You are on page 1of 18

Jurnal komunikasi, ISSN 1907-898X

Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014

Analisis Isi Kekerasan Verbal dalam Sinetron


“Tukang Bubur Naik Haji The Series” di RCTI
(Analisis Isi Episode 396 – 407)
Alvionita Choirun Nisa dan Umaimah Wahid
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur

Abstract

Soap opera or Electronic cinema, commonly abbreviated as sinetron, is a program which


takes most portions and public interests among other television programs. A great number
of spectators generate the number of its influences on society because sinetron has become
one of television programs that catches public attention and is broadcasted in most hours
of prime time. One of the sinetron genres is that is considered Islamic sinetron as it consists
of Islamic symbols. However, it uses dialogues that do not represent Islamic values in that
it consists of derogatory words expressing verbal abuse. This study aims at uncovering
verbal abuse tendency of the soap opera in Tukang Bubur Naik Haji The Series aired by
RCTI (Episode 296 – 407). The problem formulation is how are the tendencies of verbal
abuses in the soap opera Tukang Bubur Naik Haji The Series aired by RCTI (Episode 296 –
407)? The objective of this research is to investigate verbal abuse in the soap opera Tukang
Bubur Naik Haji The Series aired by RCTI (Episode 296 – 407). Theory and concept of the
study are mass communication, mass media, television, verbal abuse. The concept of verbal
abuse used in the study is in accordance to Indonesia Broadcasting Commission (KPI)
Number 02/P/KPI/03/2012 about Standard of Broadcasting Programs 2012 and types of
verbal abuse. Based on the data collection and analysis, it can be concluded that verbal
abuses likely used in the soap opera Tukang Bubur Naik Haji The Series aired by RCTI
(episode 296 – 407) are in the category of derogatory, threatening and insulting.

Key Words : Content Analysis, Verbal Abuse, soap opera-tukang bubur naik haji-rcti

Abstrak

Sinetron adalah tontonan televisi yang diminati dan mendominasi layar televise pada
umumnya. Banyaknya penomton sinetron mempengaruhi besarnya pengaruh sinetron
terhadap masyarakat karena sinetron telah menjadi salah satu tayangan televisi yang dimina
dan disiarkan pada jam-jam prime time. Salah genre sinetron yang diminati adalah sinetro
yang bergenre “Islami’ yaitu sinetron yang isinya menggunakan simbol-simbol Islam.
Namun sinetron tersebut menggunakan kata-kata yang tidak mencerminkan nilai-nilai
Islam karena banyak menggunakan kata-kata kasar yang merupakan bentuk kekerasan
verbal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan kekerasan verbal pada
opera sabun dari "Tukang Bubur Naik Haji The Series" di RCTI (Episode 396-407).
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persentase lisan
penyalahgunaan biaya kecenderungan dalam opera sabun "Tukang Bubur Naik Haji The
Series" di RCTI (Episode 396-407)?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
adanya pelecehan verbal dalam opera sabun "Tukang Bubur Naik Haji The Series" di RCTI
(Episode 396-407). Teori dan konsep penelitian adalah komunikasi massa, media massa,
televise dan pelecehan verbal. Konsep kekerasan verbal yang digunakan dalam penelitian ini
dalam hal aturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 02 / P / KPI / 03/2012 tentang
Standar Program Siaran 2012 dan bentuk pelecehan verbal. Berdasarkan hasil pengolahan
data, dapat disimpulkan bahwa pelecehan verbal dari kecenderungan muncul di sinetron
"Tukang Bubur Naik Haji The Series" episode 396-407, yaitu kategori mengucapkan kata-
kata kasar, mengancam dan menghina.

Kata Kunci : anaslisi isi. Kekerasan verbal, sinetron-tukang bubur naik jahi-rcti
85
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014

Pendahuluan “Islam KTP”, peneliti mengamati


Tayangan-tayangan sinetron yang kekerasan verbal terdapat dalam sinetron
mengandung unsur kekerasan menjadi “Tukang Bubur Naik Haji The Series” di
salah satu hiburan yang menarik bagi RCTI. Kekerasan verbal (verbal violence)
penonton. Padahal dibalik hiburan dalam kepustakaan komunikasi dimaknai
tersebut, adegan kekerasan dapat sebagai bentuk kekerasan yang halus;
membahayakan bagi penonton khususnya dilakukan dengan menggunakan kata-kata
anak-anak. Dalam artikel terkini (BBC kasar, jorok, dan menghina (Rasyid, 2013).
Indonesia, 2013, para. 1) mengatakan Maka peneliti tertarik untuk menja-
bahwa Komisi Perlindungan Anak dikan sinetron “Tukang Bubur Naik Haji
Indonesia (KPAI) mengatakan tayangan The Series” di RCTI sebagai objek pene-
televisi termasuk berita dan sinetron litian dengan menggunakan metode
merupakan faktor di balik sebagian kasus analisis isi kuantitatif. Penggunaan metode
kekerasan yang dilakukan anak-anak analisis isi dalam penelitian ini dimaksud-
(“Pengaruh Sinetron Terhadap Kekerasan kan untuk memudahkan dalam mengukur
yang Dilakukan Anak”, BBC Indonesia, indikator-indikator dari isi suatu tayangan
2013). Contoh sinetron yang mendapat secara deskriptif. Episode tayangan yang
teguran dari KPI karena dinilai digunakan sebagai objek penelitian yaitu
memperlihatkan adegan kekerasan, baik episode 396-407. Pemilihan episode
fisik maupun verbal adalah sinetron “Si tersebut dikarenakan pada episode tersebut
Biang Kerok Cilik” di SCTV. hadir tokoh atau pemeran baru yang
Hadirnya sinetron-sinetron religi juga bernama Kardun dan Romlah. Hadirnya
tidak luput dari unsur kekerasan. tokoh Kardun dan Romlah ini menjadikan
Penelitian karya Dirhamsyah Maulana sinetron “Tukang Bubur Naik Haji The
yang berjudul “Pelanggaran Etika Penyia- Series” lebih diwarnai dengan muatan
ran Dalam Sinetron Islam KTP Studi kekerasan verbal. Selain tokoh Kardun dan
Analisis Isi Sinetron Islam KTP Episode Romlah, tokoh lainnya yang mengindi-
185-186 Ditinjau dari Kekerasan Menurut kasikan perilaku kekerasan verbal adalah
Sunarto” membuktikan adanya kekerasan tokoh Haji Muhidin, Emak Enok, Aki
dalam sinetron “Islam KTP” dilihat dari 4 Dawud, Malih, dan Tarmiji. Kekerasan
kategori, yaitu (1) Kekerasan fisik, seperti verbal dalam penelitian ini ditinjau
memukul 18,9%, mencekik 5,4%, berdasarkan peraturan Komisi Penyiaran
menendang 5,40%, dan melempar barang Indonesia Nomor 02/P/KPI/03/ 2012
ketubuh 5,4%; (2) Kekerasan psikologis, tentang Standar Program Siaran tahun
seperti membentak 43,2%, menyumpah 2012 dan dan bentuk kekerasan menurut I.
10,8%, mengancam 8,1%, merendahkan Praptama Baryadi.
5,40%, dan melecehkan 56,8%, (3) Berdasarkan latar belakang masa-
Kekerasan finasial, seperti tindakan lah dan judul tersebut diatas, maka peneliti
mengambil 5,4%, dan (4) Kekerasan merumuskan masalah “Bagaimana persen-
spiritual, seperti merendahkan keper- tase kecenderungan muatan kekerasan
cayaan 5,4%, dan merendahkan keyakinan verbal dalam tayangan sinetron “Tukang
4% (Dirhamsyah, 2011) . Selain sinetron Bubur Naik Haji The Series” di RCTI

