Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Key Words : Content Analysis, Verbal Abuse, soap opera-tukang bubur naik haji-rcti
Abstrak
Sinetron adalah tontonan televisi yang diminati dan mendominasi layar televise pada
umumnya. Banyaknya penomton sinetron mempengaruhi besarnya pengaruh sinetron
terhadap masyarakat karena sinetron telah menjadi salah satu tayangan televisi yang dimina
dan disiarkan pada jam-jam prime time. Salah genre sinetron yang diminati adalah sinetro
yang bergenre “Islami’ yaitu sinetron yang isinya menggunakan simbol-simbol Islam.
Namun sinetron tersebut menggunakan kata-kata yang tidak mencerminkan nilai-nilai
Islam karena banyak menggunakan kata-kata kasar yang merupakan bentuk kekerasan
verbal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan kekerasan verbal pada
opera sabun dari "Tukang Bubur Naik Haji The Series" di RCTI (Episode 396-407).
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persentase lisan
penyalahgunaan biaya kecenderungan dalam opera sabun "Tukang Bubur Naik Haji The
Series" di RCTI (Episode 396-407)?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
adanya pelecehan verbal dalam opera sabun "Tukang Bubur Naik Haji The Series" di RCTI
(Episode 396-407). Teori dan konsep penelitian adalah komunikasi massa, media massa,
televise dan pelecehan verbal. Konsep kekerasan verbal yang digunakan dalam penelitian ini
dalam hal aturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 02 / P / KPI / 03/2012 tentang
Standar Program Siaran 2012 dan bentuk pelecehan verbal. Berdasarkan hasil pengolahan
data, dapat disimpulkan bahwa pelecehan verbal dari kecenderungan muncul di sinetron
"Tukang Bubur Naik Haji The Series" episode 396-407, yaitu kategori mengucapkan kata-
kata kasar, mengancam dan menghina.
Kata Kunci : anaslisi isi. Kekerasan verbal, sinetron-tukang bubur naik jahi-rcti
85
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014
86
Alvionita Choirun Nisa dan Umaimah Wahid, Analisis Isi Kekerasan Verbal dalam Sinetron
“TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES” dI RCTI (Analisis Isi Episode 396 – 407)
(episode 396-407)?”. Dengan tujuan berurutan, dan diiringi unsur audio. Kata
penelitian adalah untuk mengetahui televisi terdiri dari kata tele yang berarti
persentase kecenderungan muatan keke- “jarak” dalam bahasa Yunani dan kata visi
rasan verbal dalam tayangan sinetron yang berarti “citra atau gambar” dalam
“Tukang Bubur Naik Haji The Series” di Bahasa Latin. Jadi, kata televisi berarti
RCTI (episode 396-407) suatu sistem penyajian gambar berikut
suaranya dari suatu tempat yang berjarak
jauh (Sutrisno, 1993:1).
Kerangka Teori
Televisi merupakan media massa
Teori dan konsep penelitian yang yang sangat banyak digunakan oleh
dipergunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat luas. Media televisi ini
Komunikasi Masaa. Menurut De Fluer, memiliki banyak kelebihan dibanding
komunikasi massa adalah suatu proses media lainnya. Ini dikarenakan beberapa
dimana komunikator-komunikator meng- fungsi yang melekat pada televisi.
gunakan media untuk menyebarkan pesan- Menurut Nawiroh Vera, fungsi televisi
pesan secara luas, dan secara terus adalah menghibur, mendidik, dan mem-
menerus menciptakan makna-makna yang berikan informasi sebanyak-banyaknya.
diharapkan dapat mempengaruhi khalayak Namun fungsi menghibur lebih utama
yang besar dan berbeda-beda melalui dibanding yang lain (Vera, 2010: 78).
