Professional Documents
Culture Documents
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan “Panduan Penggunaan
Antimikroba Profilaksis dan Terapi di RSAU dr. M. Hassan Toto”.
Panduan Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi di RSAU dr. M. Hassan Toto
ini disusun dalam rangka memberikan acuan bagi semua jajaran RSAU dr. M. Hassan Toto
dalam pemberian pelayanan skrining pasien. Melalui panduan ini diharapkan semua tenaga
professional pemberi asuhan serta tenaga terkait lainnya dapat memahami berbagai hal yang
berkaitan dengan penggunaan antimikroba profilaksis dan terapi di RSAU dr. M. Hassan Toto
sesuai dengan Peratura Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika.
Kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontriibusi di dalam penyusunan
panduan ini, kami menyampaikan terima kasih atas saran dan kritik yang sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan dan perbaikan di masa mendatang.
TIM PENYUSUN
SAMBUTAN PIMPINAN RUMAH SAKIT
Perlu diketahui yang dimaksud dengan resistensi antimikroba adalah ketidak mampuan
antimikroba membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba sehingga penggunaannya
sebagai terapi penyakit infeksi menjadi tidak efektif lagi. Meningkatnya masalah resistensi
antimikroba terjadi akibat penggunaan antimikroba yang tidak bijak dan bertanggung jawab
dan penyebaran mikroba resisten dari pasien ke lingkungannya karena tidak dilaksanakannya
praktik pengendalian dan pencegahan infeksi dengan baik.
Panduan Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi di RSAU dr. M. Hassan Toto
ini disusun dalam rangka memberikan acuan bagi semua jajaran RSAU dr. M. Hassan Toto
dalam pemberian pelayanan skrining pasien. Melalui panduan ini diharapkan semua tenaga
professional pemberi asuhan serta tenaga terkait lainnya dapat memahami berbagai hal yang
berkaitan dengan penggunaan antimikroba profilaksis dan terapi di RSAU dr. M. Hassan Toto
sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia.
Implementasi program ini di rumah sakit dapat berjalan baik apabila mendapat
dukungan penuh dari pimpinan/direktur rumah sakit berupa penetapan regulasi pengendalian
resistensi antimikroba, pembentukan organisasi pengelola, penyediaan fasilitas, sarana dan
dukungan finansial untuk mendukung pelaksanaan PPRA. Penggunaan antimikroba secara
bijak ialah penggunaan antimikroba yang sesuai dengan penyakit infeksi dan penyebabnya
dengan regimen dosis optimal, durasi pemberian optimal, efek samping dan dampak
munculnya mikroba resisten yang minimal pada pasien. Oleh sebab itu diagnosis dan
pemberian antimikroba harus disertai dengan upaya menemukan penyebab infeksi dan
kepekaan mikroba patogen terhadap antimikroba.
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Bogor
pada tanggal Januari 2019
SURAT PERINTAH
Nomor Sprin/12/II/2019
Menimbang : Bahwa dalam rangka tertib administrasi dan mendukung
pelaksanaan tugas di Lingkungan RSAU dr. M Hassan Toto Lanud Atang
Sendjaja, perlu dikeluarkan surat perintah pelaksanaannya.
DIPERINTAHKAN
Ditetapkan di Bogor
pada tanggal 20 Januari 2019
DAFTAR ISI
Daftar Isi……………………………………………………………………………………….. iv
Daftar Tabel……………………………………………………………………………………. vi
Daftar Gambar…………………………………………………………………………………. vii
BAB 1. PENDAHULUAN………………………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………... 1
1.2 Tujuan…………………………………………………………………..... 2
1.3 Definisi............................................................................................... 3
1.4 Daftar Singkatan……………………………………………................... 3
1.5 Masa Berlaku……………………………………………………………. 3
1.6 Kelebihan dan Keterbatasan…………………………………………... 4
BAB 6. PENUTUP………………………………………………………………….......... 20
PANGKALAN TNI AU ATANG SENDJAJA Lamp Kep Ka RSAU dr. M. Hassan Toto
RSAU dr. M. HASSAN TOTO Nomor Kep/ /XII/2018
Tanggal Desember 2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Pengertian
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh agen biologi (virus, bakteri,
parasit, jamur), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti
keracunan)
Antibiotika adalah suatu senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang
dalam konsentrasi kecil mempunyai kemampuan menghambat atau membunuh
mikroorganisme lain
1.3 Tujuan
Masa berlaku pedoman penggunaan antibiotik di RSAU dr. M. Hassan Toto adalah
mulai tahun 2019.
1. Kelebihan
2. Keterbatasan
Keterbatasan pedoman penggunaan antara lain :
a. Pedoman bersifat umum. Dokter pengguna harus menilai pasien secara individual
dengan kondisi yang berbeda – beda setiap pasiennya
b. Ilmu pengetahuan yang selalu menyajikan kebaruan merupakan salah satu
pertimbangan dokter dalam memberikan antibiotik. Dokter juga diharapkan untuk
selalu menambah pengetahuan sehingga dapat memberikan pelayanan pemberian
antibiotik yang terbaik bagi pasien dan keluarga.
