Professional Documents
Culture Documents
‘’ KEBISINGAN ‘’
OLEH :
KELOMPOK 1
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kami, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Higiene Industri
penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil manfaatnya
sehingga dapat memberikan pengetahuan terhadap pembaca.Selain itu, kritik dan saran dari
Dosen dan teman – teman pembaca, sangat penyususn harapkan untuk perbaikan makalah ini
kedepannya.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Setiap tempat kerja mempunyai potensi tersendiri untuk menyebabkan gangguan bagi
para pekerja yang akan mempengaruhi kesehatannya sehingga tidak mampu bekerja secara
maksimal. Dampak yang ditimbulkan salah satunya pada indera pendengaran manusia. Setiap
bagian dari telinga mempunyai fungsinya masing-masing dan harus berfungsi dengan baik agar
kebisingan terhadap kesehatan tergantung besarnya intensitas bising pada tempat kerja itu
sendiri.Gangguan yang ditimbulkan salah satunya adalah gangguan maupun yang permanen
karena paparan yang terus-menerus tanpa penggunaan alat pelindung diri yang
Data survei Multi Center Study di Asia Tenggara, Indonesia termasuk empat negara
dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi yaitu 4,6%, sedangkan tiga negara lainnya yakni
Sri Lanka 8,8%, Myanmar 8,4% dan India 6,3%. Walaupun bukan yang tertinggi tetapi
prevalensi 4,6% tergolong cukup tinggi. Menurut Sataloff diperoleh data sebanyak 35 juta orang
Amerika menderita ketulian dan 8 juta orang diantaranya merupakan tuli akibat kerja.
Paparan kebisingan merupakan salah satu penyebab tuli akibat kerja. Suara dari
kebisingan tersebut merupakan gelombang longitudinal yang merambat melalui medium (cair,
padat, udara) sebagai perantara sehingga dapat sampai ke telinga. Menurut Babba, kebisingan di
tempat kerja diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu kebisingan yang tetap dengan
frekuensi terputus dan tetap, dan kebisingan yang tidak tetap dengan kebisingan yang fluktuatif,
Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memberitahu hal – hal yang berkaitan dengan kebisingan termasuk
Tujuan Khusus
Dalam konteks keselamatan dan kesehatan kerja, pembahasan suara (sound) agak
berbeda dibandingkan pembahasan-pembahasan suara dalam ilmu fisika murni maupun fisika
terapan. Dalam K3, pembahasan suara lebih terfokus pada potensi gelombang suara sebagai
teknikpengendaliannya (Tambunan,2005).
Menurut Suma’mur (1999), bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf
pendengaran dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran dari sumber
bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar
lainnya, dan manakala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau
demikiandinyatakansebagaikebisingan.
Menurut Siswanto (2002), kebisingan adalah terjadinya bunyi yang keras sehingga
danbuatanmanusia.
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 48. tahun 1996, tentang Baku Mutu
Tingkat Kebisingan, bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau
kegiatan dalam tingkat dan waktu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan.
Menurut Permenkes RI NO ; 718/MENKES/PER/XI/1987 tentang kebisingan yang
berhubungan dengan kesehatan, bab 1 pasal 1 (a) : kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak
dikehendaki, sehingga menganggu dan atau membahayakan kesehatan. Definisi lain tentang
1. Denis dan Spooner, bising adalah suara yang timbul dari getaran – getaran yang tidak
2. Hirrs dan Ward, bising adalah suara yang kompleks yang mempunyai sedikit atau bahkan
tidak periodik, bentuk gelombang tidak dapat diikuti atau di produsir dalam waktu
tertentu
4. Sataloff, bising adalah bunyi yang terdiri dari frekuensi yang acak dan tidak berhubungan
5. Burn, Littler, dan Wall, bising adalah suara yang tidak dikehendaki kehadirannya oleh
Jenis – jeniskebisinganyangseringditemukanmenurutSuma’mur(1999)adalah
sebagaiberikut:
1) Kebisingan kontinue dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide band
noise). Jenis kebisingan seperti ini dapat dijumpai misalnya pada mesin-mesin
2) Kebisingan kontinue dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narow band noise).
