Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Comparison levels of carbon monoxide (CO) and nitrogen dioxide (NO2) in the ambient
air depend on of Angsana tree (Pterocarpus indicus) in the some road in Medan city in
2012. The main pollutant produced by vehicles is carbon monoxyde (CO) and nitrogen
dioxyde (NO2). Carbon monoxida (CO) and nitrogen dioxyde (NO2) is a parameter
change in air quality, in case of eleveted levels of this materials in the air exceeds the
quality standars that have been set can cause health problems for humans. The aim of
this research was analyize concentrate of carbon monoxyde (CO) and nitrogen dioxyde
(NO2) ambient on highways based on the existence of Angsana tree (Pterocarpus indicus).
The result of research the highest concentration of carbon monoxyde (CO) was found on
the highways planted Angsana (Pterocarpus indicus) is Jl. A.H Nasution and on highways
that are not planted Angsana (pterocarpus indicus) is Jl. Asia 16.033 ug/Nm³ and the
lowest concentratin of carbon monoxyde (CO) was found on the highways planted
Angsana (pterocarpus indicus) is Jl. Brigjend Katamso 4.581 ug/Nm³. The highest
concentration of nitrogen dioxyde (NO2) was found on the highways are not planted
Angsana (Pterocarpus indicus) is Jl. S. Parman 29,78 ug/Nm³ and the lowest
concentration of nitrogen dioxyde
(NO2) was found on the highway planted Angsana (Pterocarpus indicus) is Jl. A.H
Nasution 9,22 ug/Nm³. In could be concluded that concentration of carbon monoxyde
(CO) on the highway planted Angsana trees (Pterocarpus indicus) and on roads in which
there was no Angsana tree planted was similar, the highest concentration of nitrogen
dioxyde (NO2) was found on the highway that are not planted Angsana tree (Pterocarpus
indicus) planted. For the reason, it would be nescessary to grow some trees that can
absorb excessive gas carbon monoxyde (CO) and nitrogen dioxide (NO2) especially on
roads in which the passing through vehicles are very active.
1
Masalah pencemaran udara sudah lama Anggraini (1994) menyatakan bahwa
menjadi masalah kesehatan masyarakat, struktur fisik tanaman yang bercabang,
terutama di negara-negara industri yang ranting dan berdaun mampu pula
banyak memiliki pabrik, kendaraan meredam, mereduksi dan memantulkan
bermotor dan yang berhubungan erat bising di kota, terutama berasal dari lalu
dengan aktivitas manusia (Darmono, lintas dan industri.
2001). Penelitian Agnesia (2010), menyebutkan
bahawa kandungan timbal (Pb) yang
Kemacetan lalu lintas akan menambah terdapat pada daun Angsana
beban pencemar ke udara, sepeda motor (Pterocarpus indicus) lebih tinggi
merupakan konstributor terbesar dibandingkan dengan kandungan timbal
terhadap konsentrasi karbon monoksida (Pb) pada daun Glodongan (Polyalthia
(CO) di udara ambien khususnya diatas indicus), hal tersebut menggambarkan
ruas jalan raya (Sarudji, 2010). bahwa pohon Angsana (Pterocarpus
Konstribusi gas buang kendaraan indicus) mempunyai kemampuan yang
bermotor terhadap pencemaran udara di lebih baik dalam menyerap polutan
kota besar mencapai 60-70% (Luffy, timbal (Pb) dibandingkan pohon
2012). Glodongan (Polyalthia indicus) yang
terdapat di jalan raya di kota Medan.
