You are on page 1of 10

PERBANDINGAN KADAR KARBON MONOKSIDA (CO) DAN NITROGEN

DIOKSIDA (NO2) DI UDARA AMBIEN BERDASARKAN KEBERADAAN


POHON ANGSANA (Pterocarpus indicus) DI BEBERAPA
JALAN RAYA DI KOTA MEDAN TAHUN 2012

Yenni Yulfida1, Irnawati Marsaulina 2, Taufik Ashar 2


1
Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
Departemen Kesehatan Lingkungan
2
Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
Ulfcute_89@yahoo.co.id

Abstract

Comparison levels of carbon monoxide (CO) and nitrogen dioxide (NO2) in the ambient
air depend on of Angsana tree (Pterocarpus indicus) in the some road in Medan city in
2012. The main pollutant produced by vehicles is carbon monoxyde (CO) and nitrogen
dioxyde (NO2). Carbon monoxida (CO) and nitrogen dioxyde (NO2) is a parameter
change in air quality, in case of eleveted levels of this materials in the air exceeds the
quality standars that have been set can cause health problems for humans. The aim of
this research was analyize concentrate of carbon monoxyde (CO) and nitrogen dioxyde
(NO2) ambient on highways based on the existence of Angsana tree (Pterocarpus indicus).
The result of research the highest concentration of carbon monoxyde (CO) was found on
the highways planted Angsana (Pterocarpus indicus) is Jl. A.H Nasution and on highways
that are not planted Angsana (pterocarpus indicus) is Jl. Asia 16.033 ug/Nm³ and the
lowest concentratin of carbon monoxyde (CO) was found on the highways planted
Angsana (pterocarpus indicus) is Jl. Brigjend Katamso 4.581 ug/Nm³. The highest
concentration of nitrogen dioxyde (NO2) was found on the highways are not planted
Angsana (Pterocarpus indicus) is Jl. S. Parman 29,78 ug/Nm³ and the lowest
concentration of nitrogen dioxyde
(NO2) was found on the highway planted Angsana (Pterocarpus indicus) is Jl. A.H
Nasution 9,22 ug/Nm³. In could be concluded that concentration of carbon monoxyde
(CO) on the highway planted Angsana trees (Pterocarpus indicus) and on roads in which
there was no Angsana tree planted was similar, the highest concentration of nitrogen
dioxyde (NO2) was found on the highway that are not planted Angsana tree (Pterocarpus
indicus) planted. For the reason, it would be nescessary to grow some trees that can
absorb excessive gas carbon monoxyde (CO) and nitrogen dioxide (NO2) especially on
roads in which the passing through vehicles are very active.

Keywords: CO concentration, NO2 concentration, Angsana, the Street


juga berfungsi sebagai alat penghantar
Pendahuluan suara dan bunyi-bunyian, pendingin
bendabenda yang panas dan dapat
Udara merupakan zat yang paling menjadi media penyebaran penyakit
penting setelah air dalam memberikan (Agusnar, 2007).
kehidupan di permukaan bumi, selain
memberikan oksigen, udara