Jenis kebisingan seperti ini dapat dijumpai pada gergaji sirkuler, katup gas dan lain-lain
3) Kebisingan terputus-putus (intermitent). Kebisingan jenis ini dapat ditemukan misalnya
4) Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise). Jenis kebisingan seperti ini dapat
ditemukan misalnya pada pukulan mesin kontruksi, tembakan senapan, atau suara
ledakan.
5) Kebisingan impulsive berulang. Jenis kebisingan ini dapat dijumpai misalnya pada
bagianpenempaanbesidiperusahaanbesi.
Gabriel (1996) membagi kebisingan berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat
bunyi dan tenaga bunyi. Bunyi dibagi menjadi tiga kategori yaitu bising pendengaran (audible
noise) disebabkan frekuensi bunyi antara 31,5-8000 Hz, bising yang berhubungan dengan
kesehatan (Occupational noise) yang disebabkan bunyi mesin di tempat kerja dan bising
impulsive adalah bising yang terjadi akibat adanya bunyi menyentak misalnya pukulan palu,
ledakan meriam, tembakan bedil dan lain-lain. Gabriel juga menbagi kebisingan berdasarkan
waktu terjadinya yaitu bising kontinue dengan spektrum luas, bising kontinue dengan spektrum
sempit, bising terputus-putus, bising sehari penuh, bising setengah hari, bising terus menerus dan
bising sesaat.Bising berdasarkan skala intensitasnya dibagi menjadi sangat tenang, tenang,
Berdasarkanpengaruhnya terhadapmanusia,bisingdibagiatas:
1. Bising yang mengganggu (irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras, misalnya
mendengkur.
2. Bising yang menutupi (masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran
yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan pekerja, karena teriakan isyarat atau tanda bahaya tenggelamdari bisingdari
sumber lain.
jenisiniakanmerusak/menurunkanfungsipendengaran.
Sumber bising bisa tunggal atau ganda.Umumnya kebisingan ditimbulkan oleh beberapa
sumber (ganda) seperti lalu lintas, kawasan industri dan pemukiman. Beberapa sumber bising
ialah :
Lalu lintas
Terjadi di kota-kota besar dan didominasi oleh kendaraan seperti truk, dump truck
Industri
Pemukiman
Penyebab utama kegiatan rumah tangga, fan, hair dryer, mixer, gergaji mesin,
Sumber kebisingan ditempat kerja berasal dari peralatan dan mesin-mesin yang sedang
beroperasi. Hal-hal yang dapat menimbulkan kebisingan pada peralatan dan mesin-mesin yaitu
(Tambunan S, 2005) :
3. Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi ala kadarnya. Misalnya mesin
5. Pemasangan dan peletakan komponenkomponen mesin secara tidak tepat (terbalik atau
tidak rapat/longgar), terutama pada bagian penghubung antara modul mesin (bad
conection).
Alat untuk mengukur intensitas bising di tempat kerja yaitu Sound Level Meter
(SLM).Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang batas hanya pada satu
atau beberapa lokasi saja.Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk mengevalusai kebisingan
pengukuran dari sumber harus dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian1meter.Selain itu juga
7) Filter Microphone
8) Kalibrator
9) Display
pada suatu saat dengan standar yang telah ditetapkan serta merupakan langkah awal untuk
pengendalian. Alat yang dipergunkan untuk mengukur intensitas kebisingan adalah sound level
1. Melakukan kalibrasi sebelum alat sound level meter digunakan untuk mengukur
kebisingan, agar menghasilkan data yang falid. Alat dikalibrasi dengan menetapkan
kalibrator suara (pistonphon) pada mikrofon sound level meter pada frekuensi 1 khZ dan
intensitas 114 db, kemudian aktifkan dengan memencet tombol “ON”, kemudian putar
sekerup (kekanan untuk menambah dan kekiri untuk mengurangi) sampai didapatkan
angka 114.