86
Alvionita Choirun Nisa dan Umaimah Wahid, Analisis Isi Kekerasan Verbal dalam Sinetron
“TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES” dI RCTI (Analisis Isi Episode 396 – 407)

(episode 396-407)?”. Dengan tujuan berurutan, dan diiringi unsur audio. Kata
penelitian adalah untuk mengetahui televisi terdiri dari kata tele yang berarti
persentase kecenderungan muatan keke- “jarak” dalam bahasa Yunani dan kata visi
rasan verbal dalam tayangan sinetron yang berarti “citra atau gambar” dalam
“Tukang Bubur Naik Haji The Series” di Bahasa Latin. Jadi, kata televisi berarti
RCTI (episode 396-407) suatu sistem penyajian gambar berikut
suaranya dari suatu tempat yang berjarak
jauh (Sutrisno, 1993:1).
Kerangka Teori
Televisi merupakan media massa
Teori dan konsep penelitian yang yang sangat banyak digunakan oleh
dipergunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat luas. Media televisi ini
Komunikasi Masaa. Menurut De Fluer, memiliki banyak kelebihan dibanding
komunikasi massa adalah suatu proses media lainnya. Ini dikarenakan beberapa
dimana komunikator-komunikator meng- fungsi yang melekat pada televisi.
gunakan media untuk menyebarkan pesan- Menurut Nawiroh Vera, fungsi televisi
pesan secara luas, dan secara terus adalah menghibur, mendidik, dan mem-
menerus menciptakan makna-makna yang berikan informasi sebanyak-banyaknya.
diharapkan dapat mempengaruhi khalayak Namun fungsi menghibur lebih utama
yang besar dan berbeda-beda melalui dibanding yang lain (Vera, 2010: 78).
berbagai cara (dalam Vera, 2010: 3). Selain itu, televisi adalah media massa
Media massa merupakan istilah yang mengutamakan sajian hiburan,
yang digunakan oleh publik dalam hampir tiga perempat bentuk siaran televisi
mereferensi tempat dipublikasikannya setiap hari merupakan tayangan hiburan
suatu informasi. Ada yang mengartikan (Vera, 2010: 71). Pandangan mengenai
sebagai alat untuk mentransmisikan pesan televise juga disampaikan oleh Syarifudin
yang dilakukan komunikator yang sifatnya Yunus yang mengatakan bahwa televisi
terlembaga. Namun sebenernya pengertian memiliki fungsi yang lebih dominan pada
media massa itu sendiri sangat luas. Salah hiburan dibanding fungsi memberi
satu pengertian media massa adalah media informasi dan mendidik (Yunus, 2010:27).
komunikasi dan informasi yang melakukan Ada tiga bagian dari format acara
penyebaran informasi secara massal dan televisi yaitu drama, non drama, dan
dapat diakses oleh masyarakat secara berita. Bisa juga dikategorikan menjadi
massal pula (Bungin, 2007:72). Menurut fiksi, nonfiksi, dan news. Selengkapnya
Hafied Cangara, media massa adalah alat penjelasan sebagai berikut :
yang digunakan dalam penyampaian pesan
dari sumber kepada khalayak (penerima) 1. Fiksi (Drama)
dengan menggunakan alat-alat komunikasi Adalah sebuah format acara televisi
mekanis seperti surat kabar, film, radio, yang diproduksi dan dicipta melalui
dan televise (Cangara, 2009: 142). proses imajinasi kreatif dari kisah-
Media televisi pada hakekatnya kisah drama atau fiksi yang
merupakan suatu sistem komunikasi yang direkayasa dan dikreasi ulang.
menggunakan suatu rangkaian gambar Format yang digunakan merupakan
elektronik yang dipancarkan secara cepat, interpretasi kisah kehidupan yang

87
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014

diwujudkan dalam suatu runtutan Analisis Isi


cerita dalam sejumlah adegan. Analisis isi kuantitatif dapat
Adegan-adegan tersebut akan didefinisikan sebagai suatu teknik
menggabungkan antara realitas penelitian ilmiah yang ditujukan untuk
kenyataan hidup dengan fiksi atau mengetahui gambaran karakteristik isi dan
imajinasi khalayan para kreatornya. menarik inferensi dari isi. Analisis isi
Contoh : drama percintaan (love ditujukan untuk mengidentifikasi secara
story), tragedi, horor, komedi, sistematis isi komunikasi yang tampak
legenda, aksi (action), sinetron, dan (manifest), dan dilakukan secara objektif,
sebagainya. valid, reliabel, dan dapat direplikasi
2. Nonfiksi (Non drama) (Eriyanto, 2011: 15).
Adalah sebuah format acara televisi Menurut Holsti yang dikutip
yang diproduksi dan dicipta melalui Eriyanto, definisi analisis isi adalah suatu
proses pengolahan imajinasi kreatif teknik penelitian untuk membuat inferensi
dari realitas kehidupan sehari-hari yang dilakukan secara objektif,
tanpa harus menginterpretasi ulang identifikasi, dan sistematis dari
dan tanpa harus menjadi dunia karakteristik pesan (Eriyanto, 2011: 15).
khalayan. Non drama bukanlah Burhan Bungin mengatakan bahwa
sebuah runtutan cerita fiksi dari dikalangan ilmuan sosial, metode analisi
setiap pelakunya. Untuk itu, format- isi merupakan suatu metode yang amat
format program acara non drama efisien untuk menginvestigasi isi media
merupakan sebuah runtutan baik yang tercetak maupun media dalam
pertunjukan kreatif yang bentuk broadcast (Bungin, 2011: 185).
mengutamakan unsur hiburan yang Metode analisis isi merupakan
dipenuhi dengan aksi gaya dan suatu teknik sistemik untuk menganalisis
music. Contoh : talkshow, konser, pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat
musik, dan variety show. untuk mengobservasi dan menganalisis isi
3. Berita (News) perilaku komunikasi yang terbuka dari
Adalah sebuah format acara televisi komunikator yang dipilih (Bungin,
yang diproduksi berasarkan 2011:185). Menurut Wimmer & Dominick
informasi dan fakta atas kejadian dan (2000) tujuan analisis isi adalah :
peristiwa yang berlangsung pada 1. Menggambarkan isi komunikasi
kehidupan masyarakat sehari-hari. Yaitu mengungkap kecenderungan
Format ini memerlukan nilai-nilai yang ada pada isi komunikasi, baik
faktual dan aktual yang disajikan melalui media cetak maupun
dengan ketepatan dan kecepetan elektronik.
waktu dimana dibutuhkan sifat 2. Menguji hipotesis tentang
liputan yang independen. Contoh : karakteristik pesan
berita ekonomi, politik, sosial, Yaitu sejumlah periset berusaha
budaya, dan laporan olahraga menghubungkan karakteristik
(Rukmananda, 2004: 65-66). tertentu dari komunikator (sumber)