berbagai cara (dalam Vera, 2010: 3). Selain itu, televisi adalah media massa
Media massa merupakan istilah yang mengutamakan sajian hiburan,
yang digunakan oleh publik dalam hampir tiga perempat bentuk siaran televisi
mereferensi tempat dipublikasikannya setiap hari merupakan tayangan hiburan
suatu informasi. Ada yang mengartikan (Vera, 2010: 71). Pandangan mengenai
sebagai alat untuk mentransmisikan pesan televise juga disampaikan oleh Syarifudin
yang dilakukan komunikator yang sifatnya Yunus yang mengatakan bahwa televisi
terlembaga. Namun sebenernya pengertian memiliki fungsi yang lebih dominan pada
media massa itu sendiri sangat luas. Salah hiburan dibanding fungsi memberi
satu pengertian media massa adalah media informasi dan mendidik (Yunus, 2010:27).
komunikasi dan informasi yang melakukan Ada tiga bagian dari format acara
penyebaran informasi secara massal dan televisi yaitu drama, non drama, dan
dapat diakses oleh masyarakat secara berita. Bisa juga dikategorikan menjadi
massal pula (Bungin, 2007:72). Menurut fiksi, nonfiksi, dan news. Selengkapnya
Hafied Cangara, media massa adalah alat penjelasan sebagai berikut :
yang digunakan dalam penyampaian pesan
dari sumber kepada khalayak (penerima) 1. Fiksi (Drama)
dengan menggunakan alat-alat komunikasi Adalah sebuah format acara televisi
mekanis seperti surat kabar, film, radio, yang diproduksi dan dicipta melalui
dan televise (Cangara, 2009: 142). proses imajinasi kreatif dari kisah-
Media televisi pada hakekatnya kisah drama atau fiksi yang
merupakan suatu sistem komunikasi yang direkayasa dan dikreasi ulang.
menggunakan suatu rangkaian gambar Format yang digunakan merupakan
elektronik yang dipancarkan secara cepat, interpretasi kisah kehidupan yang
87
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014
88
Alvionita Choirun Nisa dan Umaimah Wahid, Analisis Isi Kekerasan Verbal dalam Sinetron
“TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES” dI RCTI (Analisis Isi Episode 396 – 407)
89
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014
gabungan dari gambar, suara, dan satu kata atau lebih (Mulyana, 2010:260).
cerita. Suatu sistem kode verbal disebut bahasa.
2. Diterima oleh segala lapisan Bahasa dapat didefinisikan sebagai
masyarakat yaitu sinetron dapat seperangkat simbol, dengan aturan untuk
dinikmati siapa saja, tidak mengkombinasikan simbol-simbol
membedakan latar belakang tersebut, yang digunakan dan dipahami
pendidikan dan budaya. suatu komunitas. Bahasa verbal adalah
sarana utama untuk menyatakan pikiran,
3. Dapat dinikmati oleh berbagai perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal
bangsa melalui bahasa, karena menggunakan kata-kata yang
bahasa merupakan alat merepresentasikan berbagai aspek realitas
komunikasi. individual kita (Mulyana, 2010:260-261).
4. Dapat diputar berulang-ulang 1. Kekerasan Verbal
yaitu dapat dinikmati kapan saja
tanpa terbatas ruang dan waktu. Menurut Moore & Fine (dikutip oleh
Lili 2009) mendefinisikan agresi sebagai
5. Penyajian melalui gambar yang tingkah laku kekerasan secara fisik seperti
hidup, sinetron pada dasarnya memukul ataupun secara verbal berupa
adalah Motion Picture atau penggunan kata-kata kasar terhadap
gambar bergerak. individu lain atau terhadap objek-objek
6. Memiliki gaya visual yaitu (Lili Hartini, 2009:2). Kekerasan verbal
mempunyai kemampuan untuk (verbal violence) dalam kepustakaan
mempertunjukkan sesuatu komunikasi dimaknai sebagai bentuk
(Dahlan, 1980). kekerasan yang halus; dilakukan dengan
menggunakan kata-kata kasar, jorok, dan
menghina (Rasyid, 2013: 95).