2. Mengukur kebisingan bagian lingkungan kerja, dengan cara alat diletakkan setinggi 1,2-
1,5 m dari alas lantai atau tanah pada suatu titik yang ditetapkan.
3. Angka yang terlihat pada layar atau display dicatat setiap 5 detik dan pengukuran
Ket:
Data survei Multi Center Study di Asia Tenggara, Indonesia termasuk empat negara
dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi yaitu 4,6%, sedangkan tiga negara lainnya yakni
Sri Lanka 8,8%, Myanmar 8,4% dan India 6,3%. Walaupun bukan yang tertinggi tetapi
prevalensi 4,6% tergolong cukup tinggi. Menurut Sataloff diperoleh data sebanyak 35 juta orang
Amerika menderita ketulian dan 8 juta orang diantaranya merupakan tuli akibat kerja.Paparan
kebisingan merupakan salah satu penyebab tuli akibat kerja.Suara dari kebisingan tersebut
merupakan gelombang longitudinal yang merambat melalui medium (cair, padat, udara) sebagai
perantara sehingga dapat sampai ke telinga. Menurut Babba, kebisingan di tempat kerja
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu kebisingan yang tetap dengan frekuensi terputus
dan tetap, dan kebisingan yang tidak tetap dengan kebisingan yang fluktuatif, intermittent dan
impulsif.
Besarnya dampak yang disebabkan oleh kebisingan di tempat kerja tidak hanya
terutama bagi pekerja yang terus terpapar agar kesehatannya tetap terjaga dan pekerjaannya
selesai sesuai dengan harapan. Berdasarkan masalah tersebut, kasus yang bisa diambil adalah
terjadinya gangguan pendengaran akibat paparan bising pada pekerja kayu di Mas Ubud. Di
pusat tempat para pekerja kayu di Mas Ubud terdapat 10 pekerja dari 36 pekerja yang mengalami
gangguan pendengaran baik itu ringan, sedang, maupun berat. Salah satu faktor yang
kebisingan tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan masa
paparan 6 sampai 10 tahun mempunyai risiko terjadinya gangguan pendengaran akibat bising
3,63 kali lebih tinggi dibanding masa paparan 1 sampai 5 tahun. Hal ini seharusnya menjadi
salah satu hal yang harus diperhatikan dalam industry kayu tersebut. Sebab apabila jumlah
pekerja yang menderita gangguan pendengaran bertambah, hal itu bisa menyebabkan pekerja
A. Dampak Auditory
suara atau bising, tetapi setelah terlalu sering mengalami perubahan yang berulang-ulang lama
kelamaan daya akomodasinya akan menjadi lelah dan gagal dalam memberikan reaksi. Dalam
keadaan ini pendengaran timbul akibat pekerjaan (occuptional deafness ),tidak hanya terdapat
pada pekerja pabrik saja tetapi juga pada pekerjaan-pekerjaan luar,seperti supir taksi/alat
terhadap in tensitas kebisingan yang sangat tinggi dan terjadi secara tiba-tiba. sebagai
seorang yang sifatnya sementara. Daya dengarnya sedikit demi sedikit pulih
kembali,waktu untuk pemulihan kembali adalah berkisar dri beberapa menit sampai
beberapa hari ( 3-7 hari),namun yang paling lama lebh dari 10 hari.