Kadar nitrogen dioksida (NO2) di udara
daerah perkotaan yang berpenduduk Observasi yang dilakukan peneliti, Jl.
padat lebih tinggi dari pada daerah A.H Nasution dan Jl. Brigjend Katamso
pedesaan yang berpenduduk sedikit, hal merupakan jalan raya di kota Medan
ini disebabkan karena berbagai macam yang padat akan kendaraan bermotor dan
kegiatan yang menunjang kehidupan disepanjang pinggir ruas jalan tersebut
manusia yang akan menambah kadar banyak terdapat pohon peneduh seperti
nitrogen dioksida (NO2) di udara, seperti pohon Angsana (Pterocarpus indicus),
transportasi, generator pembangkit sedangkan Jl. S. Parman dan Jl. Asia juga
listrik, pembuangan sampah dan lain-lain merupakan jalan yang padat akan
(Wardhana, 2001). kendaraan bermotor dan di sepanjang
jalan tersebut tidak terdapat adanya
Karbon monoksida (CO) dan nitrogen pohon peneduh yang dapat menyerap
dioksida (NO2) merupakan parameter polutan di udara.
perubahan kualitas udara ambien, apabil
terjadi peningkatan kadar bahan-bahan Berdasarkan uraian tersebut maka
tersebut di udara ambien yang melebihi peneliti tertarik melakukan penelitian
baku mutu yang telah ditetapkan, maka tentang perbandingan kadar karbon
dapat menyebabkan gangguan kesehatan monoksida (CO) dan nitrogen dioksida
(Mukono, 2008). (NO2) di udara ambien pada jalan raya
berdasarkan keberadaan tanaman
Tanaman peneduh jalan merupakan Angsana (Pterocarpus indicus) di
tanaman yang ditanam sebagai tanaman beberapa jalan raya di kota Medan tahun
penghijauan, selain berfungsi sebagai 2012.
penyerap unsur pencemar secara kimiawi
dan fisik dapat juga berfungsi sebagai Tujuan penelitian ini adalah Untuk
peredam suara secara kualitatif maupun mengetahui perbandingan kadar karbon
secara kuantitatif (Agnesia, 2010). monoksida (CO) dan nitrogen dioksida
(NO2) di udara ambien pada jalan raya
2
berdasarkan keberadaan pohon Angsana Populasi penelitian ini adalah jalan raya
(Pterocarpus indicus) di beberapa jalan di kota Medan dan sampel dalam
raya di kota. penelitian ini adalah 4, dimana 2 sampel
diambil pada jalan raya yang ditanami
Manfaat penelitian ini adalah Sebagai pohon Angsana (Pterocarpus indicus)
bahan masukan dan sumbangan dan 2 sampel lainnya pada jalan raya
pemikiran bagi masyarakat (khususnya yang tidak ditanami pohon Angsana
pengguna jalan raya) tentang bahaya dari (Pterocarpus indicus). Pengambilan
karbon monoksida (CO) dan nitrogen sampel dilakukan dengan cara purposive
dioksida (NO2) terhadap kesehatan. sampling.
Menambah wawasan dan pengetahuan Metode pemeriksaan sampel karbon
bagi penulis tentang perbandingan monoksida (CO) dilakukan dengan
kandungan kadar karbon monoksida menggunakan alat CO Analyzer dan
(CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di sampel nitrogen dioksida (NO2)
udara ambien pada jalan raya dengan dilakukan dengan menggunakan alat
adanya keberadaan Angsana Impinger.
(Pterocarpus indicus)
Hasil dan Pembahasan
Metode Penelitian
Hasil penelitian ini meliputi berapa
Jenis penelitian ini adalah survai dan kadar karbon monoksida (CO) dan
bersifat deskriptif yaitu untuk nitrogen dioksida (NO2) pada jalan raya
mengetahui gambaran perbandingan yang ditanami pohon Angsana
kadar karbon monoksida (CO) dan (Pterocarpus indicus) dan pada jalan raya
nitrogen dioksida (NO2) di udara ambien yang tidak ditanami pohon
berdasarkan keberadaan pohon Angsana Angsana (Pterocarpus indicus).
