You are on page 1of 12

DIFERENSIAL LEUKOSIT

Oleh:

Nama : Rindy Anindita Laksmi


NIM : B1J014103
Rombongan : III
Kelompok :5
Asisten : Siti Nur Laela M

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO

2015
I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Darah merupakan cairan yang mengalir dan bersirkulasi ke seluruh


tubuhmelalui pembuluh darah dalam sistem kardiovaskular (Colville & Bassert
2008).Darah membawa berbagai kebutuhan hidup bagi semua sel-sel tubuh dan
menerima produk buangan hasil metabolisme untuk disekresikan melalui organ
ekskresi. Pemeriksaan hematologi pada hewan berfungsi sebagai screening test
untuk menilai kesehatan secara umum, kemampuan tubuh melawan infeksi untuk
evaluasi status fisiologis hewan dan untuk membantu menegakkan diagnosa (Jain
1993).

Darah tersusun atas sel darah (eritrosit, leukosit dan trombosit) yang
bersirkulasi dalam cairan yang disebut plasma (Meyer & Harvey 2004). Jika darah
diberi antikoagulan dan dilakukan sentrifugasi, maka dapat terlihat darah terdiri
dari plasma 55% dan sel 45% yang terdiri dari leukosit, eritrosit dan trombosit.
Jumlah leukosit lebih sedikit dibandingkan dengan eritrosit dan
trombosit.Menurut Colville dan Bassert (2008), fungsi darah adalah sebagai
sistem transportasi, sistem regulasi, dan sistem pertahanan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui jenis-jenis leukosit beserta


bentuk dan peranannya.
II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1 Materi

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mikroskop, gelas
objek, gelas penutup, tisu, beker glass, spuit 1mL.

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah hewan coba,
methanol absolut, alkohol 70%, pewarna Giemza 7%, air mengalir.

2.2. Cara Kerja

Penghitungan presentase diferensial leukosit dilakukan dengan pembuatan


preparat apus darah:

1. Gelas objek yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dengan


alkohol 70%, selanjutnya dikeringkan dalam suhu kamar.
2. Darah diteteskan pada ujung gelas objek I, kemudian diambil gelas objek
ke-II, bagian tepinya disentuhkan di ujung tetesan darah membentuk sudut
45 derajat, lalu ditarik kearah depan.
3. Preparat darah didiamkan sampai kering pada suhu kamar, setelah kering
difiksasi dengan methanol absolut selama lima menit dengan cara
memasukkan gelas objek kedalam beker glass yang telah diisi dengan
methanol absolut sampai semua apusan darah terendam dalam methanol
(posisi berdiri).
4. Preparat dikeringkan dalam suhu kamar. Setelahkering preparat diwarnai
dengan larutan Giemza 7% selama 20 menit.
5. Preparat dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dalam suhu kamar.
6. Apusan darah diamati dibawah mikroskop.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3
2

Gambar 3.1. Gambar Mikroskopis Leukosit Perbesaran 400x

Keterangan:
1. Basofil
2. Limfosit
3. Neutrofil
4. Monosit
3.2 Pembahasan

Leukosit berasal dari bahasa Yunani yaitu leukos yang berarti putih dan
kytos yang berarti sel. Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan
tubuh yang terdiri dari neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit (Guyton
2008). Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah
putih (Miale, 1972), bergerak bebas secara ameboid, berfungsi melawan
kuman secara fagositosis, dibentuk oleh jaringan retikulo endothelium disumsum
tulang untuk granulosit dan kelenjar limpha untuk agranulosit (Weiss, 2010).
Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh
untuk digunakan.

Pembentukan leukosit (jalur mieloid) pada awalnya mieloblast menjadi


progranulosit (neutrofil), eosinofil maupun basofil selanjutnya menjadi
promielosit kemudian menjadi metamielosit. Semua aktifitas ini secara normal
dijumpai dalam sumsum tulang dan pada perkembangan di darah tepi akna
menjadi stab/band serta segmen. Sedangkan trombosit terbentuk dari pecahan
sitoplasma megakarioblast (Ganong, 2003).

Pada hasil praktikum dapat dilihat bahwa pada preparat terdapat beberapa
jenis leukosit, yaitu monosit, neutrofil, basofil, limfosit, dan plateletes. Dari
preparat terlihat paling banyak adalah sel limfosit dan basofil. Hal ini belum
sesuai dengan pustaka yang menyebutkan bahwa neutrofil merupakan komponen
terbesar leukosit (Weiss, 2010).