mengalami TTS dan kemudian terpajan bising kembali sebelum pemulihan secara
lengkap terjadi,maka akan terjadi “ akumulasi” sisa ketulian ( TTS) ,dan bila hal ini
menetap (permanen) . PTS sering juga disebut NIHL (Noise Induced Hearing Loss) dan
Kelainan yang timbul pada telinga akibat bising terjadi tahap demi tahap sebagai berikut :
- Stadium adaptasi,adaptasi merupakan suatu daya proteksi alamiah dan keadaan yang
- Stadium “temporary threshold shift” disebut juga “ auditory fatigue” yang merupakan
kehilangan pendengaran “reversible” sesudah 48 jam terhindar dari bising itu. Batas
waktu yang diperlukan untuk pulih kembali sesudah terpapar bising adalah 16 jam. Bila
pada waktu bekerja keesokan hari pendengaran hanya sebagian yang pulih maka akan
- Stadium “persisten threshold shift” dalam stadium ini ambang pendengaran meninggi
menetap sifatnya,gangguan ini banyak ditemukan dan tidak dapat disembuhkan. Tuli
akibat bising ini merupakan tuli persepsi yang kerusakannya terdapat dalam cochleat
B. Dampak non-auditory
a) Gangguan fisiologis
Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat bising,dengan kata
lain fungsi pendengaran secaara fisiologis dapat terganggu. Pembicaraan atau instruksi
dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas,sehingga dapat menimbulkan gangguan
mengganggu “cardiac out put” dan tekanan darah. Pada berbagai penyelidikan ditemukan
bahwa pemaparan bunyi terutama yang mendadak menimbulkan reaksi fisiologis seperti :
reaksi ini terutama terjadi pada permulaan pemaparan terhadap bunyi kemudian akan
kembali pada keadaan semula. Bila terus menerus terpapar maka akan terjadi adaptasi
sehingga perubahan tidak tampak lagi. Kebisingan dapat menimbulkan gangguan
2. Sistem internal tubuh adalah sistem fisiologis yang penting untuk kehidupan seperti:
- kardiovaskuler (jantung,paru-paru,pembuluh)
- gastrointestinal (perut,usus)
- musculoskeletal (otot,tulang)
- endokrin (kelenjar)
sebenarnya proses adaptasi sendiri adalah indikasi dari perubahan fungsi tubuh karenanya
tidak begitu disukai kebisingan yang tidak tinggi juga dapat mengubah ketetapan
listrik dalam kulit, penurunan aktivitas lambung, atau adanya bukti elektromiographic
dalam hal peningkatan tensi otot Nesswetha pada tahun 1964 telah melakukan study
pertimbangan bahwa yang menjadi subjek percobaan adalah mereka yang telah terbiasa
dengan kebisingan. umumnya ini mereka meiliki sistem kompensasi yang memungkinkan
untuk bekerja pada suatu lingkungan yang bising, dimana pada kasus subyek yang belum
b) ambang pendengaran
ambang pendengaran adalah suara terlemah yang masih di dengar. makin rendah level
suara terlemah yang di dengan berarti makin rendah nilai ambang pendengaran, berarti
pola tidur sudah merupaka pola alamiah, kondisi isstirahat yang berulang secara teratur,
dan penting untuk tubuh normal dan pemeliharaan mental serta kesembuhan. kbisingan
dapat mengganggu tidur dalam hal kelelapan, kontinuitas, dan lama tidur. Seseorang yang
tidak bisa tidur atu sudah tidur tapi belum terlelap.tiba-tiba ada gangguan suara yang
mengganggu tidurnya, maka orang tersebut mudah marah atau tersinggung. berperilaku
irasional yang ingin tidur. terjadinya pergeseran keleapan tidur dapat menimbulkan
terbangun dari tidurnya sebesar 5 % pada tigkat intensitas suara 40 dB (A) dan meningkat
sampai 30% pada tingkat 70 Db( A ). pada tingkat intensitas suara 100 Db ( A ) sampai
d) gangguan psikologis
kebisingan dapat mempengaruhi stabilitas mental dan reaksi psikologis seperti rasa
kwatir, jenngkel, takut dan sebagainya. stabiltas mental adalah kemampuan seseorang
untuk berfungsi atau bertindak normal. suara yang tidak dikehendaki memang tidak
menimbulkan mental illness aakan tetapi dapat memperberat problem mental da perilaku
berasal dari pabrik, lapangan udara dan lalu lintas. umumnya kebisingan pada
orang tersebut berusaha untuk mengurangi menolak suara tersebut atau meninggalkn
Paling penting disini bahwa kebisingan menggangu kta dalam menangkap dan mengerti
2. percakapan telepon.