1
Masalah pencemaran udara sudah lama Anggraini (1994) menyatakan bahwa
menjadi masalah kesehatan masyarakat, struktur fisik tanaman yang bercabang,
terutama di negara-negara industri yang ranting dan berdaun mampu pula
banyak memiliki pabrik, kendaraan meredam, mereduksi dan memantulkan
bermotor dan yang berhubungan erat bising di kota, terutama berasal dari lalu
dengan aktivitas manusia (Darmono, lintas dan industri.
2001). Penelitian Agnesia (2010), menyebutkan
bahawa kandungan timbal (Pb) yang
Kemacetan lalu lintas akan menambah terdapat pada daun Angsana
beban pencemar ke udara, sepeda motor (Pterocarpus indicus) lebih tinggi
merupakan konstributor terbesar dibandingkan dengan kandungan timbal
terhadap konsentrasi karbon monoksida (Pb) pada daun Glodongan (Polyalthia
(CO) di udara ambien khususnya diatas indicus), hal tersebut menggambarkan
ruas jalan raya (Sarudji, 2010). bahwa pohon Angsana (Pterocarpus
Konstribusi gas buang kendaraan indicus) mempunyai kemampuan yang
bermotor terhadap pencemaran udara di lebih baik dalam menyerap polutan
kota besar mencapai 60-70% (Luffy, timbal (Pb) dibandingkan pohon
2012). Glodongan (Polyalthia indicus) yang
terdapat di jalan raya di kota Medan.
Kadar nitrogen dioksida (NO2) di udara
daerah perkotaan yang berpenduduk Observasi yang dilakukan peneliti, Jl.
padat lebih tinggi dari pada daerah A.H Nasution dan Jl. Brigjend Katamso
pedesaan yang berpenduduk sedikit, hal merupakan jalan raya di kota Medan
ini disebabkan karena berbagai macam yang padat akan kendaraan bermotor dan
kegiatan yang menunjang kehidupan disepanjang pinggir ruas jalan tersebut
manusia yang akan menambah kadar banyak terdapat pohon peneduh seperti
nitrogen dioksida (NO2) di udara, seperti pohon Angsana (Pterocarpus indicus),
transportasi, generator pembangkit sedangkan Jl. S. Parman dan Jl. Asia juga
listrik, pembuangan sampah dan lain-lain merupakan jalan yang padat akan
(Wardhana, 2001). kendaraan bermotor dan di sepanjang
jalan tersebut tidak terdapat adanya
Karbon monoksida (CO) dan nitrogen pohon peneduh yang dapat menyerap
dioksida (NO2) merupakan parameter polutan di udara.
perubahan kualitas udara ambien, apabil
terjadi peningkatan kadar bahan-bahan Berdasarkan uraian tersebut maka
tersebut di udara ambien yang melebihi peneliti tertarik melakukan penelitian
baku mutu yang telah ditetapkan, maka tentang perbandingan kadar karbon
dapat menyebabkan gangguan kesehatan monoksida (CO) dan nitrogen dioksida
(Mukono, 2008). (NO2) di udara ambien pada jalan raya
berdasarkan keberadaan tanaman
Tanaman peneduh jalan merupakan Angsana (Pterocarpus indicus) di
tanaman yang ditanam sebagai tanaman beberapa jalan raya di kota Medan tahun
penghijauan, selain berfungsi sebagai 2012.
penyerap unsur pencemar secara kimiawi
dan fisik dapat juga berfungsi sebagai Tujuan penelitian ini adalah Untuk
peredam suara secara kualitatif maupun mengetahui perbandingan kadar karbon
secara kuantitatif (Agnesia, 2010). monoksida (CO) dan nitrogen dioksida
(NO2) di udara ambien pada jalan raya

2
berdasarkan keberadaan pohon Angsana Populasi penelitian ini adalah jalan raya
(Pterocarpus indicus) di beberapa jalan di kota Medan dan sampel dalam
raya di kota. penelitian ini adalah 4, dimana 2 sampel
diambil pada jalan raya yang ditanami
Manfaat penelitian ini adalah Sebagai pohon Angsana (Pterocarpus indicus)
bahan masukan dan sumbangan dan 2 sampel lainnya pada jalan raya
pemikiran bagi masyarakat (khususnya yang tidak ditanami pohon Angsana
pengguna jalan raya) tentang bahaya dari (Pterocarpus indicus). Pengambilan
karbon monoksida (CO) dan nitrogen sampel dilakukan dengan cara purposive
dioksida (NO2) terhadap kesehatan. sampling.
Menambah wawasan dan pengetahuan Metode pemeriksaan sampel karbon
bagi penulis tentang perbandingan monoksida (CO) dilakukan dengan
kandungan kadar karbon monoksida menggunakan alat CO Analyzer dan
(CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di sampel nitrogen dioksida (NO2)
udara ambien pada jalan raya dengan dilakukan dengan menggunakan alat
adanya keberadaan Angsana Impinger.
(Pterocarpus indicus)
Hasil dan Pembahasan
Metode Penelitian
Hasil penelitian ini meliputi berapa
Jenis penelitian ini adalah survai dan kadar karbon monoksida (CO) dan
bersifat deskriptif yaitu untuk nitrogen dioksida (NO2) pada jalan raya
mengetahui gambaran perbandingan yang ditanami pohon Angsana
kadar karbon monoksida (CO) dan (Pterocarpus indicus) dan pada jalan raya
nitrogen dioksida (NO2) di udara ambien yang tidak ditanami pohon
berdasarkan keberadaan pohon Angsana Angsana (Pterocarpus indicus).
(Pterocarpus indicus) di beberapa jalan
Tabel 1. Hasil Penelitian Kadar Karbon
raya di kota Medan tahun 2012. Monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida
(NO2) Pada Jalan Raya yang Ditanami dan
yang Tidak Ditanami Pohon Angsana
Lokasi penelitian ini dilakukan pada (Pterocarpus indicus) di Kota Medan Tahun
jalan raya yang ditanami pohon Angsana 2012
(Pterocarpus indicus) seperti Jl. A.H.
Titik Penelitian
Nasution dan Jl. Brigjend Katamso, No Parameter NAB Jalan Raya Jalan Raya
sedangkan pada jalan raya yang tidak (µg/Nm³) yang Ditanami yang tidak
Pohon Ditanami
ditanami pohon Angsana (Pterocarpus Angsana Pohon
Angsana
indicus) seperti Jalan S. Parman dan
1 2 3 4
Jalan Asia. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan September 2012 sampai 1 CO 30.000 16.033 4.581 12.597 16.033