Ada 2 macam tipe leukosit yaitu granular dan agranular. Granulosit adalah
leukosit sirkular dan memiliki granule pada sitoplasmanya. Sedangkan agranulosit
tidak memiliki granule pada sitoplasmanya. Granulosit terdiri atas 3 tipe yaitu sel
metrofil, dimana paling banyak dijumpai, mewarnai dirinya dengan pewarna
netral atau campuran pewarna asam basa dan tampak berwarna ungu; sel
eusinofil, dimana sel ini sedikit dijumpai, penyerap warna yang bersifat asam atau
eosin dan kelihatan merah; sel basofil yang menyerap pewarna basa dan menjadi
biru. Sedangkan agranulosit terdiri atas monosit, yang berfungsi untuk menutup
daerah luka, membungkus dan memfagosit setelah netrofil dan basofil (Pearce,
2002). Limfosit yang jauh lebih umum dalam sistem limfatik. Limfosit dibedakan
dengan memiliki inti dalam pewarnaan yang mungkin eksentrik di lokasi, dan
jumlah yang relatif kecil dari sitoplasma (Hiremath, 2010)

Gambar: tipe-tipe leukosit

Kenaikan atau penurunan jumlah leukosit dalam darah, menyebabkan


berbagai penyakit dan gangguan pada sel-sel darah putih. Neutropenia, HIV /
AIDS dan lymphocytopenia disebabkan karena rendahnya jumlah sel darah putih,
sedangkan leukemia disebabkan karena jumlah sel darah putih. Diberikan di
bawah ini adalah informasi singkat mengenai penyakit ini dan gangguan
(Pearce,1989):

1. Neutropenia:

Neutrofil berkontribusi sampai 70% dari sel-sel darah putih dalam tubuh
kita. Mereka membantu tubuh melawan patogen. Neutropenia disebabkan karena
berkurangnya jumlah neutrofil dalam darah. Ada beberapa penyebab neutropenia.
Efek samping dari setiap obat, kemoterapi, dan infeksi virus adalah beberapa
penyebab. Pembentukan memadai neutrofil di sumsum tulang atau kerusakan
neutrofil dalam aliran darah, bisa menyebabkan sejenis neutropenia disebut
neutropenia autoimun. Demam atau infeksi sering bisa menjadi gejala
neutropenia. Neutropenia didiagnosa dengan menentukan jumlah sel darah putih.
Normal jumlah neutrofil adalah 3000-8000 (per mikroliter darah). Neutropenia
didiagnosa ketika jumlah neutrofil di bawah 2000. Perawatan untuk neutropenia
bergantung pada penyebabnya. Obat-obatan yang dapat membantu meningkatkan
jumlah neutrofil dianjurkan untuk pasien tersebut. Dalam kasus yang jarang,
transplantasi sumsum tulang dilakukan.

2. HIV / AIDS

AIDS adalah penyakit yang mengancam kehidupan yang disebabkan


karena human immunodeficiency virus (HIV). Tahap akhir dari infeksi ini disebut
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Virus ini menyerang dan
menghancurkan sel-sel darah putih, yang bertanggung jawab untuk mengatur
sistem kekebalan tubuh. Dengan demikian, sistem kekebalan tubuh dari orang
yang terinfeksi menjadi sangat lemah. HIV dapat lolos ke orang lain melalui
orang-ke-orang. Dengan demikian, hubungan seks tanpa kondom dengan orang
yang terinfeksi HIV adalah penyebab paling umum. Ibu yang terinfeksi dapat
menularkan virus kepada anaknya. Hari-hari ini, infeksi pada anak dapat dicegah
dengan bantuan pengobatan yang tepat. HIV tidak menunjukkan gejala pada tahap
awal. Juga tidak ada vaksin yang dapat mencegah infeksi HIV maupun
pengobatan yang dapat menyembuhkannya. Langkah-langkah Keselamatan adalah
satu-satunya cara untuk menghindari terinfeksi HIV.