88
Alvionita Choirun Nisa dan Umaimah Wahid, Analisis Isi Kekerasan Verbal dalam Sinetron
“TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES” dI RCTI (Analisis Isi Episode 396 – 407)

dengan karakteristik pesan yang menggambarkan secara deskriptif


dihasilkan. isi dari suatu pesan, tetapi juga
3. Membandingkan isi media dengan mencoba mencari hubungan
dunia nyata. antara isi pesan ini dan variabel
Memperkirakan gambaran media lain.
terhadap kelompok tertentu di 3. Analisis isi Prediktif
masyarakat.
4. Mendukung studi efek media Analisis isi prediktif berusaha
massa untuk memprediksi hasil seperti
Yaitu untuk melihat apakah pesan- tertangkap dalam analisis isi
pesan di media massa tersebut dengan variabel lain. Disini
menumbuhkan sikap-sikap yang peneliti bukan hanya
serupa di antara para pengguna menggunakan variabel lain diluar
media yang berat (heavy users) analisis isi, tetapi juga harus
(Sobur, 2011: 230-231). menggunakan hasil penelitian dari
metode lain-seperti survey
eksperimen. Data dari dua hasil
Dilihat dari pendekatan dalam penelitian (analisis isi dan metode
analisis isi, dapat dibagi kedalam tiga lain) itu dihubungkan, dan dicari
bagian besar, yakni analisis isi deksriptif, keterkaitannya (Eriyanto, 2011:
eksplanatif, dan prediktif. Berikut 45-53).
pengertian ketiganya :
1. Analisis Isi Deskriptif
Sinetron
Analisis isi deskriptif adalah
Sinetron merupakan drama yang
analisis isi yang dimaksudkan
menyajikan cerita berbagai tokoh secara
untu menggambarkan secara
bersamaan. Masing-masing tokoh
detail suatu pesan, atau suatu teks
memiliki alur cerita mereka sendiri-sendiri
tertentu. Desain analisis isi ini
tanpa harus dirangkum menjadi suatu
tidak dimaksudkan untuk menguji
kesimpulan. Akhir cerita sinetron
suatu hipotesis tertentu, atau
cenderung selalu terbuka dan sering kali
menguji hubungan diantara
tanpa penyelesaian (open-ended). Cerita
variabel. Analisis isi semata untuk
cenderung dibuat berpanjang-panjang
deskripsi, menggambarkan aspek-
selama masih ada audiens yang
aspek dan karakteristik dari suatu
menyukainya (Morrisan, 2008: 223).
pesan.
Sinetron sebagai salah satu bentuk
2. Analisis Isi Eksplanatif
tayangan televisi memiliki kelebihan-
Analisis isi eksplanatif adalah kelebihan sebagai berikut :
analisis isi yang didalamnya
1. Bersifat audio visual yaitu selain
terdapat pengujian hipotesis
mampu menyuguhkan gambar,
tertentu. Analisis isi ini juga
sinetron juga mampu
mencoba membuat hubungan
menampilkan suara. Karena pada
antara satu variabel dan variabel
dasarnya sinetron adalah
lain. Analisis tidak hanya sebatas

89
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014

gabungan dari gambar, suara, dan satu kata atau lebih (Mulyana, 2010:260).
cerita. Suatu sistem kode verbal disebut bahasa.
2. Diterima oleh segala lapisan Bahasa dapat didefinisikan sebagai
masyarakat yaitu sinetron dapat seperangkat simbol, dengan aturan untuk
dinikmati siapa saja, tidak mengkombinasikan simbol-simbol
membedakan latar belakang tersebut, yang digunakan dan dipahami
pendidikan dan budaya. suatu komunitas. Bahasa verbal adalah
sarana utama untuk menyatakan pikiran,
3. Dapat dinikmati oleh berbagai perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal
bangsa melalui bahasa, karena menggunakan kata-kata yang
bahasa merupakan alat merepresentasikan berbagai aspek realitas
komunikasi. individual kita (Mulyana, 2010:260-261).
4. Dapat diputar berulang-ulang 1. Kekerasan Verbal
yaitu dapat dinikmati kapan saja
tanpa terbatas ruang dan waktu. Menurut Moore & Fine (dikutip oleh
Lili 2009) mendefinisikan agresi sebagai
5. Penyajian melalui gambar yang tingkah laku kekerasan secara fisik seperti
hidup, sinetron pada dasarnya memukul ataupun secara verbal berupa
adalah Motion Picture atau penggunan kata-kata kasar terhadap
gambar bergerak. individu lain atau terhadap objek-objek
6. Memiliki gaya visual yaitu (Lili Hartini, 2009:2). Kekerasan verbal
mempunyai kemampuan untuk (verbal violence) dalam kepustakaan
mempertunjukkan sesuatu komunikasi dimaknai sebagai bentuk
(Dahlan, 1980). kekerasan yang halus; dilakukan dengan
menggunakan kata-kata kasar, jorok, dan
menghina (Rasyid, 2013: 95).
Komunikasi Verbal
Kekerasan emosional atau
Kata atau istilah komunikasi (dari
psikologis atau verbal tidak dapat
bahasa inggris “communication”), secara
menimbulkan akibat langsung tapi
epistemologis atau menurut asal katanya
dampaknya dapat memutus-asakan apabila
adalah dari bahasa latin communicatus,
berlangsung berulang-ulang. Termasuk
dan perkataan ini bersumber pada kata
dalam kekerasan emosional ini adalah
communis. Kata communis memiliki
penggunaan kata-kata kasar, merendahkan,
makna “berbagi” atau “menjadi milik
atau mencemooh (Su’adah, 2005: 95).
bersama” yaitu usaha yang memiliki
tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan Menurut Buss dalam Myers,
makna. Komunikasi secara terminologis bentuk verbal dari agresi melibatkan usaha
merujuk pada adanya proses penyampaian untuk menyakiti orang lain melalui kata-
suatu pernyataan oleh seseorang kepada kata, bukan melalui perbuatan (Myers,
orang lain. Jadi, yang terlibat dalam 2010: 116). Adapun bentuk kekerasan
komunikasi ini adalah manusia (Rahayu verbal menurut I. Praptama Baryadi
Ginintasasi, n.d.). terwujud dalam tindak tutur seperti
memaki, membentak, mengancam, meng-
Simbol atau pesan verbal adalah
hujat, mengejek, melecehkan, menjelek-
semua jenis simbol yang menggunakan
90
Alvionita Choirun Nisa dan Umaimah Wahid, Analisis Isi Kekerasan Verbal dalam Sinetron
“TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES” dI RCTI (Analisis Isi Episode 396 – 407)