Desember 2012. 2 NO2 400 9,22 10,39 29,78 10,37

Keterangan :
Objek pada penelitian ini adalah karbon 1 : Jl. A. H Nasution 3 : Jl. S. Parman
monoksida (CO) dan nitrogen dioksida 2 : Jl. Brigjend Katamso 4 : Jl. Asia
(NO2) di udara ambien pada jalan raya di
kota Medan dengan kriteria berdasarkan Berdasarkan PP RI Nomor 41 Tahun
keberadaan pohon Angsana (Pterocarpus 1999 tentang pengendalian pencemaran
indicus). udara, dalam pengukuran selama 1 jam
kadar maksimal karbon monoksida
(CO) yaitu 30.000 μg/m3, sedangkan

3
kadar maksimal nitrogen waktu tidak berjalan, sementara mesin
dioksida (NO2) yaitu 400 μg/m³. Tabel 1 disel menghasilkan gas karbon
menunjukkan bahwa kadar karbon monoksida (CO) sebesar 0,2 % pada saat
monoksida (CO) dan nitrogen dioksida berjalan dan sekitar 4 % pada waktu
(NO2) di jalan raya kota Medan masih berhenti (Siswanto dalam
berada di bawah ambang Sarudji, 2010).
batas
(memenuhi syarat). Tingginya kadar karbon monoksida (CO)
yang didapat di Jl. A. H Nasution
Tabel 1, menunjukkan bahwa kadar diasumsikan karena pengukuran
karbon monoksida (CO) dilakukan pada siang hari. Berdasarkan
tertinggi terdapat pada jalan raya yang Indeks Pencemaran Udara (ISPU) kadar
ditanami pohon Angsana (Pterocarpus bahan polutan seperti karbon monoksida
indicus) yaitu Jl. A.H Nasution dan pada (CO) di udara pada pagi hari masih
jalan raya yang tidak ditanami pohon menunjukkan keadaan yang normal,
angssana (Pterocarpus indicus) yaitu Jl. tetapi pada siang hari Indeks Pencemaran
Asia sebesar 16.033 µg/Nm³, sedangkan Udara (ISPU) menunjukkan adanya
kadar karbon monoksida (CO) terendah peningkatan kadar polutan di udara
terdapat pada jalan raya yang ditanami artinya pada siang hari kadar polutan
pohon Angsana (Pterocarpus indicus) meningkat di udara.
yaitu Jl. Brigjend Katamso sebesar 4.581
µg/Nm³. Pohon yang rindang dan sejuk belum
tentu dapat menurunkan konsentrasi
Kadar nitrogen dioksida (NO2) tertinggi polutan yang melayang di udara karena
terdapat pada jalan raya yang tidak kemampuan pepohonan dalam menyerap
ditanami pohon Angsana (Pterocarpus dan menjerap polutan yang terdapat di
indicus) yaitu Jl. S. Parman sebesar 29,78 jalan raya tergantung dari jenis dan
µg/Nm³, sedangkan kadar nitrogen morfologi daun pohon tersebut, seperti
dioksida (NO2) terendah terdapat pada ukuran dan bentuk daun, adanya rambut
jalan raya yang ditanami pohon Angsana pada permukaan daun dan juga tekstur
(Pterocarpus indicus) yaitu Jl. A.H daun (Hidayati, 2009).
Nasution sebesar 9,22 µg/Nm³.
Pada pohon peneduh jalan jumlah
Kadar karbon monoksida (CO) yang di kerapatan stomata di bawah permukaan
dapat di jalan A. H. Nasution disebabkan daun lebih tinggi dibandingkan di atas
oleh banyaknya jumlah kendaraan yang daun, sehingga semakin tinggi jumlah
melintasi jalan tersebut serta titik kerapatan stomata semakin tinggi pula
pengambilan sampel yang dekat dengan potensi pohon tersebut menyerap logam
persimpangan lampu merah karena pada berat atau partikel yang melayang di
saat lampu merah banyak kendaraan udara (Hidayati, 2009).
yang berhenti, sehingga kadar karbon
monoksida (CO) yang diemisikan ke Pada Jl. Brigjend Katamso kadar karbon
udara lebih banyak. monoksida (CO) di dapat 4.581 µg/Nm³,
pada jalan ini kadar karbon monoksida
Gas karbon monoksida (CO) yang (CO) yang di dapat lebih rendah di
dihasilkan oleh kendaraan bermesin bandingkan dengan Jl. A. H Nasution.
bensin (premium) adalah sekitar 1 % Kadar karbon monoksida (CO) yang
pada waktu berjalan dan sekitar 7 % pada rendah di jalan ini disebabkan pada saat