(Pterocarpus indicus) di beberapa jalan
Tabel 1. Hasil Penelitian Kadar Karbon
raya di kota Medan tahun 2012. Monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida
(NO2) Pada Jalan Raya yang Ditanami dan
yang Tidak Ditanami Pohon Angsana
Lokasi penelitian ini dilakukan pada (Pterocarpus indicus) di Kota Medan Tahun
jalan raya yang ditanami pohon Angsana 2012
(Pterocarpus indicus) seperti Jl. A.H.
Titik Penelitian
Nasution dan Jl. Brigjend Katamso, No Parameter NAB Jalan Raya Jalan Raya
sedangkan pada jalan raya yang tidak (µg/Nm³) yang Ditanami yang tidak
Pohon Ditanami
ditanami pohon Angsana (Pterocarpus Angsana Pohon
Angsana
indicus) seperti Jalan S. Parman dan
1 2 3 4
Jalan Asia. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan September 2012 sampai 1 CO 30.000 16.033 4.581 12.597 16.033
Keterangan :
Objek pada penelitian ini adalah karbon 1 : Jl. A. H Nasution 3 : Jl. S. Parman
monoksida (CO) dan nitrogen dioksida 2 : Jl. Brigjend Katamso 4 : Jl. Asia
(NO2) di udara ambien pada jalan raya di
kota Medan dengan kriteria berdasarkan Berdasarkan PP RI Nomor 41 Tahun
keberadaan pohon Angsana (Pterocarpus 1999 tentang pengendalian pencemaran
indicus). udara, dalam pengukuran selama 1 jam
kadar maksimal karbon monoksida
(CO) yaitu 30.000 μg/m3, sedangkan
3
kadar maksimal nitrogen waktu tidak berjalan, sementara mesin
dioksida (NO2) yaitu 400 μg/m³. Tabel 1 disel menghasilkan gas karbon
menunjukkan bahwa kadar karbon monoksida (CO) sebesar 0,2 % pada saat
monoksida (CO) dan nitrogen dioksida berjalan dan sekitar 4 % pada waktu
(NO2) di jalan raya kota Medan masih berhenti (Siswanto dalam
berada di bawah ambang Sarudji, 2010).
batas
(memenuhi syarat). Tingginya kadar karbon monoksida (CO)
yang didapat di Jl. A. H Nasution
Tabel 1, menunjukkan bahwa kadar diasumsikan karena pengukuran
karbon monoksida (CO) dilakukan pada siang hari. Berdasarkan
tertinggi terdapat pada jalan raya yang Indeks Pencemaran Udara (ISPU) kadar
ditanami pohon Angsana (Pterocarpus bahan polutan seperti karbon monoksida
indicus) yaitu Jl. A.H Nasution dan pada (CO) di udara pada pagi hari masih
jalan raya yang tidak ditanami pohon menunjukkan keadaan yang normal,
angssana (Pterocarpus indicus) yaitu Jl. tetapi pada siang hari Indeks Pencemaran
Asia sebesar 16.033 µg/Nm³, sedangkan Udara (ISPU) menunjukkan adanya
kadar karbon monoksida (CO) terendah peningkatan kadar polutan di udara
terdapat pada jalan raya yang ditanami artinya pada siang hari kadar polutan
pohon Angsana (Pterocarpus indicus) meningkat di udara.
yaitu Jl. Brigjend Katamso sebesar 4.581
µg/Nm³. Pohon yang rindang dan sejuk belum
tentu dapat menurunkan konsentrasi
Kadar nitrogen dioksida (NO2) tertinggi polutan yang melayang di udara karena
terdapat pada jalan raya yang tidak kemampuan pepohonan dalam menyerap
ditanami pohon Angsana (Pterocarpus dan menjerap polutan yang terdapat di
indicus) yaitu Jl. S. Parman sebesar 29,78 jalan raya tergantung dari jenis dan
µg/Nm³, sedangkan kadar nitrogen morfologi daun pohon tersebut, seperti
dioksida (NO2) terendah terdapat pada ukuran dan bentuk daun, adanya rambut
jalan raya yang ditanami pohon Angsana pada permukaan daun dan juga tekstur
(Pterocarpus indicus) yaitu Jl. A.H daun (Hidayati, 2009).
