Professional Documents
Culture Documents
BIOKIMIA
REVISI 2016
Oleh :
Tjok Gede Belawa Yadnya
Dewa Gede Alit Udayana
Ni Made Suci Sukmawati
A A Putu Putra Wibawa
Putu Ari Astawa
Ni Wayan Siti
I Made Mudita
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PETUNJUK UMUM iv
I. KARBOHIDRAT 1
PERCOBAAN KARBOHIDRAT
1.1. Test Molisch 2
1.2. Test Benedict 3
1.3. Test Barfoed 4
1.4. Test Seliwanoff 4
1.5. Test Tauber 5
1.6. Fermentasi/Peragian 6
1.7. Hidrolisis Sukrosa 7
1.8. Test Yodium 7
1.9. Hidrolisis Pati 8
1.10. Pembentukan Osazon 9
II. LIPIDA 10
PERCOBAAN LIPIDA
2.1. Daya Larut Lemak/Uji Kelarutan 11
2.2. Emulsi 12
2.3. Penyabunan 13
2.4. Reaksi Akrolein 13
2.5. Asam Lemak Tak Jenuh 14
2.6. Percobaan dengan Kolesterol 14
2.6.1. Uji Salkowski 15
2.6.2. Uji Libermann-Burchard 15
2.7. Uji Ketengikan Modifikasi Yacobs 15
III. PROTEIN DAN ASAM AMINO 17
PERCOBAAN PROTEIN
3.1. Susunan Elementer 19
3.2. Daya Larut Albumin 20
3.3. Pengaruh Asam Mineral Kuat 21
3.4. Reaksi Warna 21
3.4.1. Reaksi Biuret 21
3.4.2. Reaksi Ninhidrin 22
3.4.3. Reaksi Xanthoprotein 23
3.4.4. Reaksi Millon 24
3.4.5. Reaksi Hopkins-Cole 24
3.4.6. Test Heller 25
3.5. Pengaruh Logam Berat 25
3.6. Pengendapan oleh Pereaksi Alkaloid 26
3.7. Pengaruh Alkohol terhadap Protein 27
3.8. Daya Difusi Protein 27
3.9. Pada Koagulasi Protein dengan Pemanasan Perlu Air 27
3.10. Denaturasi, Flokulasi dan Kogulasi 28
IV. ENZIM 30
PERCOBAAN ENZIM
4.1. Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Reaksi Enzim 30
4.2. Pengaruh pH terhadap Kecepatan Reaksi Enzim 31
4.3. Pengaruh Konsentrasi Enzim 32
4.4 Pengaruh Konsentrasi Substrat 33
4.5. Pengaruh BahanAntiseptik 33
DAFTAR PUSTAKA 35
PETUNJUK UMUM
Labortorium biokimia
Fapet Unud, Denpasar
I. KARBOHIDRAT
PERCOBAAN KARBOHIDRAT
1.6. Fermentasi/Peragian
Teori
Dengan suatu enzim tertentu yang ada dalam ragi (yeast) pada suasana
anaerob, karbohidrat dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana.
Misalnya : enzim maltase memecah maltosa menjadi glukosa. Dan dengan enzim
zimase glukosa dipecah menjadi etil alcohol (C2H5OH)dan gas karbondioksida
(CO2).
Alat-alat : - mortar (lumpang)
- tabung fermentasi/tabung peragian
- beaker gelas serta gelas pengaduk
Pereaksi : - Ragi/yeast
Bahan percobaan : - Larutan glukosa 0,1 M
- Larutan sukrosa 0,1 M
-Larutan laktosa 0,1 M
- Larutan maltosa 0,1 M
- Larutan kanji 1 %
Cara kerja :
Masukkan dalam sebuah mortar (lumpang) kira-kira 2 gram ragi roti (yeast)
dengan 20 ml larutan karbohidrat percobaan sehingga didapat suspensi rata.
Pidahkan ke dalam tabung peragian dan balikkan tabung tersebut begitu rupa
sehingga ujung yang tertutup terisi penuh denga cairan. Kembalikan tabung pada
kedudukan semula dengan ujung yang tertutup rapat penuh terisi. Setelah 1,5 jam
hasil peragian dapat diperiksa. Gas yang terbentuk akan terkumpul pada ujung yang
tertutup. Apabila telah ada gas yang terbentuk, maka untuk membuktikan bahwa
gas itu CO2 ke dalam tabung ditambahkan NaOh 10 % sampai memenuhi ujung
tabung yang terbuka. Tutup ujung tabung yan gterbuka dengan ibu jari dan sambil
dibolak-balikkan bebrapa kali. Perhatikan apakah ada penyedotan pada ibu jari ?
Mengapa demikian ?
1.7. Hodrolisis Sukrosa
Teori
Hidrolisis karbohidrat dapat dilakukan dengan enzim atau denga asam kuat.
Hidrolisis dengan asam kuat prosesnya lebih cepat.