4
pengukuran jumlah kendaraan yang lintas juga akan menambah beban
lewat lebih sedikit dibandingkan pada pencemar ke udara
jalan A. H Nasution karena kepadatan (Fardiaz, 2010).
lalu lintas akan berpengaruh besar
terhadap kadar polutan yang terdapat di Tidak terdapatnya pohon peneduh jalan
udara. seperti pohon Angsana (Pterocarpus
indicus) pada jalan ini mengakibatkan
Keberadaan pohon Angsana tingginya kadar karbon monoksida yang
(Pterocarpus indicus) di Jl. Brigjend di dapat. Pohon peneduh jalan mampu
Katamso diasumsikan dapat mengurangi menurunkan konsentrasi gas pencemar
kadar karbon monoksida yang melayang di udara, karena pohon
(CO) yang diemisikan ke udara. Pohon dapat meningkatkan turbulensi aliran
Angsana (Pterocarpus indicus) udara.
mempunyai kemampuan yang lebih baik
dalam menyerap polutan Timbal Kemampuan tanaman dalam menyerap
(Pb) dibandingkan dengan pohon lain polutan yang terdapat di udara tergantung
seperti Glodongan (Polyalthia dari morfologi tanaman tersebut, jenis
longifolia) (Agnesia, 2010). tanaman yang mempunyai stomata pada
kedua sisi daun diduga relatif lebih
Pada Jl. S. Parman kadar karbon potensial dalam menyerap gas-gas di
monoksida (CO) di dapat yaitu 12,597 sekitarnya termasuk bahan pencemar
µg/Nm³. Banyaknya kendaraan yang yang terdapat di udara (Hidayati, 2009).
lewat di jalan ini menyebabkan kadar
karbon monoksida (CO) yang di dapat Gas karbon monoksida (CO) yang
cukup tinggi, keberadaan bangunan yang bersasal dari kendaraan bermotor
tinggi di jalan ini dapat meningkatkan terutama di daerah yang padat kendaraan
kadar karbon monoksida (CO) karena bermotornya akan mencemari
bangunan yang tinggi dapat menghalangi lingkungan sekitar. Gas karbon
penyebaran polutan ke daerah lain yang monoksida merupakan suatu gas beracun
mengakibatkan polutan tersebut tetap yang bersifat metabolis, karena bereaksi
berada dan terperangkap di daerah secara metabolis dengan darah
tersebut. Tingginya kadar karbon (Wardhana, 2001).
monoksida (CO) di jalan ini diasumsikan
karena tidak terdapatnya pohon peneduh Gas karbon monoksida (CO) merupakan
jalan seperti Angsana (Ptrocarpus gas yang berbahaya bagi tubuh, karena
indicus) dijalan ini. daya ikat gas karbon monoksida (CO)
terhadap hemoglobin 210 kali dari daya
Pada Jl. Asia kadar karbon monoksida ikat oksigen (O2) terhadap hemoglobin,
(CO) yang didapat yaitu 16.033 µg/Nm³, akibatnya fungsi hemoglobin untuk
tingginya kadar karbon monoksida (CO) membawa oksigen ke seluruh tubuh
pada jalan ini diasumsikan karena menjadi terganggu. Berkurangnya
banyaknya kendaraan yang melintasi penyediaan oksigen ke seluruh tubuh
jalan ini. akan menyebabkan pusing, rasa tidak
enak pada mata, telinga berdengung,
Sumber utama karbon monoksida (CO) mual, muntah, detak jantung meningkat,
yaitu berasal dari pembakaran yang tidak rasa tertekan di dada, kesukaran bernafas,
sempurna dari kendaraan bermotor yang kelemahan otot-otot, tidak sadar dan bisa
berada di ruas jalan raya, kemacetan lalu