Nasution sebesar 9,22 µg/Nm³.
Pada pohon peneduh jalan jumlah
Kadar karbon monoksida (CO) yang di kerapatan stomata di bawah permukaan
dapat di jalan A. H. Nasution disebabkan daun lebih tinggi dibandingkan di atas
oleh banyaknya jumlah kendaraan yang daun, sehingga semakin tinggi jumlah
melintasi jalan tersebut serta titik kerapatan stomata semakin tinggi pula
pengambilan sampel yang dekat dengan potensi pohon tersebut menyerap logam
persimpangan lampu merah karena pada berat atau partikel yang melayang di
saat lampu merah banyak kendaraan udara (Hidayati, 2009).
yang berhenti, sehingga kadar karbon
monoksida (CO) yang diemisikan ke Pada Jl. Brigjend Katamso kadar karbon
udara lebih banyak. monoksida (CO) di dapat 4.581 µg/Nm³,
pada jalan ini kadar karbon monoksida
Gas karbon monoksida (CO) yang (CO) yang di dapat lebih rendah di
dihasilkan oleh kendaraan bermesin bandingkan dengan Jl. A. H Nasution.
bensin (premium) adalah sekitar 1 % Kadar karbon monoksida (CO) yang
pada waktu berjalan dan sekitar 7 % pada rendah di jalan ini disebabkan pada saat
4
pengukuran jumlah kendaraan yang lintas juga akan menambah beban
lewat lebih sedikit dibandingkan pada pencemar ke udara
jalan A. H Nasution karena kepadatan (Fardiaz, 2010).
lalu lintas akan berpengaruh besar
terhadap kadar polutan yang terdapat di Tidak terdapatnya pohon peneduh jalan
udara. seperti pohon Angsana (Pterocarpus
indicus) pada jalan ini mengakibatkan
Keberadaan pohon Angsana tingginya kadar karbon monoksida yang
(Pterocarpus indicus) di Jl. Brigjend di dapat. Pohon peneduh jalan mampu
Katamso diasumsikan dapat mengurangi menurunkan konsentrasi gas pencemar
kadar karbon monoksida yang melayang di udara, karena pohon
(CO) yang diemisikan ke udara. Pohon dapat meningkatkan turbulensi aliran
Angsana (Pterocarpus indicus) udara.
mempunyai kemampuan yang lebih baik
dalam menyerap polutan Timbal Kemampuan tanaman dalam menyerap
(Pb) dibandingkan dengan pohon lain polutan yang terdapat di udara tergantung
seperti Glodongan (Polyalthia dari morfologi tanaman tersebut, jenis
longifolia) (Agnesia, 2010). tanaman yang mempunyai stomata pada
kedua sisi daun diduga relatif lebih
Pada Jl. S. Parman kadar karbon potensial dalam menyerap gas-gas di
monoksida (CO) di dapat yaitu 12,597 sekitarnya termasuk bahan pencemar
µg/Nm³. Banyaknya kendaraan yang yang terdapat di udara (Hidayati, 2009).
lewat di jalan ini menyebabkan kadar
karbon monoksida (CO) yang di dapat Gas karbon monoksida (CO) yang
cukup tinggi, keberadaan bangunan yang bersasal dari kendaraan bermotor
tinggi di jalan ini dapat meningkatkan terutama di daerah yang padat kendaraan
kadar karbon monoksida (CO) karena bermotornya akan mencemari
bangunan yang tinggi dapat menghalangi lingkungan sekitar. Gas karbon
penyebaran polutan ke daerah lain yang monoksida merupakan suatu gas beracun
mengakibatkan polutan tersebut tetap yang bersifat metabolis, karena bereaksi
berada dan terperangkap di daerah secara metabolis dengan darah
tersebut. Tingginya kadar karbon (Wardhana, 2001).