jelekkan, mengusir, memfitnah, menyu- v. Tunanetra, tunarungu, tuna-wicara,


dutkan, mendis-kriminasikan, menginti- tunadaksa, tunagrahita, autis;
midasi, menakut-nakuti, memaksa, meng- vi. Pengidap penyakit tertentu, seperti
hasut, membuat orang lain malu, HIV/AIDS, kusta, epilepsi,
menghina, dan lain sebagainya (Suparno, Alzheimer, latah; dan atau
2002: 83).
vii. Orang dengan masalah kejiwaan.
Jika kategori kekerasan verbal
mengacu pada peraturan Komisi Penyiaran
Indonesia Nomor 02/P/KPI/03/2012 ten- b. Penggunaan bahasa verbal, seperti
tang Standar Program Siaran tahun 2012 mengucapkan kata-kata kasar dan
dapat dikategorikan sebagai berikut makian. Hal tersebut mengacu pada
(Standar Program Siaran 2012, Bab XI & Bab XIII (tigabelas) SPS mengenai
XIII, hal. 51-55): pelarangan dan pembatasan
a. Penyebutan terhadap seseorang atau kekerasan bagian kedua pasal 24
kelompok tertentu dengan maksud tentang ungkapan kasar dan makian,
yang berbunyi :
menghina atau melecehkan
seseorang atau kelompok tertentu. (1) Program Siaran dilarang
Hal tersebut mengacu pada Bab XI menampilkan ungkapan kasar
(sebelas) SPS pasal 17 mengenai dan makian, baik secara verbal
perlindungan kepada orang dan maupun nonverbal, yang
masyarakat tertentu, yang berbunyi : mempunyai kecenderungan
(1) Program siaran dilarang menghina atau merendahkan
menampilkan muatan yang martabat manusia, memiliki
melecehkan orang dan/atau makna jorok/ mesum/
kelompok masyarakat tertentu. cabul/vulgar, dan/atau menghina
agama dari Tuhan.
(2) Orang dan/atau kelompok tertentu
sebagaimana yang dimaksud pada (2) Kata-kata kasar dan makian
ayat (1) antara lain, tetapi tidak sebagaimana yang dimaksud
terbatas: pada ayat (1) di atas mencakup
kata-kata dalam bahasa
i. Pekerja tertentu, seperti: pekerja Indonesia, bahasa daerah, dan
rumah tangga, hansip, pesuruh bahasa asing.
kantor, pedagang kaki lima,
satpam; c. Mengenai jam tayang. Hal tersebut
mengacu pada Bab XIII (tigabelas)
ii. Orang dengan orientasi seks dan SPS mengenai pelarangan dan
identitas gender tertentu; pembatasan kekerasan bagian ketiga
iii. Lanjut usia, janda, duda; pasal 25 tentang pembatasan
iv. Orang dengan kondisi fisik program bermuatan kekerasan, yang
tertentu, seperti gemuk, ceking, berbunyi : “Promo program siaran
cebol, bibir sumbing, hidung yang mengandung muatan adegan
pesek, memiliki gigi tonggos, kekerasan dibatasi hanya boleh
mata juling;

91
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014

disiarkan pada klasifikasi D, pukul Definisi populasi menurut Eriyanto


22.00 – 03.00 waktu setempat”. adalah semua anggota dari objek yang
ingin kita ketahui isinya. Populasi adalah
konsep yang asbtrak. Karena itu, populasi
Metode Penelitian harus didefinisikan secara jelas agar
Penelitian ini menggunakan anggota dari populasi dapat ditentukan
paradigma positivisme. Pendekatan yang secara cermat (Eriyanto, 2011:109).
digunakan merupakan pendekatan Populasi dalam penelitian ini mencakup
kuantitatif dengan jenis penelitian seluruh tayangan sinetron “Tukang Bubur
deskriptif. Pendekatan kuantitatif adalah Naik Haji The Series” episode 396-407.
pendekatan yang menggambarkan atau Adapun rancangan sampel non
menjelaskan suatu masalah yang hasilnya probabilitas yang dipilih oleh peneliti
dapat digeneralisasikan. Dalam adalah sampel purposive (purposive
pendekatan kuantitatif, peneliti dituntut sampling). Teknik ini mencakup objek-
untuk bersikap objektif dan memisahkan objek yang diseleksi atas dasar kriteria-
diri dari data (Kriyantono,2010:55). kriteria tertentu yang dibuat periset
Metode penelitian yang digunakan yaitu berdasarkan tujuan riset (Kriyantono,
metode analisis isi. Menurut Holsti (1969, 2010: 158).
dalam Eriyanto, 2011:15) definisi analisis
isi adalah suatu teknik penelitian untuk
membuat inferensi yang dilakukan secara Operasional Variabel
objektif dan identifikasi sistematis dari Proses operasional adalah kegiatan
karkteristik pesan. menurunkan abstrak ke konkret. Hal ini
Objek penelitian ini adalah karena analisis isi hanya dapat dilakukan
kekerasan verbal dalam sinetron “Tukang dengan mengamati aspek-aspek yang
Bubur Naik Haji The Series” yang hadir konkret yang terlihat nyata dan dapat
setiap hari Senin – Minggu pada pukul diobservasi oleh peneliti. Konsep yang
20.00 – 23.00 WIB di stasiun televisi abstrak karenanya dioperasionalisasikan
RCTI. Tayangan ini berdurasi 180 menit menjadi indikator-indikator yang diamati
(tiga jam) yang diselingi dengan tayangan secara empiris (Eriyanto, 2011:177).
iklan (Commercial Break).