5
mengakibatkan kematian (Mukono, efek terhadap mata, paruparu dan kulit
2008). (Mukono, 2005).

Pada Jl A. H Nasution kadar nitrogen Nitrogen dioksida (NO2) merupakan gas


dioksida (NO2) yang didapat yaitu 9,22 yang toksik bagi manusia dan umumnya
µg/Nm³. Rendahnya kadar nitrogen mengganggu sitem pernafasan. Nitrogen
dioksida (NO2) pada jalan ini dioksida (NO2) yang masuk ke paruparu
diasumsikan bahwa pohon Angsana akan membentuk asam nitrit (HNO2) dan
(Pterocarpus indicus) yang terdapat di asam nitrat (HNO3) yang akan merusak
jalan ini dapat menyerap polutan nitrogen membran mokosa dan jaringan paru
dioksida (NO2) yang dibuang ke udara. (Mulia, 2005).

Tajuk pohon yang tinggi dapat Berdasarkan studi dengan menggunakan


membelokkan hembusan angin ke binatang percobaan, pengaruh nitrogen
atmosfir yang lebih luas, sehingga dioksida (NO2) yang membahayakan
konsentrasi polutan menurun, melalui yaitu meningkatnya kepekaan terhadap
stomata polutan gas masuk kedalam radang saluran pernafasan yang dapat
jaringan daun sehingga kadar polutan terjadi setelah mendapat pajanan sebesar
yang diemisikan ke udara berkurang. 100 μg/m³. Percobaan pada manusia
Morfologi tanaman seperti permukaan menyatakan bahwa kadar nitrogen
daun, batang dan ranting dapat menyerap dioksida (NO2) sebsar 250 μg/m³ dan 500
polutan partikel debu dan logam yang μg/m³ dapat mengganggu fungsi saluran
terkandung di dalam udara (Hanafri, pernafasan pada penderita asma dan
2011). orang sehat (Tugaswati, 2012).

Pada Jl. Brigjend Katamso kadar nitrogen Tabel 2. Hasil Penelitian Arah Angin, Kecepatan Angin,
Kelembaban dan Suhu Pada Jalan Raya yang
dioksida (NO2) yang didapat lebih rendah Ditanami dan yang Tidak
Ditanami Pohon Angsana (Pterocarpus
dibandingkan pada Jl. S. Parman. Kadar indicus) di Kota Medan Tahun 2012
nitrogen dioksida (NO2) pada Jl. S.
Parman cukup tinggi yaitu 29,78 µg/Nm³ Titik Penelitian
dibandingkan dengan jalan yang lainnya, Jalan Raya yang Jalan Raya yang
Ditanami Tidak Ditanami
tingginya kadar nitrogen dioksida (NO2) Pohon Pohon
Angsana Angsana
pada jalan ini diasumsikan berasal dari No Parameter Satuan
padatnya jumlah kendaraan yang 1 2 3 4