Tempat dimana komunikasi tidak boleh terganggu oleh suara bising adalah sekolah, area
dimengerti tergantung dari faktor seperti: suara yang bisa dimengerti tergantung dari
bahasa/kata yang dimengerti, suara yang dimengerti,suara lingkungan dan faktor lain.
a. Fisiologi Pendengaran
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang telinga dan mengenai
membran timpani sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang
pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan foramen ovale
yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui membran
Reissner yang mendorong endolimfe dan membran basalis ke arah bawah dan perilimfe dalam
skala timpani akan bergerak sehingga foramen rotundum terdorong ke arah luar. Pada waktu
istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok, dan dengan terdorongnya membran basal, ujung sel
rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik ini berubah menjadi rangsangan listrik akibat adanya
perbedaan ion Natrium dan Kalium yang diteruskan ke cabang-cabang, kemudian meneruskan
rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus
temporalis.
Perubahan ambang dengar akibat paparan bising tergantung pada frekwensi bunyi,
1) Adaptasi
Bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa terganggu
lagi karena suara terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan.
kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampai beberapa
pendengaran sementara ini mula-mula terjadi pada frekwensi 4000 Hz, tetapi bila
sementara akan menyebar pada frekwensi sekitarnya. Makin tinggi intensitas dan
lama waktu pemaparan makin besar perubahan nilai ambang pendengarannya.
Respon tiap individu terhadap kebisingan tidak sama tergantung dari sensitivitas
masing-masing individu.
terjadi pada frekwensi 4000 Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan dan
yang menetap dapat terjadi setelah 3,5 sampai 20 tahun terjadi pemaparan, ada
yang mengatakan baru setelah 10-15 tahun setelah terjadi pemaparan. Penderita
istirahat beberapa jam ( 1 – 2 jam ). Bising dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup
lama ( 10 – 15 tahun ) akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ Corti sampai terjadi
destruksi total organ Corti. Proses ini belum jelas terjadinya, tetapi mungkin karena rangsangan
bunyi yang berlebihan dalam waktu lama dapat mengakibatkan perubahan metabolisme dan
vaskuler sehingga terjadi kerusakan degeneratif pada struktur sel-sel rambut organ Corti.
yang mengalami penurunan intensitas adalah antara 3000 – 6000 Hz dan kerusakan alat Corti
untuk reseptor bunyi yang terberat terjadi pada frekwensi 4000 Hz (4 K notch).Ini merupakan
proses yang lambat dan tersembunyi, sehingga pada tahap awal tidak disadari oleh para pekerja.
Hal ini hanya dapat dibuktikan dengan pemeriksaan audiometri. Apabila bising dengan
intensitas tinggi tersebut terus berlangsung dalam waktu yang cukup lama, akhirnya pengaruh
penurunan pendengaran akan menyebar ke frekwensi percakapan ( 500 – 2000 Hz ). Pada saat
itu pekerja mulai merasakan ketulian karena tidak dapat mendengar pembicaraan sekitarnya.
c. Gambaran Klinis
Campuran (mixed): tuli campuran dari kedua unsur konduktif dan sensoneural
Gangguan Pendengaran Akibat Bising (GPAP) atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL)
adalah tuli senso-neural dimana terjadi kerusakan sel rambut luar cochlea karena paparan bising
terus menerus dalam jangka waktu lama.Ketulian biasanya bilateral dan jarang menyebabkan tuli
derajat sangat berat.Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi atrofi sehingga mengurangi
respon terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya intensitas dan lamanya paparan akan dijumpai
lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yang pertama kali terkena adalah
daerah basal.Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan
parut.Dengan semakin luasnya kerusakan sel-sel rambut dapat timbul degenerasi pada saraf yang
dapat sampai di nukleus pendengaran pada batang otak.Gejala awal yang sering dikeluhkan
adalah sensasi telinga berdenging (tinnitus) yang hilang timbul. Tinitus akan menjadi lebih keras
sensasinya bila terpapar bising dengan intensitas yang lebih besar. Tinitus lebih mengganggu bila
berada di tempat yang sepi atau saat penderita akan tidur sehingga menyebabkan sulit
konsentrasi dan sukar tidur. Pasien akan mengalami penurunan fungsi pendengaran sehingga
sulit bercakap-cakap walaupun berada di ruangan yang sunyi. Pendengaran yang terganggu
Dari sudut makromekanikal ketika gelombang suara lewat, membrana basilaris meregang
sepanjang sisi ligamentum spiralis, dimana bagian tengahnya tidak disokong.Pada daerah ini
terjadi penyimpangan yang maksimal.Sel-sel penunjang disekitar sel rambut dalam juga sering