92
Alvionita Choirun Nisa dan Umaimah Wahid, Analisis Isi Kekerasan Verbal dalam Sinetron
“TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES” dI RCTI (Analisis Isi Episode 396 – 407)

Tabel 3.2

KATEGORI KEKERASAN VERBAL

No. Kategori Kekerasan Verbal Indikator

1. Mengucapkan kata-kata kasar - Sialan


- Goblok
- Ga ada otaknya
- Bacot
- Gelo
- Kampret
- Geblek
- Blo’on
- Sapi
- Kutu kupret
- Biadab
2. Mengancam : Usaha untuk menakut-nakuti - Gue ketok nih
agar korban mengikuti hal-hal yang pelaku - Gue gampar lu
inginkan. - Gue keplak nih
- Gue tempeleng lu
- Gue tabokin lu
- Gue sodok mata lu
- Gue sambit nih
- Gue hajar
- Tak plintir leher sampean
3. Menghina : Usaha untuk menjelek-jelekkan - Pe’ak (pendek akal)
status sosial atau kekurangan orang lain. - Sarap
- Darah blangsak
- Nenek peyot
- Iblis
- Tua bangka
- Orang susah
- Orang gila
- Orang kampong

Hasil Penelitian
Hal yang dilakukan peneliti untuk
memperoleh frekuensi kemunculan adegan
kekerasan verbal, peneliti melakukan
pencatatan pada setiap episode yang telah
dijadikan sampel dalam penelitian ini,
yaitu episode 396 – 407.

93
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014

Tabel 4.1
FREKUENSI ADEGAN KEKERASAN VERBAL DALAM TAYANGAN “TUKANG
BUBUR NAIK HAJI THE SERIES” DI RCTI (EPISODE 396-407)

No. Kategorisasi Frekuensi Persentase (%)


1. Mengucapkan Kata-Kata Kasar 56 15%
2. Mengancam 40 10,7%
3. Menghina 278 74,3%
Jumlah 374 100%
Sumber: Alvionita Choirun Nisa, 2013

Tabel 4.2

FREKUENSI ADEGAN MENGUCAPKAN KATA-KATA KASAR DALAM


TAYANGAN “TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES” DI RCTI
(EPISODE 396-407)

No. Indikator Frekuensi Persentase (%)


1. Sialan 10 17,8 %
2. Goblok 8 14,3 %
3. Ga ada otaknya 8 14,3 %
4. Bacot 12 21,4 %
5. Gelo 2 3,6%
6. Kampret 2 3,6 %
7. Geblek 6 10,7 %
8. Blo’on 2 3,6 %
9. Sapi 2 3,6 %
10. Kutu Kupret 2 3,6 %
11. Biadab 2 3,6 %
Jumlah 56 100 %
Sumber: Alvionita Choirun Nisa, 2013

Tabel 4.3

FREKUENSI ADEGAN MENGANCAM DALAM TAYANGAN “TUKANG BUBUR


NAIK HAJI THE SERIES” DI RCTI
(EPISODE 396-407)

No. Indikator Frekuensi Persentase (%)


1. Gue ketok nih 14 35 %
2. Gue gampar lu 6 15 %
3. Gue keplak nih 4 10 %
4. Gue tempeleng lu 2 5%
5. Gue tabokin lu 6 15 %
6. Gue sodok mata lu 2 5%
7. Gue sambit nih 2 5%
8. Gue hajar 2 5%
9. Tak plintir leher sampean 2 5%
Jumlah 40 100 %
Sumber: Alvionita Choirun Nisa, 2013
94
Alvionita Choirun Nisa dan Umaimah Wahid, Analisis Isi Kekerasan Verbal dalam Sinetron
“TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES” dI RCTI (Analisis Isi Episode 396 – 407)

Tabel 4.4
FREKUENSI ADEGAN MENGHINA DALAM TAYANGAN “TUKANG BUBUR
NAIK HAJI THE SERIES” DI RCTI
(EPISODE 396-407)
No. Indikator Frekuensi Persentase (%)
1. Pe’ak (Pendek Akal) 182 65,4 %
2. Sarap 64 23,0 %
3. Darah blangsak 2 0,7 %
4. Nenek peyot 4 1,4 %
5. Iblis 2 0,7 %
6. Tua bangka 4 1,4 %
7. Orang susah 4 1,4 %
8. Orang gila 12 4,3 %
9. Orang kampung 4 1,4 %
Jumlah 278 100 %
Sumber: Alvionita Choirun Nisa, 2013

Pembahasan terjadi. Selain itu, peneliti tidak dapat


Pada penelitian ini membuktikan menganalisa semua tayangan sinetron
bahwa tayangan sinetron “Tukang Bubur “Tukang Bubur Naik Haji The Series”
Naik Haji The Series” episode 396 – 407 dikarenakan jumlah populasi tayangan
terbukti terdapat muatan kekerasan verbal yang terlalu besar, sehingga peneliti hanya
dengan kategori kekerasan verbal yang menentukan 5 tayangan untuk dianalisis.
paling dominan muncul adalah kategori Dalam penelitian ini, peneliti
menghina sebesar 74,3%, kemudian menggunakan objek penelitian tayangan
kategori mengucapkan kata-kata kasar sinetron “Tukang Bubur Naik Haji The
memperoleh persentase sebesar 15%, dan Series”. Tujuan peneliti adalah untuk
kategori kekerasan verbal yang paling mengetahui adanya kekerasan verbal
jarang muncul adalah kategori mengancam dalam sinetron tersebut. Tayangan sinetron
sebesar 10,7%. Pada penelitian ini terdapat “Tukang Bubur Naik Haji The Series”
kelemahan dan keterbatasan. Kelemahan adalah salah satu drama seri religi yang
penelitian ini yaitu tidak dilakukannya ditayangkan oleh stasiun televisi swasta
penarikan sampel acak karena jumlah RCTI yang hadir setiap hari pukul 20.30 –
populasi yang terlalu besar sehingga 22.00 WIB. Sinetron ini berhasil
peneliti menentukan jumlah populasi memperoleh piala penghargaan Panasonic
untuk diriset berdasarkan pertimbangan Gobel Awards tahun 2013 dengan kategori
ilmiah. Sedangkan keterbatasan dalam Drama Seri Tervaforit. Hal tersebut
penelitian ini adalah penelitian ini hanya membuktikan bahwa tayangan sinetron
memfokuskan untuk mengetahui gambaran “Tukang Bubur Naik Haji The Series”
karakteristik isi pesan kekerasan verbal berhasil menarik perhatian penontonnya.
dalam tayangan “Tukang Bubur Naik Haji Sinetron “Tukang Bubur Naik Haji
The Series” dan membuat deskripsi untuk The Series” merupakan pengembangan
menggambarkan realitas yang sedang cerita FTV “Tukang Bubur Naik Haji”
95
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014