Alat-alat : - beaker gelas serta gelas pengaduk
- alat pemanas air atau penangas air
- pipet tetes
Pereaksi : - HCl pekat, reagent Benedict, reagent Seliwanoff, reagent
Barfoed
Bahan percobaan : - Larutan sukrosa 0,1 M
Cara kerja :
25 ml larutan sukrosa 0,1 M dimaskkan ke dalam beaker gelas 100 ml.
Tambahkan 1 ml HCl pekat dan panaskan pada penangas air mendidih selama 45
menit. Dinginkan dan setelah dingin segera netralkan dengan NaOH 10 %
(tambahkan tetes demi tetes NaOH 10 % sampai memberi warna merah muda pada
indikator Phenolptalein atau warna merah netral pada kertas lakmus), lalu setelah
netral betul larutan tadi diencerkan sampai volumenya menjadi 50 ml. Periksalah
larutan tadi dengan test Benedict, test Seliwanoff, dan test Barfoed.
Lipida adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi dapat
direaksikan dengan pelarut non polar seperti khloroform, ether, benzene dll.
Senyawa organik itu terdapat dalam semua sel dan berfungsi sebagai komponen
struktur sel, simpanan bahan baker metabolic, komponen pelindung didinding sel,
komponen pelindung kulit vertebrata dan sebagai bentuk untuk mengangkut bahan
baker. Beberapa senyawa lipida mempunyai aktivitas biologic yang sangat penting
dalam tubuh, diantaranya vitamin dan hormone. Ditinjau dari sudut nutrisi, lemak
merupakan summer kalori penting disamping berperan sebagai pelarut berbagai
vitamin.
Lipida dapat digolongkan atas 3 golongan yaitu :
1. Lipida sederhana
Kelompok ini berupa ester, jika dihidrolisis hanya menghasilkan asam
lemakdan alkohol. Contoh : lemak dan lilin.
2. Lipida majemuk
Kelompok ini berupa ester asam lemak dengan alkohol yang mengandung
gugus lain. Contoh : fosfolipida, serebrosida (glikolipida), sulfolipida dan
lipoprotein.
3. Derivat lipida
Derivat lipida merupakan hasil hidrolisis kelompok yang telah disebut lebih
dahulu. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah : asam lemak, gliserol, steroid,
alkohol, aldehida dan keton.
PERCOBAAN LIPIDA
2.2. Emulsi
Teori
Minyak/lemak tidak dapat larut dalam air tetapi dapat membentuk emulsi
yang stabil bila ada bahan lain yang berfngsi sebagai emulgator.
Alat-alat : - tabung reaksi
- pipet tetes
Pereaksi : - natrium karbonat 0,5 %
- larutan albumin encer
Bahan percobaan : - minyak kelapa dan gliserol
Cara kerja :
Masukkan air masing-masing 2 ml ke dalam 2 tabung reaksi yang bersih.
Kemudian tambahkan 2 tetes bahan percobaan, kocok kuat-kuat (1-2 menit),
diamkan sebentar amati apa yang terlihat. Selajutnya pada tabung pertama
ditambahkan 2 ml larutan albumin encer dan pada tabung kedua ditambahkan 1 ml
larutan Natrium karbonat 0,5 %, kocok lagi. Pehatikan pengaruh albumin dan
Natrium karbonat terhadap kestabilan emulsi.
2.3. Penyabunan
Teori
Alkali bila bergabung dengan asam lemak akan membentuk garam alkali
yang disebut sabun yang dapat befungsi sebagai emulgator.
Alat-alat : - tabung reaksi
- pipet tetes
Pereaksi : - NaOH beralkohol, KOH beralkohol, air suling
Bahan percobaan : - minyak kelapa dan lemak padat
Cara kerja :
a. Masukkan 4-5 tetes bahan percobaan ke dalam tabung reaksi yang bersih,
kemudian tambahkan 3 ml air suling dan 1 ml NaOH beralkohol. Panaskan
campuran tersebut sampai mendidih selama 1-2 menit, setelah dingi kocok
dan perhatikan pembentukan busa.
b. Ulangi percobaan a, tetapi larutan NaOH beralkohol diganti dengan KOH
beralkohol. Bandingkan hasilnya !
Nama protein berasal dari bahasa Yunani “proteios” (yang utama) pertama
kali diajukan oleh Berselius untuk senyawa-senyawa organikl komplek yang
terdapat di dalam sel binatang dan tumbuh-tumbuhan. Protein merupakan rangkaian
asam-asam amino yang berkaitan satu sama lain dengan ikatan peptida, dibentuk
antara gugus karboksil asam amino yang satu dengan gugus asam amino yang lain.
H H O
H2N – C – C – N – C – C – H : Ikatan Peptida
R R
H O
R–C–C
NH2 OH
Berkat ketekunan Pauling dan Corey, kini para ahli Biokimia sepakat
bahwa dalam organisasi molekul protein terdapat 4 struktur dasar :
1. Struktur Primer
Di dalam struktur primer tidak terdapat ikatan atau kekuatan lain yang
menghubungkan asam amino satu dengan asam amino yang lain kecuali ikatan
peptida. Dalam hal ini struktur protein yang terbentuk berupa rantai poli peptida
lurus.