mengalami kerusakan akibat paparan bising yang sangat kuat dan hal ini kemungkinan
merupakan penyebab mengapa baris pertama sel rambut luar yang bagian atasnya bersinggungan
dengan phalangeal process dari sel pilar luar dan dalam merupakan daerah yang paling sering
rusak.Saluran transduksi berada pada membran plasma pada masing-masing silia, baik didaerah
tip atau sepanjang tangkai ( shaft ), yang dikontrol oleh tip links, yaitu jembatan kecil diantara
silia bagian atas yang berhubungan satu sama lain. Gerakan mekanis pada barisan yang paling
atas membuka ke saluran menyebabkan influks K+ dan Ca++ dan menghasilkan depolarisasi
membran plasma. Pergerakan daerah yang berlawanan akan menutup saluran serta menurunkan
jumlah depolarisasi membran. Apabila depolarisasi mencapai titik kritis dapat memacu peristiwa
intraseluler.Telah diketahui bahwa sel rambut luar memiliki sedikit afferen dan banyak efferen.
Gerakan mekanis membrana basilaris merangsang sel rambut luar berkontraksi sehingga
meningkatkan gerakan pada daerah stimulasi dan meningkatkan gerakan mekanis yang akan
diteruskan ke sel rambut dalam dimana neurotransmisi terjadi. Kerusakan sel rambut luar
mengurangi sensitifitas dari bagian koklea yang rusak. Kekakuan silia berhubungan dengan tip
links yang dapat meluas ke daerah basal melalui lapisan kutikuler sel rambut. Liberman dan
Dodds (1987) memperlihatkan keadaan akut dan kronis pada awal kejadian dan kemudian pada
stimulasi yang lebih tinggi, fraktur daerah basal dan hubungan dengan hilangnya sensitifitas
saraf akibat bising. Fraktur daerah basal menyebabkan kematian sel. Paparan bising dengan
intensitas rendah menyebabkan kerusakan minimal silia, tanpa fraktur daerah basal atau
kerusakan tip links yang luas. Tetapi suara dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan
kerusakan tip links sehingga menyebabkan kerusakan yang berat, fraktur daerah basal dan
2.8Pengendalian Kebisingan
1. Eliminasi : Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yang bersifat permanen dan
harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas utama. Eliminasi dapat dicapai
dengan memindahkan objek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat
kerja yang kehadirannya pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan
dan standart baku K3 atau kadarnya melebihi Nilai Ambang Batas (NAB).
peralatan yang berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau
yang lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih bias ditoleransi
3. Engenering Control : Pengendalian dan rekayasa tehnik termasuk merubah struktur objek
kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian
4. Isolasi : Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan seseorang dari
objek kerja. Pengendalian kebisingan pada media propagasi dengan tujuan menghalangi
paparan kebisingan suatu sumber agar tidak mencapai penerima, contohnya : pemasangan
barier, enclosure sumber kebisingan dan tehnik pengendalian aktif (active noise control)
menggunakan prinsip dasar dimana gelombang kebisingan yang menjalar dalam media
suatu sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi
bahaya. Metode pengendalian ini sangat tergantung dari perilaku pekerja dan
administratif ini. Metode ini meliputi pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi
6. Alat Pelindung Diri : Alat pelindung diri secara umum merupakan sarana pengendalian
yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara, ketika suatu sistem
merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem pengendalian risiko tempat kerja. Antara
lain dapat dengan menggunakan alat proteksi pendengaran berupa : ear plug dan ear
muff. Ear plug dapat terbuat dari kapas, spon, dan malam (wax) hanya dapat digunakan
untuk satu kali pakai. Sedangkan yang terbuat dari bahan karet dan plastik yang dicetak
(molded rubber/ plastik) dapat digunakan berulang kali. Alat ini dapat mengurangi suara
sampai 20 dB(A). Sedangkan untuk ear muff terdiri dari dua buah tutup telinga dan
sebuah headband. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara hingga 30 dB(A) dan juga
dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras atau percikan bahan
kimia.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki, sehingga menganggu dan
a. Kebisingan kontinue dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide
band noise)
b. Kebisingan kontinue dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narow band
noise)
3. Sumber bising bisa tunggal atau ganda. Umumnya kebisingan ditimbulkan oleh beberapa
sumber (ganda) seperti lalu lintas, kawasan industri dan pemukiman. Sumber kebisingan
ditempat kerja berasal dari peralatan dan mesin-mesin yang sedang beroperasi.