Komunikasi Verbal
Kekerasan emosional atau
Kata atau istilah komunikasi (dari
psikologis atau verbal tidak dapat
bahasa inggris “communication”), secara
menimbulkan akibat langsung tapi
epistemologis atau menurut asal katanya
dampaknya dapat memutus-asakan apabila
adalah dari bahasa latin communicatus,
berlangsung berulang-ulang. Termasuk
dan perkataan ini bersumber pada kata
dalam kekerasan emosional ini adalah
communis. Kata communis memiliki
penggunaan kata-kata kasar, merendahkan,
makna “berbagi” atau “menjadi milik
atau mencemooh (Su’adah, 2005: 95).
bersama” yaitu usaha yang memiliki
tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan Menurut Buss dalam Myers,
makna. Komunikasi secara terminologis bentuk verbal dari agresi melibatkan usaha
merujuk pada adanya proses penyampaian untuk menyakiti orang lain melalui kata-
suatu pernyataan oleh seseorang kepada kata, bukan melalui perbuatan (Myers,
orang lain. Jadi, yang terlibat dalam 2010: 116). Adapun bentuk kekerasan
komunikasi ini adalah manusia (Rahayu verbal menurut I. Praptama Baryadi
Ginintasasi, n.d.). terwujud dalam tindak tutur seperti
memaki, membentak, mengancam, meng-
Simbol atau pesan verbal adalah
hujat, mengejek, melecehkan, menjelek-
semua jenis simbol yang menggunakan
90
Alvionita Choirun Nisa dan Umaimah Wahid, Analisis Isi Kekerasan Verbal dalam Sinetron
“TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES” dI RCTI (Analisis Isi Episode 396 – 407)
91
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014
92
Alvionita Choirun Nisa dan Umaimah Wahid, Analisis Isi Kekerasan Verbal dalam Sinetron
“TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES” dI RCTI (Analisis Isi Episode 396 – 407)
Tabel 3.2
Hasil Penelitian
Hal yang dilakukan peneliti untuk
memperoleh frekuensi kemunculan adegan
kekerasan verbal, peneliti melakukan
pencatatan pada setiap episode yang telah
dijadikan sampel dalam penelitian ini,
yaitu episode 396 – 407.
93
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014
Tabel 4.1
FREKUENSI ADEGAN KEKERASAN VERBAL DALAM TAYANGAN “TUKANG
BUBUR NAIK HAJI THE SERIES” DI RCTI (EPISODE 396-407)
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
FREKUENSI ADEGAN MENGHINA DALAM TAYANGAN “TUKANG BUBUR
NAIK HAJI THE SERIES” DI RCTI
(EPISODE 396-407)
No. Indikator Frekuensi Persentase (%)
1. Pe’ak (Pendek Akal) 182 65,4 %
2. Sarap 64 23,0 %
3. Darah blangsak 2 0,7 %
4. Nenek peyot 4 1,4 %
5. Iblis 2 0,7 %
6. Tua bangka 4 1,4 %
7. Orang susah 4 1,4 %
8. Orang gila 12 4,3 %
9. Orang kampung 4 1,4 %
Jumlah 278 100 %
Sumber: Alvionita Choirun Nisa, 2013
yang sebelumnya sudah pernah tokoh Haji Sulam dalam sinetron “Tukang
ditayangkan oleh RCTI, menceritakan Bubur Naik Haji The Series” bisa
kehidupan seorang tukang bubur bernama dijadikan contoh yang baik bagi
Sulam yang berniat memberangkatkan masyarakat dikarenakan sifatnya yang
ibadah Haji ibunya. Sehari-hari, Sulam sabar, ikhlas, bersahaja, rendah hati,
berjualan bubur keliling dengan gerobak dermawan, dan pemaaf. Berbeda dengan
dorongnya. Usahanya dalam mencapai tokoh Haji Muhidin yang memiliki sifat
keinginannya untuk memberangkatkan sebaliknya, menunaikan ibadah Haji
ibadah Haji ibunya memang tidak lah karena ingin mendapat pujian dari orang
mudah. Belum lagi tanggapan sinis, olok- lain, sombong, iri apabila melihat orang
olok, dan cemoohan dari warga kampung lain lebih sukses dari dirinya, pelit, dan
mendengar niatan Sulam tersebut, suka menghina orang lain. Tokoh Haji
terutama tetangga Sulam yang bernama Muhidin seakan menjadi penyeimbang
Haji Muhidin dan Hajah Maemunah. Haji dari tokoh Haji Sulam, sehingga dapat
Muhidin dan Haji Maemunah merupakan terlihat perbedaan dari keduanya, mana
suami istri yang sudah menunaikan ibadah Haji yang mabrur dan yang tidak.