yang sebelumnya sudah pernah tokoh Haji Sulam dalam sinetron “Tukang
ditayangkan oleh RCTI, menceritakan Bubur Naik Haji The Series” bisa
kehidupan seorang tukang bubur bernama dijadikan contoh yang baik bagi
Sulam yang berniat memberangkatkan masyarakat dikarenakan sifatnya yang
ibadah Haji ibunya. Sehari-hari, Sulam sabar, ikhlas, bersahaja, rendah hati,
berjualan bubur keliling dengan gerobak dermawan, dan pemaaf. Berbeda dengan
dorongnya. Usahanya dalam mencapai tokoh Haji Muhidin yang memiliki sifat
keinginannya untuk memberangkatkan sebaliknya, menunaikan ibadah Haji
ibadah Haji ibunya memang tidak lah karena ingin mendapat pujian dari orang
mudah. Belum lagi tanggapan sinis, olok- lain, sombong, iri apabila melihat orang
olok, dan cemoohan dari warga kampung lain lebih sukses dari dirinya, pelit, dan
mendengar niatan Sulam tersebut, suka menghina orang lain. Tokoh Haji
terutama tetangga Sulam yang bernama Muhidin seakan menjadi penyeimbang
Haji Muhidin dan Hajah Maemunah. Haji dari tokoh Haji Sulam, sehingga dapat
Muhidin dan Haji Maemunah merupakan terlihat perbedaan dari keduanya, mana
suami istri yang sudah menunaikan ibadah Haji yang mabrur dan yang tidak.
Haji dan termasuk orang yang terpandang Sinetron “Tukang Bubur Naik Haji
di kampungnya. Mendengar niatan Sulam The Series” melanjutkan cerita FTV-nya
yang ingin memberangkatkan Haji ibunya, terdahulu. Dalam sinetron tersebut
membuat mereka tertawa sinis dan tak menyuguhkan nuansa-nuansa Islami,
henti-hentinya mencemooh keluarga seperti ajaran-ajaran agama Islam yang
Sulam. Tetapi dengan kesabaran dan disampaikan melalui dakwah atau dialog
keikhalasan Sulam, serta doa ibunya, dari para pemainnya, dan dikemas dalam
akhirnya niatan Sulam untuk bentuk komedi guna menghibur
memberangkatkan Haji ibunya tercapai. masyarakat yang menontonnya. Hal ini
Bahkan tidak hanya ibunya saja yang menjadi nilai positif bagi sinetron
berangkat Haji, Sulam dan istrinya yaitu “Tukang Bubur Naik Haji The Series”
Rodiah pun ikut menunaikan rukun Islam mengingat mayoritas masyarakat
yang kelima. Semenjak saat itu, warung Indonesia beragama Islam. Maka dengan
bubur Sulam pun laris dan Ia membuka hadirnya sinetron tersebut diharapkan
usaha warung bubur di rumahnya. mampu menambah pengetahuan
Tokoh utama dalam sinetron masyarakat, khususnya pemeluk agama
“Tukang Bubur Naik Haji The Series” Islam mengenai ajaran-ajaran agama
yaitu Haji Sulam yang memiliki usaha Islam. Namun sangat disayangkan,
warung bubur di rumahnya. Haji Sulam sinetron dengan latar belakang religi ini
merupakan bagian dari tokoh protagonis mengandung adegan kekerasan verbal dari
yang memiliki sifat sabar, ikhlas, beberapa pemerannya. Walaupun memang
bersahaja, rendah hati, dermawan, dan tidak semua adegan dalam sinetron
pemaaf. Tetapi beberapa bulan belakangan “Tukang Bubur Naik Haji The Series”
ini tokoh Sulam tidak dihadirkan, sebab mengandung unsur kekerasan verbal.
dalam sinetron diceritakan bahwa Haji Kekerasan verbal yang terdapat
Sulam membuka usaha warung bubur di dalam sinetron “Tukang Bubur Naik Haji
Negara Arab Saudi. Padahal kehadiran The Series” memang bukan kasus pertama

96
Alvionita Choirun Nisa dan Umaimah Wahid, Analisis Isi Kekerasan Verbal dalam Sinetron
“TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES” dI RCTI (Analisis Isi Episode 396 – 407)