BAB 2
INDIKASI PENGGUNAAN ANTIMIKROBA
Pemberian antibiotika sebelum (30–60 menit sebelum insisi pertama), saat dan
hingga 24 jam pasca operasi pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-
tanda infeksi dengan tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi. Diharapkan
pada saat operasi, konsentrasi antibiotika di jaringan target operasi sudah mencapai
kadar optimal yang efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri kulit dan lingkungan
(Avenia, 2009).
Prinsip penggunaan antibiotika profilaksis selain tepat dalam pemilihan jenis juga
mempertimbangkan konsentrasi antibiotika dalam jaringan saat mulai dan selama
operasi berlangsung. Rekomendasi antibiotika yang digunakan pada profilaksis bedah
dapat dilihat pada kebijakan penggunaan antibiotika profilaksis bedah/tindakan medis
dan PPA.
a. Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus
bersangkutan (EMPIRIS).
c. Toksisitas rendah.
e. Bersifat bakterisidal.
f. Harga terjangkau.
4. Rute pemberian
5. Waktu pemberian
6. Dosis pemberian
Untuk menjamin kadar puncak yang tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan
dengan baik, maka diperlukan antibiotika dengan dosis yang cukup tinggi. Pada
jaringan target operasi kadar antibiotika harus mencapai kadar hambat minimal 2
kali kadar terapi.
7. Lama pemberian
Dosis ulangan dapat diberikan atas indikasi perdarahan lebih dari 1500 ml atau
operasi berlangsung lebih dari 3 jam (SIGN, 2008).
e. Indeks Risiko
Dua ko-morbiditas (skor ASA > 2) dan lama operasi dapat diperhitungkan
sebagai indeks risiko.
Tabel 5. Indeks Risiko
Indeks Risiko Definisi
0 Tidak ditemukan faktor risiko
1 Ditemukan 1 faktor risiko
2 Ditemukan 2 faktor risiko
e. Pemasangan implan
Pemasangan implan pada setiap tindakan bedah dapat meningkatkan kejadian
IDO.
c. Indikasi
1) Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotika data epidemiologi dan pola
resistensi bakteri yang tersedia di komunitas atau di rumah sakit setempat.
3) Ketersediaan antibiotika.
Antibiotika oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi. Pada
infeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotika
parenteral (Cunha, BA., 2010).
e. Lama pemberian
Antibiotika empiris diberikan untuk jangka waktu 48-72 jam. Selanjutnya harus
dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta
data penunjang lainnya (IFIC., 2010; Tim PPRA Kemenkes RI., 2010).
2) Sensitivitas.
3) Biaya.
e. Rute pemberian antibiotika oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi
infeksi. Pada infeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan
antibiotika parenteral (Cunha, BA., 2010). Jika kondisi pasien memungkinkan,
pemberian antibiotika parenteral harus segera diganti dengan antibiotika per oral.
Lama pemberian antibiotika definitif berdasarkan pada efikasi klinis untuk eradikasi
bakteri sesuai diagnosis awal yang telah dikonfirmasi. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi
berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data penunjang lainnya ( F C.,
2010; Tim PPRA Kemenkes RI., 2010).
BAB 3
DAFTAR KASUS DAN ALUR PENANGANAN PASIEN
Pengambilan spesimen mikrobiologi harap dilakukan sebelum antibiotika pertama masuk dan
evaluasi tiap 3-5 hari (kondisi klinis, hasil lab, dasar, kultur spesimen.
BAB 4
KLASIFIKASI DAN CARA PENGGUNAAN ANTIMIKROBA
22
23
24
25
Keterangan :
26
Injeksi intravena dapat diberikan dengan berbagai cara, untuk jangka waktu yang pendek atau untuk waktu yang lama,
seperti berikut ini:
a. Injeksi bolus. Injeksi dengan volume kecil, biasanya diberikan dalamwaktu 3 - 5 menit kecuali ditentukan lain
untuk obat-obatan tertentu.
b. Infus (IVFD). Infus dapat diberikan secara singkat (intermittent) atau terus-menerus (continuous):
Infus singkat (intermittent infusion). Infus singkat diberikan selama 10 menit atau lebih lama. Waktu
pemberiaan infus singkat sesungguhnya jarang lebih dari 6 jam per dosis.
Infus kontinu (continuous infusion). Infus kontinu diberikan selama 24 jam. Volume infus dapat beragam
mulai dari volume infus kecil diberikan secara subkutan dengan pompa suntik (syringe pump), misalnya 1 ml
per jam, hingga 3 liter atau lebih selama 24 jam, misalnya nutrisi parenteral.
27
BAB 5
CATATAN KHUSUS PADA PASIEN DENGAN KONDISI TERTENTU
5.3 Daftar Antibiotik yang Perlu Dihindari dan Dikontraindikasi pada Wanita
Menyusui.
28
BAB 6
PENUTUP
29