monoksida (CO) di jalan ini diasumsikan
karena tidak terdapatnya pohon peneduh Gas karbon monoksida (CO) merupakan
jalan seperti Angsana (Ptrocarpus gas yang berbahaya bagi tubuh, karena
indicus) dijalan ini. daya ikat gas karbon monoksida (CO)
terhadap hemoglobin 210 kali dari daya
Pada Jl. Asia kadar karbon monoksida ikat oksigen (O2) terhadap hemoglobin,
(CO) yang didapat yaitu 16.033 µg/Nm³, akibatnya fungsi hemoglobin untuk
tingginya kadar karbon monoksida (CO) membawa oksigen ke seluruh tubuh
pada jalan ini diasumsikan karena menjadi terganggu. Berkurangnya
banyaknya kendaraan yang melintasi penyediaan oksigen ke seluruh tubuh
jalan ini. akan menyebabkan pusing, rasa tidak
enak pada mata, telinga berdengung,
Sumber utama karbon monoksida (CO) mual, muntah, detak jantung meningkat,
yaitu berasal dari pembakaran yang tidak rasa tertekan di dada, kesukaran bernafas,
sempurna dari kendaraan bermotor yang kelemahan otot-otot, tidak sadar dan bisa
berada di ruas jalan raya, kemacetan lalu
5
mengakibatkan kematian (Mukono, efek terhadap mata, paruparu dan kulit
2008). (Mukono, 2005).
Pada Jl. Brigjend Katamso kadar nitrogen Tabel 2. Hasil Penelitian Arah Angin, Kecepatan Angin,
Kelembaban dan Suhu Pada Jalan Raya yang
dioksida (NO2) yang didapat lebih rendah Ditanami dan yang Tidak
Ditanami Pohon Angsana (Pterocarpus
dibandingkan pada Jl. S. Parman. Kadar indicus) di Kota Medan Tahun 2012
nitrogen dioksida (NO2) pada Jl. S.
Parman cukup tinggi yaitu 29,78 µg/Nm³ Titik Penelitian
dibandingkan dengan jalan yang lainnya, Jalan Raya yang Jalan Raya yang
Ditanami Tidak Ditanami
tingginya kadar nitrogen dioksida (NO2) Pohon Pohon
Angsana Angsana
pada jalan ini diasumsikan berasal dari No Parameter Satuan
padatnya jumlah kendaraan yang 1 2 3 4
6
menuju barat, pada Jl. Brigjend Katamso Berdasarkan (Tabel 2) Kelembaban
angin berhembus dari utara menuju tertinggi terdapat pada jalan raya yang
selatan, pada Jl. S. Parman angin ditanami pohon Angsana (Pterocarpus
berhembus dari tenggara menuju barat indicus) yaitu Jl. A.H. Nasution sebesar
daya sedangkan pada Jl. Asia angin 68,4 %, sedangkan kelembaban terendah
berhembus dari barat menuju timur. terdapat pada jalan raya yang tidak
ditanami pohon Angsana (Pterocarpus
Arah angin berguna untuk mengetahui indicus) yaitu Jl. S.
arah penyebaran emisi polutan sehingga Parman sebesar 50,1 %.
dapat ditentukan daerah mana yang akan
tercemar searah dengan arah angin Pada saat suhu udara rendah maka
terbatas pada skala lokal dan daerah kelembaban udara akan meningkat.
urban (Rahmawati, 2008). Kelembaban yang tinggi dapat
meningkatkan kadar polutan yang
Tabel 2. menunjukkan bahwa terdapat di udara (Mukono, 2005).