melintasi jalan ini. Sebagaimana 1 Arah Angin T-B U–S Tg - B-T


dijelaskan BD
2 Kecepatan m/s 1,4 0,6 0,8 1,2
(Sastrawijaya, 2009), sumber nitrogen Angin
dioksida (NO2) berasal dari pembakaran Tekanan mmHg 754 755, 2 757, 7 756, 8
3 Udara
mesin kendaraan bermotor
4 Kelembaba %n 68, 4 52 50,1 50,2

5 Suhu ºC 31, 9 35,8 36,8 36,5


Gas nitrogen dioksida (NO2) merupakan
gas yang sangat toksik, berbau tajam, Ket:
iritatif dan berwarna merah kecoklatan T : Timur S : Selatan
serta bersifat oksidator. Apabila udara B : Barat U : Utara
tercemar oleh gas nitrogen dioksida Tg : Tenggara BD : Barat Daya
(NO2) dan bereaksi dengan uap air maka
akan menjadi korosif dan memberikan Tabel 2, menunjukkan bahwa Pada Jl. A.
H Nasution angin berhembus dari timur

6
menuju barat, pada Jl. Brigjend Katamso Berdasarkan (Tabel 2) Kelembaban
angin berhembus dari utara menuju tertinggi terdapat pada jalan raya yang
selatan, pada Jl. S. Parman angin ditanami pohon Angsana (Pterocarpus
berhembus dari tenggara menuju barat indicus) yaitu Jl. A.H. Nasution sebesar
daya sedangkan pada Jl. Asia angin 68,4 %, sedangkan kelembaban terendah
berhembus dari barat menuju timur. terdapat pada jalan raya yang tidak
ditanami pohon Angsana (Pterocarpus
Arah angin berguna untuk mengetahui indicus) yaitu Jl. S.
arah penyebaran emisi polutan sehingga Parman sebesar 50,1 %.
dapat ditentukan daerah mana yang akan
tercemar searah dengan arah angin Pada saat suhu udara rendah maka
terbatas pada skala lokal dan daerah kelembaban udara akan meningkat.
urban (Rahmawati, 2008). Kelembaban yang tinggi dapat
meningkatkan kadar polutan yang
Tabel 2. menunjukkan bahwa terdapat di udara (Mukono, 2005).
Kecepatan angin tertinggi terdapat pada
jalan raya yang ditanami pohon Kondisi udara yang lembab akan
Angsana (Pterocarpus indicus) yaitu Jl. membantu proses pengendapan bahan
A.H Nasution sebesar 1,4 m/s, sedangkan pencemar, sebab dengan keadaan udara
kecepatan angin terendah terdapat pada yang lembab maka beberapa bahan
jalan raya yang ditanami pohon Angsana pencemar berbentuk partikel (misalnya
(Pterocarpus indicus) yaitu Jl. Brigjend debu) akan berikatan dengan air yang ada
Katamso sebesar 0,6 m/s. dalam udara dan membentuk partikel
yang berukuran lebih besar sehingga
Kecepatan angin yang tinggi pada jalan mudah mengendap ke permukaan bumi
ini akan menyebabkan angin yang berada oleh gaya tarik bumi (Prabu, 2009).
di udara akan bekurang.
Hasil penelitian pada (Tabel 2), suhu
Semakin tinggi kecepatan angin pada yang tertinggi terdapat pada jalan yang
suatu daerah, maka pencampuran polutan tidak ditanami pohon Angsana
dari sumber emisi di atmosfer akan (Pterocarpus indicus) yaitu Jl. S. Parman
semakin besar sehingga konsentasi zat sedangkan suhu terendah terdapat pada
pencemar semakin encer dan akan jalan raya yang ditanami pohon Angsana
mengakibatakan polutan di daerah (Pterocarpus indicus) yaitu Jl. A. H
tersebut akan semakin berkurang Nasution.
(Rahmawati, 2008).
Suhu yang tinggi pada Jl. S. Parman akan
Kecepatan angin memengaruhi distribusi mengakibatkan terjadinya peningkatan
pencemar, konsentrasi pencemar akan bahan pencemar di udara.
berkurang jika angin kencang dan
membagikan pencemar secara mendatar Suhu udara yang tinggi akan
dan tegak lurus. Kecepatan angin yang menyebabkan udara makin renggang
kuat akan membawa polutan terbang sehingga konsentrasi pencemar menjadi
kemanamana dan dapat mencemari udara makin rendah dan sebaliknya pada suhu
negara lain (Chandra, 2006). yang dingin keadaan udara makin padat
sehingga konsentrasi pencemar di udara
makin tinggi (Prabu, 2009).