3. Lymphocytopenia

Berkurangnya jumlah limfosit dalam darah menyebabkan


lymphocytopenia. Infeksi kronis dan gangguan herediter adalah beberapa
penyebab penyakit. Pengobatan yang diberikan tergantung pada penyebabnya.
4. Leukemia

Leukemia, juga disebut kanker darah, adalah sekelompok penyakit yang


disebabkan karena kenaikan yang tidak terkendali dan abnormal leukosit belum
matang. Sumsum tulang menghasilkan sejumlah besar belum dewasa sel darah
putih. Leukemia limfositik disebabkan karena meningkatnya jumlah limfosit.
Alasan di balik pertumbuhan yang tidak terkendali dalam jumlah sel belum
matang masih belum diketahui. Berikut ini adalah daftar berbagai jenis leukemia
yang terjadi karena peningkatan jumlah belum menghasilkan sel darah putih:

 Leukemia myeloid akut (AML)


 Leukemia myeloid kronis (CML)

 Leukemia limfositik akut (ALL)

 Leukemia limfositik kronis (CLL)

Penderita leukemia yang rentan terhadap segala jenis infeksi. Sistem


kekebalan tubuh mereka tidak mampu memerangi infeksi. Kemoterapi dan
transplantasi sumsum tulang adalah beberapa pengobatan yang diberikan untuk
leukemia (Kimball, 1991).

5. Eosinofilia

Eosinofilia, gangguan monosit, idiopatik sindrom hypereosinophilic


beberapa penyakit lainnya yang berhubungan dengan sel darah putih. Leukosit
adalah sel vital tubuh kita, dan penyakit dan gangguan yang berkaitan dengan
leukosit dapat menyebabkan masalah serius. Pengobatan ditambah dengan
perubahan pola hidup dapat membantu untuk menormalkan hitung sel darah putih,
yang pada gilirannya, akan menurunkan risiko infeksi di masa depan (Ganong,
1994).

Leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan


rasio 1 : 700 (Frandson, 1992). Leukosit adalah bagian dari sel darah yang berinti,
disebut juga sel darah putih. Di dalam darah normal didapati jumlah leukosit rata-
rata 4000- 11.000 sel/cc. Jika jumlahnya lebih dari 11000 sel/mm3 maka keadaan
ini disebut leukositosis dan bila jumlah kurang dari 4000 sel/mm3 maka disebut
leucopenia. Fluktuasi jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi
tertentu seperti stres, umur, aktifitas fisiologis dan lainnya. Leukosit berperan
penting dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap benda-benda
asing. Jumlah leukosit lebih banyak diproduksi jika kondisi tubuh sedang sakit
apabila dalam sirkulasi darah jumlah leukositnya lebih sedikit dibanding dengan
eritrositnya (Pearce, 1989). Kimball (1991) menyatakan bahwa, sel darah putih
berperan dalam melawan infeksi. Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi karena
infeksi usus, keracunan bakteri, septicoemia, kehamilan, dan partus. Menurut
Soetrisno (1987), jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stress, kurang
makan atau disebabkan oleh faktor lain. Faktor yang memungkinkan menjadi
penyebab mengapa leukosit menurun adalah karena pengaruh insulin (Chodijah,
2013).
IV. KESIMPULAN

Leukosit adalah bagian dari sel darah yang berinti, disebut juga sel darah
putih . Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh yang
terdiri dari neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit. Leukosit dalam
darah jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan rasio 1 : 700.

Ada 2 macam tipe leukosit yaitu granular dan agranular. Granulosit terdiri
atas 3 tipe yaitu sel metrofil, sel eusinofil, dan sel basofil. Sementara agranular
terdiri dari monosit dan limfosit.
DAFTAR REFERENSI

Chodijah, Nugroho, Pandelaki. 2013. Hubungan Kadar Gula Darah Puasa


Dengan Jumlah Leukosit Pada Pasien Diabetes Mellitus Dengan Sepsis.
e-Biomedik (eBM). 1(1) 602-606

Colville T, Bassert JM. 2008. Clinical Anatomy & Physiology for Veterinary
Technician. Missouri: Elsevier.

Frandson R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada


University press.

Ganong, WF. 1994. Fisiologi Kedokteran Edisi 14. Jakarta : EGC.

Guyton AC. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Terjemahan dari: Textbook of Medical Physiology.

Herimath, Banigidad & Geeta. 2010. Automated Identification and Classification


of White Blood Cells (Leukocytes) in Digital Microscopic Images. IJCA
Special Issue on “Recent Trends in Image Processing and Pattern
Recognitio. 59-63

Jain NC. 1993.Essential of Veterinary Hematology. Philadelphia: Lea and Febiger

Kimball, J. W. 1991. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Meyer DJ, Harvey JW. 2004. Veterinary Laboratory Medicine: Interpretation


and Diagnosis. St. Louis: Saunders.

Miale JB. 1972. Laboratory Medicina Hematology.St. Louis: The C.V. Mosby
Companya.

Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.

Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:


Gramedia.

Soetrisno, T. 1987. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Penerbit Rineka


Cipta.

Weiss DJ, Wardrop KJ. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology. USA: Blackwell
Publishing Ltd.

You might also like