benar.
4. Alat untuk mengukur intensitas bising di tempat kerja yaitu Sound Level Meter (SLM).
1) Melakukan kalibrasi sebelum alat sound level meter digunakan untuk mengukur
menetapkan kalibrator suara (pistonphon) pada mikrofon sound level meter pada
frekuensi 1 khZ dan intensitas 114 db, kemudian aktifkan dengan memencet
tombol “ON”, kemudian putar sekerup (kekanan untuk menambah dan kekiri
setinggi 1,2-1,5 m dari alas lantai atau tanah pada suatu titik yang ditetapkan.
3) Angka yang terlihat pada layar atau display dicatat setiap 5 detik dan pengukuran
5. Kasus yang bisa diambil adalah terjadinya gangguan pendengaran akibat paparan bising
pada pekerja kayu di Mas Ubud. Di pusat tempat para pekerja kayu di Mas Ubud terdapat
10 pekerja dari 36 pekerja yang mengalami gangguan pendengaran baik itu ringan,
sedang, maupun berat. Salah satu faktor yang berhubungan terhadap terjadinya gangguan
pendengaran adalah lamanya paparan terhadap kebisingan tersebut. Hal ini sesuai dengan
risiko terjadinya gangguan pendengaran akibat bising 3,63 kali lebih tinggi dibanding
masa paparan 1 sampai 5 tahun. Hal ini seharusnya menjadi salah satu hal yang harus
diperhatikan dalam industry kayu tersebut. Sebab apabila jumlah pekerja yang menderita
gangguan pendengaran bertambah, hal itu bisa menyebabkan pekerja menjadi tidak
6. Dampak Kebisingan
7. Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang telinga dan mengenai
membran timpani sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-
tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan
foramen ovale yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran
diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe dan membran basalis
ke arah bawah dan perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga foramen
rotundum terdorong ke arah luar. Pada waktu istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok,
dan dengan terdorongnya membran basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus.
Rangsangan fisik ini berubah menjadi rangsangan listrik akibat adanya perbedaan ion
rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di
lobus temporalis.
Penulis berharap makalah ini kiranya dapat bermanfaat bagi para pembaca.Pembaca
akan mengetahui hal – hal yang berkaitan dengan kebisingan termasuk dampak kepada
kehidupan kita sehingga mampu untuk menerapkannya. Dan kiranya pembaca makalah ini bisa
mengkritik dan memperbaiki cara penulisan atau penyusunan pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyani, A. L., Made, L., Sri, I., & Adiputra, H. (2017). Prevalensi Gangguan Fungsi
Pendengaran Akibat Kebisingan Lingkungan Kerja pada Pekerja Kayu di Desa Mas
Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar, 144–147.
Lintong, F., Fisika, B., Kedokteran, F., Sam, U., & Manado, R. (n.d.). Gangguan pendengaran
akibat bising.
Pertamina, P. T., & Ii, R. U. (2015). Analisis Intensitas Kebisingan Lingkungan Kerja pada Area
Utilities Unit, 12(2), 278–285.
Pratiwi, AD. 2016. Higiene Industri. Bahan Ajar. Kendari: Program S1 Kesehatan Masyarakat