Haji dan termasuk orang yang terpandang Sinetron “Tukang Bubur Naik Haji
di kampungnya. Mendengar niatan Sulam The Series” melanjutkan cerita FTV-nya
yang ingin memberangkatkan Haji ibunya, terdahulu. Dalam sinetron tersebut
membuat mereka tertawa sinis dan tak menyuguhkan nuansa-nuansa Islami,
henti-hentinya mencemooh keluarga seperti ajaran-ajaran agama Islam yang
Sulam. Tetapi dengan kesabaran dan disampaikan melalui dakwah atau dialog
keikhalasan Sulam, serta doa ibunya, dari para pemainnya, dan dikemas dalam
akhirnya niatan Sulam untuk bentuk komedi guna menghibur
memberangkatkan Haji ibunya tercapai. masyarakat yang menontonnya. Hal ini
Bahkan tidak hanya ibunya saja yang menjadi nilai positif bagi sinetron
berangkat Haji, Sulam dan istrinya yaitu “Tukang Bubur Naik Haji The Series”
Rodiah pun ikut menunaikan rukun Islam mengingat mayoritas masyarakat
yang kelima. Semenjak saat itu, warung Indonesia beragama Islam. Maka dengan
bubur Sulam pun laris dan Ia membuka hadirnya sinetron tersebut diharapkan
usaha warung bubur di rumahnya. mampu menambah pengetahuan
Tokoh utama dalam sinetron masyarakat, khususnya pemeluk agama
“Tukang Bubur Naik Haji The Series” Islam mengenai ajaran-ajaran agama
yaitu Haji Sulam yang memiliki usaha Islam. Namun sangat disayangkan,
warung bubur di rumahnya. Haji Sulam sinetron dengan latar belakang religi ini
merupakan bagian dari tokoh protagonis mengandung adegan kekerasan verbal dari
yang memiliki sifat sabar, ikhlas, beberapa pemerannya. Walaupun memang
bersahaja, rendah hati, dermawan, dan tidak semua adegan dalam sinetron
pemaaf. Tetapi beberapa bulan belakangan “Tukang Bubur Naik Haji The Series”
ini tokoh Sulam tidak dihadirkan, sebab mengandung unsur kekerasan verbal.
dalam sinetron diceritakan bahwa Haji Kekerasan verbal yang terdapat
Sulam membuka usaha warung bubur di dalam sinetron “Tukang Bubur Naik Haji
Negara Arab Saudi. Padahal kehadiran The Series” memang bukan kasus pertama
96
Alvionita Choirun Nisa dan Umaimah Wahid, Analisis Isi Kekerasan Verbal dalam Sinetron
“TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES” dI RCTI (Analisis Isi Episode 396 – 407)
dalam industri hiburan media televisi di Naik Haji The Series” di RCTI seperti
Indonesia. Sebelumnya, sinetron “Islam dibawah ini :
KTP” yang tayang di SCTV juga terbukti Untuk lebih rinci mengenai jenis
mengandung unsur kekerasan berdasarkan kategorisasi menghina yang sering muncul
hasil penelitian yang dilakukan oleh dalam tayangan ini adalah jenis menghina
Dirhamsyah Maulana dengan judul dengan sebutan pe’ak (pendek akal)
“Pelanggaran Etika Penyiaran Dalam sebesar 65,4 %. Sedangkan kategori
Sinetron Islam KTP Studi Analisis Isi menghina dengan sebutan sarap sebesar
Sinetron Islam KTP Episode 185-186 23,0 %. Diikuti dengan kategorisasi
Ditinjau dari Kekerasan Menurut Sunarto”. dengan sebutan orang gila sebesar 4,3 %,
Selain itu, sinetron “Si Biang Kerok Cilik” sebutan nenek peyot, tua bangka, orang
di SCTV sempat dilaporkan ke KPI karena susah, orang kampung, masing-masing
dinilai mengandung kekerasan verbal. Jika sebesar 1,4 %, sebutan darah blangsak dan
dilihat dari ketiga kasus kekerasan yang iblis, masing-masing sebesar 0,7%.