dalam industri hiburan media televisi di Naik Haji The Series” di RCTI seperti
Indonesia. Sebelumnya, sinetron “Islam dibawah ini :
KTP” yang tayang di SCTV juga terbukti Untuk lebih rinci mengenai jenis
mengandung unsur kekerasan berdasarkan kategorisasi menghina yang sering muncul
hasil penelitian yang dilakukan oleh dalam tayangan ini adalah jenis menghina
Dirhamsyah Maulana dengan judul dengan sebutan pe’ak (pendek akal)
“Pelanggaran Etika Penyiaran Dalam sebesar 65,4 %. Sedangkan kategori
Sinetron Islam KTP Studi Analisis Isi menghina dengan sebutan sarap sebesar
Sinetron Islam KTP Episode 185-186 23,0 %. Diikuti dengan kategorisasi
Ditinjau dari Kekerasan Menurut Sunarto”. dengan sebutan orang gila sebesar 4,3 %,
Selain itu, sinetron “Si Biang Kerok Cilik” sebutan nenek peyot, tua bangka, orang
di SCTV sempat dilaporkan ke KPI karena susah, orang kampung, masing-masing
dinilai mengandung kekerasan verbal. Jika sebesar 1,4 %, sebutan darah blangsak dan
dilihat dari ketiga kasus kekerasan yang iblis, masing-masing sebesar 0,7%.
terdapat dalam sinetron tersebut, tidak
mengherankan apabila tayangan kekerasan Dari rincian indikator dari
sudah dianggap biasa oleh sebagian kategorisasi menghina diatas, dapat
masyarakat yang belum kritis dan bijak dinyatakan bahwa tayangan “Tukang
dalam memilah program acara di televisi. Bubur Naik Haji The Series” di RCTI
terdapat muatan adegan kekerasan verbal
Dalam penelitian ini, peneliti berupa menghina hampir di setiap
menentukan tiga kategorisasi sesuai episodenya. Padahal dampak dari
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar perbuatan menghina dapat menimbulkan
Program Siaran (P3 SPS), yaitu gangguan psikis atau hilangnya rasa
mengucapkan kata-kata kasar, percaya diri pada seseorang yang
mengancam, dan menghina. Dari lima mengalaminya. Tetapi dalam tayangan ini
tayangan “Tukang Bubur Naik Haji The kata “pe’ak” lebih dominan muncul.
Series” di RCTI yang dijadikan sampel
penelitian ini terbukti bahwa sinetron Mengacu pada Pedoman Perilaku
tersebut mengandung adanya kekerasan Penyiaran dan Standar Program Siaran
verbal, seperti mengucapkan kata-kata (P3SPS), jenis kategorisasi menghina pada
kasar, mengancam, dan menghina. Dari tayangan “Tukang Bubur Naik Haji The
hasil penelitian menunjukkan jenis Series” termasuk melanggar pasal-pasal
kategorisasi kekerasan verbal yang lebih yang telah ditetapkan oleh KPI dalam
dominan adalah kategorisasi menghina Standar Program Siaran pada Bab Sebelas
sebesar 74,3 %. mengenai Perlindungan Kepada Orang dan
Mayarakat Tertentu pasal 17 , yang
Jenis kategorisasi menghina terbagi berbunyi : “Pertama, Program siaran
atas beberapa indikator, yaitu menghina dilarang menampilkan muatan yang
dengan sebutan pe’ak (pendek akal), sarap, melecehkan orang dan/atau kelompok
darah blangsak, nenek peyot, iblis, tua masyarakat tertentu. Kedua, Orang
Bangka, orang susah, orang gila, dan orang dan/atau kelompok masyarakat tertentu
kampung. Berikut beberapa potongan bagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
adegan yang memperlihatkan adegan antara lain, tetapi tidak terbatas:
menghina dalam tayangan “Tukang Bubur

97
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014

a. Pekerja tertentu, seperti: pekerja Oleh karenya berdasarkan aturan


rumah tangga, hansip, pesuruh yang telah ditetapkan oleh KPI mengenai
kantor, pedagang kaki lima, Standar Program Siaran (SPS) tentang
satpam; Perlindungan kepada Orang dan
b. Orang dengan orientasi seks dan Masyarakat Tertentu, tayangan “Tukang
identitas gender tertentu; Bubur Naik Haji The Series” di RCTI
dengan jenis kategorisasi menghina telah
c. Lanjut usia, janda, duda; melanggar peraturan, sebab hampir semua
d. Orang dengan kondisi fisik indikator dari kategorisasi menghina yang
tertentu, seperti gemuk, ceking, sudah diteliti menunjukkan bahwa dari 9
cebol, bibir sumbing, hidung pesek, (Sembilan) indikator masing-masing
memiliki gigi tonggos, mata juling; dinyatakan memiliki hasil nilai persentase.
e. Tunanetra, tunarungu, tunawicara, Selain jenis kategorisasi menghina, dalam
tunadaksa, tunagrahita, autis; tayangan “Tukang Bubur Naik Haji The
Series” juga terdapat bentuk kekerasan
f. Pengidap penyakit tertentu,
verbal lain dengan jenis kategorisasi
seperti: HIV/AIDS,kusta, epilepsy,
mengucapkan kata-kata kasar dan
Alzheimer, latah; dan/atau
mengancam. Seperti yang telah dijelaskan
g. Orang dengan masalah kejiwaan.” pada hasil penelitian bahwa kategorisasi
mengucapkan kata-kata kasar juga sering
muncul dalam tayangan ini dengan
Jika penelitian ini dikaitkan dengan
persentase sebesar 15 %.
peraturan Komisi Penyiaran Indonesia
Nomor 02/P/KPI/03/2012 tentang Standar Untuk lebih rinci mengenai jenis
Program Siaran tahun 2012 tayangan kategorisasi mengucapkan kata-kata kasar
“Tukang Bubur Naik Haji The Series” yang sering muncul dalam tayangan ini
terbukti melanggar pasal-pasal yang sudah adalah mengucapkan kata-kata kasar
ditetapkan dalam Standar Program Siaran berupa kata bacot sebesar 21,4 %.
2012, diantaranya : Sedangkan kategori mengucapkan kata-
kata kasar berupa kata sialan sebesar 17,8
1. Bab Sebelas mengenai
%. Diikuti dengan kata goblok, ga ada
Perlindungan Kepada Orang
otaknya, masing-masing sebesar sebesar
dan Mayarakat Tertentu, pasal
14,3 %, kata geblek sebesar 10,7 %, kata
17.
gelo, kampret, blo’on, sapi, kutu kupret,
2. Bab Tigabelas mengenai dan biadab, masing-masing sebesar 3,6 %.
Pelarangan dan Pembatasan Dengan begitu, dapat dinyatakan bahwa
Kekerasan, Bagian Kedua tayangan “Tukang Bubur Naik Haji The
tentang Ungkapan Kasar dan Series” di RCTI terdapat muatan adegan
Makian, pasal 24. kekerasan verbal berupa mengucapkan
3. Bab Tigabelas mengenai kata-kata kasar hampir di setiap
Pelarangan dan Pembatasan episodenya.
Kekerasan, Bagian Ketiga, Peraturan yang tertulis di P3SPS
pasal 25. mengenai Pelarangan dan Pembatasan
Kekerasan, seperti yang telah dijelaskan

98
Alvionita Choirun Nisa dan Umaimah Wahid, Analisis Isi Kekerasan Verbal dalam Sinetron
“TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES” dI RCTI (Analisis Isi Episode 396 – 407)