Kecepatan angin tertinggi terdapat pada
jalan raya yang ditanami pohon Kondisi udara yang lembab akan
Angsana (Pterocarpus indicus) yaitu Jl. membantu proses pengendapan bahan
A.H Nasution sebesar 1,4 m/s, sedangkan pencemar, sebab dengan keadaan udara
kecepatan angin terendah terdapat pada yang lembab maka beberapa bahan
jalan raya yang ditanami pohon Angsana pencemar berbentuk partikel (misalnya
(Pterocarpus indicus) yaitu Jl. Brigjend debu) akan berikatan dengan air yang ada
Katamso sebesar 0,6 m/s. dalam udara dan membentuk partikel
yang berukuran lebih besar sehingga
Kecepatan angin yang tinggi pada jalan mudah mengendap ke permukaan bumi
ini akan menyebabkan angin yang berada oleh gaya tarik bumi (Prabu, 2009).
di udara akan bekurang.
Hasil penelitian pada (Tabel 2), suhu
Semakin tinggi kecepatan angin pada yang tertinggi terdapat pada jalan yang
suatu daerah, maka pencampuran polutan tidak ditanami pohon Angsana
dari sumber emisi di atmosfer akan (Pterocarpus indicus) yaitu Jl. S. Parman
semakin besar sehingga konsentasi zat sedangkan suhu terendah terdapat pada
pencemar semakin encer dan akan jalan raya yang ditanami pohon Angsana
mengakibatakan polutan di daerah (Pterocarpus indicus) yaitu Jl. A. H
tersebut akan semakin berkurang Nasution.
(Rahmawati, 2008).
Suhu yang tinggi pada Jl. S. Parman akan
Kecepatan angin memengaruhi distribusi mengakibatkan terjadinya peningkatan
pencemar, konsentrasi pencemar akan bahan pencemar di udara.
berkurang jika angin kencang dan
membagikan pencemar secara mendatar Suhu udara yang tinggi akan
dan tegak lurus. Kecepatan angin yang menyebabkan udara makin renggang
kuat akan membawa polutan terbang sehingga konsentrasi pencemar menjadi
kemanamana dan dapat mencemari udara makin rendah dan sebaliknya pada suhu
negara lain (Chandra, 2006). yang dingin keadaan udara makin padat
sehingga konsentrasi pencemar di udara
makin tinggi (Prabu, 2009).
7
Suhu udara yang tinggi akan
menyebabkan bahan pencemar dalam Tabel 4. menunjukkan bahwa kadar
udara berbentuk partikel menjadi kering nitrogen dioksida (NO2) tertinggi
dan ringan sehingga bertahan lebih lama terdapat pada jalan raya yang tidak
di udara, terutama pada musim kemarau ditanami pohon Angsana (Pterocarpus
dimana keadaan udara lebih kering indicus) yaitu 20,07 µg/Nm³ sedangkan
sehingga polutan udara pada keadaan kadar nitrogen dioksida (NO2) terendah
musim kemarau cenderung tinggi karena terdapat pada jalan raya yang ditanami
tidak terjadi pengenceran polutan di pohon Angsana (Pterocarpus indicus)
udara (Prabu, 2009). yaitu 9,80 µg/Nm³.
8
sudah harus di regenerasi dengan pohon Hidayati, S.R. 2009. Analisis
baru yang mudah dan cepat tumbuh. Karakteristik Stomata, Kadar
Klorofil dan Kandungan Logam
Perlu diberlakukan pemeriksaan efisiensi Berat Pada Daun Pohon
proses pembakaran kendaraan bermotor Pelindung Jalan Kawasan
secara berkala sebagai upaya pencegahan Lumpur Porong Sidoardjo.
emisi yang lebih besar untuk mengurangi Skripsi Universitas Islam Negeri
polutan karbon monoksida (CO) dan Malang, Fakultas Sains Dan
nitrogen dioksida (NO2) di udara pada Teknologi Jurusan Biologi.
ruas jalan raya. Diakses 12 Desember 2012.
lib.uin-malang.ac.id/02520020-
Daftar Pustaka sroifatul-hidayah
9
Sarudji, D. 2010.
Kesehatan Lingkungan. CV.
Karya Putra Darwati. Bandung.
10