terdapat dalam sinetron tersebut, tidak
mengherankan apabila tayangan kekerasan Dari rincian indikator dari
sudah dianggap biasa oleh sebagian kategorisasi menghina diatas, dapat
masyarakat yang belum kritis dan bijak dinyatakan bahwa tayangan “Tukang
dalam memilah program acara di televisi. Bubur Naik Haji The Series” di RCTI
terdapat muatan adegan kekerasan verbal
Dalam penelitian ini, peneliti berupa menghina hampir di setiap
menentukan tiga kategorisasi sesuai episodenya. Padahal dampak dari
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar perbuatan menghina dapat menimbulkan
Program Siaran (P3 SPS), yaitu gangguan psikis atau hilangnya rasa
mengucapkan kata-kata kasar, percaya diri pada seseorang yang
mengancam, dan menghina. Dari lima mengalaminya. Tetapi dalam tayangan ini
tayangan “Tukang Bubur Naik Haji The kata “pe’ak” lebih dominan muncul.
Series” di RCTI yang dijadikan sampel
penelitian ini terbukti bahwa sinetron Mengacu pada Pedoman Perilaku
tersebut mengandung adanya kekerasan Penyiaran dan Standar Program Siaran
verbal, seperti mengucapkan kata-kata (P3SPS), jenis kategorisasi menghina pada
kasar, mengancam, dan menghina. Dari tayangan “Tukang Bubur Naik Haji The
hasil penelitian menunjukkan jenis Series” termasuk melanggar pasal-pasal
kategorisasi kekerasan verbal yang lebih yang telah ditetapkan oleh KPI dalam
dominan adalah kategorisasi menghina Standar Program Siaran pada Bab Sebelas
sebesar 74,3 %. mengenai Perlindungan Kepada Orang dan
Mayarakat Tertentu pasal 17 , yang
Jenis kategorisasi menghina terbagi berbunyi : “Pertama, Program siaran
atas beberapa indikator, yaitu menghina dilarang menampilkan muatan yang
dengan sebutan pe’ak (pendek akal), sarap, melecehkan orang dan/atau kelompok
darah blangsak, nenek peyot, iblis, tua masyarakat tertentu. Kedua, Orang
Bangka, orang susah, orang gila, dan orang dan/atau kelompok masyarakat tertentu
kampung. Berikut beberapa potongan bagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
adegan yang memperlihatkan adegan antara lain, tetapi tidak terbatas:
menghina dalam tayangan “Tukang Bubur
97
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014
98
Alvionita Choirun Nisa dan Umaimah Wahid, Analisis Isi Kekerasan Verbal dalam Sinetron
“TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES” dI RCTI (Analisis Isi Episode 396 – 407)
99
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik
Ardianto, Elvinaro dkk. 2007. Komunikasi Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
Massa: Suatu Pengantar. Kencana Prenada Media Group.
Bandung: Simbiosa Rekatama
Media. Morrisan. 2008. Manajemen Media
Penyiaran: Strategi Mengelola
Aceng, dkk. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Radio dan Televisi. Jakarta:
Jakarta: Kencana Prenada Media Kencana Prenada Media Group.
Group.
Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi
-------. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Suatu Pengantar. Bandung: PT.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Remaja Rosdakarya.
101
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014
102