2. Struktur Skunder
Di dalam struktur ini, rantai asam amino tidak hanya dihubungkan oleh ikatan
peptida tetapi diperkuat juga oleh ikatan hydrogen. Adanya ikatan tambahan ini
menyebabkan rantai asam amino membentuk gelang alfa-heliks.
3. Struktur Tersier
Struktur tersier ini merupakan struktur protein-protein yang lebih rumit karena,
merupakan gelang alfa-heliks yang cenderung melipat menjadi struktur yang
kompak. Kekompakan struktur ini disebabkan karena banyaknya jenis ikatan
atau kekuatan yang menunjang ikatan peptida di dalam molekul protein.
4. Struktur Kuartener
Struktur ini terbentuk dari dua unit atau lebih struktur tersier di dalam satu
molekul protein. Sebagai contoh antara lain ; hemoglobin, mioglobin, virus
volio dan virus masaik tembakau.
NH2 NH2
C=O C=O
NH2 t NH
NH2 C=O + NH3
NH2
C=O
NH2
Urea Biuret
Cara kerja :
Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk reaksi reaksi
kimia di dalam sisiten biologis. Reaksi-reaksi seperti hidrolisis dan oksidasi
berlangsung cepat didalam sel-sel hidup pada suasana netral (kira-kira pH 7) dan
pada suhu tubuh. Ini dapat terjadi karena adanya enzim. Enzim disintesis di dalam
sel, tetapi setelah diekskresi di luar sel masih mempunyai aktivitas.
Enzim bekerja sangat spesifik. Suatu enzim hanya dapat mengkatalisi
bebrapa reaksi, malahan sering kali hanya satu reaksi saja. Ini merupakan salah satu
sifat penting enzim. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi enzim :
1. Suhu
2. pH
3. Konsentrasi enzim
4. Konsentrasi substrat
5. Oksidasi
6. Faktor-faktor lain seperti pengocokan, antiseptik, inibitor, sinar ultra
violet, sinar X, sinar betha, dan sinar gama.
PERCOBAAN ENZIM
4.1. Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Reaksi Enzim
Teori
Suhu yang sangat rendah akan meyebabkan terhentinya kerja enzim secara
reversibel, karena dalam keadaan tersebut tidak terjadi benturan antar partikel E dan
S. Akibatnya kompleks E-S yang sangat penting dalam reaksi enzimatik tidak
terbentuk, sehingga P juga tidak terbentuk. Bila suhu dinaikan sedikit benturan E
dan S untuk membentuk kompleks E-S akan semakin meningkat, sehingga P yang
terbentuk makin banyak.
Suhu yang lebih tinggi dari suhu optimum menyebabkan enzim
terdenaturasi. Akibatnya meskipun pembentukan P berkurang. Denaturasi enzim
dapat terjadi reversible terutama bila suhu lingkungan melampaui suhu optimum.
Alat-alat : - tabung reaksi dengan beaker gelas
- alat pemanas air/penangas air
- termometer
Pereaksi : - larutan rennin 0,5 %
Bahan percobaan : - susu sapi segar
- es pendingin
Cara kerja :
Masukkan 5 ml air susu segar ke dalam empat buah tabung reaksi. Ke dalam
4 buah tabung reaksi lainya dimasukkan 1 ml rennin 0,5 % letakkan berpasangan.
Pasangan tabung pertama direndam dalam beaker gelas yang berisi es, pasangan
tabung kedua disimpan pada suhu kamar (28C), pasangan tabung ketiga direndam
dalam penangas air (37-40C), dan pasangan tabung keempat direndam dalam
penangas air (75-80C). Sesudah beberapa menit masukkan larutan rennin ke dalam
tabung pasangannya yang berisi air susu sapi.
Campurkan segera dengan hati-hati dan perhatikan waktunya.Pemeriksaan
dilakukan berselang waktu 1 menit atau lebih sering selama 5 menit sampai terjadi
penggumpalan, sedangkan pada tabung dimana tidak terjadi penggumpalan diamati
terus menerus dalam selang waktu yang lebih lama (kira-kira 30 menit).
Pertanyaannya adalah berapa suhu optimal enzim tersebut ?
Conn, E.E. and P.K. Stumpf (1976) Biochenistry. 4 th Ed Jphn Willey & Sons, Inc.
New York. London. Sidney, Toronto.
Israel, S. Kleiner dan Louis, B. Dotti (1954) Fourth Edition St. Louis The C. V
Mosby Co.
Mayes, P.A. D.K. Granner, V.M. Rodweel dan D.W Martin (1992) Biokimia
Harper. Alih Bahasa Darmawan, Penerbit Buku Kedokteran E.G.C. Jakarta.