diatas membuktikan bahwa tayangan Berdasarkan hasil data dan analisis


“Tukang Bubur Naik Haji The Series” di data makasnagat jelas dan kuat bahwa
RCTI telah melanggar pasal-pasal tersebut. sinetron “Tukang Bubur Naik Haji”
Hampir semua indikator dari kategorisasi
mengucapkan kata-kata kasar dalam
tayangan “Tukang Bubur Naik Haji The Kesimpulan
Series” menunjukkan bahwa dari 11 Berdasarkan haisl penelitian yang
(sebelas) indikator memiliki hasil nilai sudah dijelaskan sebelumnya maka
persentase. penelitian ini dapat disimpulan bahwa
Indikator dari kategorisasi Persentase data dan frekuensi dari kategori
mengancam berupa kalimat “gue ketok kekerasan verbal yang paling dominan
nih” merupakan kalimat yang dominan muncul dalam tayangan sinetron “Tukang
muncul dalam tayangan “Tukang Bubur Bubur Naik Haji The Series” di RCTI
Naik Haji The Series” dengan persentase periode 22-26 Januari 2013, yaitu kategori
sebesar 35 %. Kategorisasi mengancam menghina dengan frekuensi kemunculan
berupa kalimat “gue gampar lu”, “gue 278 dan persentase sebesar 74,3 %.
tabokin lu”, masing-masing sebesar 15 %, Indikator dari kategori menghina yang
kalimat “gue keplak nih” sebesar 10 %, dominan muncul adalah sebutan “pe’ak”
(pendek akal) dengan frekuensi 182 dan
kalimat “gue tempeleng lu”, “gue sodok
persentase sebesar 65,4 % dalam setiap
mata lu”, “gue sambit nih”, “gue hajar”,
penayangan “Tukang Bubur Naik Haji The
dan “tak plintir leher sampean”, masing-
Series” episode 396 - 407. Pada Kategori
masing sebanyak 5 %.
mengucapkan kata-kata kasar memperoleh
Pada bulan Januari, tayangan frekuensi 56 dan persentase sebesar 15 %.
“Tukang Bubur Naik Haji The Series” Untuk indikator mengucapkan kata-kata
hadir pada pukul 19.00 – 22.00 WIB. Jam kasar yang paling dominan muncul adalah
tayang tersebut termasuk kedalam kategori kata “bacot” dengan frekuensi 12 dan
prime time. Jika hal ini dikaitkan dengan persentase sebesar 21,4 %. Kemudian
Standar Program Siaran mengenai untuk kategori mengancam memperoleh
Pelarangan dan Pembatasan Kekerasan frekuensi 40 dan persentase sebesar 10,7
pasal 25 Bagian Ketiga yaitu “Promo %. Untuk indikator dari kategori
program siaran yang mengandung muatan mengancam yang sering muncul dalam
adegan kekerasan dibatasi hanya boleh tayangan “Tukang Bubur Naik Haji The
disiarkan paa klasifikasi D, pukul 22.00 – Series” episode 396 – 407 oleh kalimat
03.00 waktu setempat”. Berdasarkan “gue ketok nih” dengan frekuensi 14 dan
keterngan tersebut, dapat dinyatakan persentase sebesar 35 %.
bahwa tayangan “Tukang Bubur Naik Haji
The Series” telah melanggar peraturan
P3SPS yang telah ditentukan oleh KPI.

99
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014

DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik
Ardianto, Elvinaro dkk. 2007. Komunikasi Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
Massa: Suatu Pengantar. Kencana Prenada Media Group.
Bandung: Simbiosa Rekatama
Media. Morrisan. 2008. Manajemen Media
Penyiaran: Strategi Mengelola
Aceng, dkk. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Radio dan Televisi. Jakarta:
Jakarta: Kencana Prenada Media Kencana Prenada Media Group.
Group.
Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi
-------. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Suatu Pengantar. Bandung: PT.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Remaja Rosdakarya.

Bungin, Burhan. 2007. Pengantar Ilmu Rasyid, Mochamad Riyanto. 2013.


Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Kekerasan di Layar Kaca. Jakarta:
Persada PT. Kompas Media Nusantara.

Bungin, Burhan (Ed). 2011. Metodologi Rukmananda, Naratama. 2004. Menjadi


Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Sutradara Televisi. Jakarta:
Metodologis ke Arah Ragam Varian Grasindo.
Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers
Cangara, Hafied. 2009. Pengantar Ilmu Sobur, Alex. 2011. Analisis Teks Media.
Komunikasi. Jakarta: Rajawali Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pers. Su’adah. 2005. Sosiologi Keluarga.
Malang: UMM Press.
David.G, Myers. 2010. Psikologi Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika. Suparno, Paul, dkk. 2002. Reformasi
Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Effendy, Onong Uchjana . 2002. Dinamika
Komunikasi. Bandung: Remaja Sutisno. 1993. Pedoman Praktis Penulisan
Rosdakarya. Skenario Televisi dan Video.
Jakarta. PT. Grasindo.
Eriyanto. 2011. Analisis Isi: Pengantar
Metodologi Penelitian Ilmu Vera, Nawiroh. 2010. Pengantar
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Komunkasi Massa. Jakarta: Renata
Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Pratama Media.
Media Group. Yunus, Syarifudin. 2010. Jurnalistik
Terpaan. Bogor: Ghalia Indonesia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Kedua. 1995. Jakarta: Balai
Pustaka.
100
Alvionita Choirun Nisa dan Umaimah Wahid, Analisis Isi Kekerasan Verbal dalam Sinetron
“TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES” dI RCTI (Analisis Isi Episode 396 – 407)

JURNAL Lili, H. (2009). Agresi Anak yang Tinggal


dalam Keluarga dengan Kekerasan
Dahlan, M. Alwi. 1980, “Film Dalam Rumah Tangga. Retrieved Oktober
Spektrum Tanggung Jawab 11, 2013, from Universitas
Komunikasi Massa”. Jurnal Gunadarma. Web site:
Penelitian Pembangunan. No 6. http://www.gunadarma.ac.id/library/a
Departemen Penerangan. rticles/graduate/psychology/2009/Arti
kel_10502140.pdf

PUBLIKASI ONLINE Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia


Nomor 02/P/KPI/03/2012. Standar
BBC Indonesia. (2013, April 26). Program Siaran 2012. Retrieved
Pengaruh Sinetron Terhadap September 23, 2013, from
Kekerasan yang Dilakukan Anak. http://humas.kemsos.go.id/download/
Retrieved October 12, 2013, from hubungan_antar_lembaga/peraturan_
http://www.bbc.co.uk/ perundang-undangan/P3SPS_2012.pdf

Dirhamsyah, M. (2011). Pelanggaran Etika Rahayu Ginintasasi. (n.d.). Pengertian


Penyiaran Dalam Sinetron Islam Komunikasi. Retrieved November
KTP, Studi Analisis Isi Sinetron 18, 2013, from Universitas
Islam KTP Episode 185-186 Pendidikan Indonesia. Web site:
Ditinjau dari Kekerasan Menurut http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._
Sunarto. Retrieved Oktober 13, PSIKOLOGI/195009011981032-
2013, from Universitas Islam RAHAYU_GININTASASI/Komunikasi.pdf
Bandung.
Web site:
http://elibrary.unisba.ac.id/files2/skr.
11.80.06071.pdf

101
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014

102

You might also like