7
Suhu udara yang tinggi akan
menyebabkan bahan pencemar dalam Tabel 4. menunjukkan bahwa kadar
udara berbentuk partikel menjadi kering nitrogen dioksida (NO2) tertinggi
dan ringan sehingga bertahan lebih lama terdapat pada jalan raya yang tidak
di udara, terutama pada musim kemarau ditanami pohon Angsana (Pterocarpus
dimana keadaan udara lebih kering indicus) yaitu 20,07 µg/Nm³ sedangkan
sehingga polutan udara pada keadaan kadar nitrogen dioksida (NO2) terendah
musim kemarau cenderung tinggi karena terdapat pada jalan raya yang ditanami
tidak terjadi pengenceran polutan di pohon Angsana (Pterocarpus indicus)
udara (Prabu, 2009). yaitu 9,80 µg/Nm³.

Tabel 3. Perbandingan Kadar Karbon Monoksida (CO)


Pada Jalan Raya yang Ditanami dan yang
Pohon Angsana mempunyai
Tidak Ditanami Pohon Angsana kemampuan yang lebih baik dalam
(Pterocarpus indicus)
menyerap polutan timbal (Pb) yang
berasal dari gas buang kendaraan
No Kadar Karbon Monoksida (CO) Rata-rata 1 Jalan
raya yang ditanami pohon 10.307 bermotor yang terdapat di jalan raya
Angsana (Pterocarpus indicus) µg/Nm³ dibandingkan pohon Glodongan
2 Jalan raya yang tidak ditanami 14.315 pohon
Angsana (Pterocarpus µg/Nm³ indicus) (Polyalthia indicus) (Agnesia, 2010).

Kesimpulan dan Saran


Tabel 3. menunjukkan bahwa kadar
karbon monoksida (CO) tertinggi Konsentrasi kadar karbon monoksida
terdapat pada jalan raya yang tidak (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) yang
ditanami pohon Angsana (Pterocarpus terdapat pada empat lokasi penelitian di
indicus) yaitu 14.315 µg/Nm³ sedangkan kota Medan masih berada dibawah
kadar karbon monoksida (CO) terendah nilai ambang batas (memenuhi syarat).
terdapat pada jalan raya yang ditanami Kadar karbon monoksida (CO) yang
pohon Angsana terdapat pada jalan raya yang ditanami
(Pterocarpus indicus) yaitu pohon Angsana (Pterocarpus indicus)
10.307 µg/Nm³. lebih rendah dibandingkan pada jalan
raya yang tidak ditanami pohon
Tingginya kadar polutan yag terdapat angsana (Pterocarpus indicus).
pada jalan raya yang tidak ditanami
pohon Angsana (Pterocarpus indicus) Kadar nitrogen dioksida (NO2) yang
diasumsikan bahwa pohon peneduh terdapat pada jalan raya yang ditanami
yang terdapat dijalan raya sangat pohon Angsana (Pterocarpus indicus)
diperlukan untuk mengurangi kadar lebih rendah dibandingkan pada jalan
polutan udara yang berasal dari gas raya yang tidak ditanami pohon
buang kendaraan bermotor. Angsana (Pterocarpus indicus).
Tabel 4. Perbandingan Kadar Nitrogen Dioksida (NO2)
Pada Jalan Raya yang Ditanami dan yang Kepada pemerintah disarankan untuk
Tidak Ditanami Pohon Angsana (Pterocarpus memperbaiki kualitas udara terutama di
indicus)
No Kadar Nitrogen Dioksida Ratarata
daerah yang lalu lintasnya padat dengan
(NO2) meningkatkan penghijauan perkotaan
1 Jalan raya yang ditanami pohon 9,80
Angsana (Pterocarpus indicus) µg/Nm³
atau meningkatkan penanaman jalur
2 Jalan raya yang tidak 20,07 hijau atau ruang terbuka hijau, dan
ditanami pohon Angsana µg/Nm³ melakukan pendataan pohon-pohon yang
(Pterocarpus indicus)

