masukan-masukan tersebut, diedit, dijadikan buku dan


dilakukan rapat untuk pengesahannya oleh Karumkit.

b. Mendorong pembuatan pola kuman dan antibiogram RSAU dr. M. Hassan Toto.
Langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Mengumpulkan referensi yang berhubungan dengan pola kuman dan


antibiogram (brossing melaui jaringan internet, referensi dari rumah sakit lain,
dan lain-lain).

2) Mengumpulkan data hasil kultur dan sensitivitas tes yang spesimennya


berasal dari pasien-pasien di RSAU dr. M. Hassan Toto selama 2 - 3 tahun
kebelakang dan 1 tahun kedepan.
3) Pembuatan laporan pola kuman dan antibiogram.

c. Edukasi dan sosialisasi penngunaan antimikroba untuk dokter, farmasi serta


perawat. Program ini dilakukan dengan cara tim PPRA mengedukasi (ceramah,
diskusi, pelatihan, dan lain-lain) kepada DPJP, staf farmasi, perawat ruangan dan
dokter di unit/klinik untuk memperbaiki peresepan anti mikroba yang sesuai dengan
pedoman, antibiogram, klinis dan PPK serta ketaatan terhadap prinsip-prinsip
kewaspadaan standar (universal precaution).

d. Surveilans penggunaan antimikroba. Program surveilans ini dilakukan dengan


cara:

1) Pengumpulan dan analisis antimikroba di setiap unit/klinik untuk pasien


rawat inap. Pengumpulan data dan analisis penggunaan antimikroba diperoleh
dari resep. Data yang terkumpul akan dianalisa dan dijadikan sebagai umpan
balik bagi seluruh unit/klinik yang rutin menulis resep antimikroba. Data yang
terkumpul menjadi perbaikan untuk menerbitkan Formularium baru.

2) Indikator dalam laporan penggunaan antimikroba untuk kuatitatif yang


dipergunakan adalah Defined Daily Dose (DDD). Data diambil dari rekam
medis pasien pulang selama satu bulan, diambil dengan cara sampling 100
pasien.

3) Indikator dalam laporan penggunaan antimikroba untuk kualitatif yang


dipergunakan adalah penilaian menurut Gyssens. Data diambil dari pasien
rawat inap yang sudah dilakukan analisa kuantitatif yang menggunakan
antimikroba.

4) Evaluasi penggunaan antibiotik profilaksis dilakukan dengan


mengumpulkan data dari rekam medis pasien yang menggunakan antimikroba
pada pasien yang dilakukan operasi dan dinilai apakah sudah sesuai dengan
pedoman/SPO yang ditetapkan.

5) Indikator/hasil tersebut diolah oleh tim PPRA sehingga akan dihasilkan


rekomendasi yang akan dilaporkan dan/atau dipresentasikan di forum komite
medik dan manajerial secara rutin.

e. Peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin. Peningkatan


mutu dilakukan denggan cara audit prospektif yang melibatkan tim multidisiplin,
secara rutin dilaksankan pada seluruh pasien yang mendapatkan antimikroba dan
bila diperlukan dilanjutkan dengan visite tim PPRA, dengan pelaksanaan sebagai
berikut:
1) Proses audit prospektif. Audit dapat terlaksana dengan melakukan telusur
sistematik pada temuan rekam medik pasien untuk indikasi, lama, jenis terapi
antimikroba dan data resisten antimikroba. Intervensi audit dapat dilakukan
dengan menyertakan keputusan Tim Audit untuk beberapa perubahan, seperti:

a) Kriteria pemberian terapi antimikroba, pemilihan terapi


antimikroba dan data suseptibilitas bakteri patogen yang mendasari
infeksi.

b) Temuan penyimpangan pada kriteria diatas dikomunikasikan dan


didiskusikan dengan dokter/DPJP atau tenaga kesehatan lain yang
terlibat dalam perawatan pasien.

c) Alasan terjadinya penyimpangan harus didokumentasikan.

2) Elemen dalam audit prospektif. Elemen audit dilaksankan sebagai berikut:

a) Elemen dalam audit pada penggunaan antimikroba, sesuai


dengan pedoman penggunaan antibiotik profilaksis dan terapi di
RSAU dr. M. Hassan Toto dan dilaksanakan oleh penulis resep (DPJP),
kepala unit/klinik yang bersangkutan dan tim PPRA serta narasumber
bila diperlukan.

b) Pelaksanaan audit. Sebelum audit dilaksanakan didiskusikan


dahulu dengan telusur:

(1) Indikasi antimikroba yang telah disetujui untuk diberikan


berdasarkan panduan atau protokol yang telah ada yang telah
disetujui Tim PPRA. Audit dapat dilakukan pada:

(a) Terapi profilaksis operatif.