8
sudah harus di regenerasi dengan pohon Hidayati, S.R. 2009. Analisis
baru yang mudah dan cepat tumbuh. Karakteristik Stomata, Kadar
Klorofil dan Kandungan Logam
Perlu diberlakukan pemeriksaan efisiensi Berat Pada Daun Pohon
proses pembakaran kendaraan bermotor Pelindung Jalan Kawasan
secara berkala sebagai upaya pencegahan Lumpur Porong Sidoardjo.
emisi yang lebih besar untuk mengurangi Skripsi Universitas Islam Negeri
polutan karbon monoksida (CO) dan Malang, Fakultas Sains Dan
nitrogen dioksida (NO2) di udara pada Teknologi Jurusan Biologi.
ruas jalan raya. Diakses 12 Desember 2012.
lib.uin-malang.ac.id/02520020-
Daftar Pustaka sroifatul-hidayah

Agnesia, W. 2010. Analisa Kandungan Luffy. 2012. Konstribusi Polusi


Timbal (Pb) pada Tanaman Udara Terhadap Kesehatan. Diakses
Peneduh Jalan di Kecamatan 30
Medan Polonia April 2012.
Tahun 2010. Skripsi FKM USU http://line92.blogspot.com
Mukono, H.J. 2005.
Agusnar, H. 2007. Kimia Lingkungan.
Toksikologi Lingkungan.
USU Press. Medan.
Airlangga
University Press. Surabaya.
Anggraini, D. 1994. Masalah Ruang
Terbuka Hijau di Kota, Studi
Kasus: Jakarta, Jurnal . 2008. Pencemaran Udara
Teknologi dan Permukiman No.4 dan Pengaruhnya terhadap
Tahun 2 - 1994. Jakarta. Gangguan Saluran Pernafasan.
Chandra, B. 2006. Airlangga University Press.
Pengantar Kesehatan Surabaya.
Lingkungan. EGC.
Jakarta. Mulia, R.M. 2005. Kesehatan
Lingkungan. Graha Ilmu.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Yogyakarta.
dan Pencemaran : Hubungannya
dengan Toksikologi Senyawa Prabu, P. 2009. Aspek Klimatologi
Logam. Penerbit University Pencemaran Udara. Diakses 20
Indonesia. Jakarta. Januari 2013.
Putraprabu.wordpress.com/../aspe
Fardiaz, S. 2010. Polusi Air dan Udara. k-klimatologi-pencemaran-udara
Kanisius. Yogyakarta.
Rahmawati, N. 2008. Pola spasial Gas
Hanafri, K.S. 2011. Analisis Manfaat Karbon Monoksida (CO) di
Kanopi Pohon Dalam Mereduksi Kota Jakarta. Skripsi Universitas
Polutan. Diakses 10 Indonesia, FMIPA Program Studi
Januari 2013. Geografi. Diakses tanggal 13
repository.ipb.ac.id/.../A11ksh_BA September 2012. http://
B%20II%20Tin lontar.ui.ac.id/file digital pola %
20 spasial

9
Sarudji, D. 2010.
Kesehatan Lingkungan. CV.
Karya Putra Darwati. Bandung.

Sastarwijaya, A. T. 2009. Pencemaran


Lingkungan. PT. Rinike Cipta.
Jakarta.

Tugaswati, A.T. 2012. Emisi Gas Buang


Kendaraan Bermotor dan
Dampaknya Terhadap
Kesehatan. Diakses 10 Oktober
2012. http://ebookbrowse.com

Wardhana, W.A. 2001. Dampak


pencemaran Lingkungan.
Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.

10

You might also like