(b) Terapi empirik yang diberikan berdasarkan


kondisi klinis pasien.

(c) Terapi definitif yang diberikan setelah ada data


pemeriksaan mikrobiologi.

(2) Rekaman pemberian antimikroba.

(3) Dari hasil audit tersebut akan dihasilkan rekomendasi


penggunaan antibiotika apakah akan di hentikan, dilanjutkan,
deskalasi atau perlu antibiotika kombinasi.

10. Sasaran. Sasaran program adalah dokter, farmasi serta perawat serta pasien yang
berobat ke RSAU dr. M Hassan Toto terutama dengan penyakit infeksi yang memerlukan
penatalaksanaan antimikroba secara bijak untuk menurunkan tingkat resistensi
antimikroba dan mempersingkat waktu perawatan.
11. Skedul (Jadwal) Pelaksanaan Kegiatan. Skedul (jadwal) pelaksanaan kegiatan
program dibagi menjadi dua yakni di tahun 2018 dan 2019, seperti berikut ini:

a. Tahun 2018. Skedul (jadwal) pelaksanaan program dapat dilihat pada tabel
berikut ini:

BULAN
NO KEGIATAN
OKT NOV DES

1 Pembentukan Tim PPRA √


Pembuatan dokumen (regulasi,
2 √ √
program, pedoman, SOP, dll)
Pembuatan Pedoman Umum
Penggunaan Antimikroba dan
3 Pedoman Penggunaan Antibiotik √ √
Profilkasis dan Terapi di RSAU dr.
M. Hassan Toto Tahun 2019.
4 Pengambilan data awal/tryout √
5 Edukasi/Sosialisasi √

6 Evaluasi Program √

b. Tahun 2019. Skedul (jadwal) pelaksanaan program dapat dilihat pada


tabel
berikut ini:

BULAN
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pembuatan pola
1 kuman dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
antibiogram
2 Edukasi/Sosialisasi √ √ √ √
Evaluasi porsentase
3 penggunaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
antibiotik
Evaluasi kuantitatif
4 √ √ √ √ √
DDD
Evaluasi Kualitatif
5 √ √ √ √ √
Gyssen
Evaluasi
6 penggunaan √ √ √ √
antibioktik profilaksis
7 Audit prospektif √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
8 Visite PPRA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
BAB III

PENCATATAN, EVALUASI, PELAPORAN DAN SUMBER BIAYA

12. Pencatatatan. Pencatatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan bentuk


formulir seperti berikut ini:

a. Rekaman pemberian antibiotika (Lampiran A).

b. Formulir pengumpulan data untuk evaluasi kuantitatif (Lampiran B).

c. Formulir pengumpulan data untuk evaluasi kualitatif (Lampiran C).

d. Rekomendasi penggunaan antibiotika oleh Tim PPRA (Lampiran D).

13. Evaluasi Pelaksanaan Kegitan dan Pelaporan

a. Evaluasi Pelaksanaan Kegitan. Evaluasi dilakukan setiap satu sampai tiga


bulan sekali dan rapat koordinasi Tim PPRA minimal 2 minggu sekali.

b. Pelaporan. Pelaporan kegiatan yang dilaksanakan dibagi menjadi dua yakni:

1) Laporan internal yakni laporan Tim PPRA ke kepala rumah sakit, berupa:

a) Laporan Triwulan.

b) Laporan Semester.

c) Laporan Tahunan.

2) Laporan eksternal yakni berupa laporan kepala rumah sakit mengenai


pelaksanaan dan indikator mutu program pengendalian resistensi antimikroba
di rumah sakit setiap tahun kepada Menteri Kesehatan c.q. Komite
Pengendalian Resistensi Antimikroba dengan tembusan kepada Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Barat dan Dinas Kesehatan Kota Bandung.

14. Sumber Pembiayaan. Pembiayaan yang diperlukan untuk melaksanakan program


dibebankan kepada DIPA RSAU dr. M. Hassan Toto.
BAB IV

PENUTUP

15. Demikian Program Penatalaksanaan Antimikroba RSAU dr. M. Hassan Toto tahun
2018 dan 2019 ini memuat program pengendalian antimikroba yang diharapkan dapat
digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraannya.

Kepala RSAU dr. M. Hassan Toto,

dr. Ngudiarto Sp PD.


Letkol Kes NRP 525847

You might also like