You are on page 1of 12

LAJU DIGESTI PADA IKAN

Oleh :
Nama : Dian Ageng Nagri
NIM : B1A016004
Rombongan : VI
Kelompok :1
Asaisten : Ifonaha Kristian

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Digesti merupakan proses pemecahan makanan dari senyawa yang


kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Molekul yang kompleks ini
dipecah menjadi molekul yang sederhana agar dapat diabsorbsi dan selanjutnya
digunakan dalam tubuh. Pemecahan molekul ini dilakukan sepanjang saluran
digesti (Yuwono, 2001).
Proses digesti memerlukan waktu dalam mencerna atau memecah
makanannya. Laju digesti adalah laju kecepatan pemecahan makanan dari
molekul yang kompleks ke molekul yang lebih sederhana dan kemudian akan
diabsorpsi oleh tubuh dalam bentuk glukosa, asam lemak, gliserol, serta nutrisi-
nutrisi lain. Laju digesti yang terjadi di dalam lambung dapat diukur dengan
mengetahui laju pengosongan isi lambung (Halver, 1989).
Proses digesti ikan diawali pada lambung, kemudian diabsorbsi oleh usus
dan berakhir pada porus urogenitalis. Lambung adalah organ yang berfungsi
sebagai penampung makanan dan untuk mencerna makanan khususnya
pencernaan secara kimiawi. Ikan yang tidak memiliki lambung, fungsi lambung
digantikan oleh usus depan yang dimodifikasi menjadi kantung yang membesar.
Ikan tidak bergigi, misalnya ikan herbivora terdapat gizard (lambung khusus)
yang berfungsi untuk menggerus makanan (Fujaya, 2004). Menurut Solomon
(2017), kualitas pakan berpengaruh secara signifikan terhadap ikan, kualitas
pakan biasanya bergantung pada kadar asam amino yang menjadi salah satu
sumber yang penting untuk ikan, faktor lainya adalah kemudahan untuk dicerna
dan diasimilasi tubuh.
Acara praktikum laju digesti pada ikan menggunakan ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus) untuk mengetahui bobot lambung ikan pada saat
pengosongan isi lambung. Penggunaan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)
sebagai bahan karena ikan lele memiliki lambung sebagai organ pencernaan
yang bekerja lebih cepat dibandingkan lambung ikan omnivora, selain itu
lambung pada ikan karnivora seperti ikan lele lebih pendek dibandingkan
dengan lambung ikan herbivora karena pakannya lebih mudah dicerna sehingga
volume material lambung ikan lele lebih kecil karena sebagian materialnya
sudah tercerna.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk melihat laju digesti atau pengosongan
lambung ikan. Kompetensi yang ingin dicapai adalah setelah praktikum,
praktikan dapat mengetahui bentuk lambung yang kosong dan yang berisi
pakan, terampil dalam mengisolasi lambung ikan dan dapat menghitung laju
pengosongan isi lambung.
II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1 Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus) dan pelet.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah gunting bedah,
pinset, baki dan timbangan analitik.

2.2 Cara Kerja

1. Diambil satu ikan dalam bak, ikan tersebut sudah diberi pelet 2,5 % dari
berat tubuh ikan. Setelah pemberian pellet. ikan pertama diambil.
2. Ikan dibedah dan diisolasi lambungnya, lalu timbang lambung yang
diperoleh, lambung ini dinyatakan sebagai bobot lambung dalam keadaan
ringan atau nol jam setelah makan.
3. Diambil satu ikan yang bobot dan ukuran tubuhnya hampir sama dengan
ikan pertama, 30 menit setelah pelet diberikan. Dilakukan pembedahan dan
pengisolasian lambung ikan kedua. Timbang lambung ikan. Lambung ini
dinyatakan sebagai berat lambung pada waktu kenyang.
4. Diambil satu ikan lagi yang bobot dan ukuran tubuhnya hampir sama
dengan ikan pertama dan kedua, 60 menit setelah pelet diambil.
5. Dilakukan pembedahan dan pengambilan lambung ikan ketiga. Timbang
lambung ikan.
6. Dihitung persen bobot lambung ikan pertama, kedua dan ketiga dengan
rumus :
Bobot lambung pertama/ke-2/ke-3 x 100 %
Bobot lambung pertama
7. Diplotkan dalam bentuk grafik hubungan antara lama pengamatan dengan
presentase bobot lambung.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 3.1 HasilPengamatan Kelompok 1LajuDigestipadaIkanLele


(Clariasgariepenus)
0 menit 30 menit 60 menit
No Lambung Lambung Lambung
Total (gr) Total (gr) Total (gr)
(gr) (gr) (gr)
105 1.40 84 1,09 95 1.17

Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Bobot Lambung Ikan Rombongan IV

0 Menit 30 Menit 60 Menit


Kel.
Bx (gram) % Bx By (gram) % By Bz (gram) % Bz

1 1,40 1,3 1,09 1,297 1,17 1,23

2 0,81 0,71 1,11 1,19 0,9 0,98

3 1,28 1,39 1,34 1,22 1,8 1,83

4 1,09 1,11 1,14 1,34 1.4 1,62

5 0,99 0.95 1,04 0,93 0,67 0,76

PerhitunganLajuDigestiKelompok 1
Bx
%Bx = 𝑥 100%
B
1.40
= 𝑥 100%
105
= 1,3 %
Bx
%By = 𝑥 100%
B
1,09
IV. = 𝑥 100%
84
V. = 1,297 %
Bz
VI. %Bz = 𝑥 100%
B
1.17
VII. = 𝑥 100% = 1,23 %
95
VIII. Grafik
IX.

Grafik hubungan antara presentase bobot


lambung dengan waktu pengamatan
2

1.8 1.83

1.6 1.62

1.4 1.39
1.34
1.3 1.297
1.2 1.22 1.23
1.19
1.11
1 0.98
0.95 0.93

0.8
0.76
0.71
0.6

0.4

0.2

0
0 menit 30 menit 60 menit

kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5


9.2 Pembahasan

Praktikum ini membahas mengenai laju digesti lambung ikan lele


(Clarias gariepinus) yang digolongkan sebagai hewan pemakan segala
(omnivora). Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data perbandingan berat
bobot lambung ikan lele (Clarias gariepinus) setelah diberi pakan dengan
selisih waktu tertentu. Hasil yang didapat menunjukan perbedaan pada setiap
kelompok dalam satu rombongan. Kelompok 2 dan 3 dari 0 menit hingga 60
menit mengalami penurunan terus menerus. Sedangkan hasil kelompok 1 dan
4 dimenit ke 30 mengalami penurunan kemudian di menit ke 60 mengalami
peningkatan. Pengamatan didapatkan bahwa bobot lambung ikan lele (Clarias
gariepinus) turun dari waktu 0 menit ke 30 menit dan naik di 60 menit. Hasil
yang didapat tidak sesuai dengan referensi dari (Yuwono, 2001) semakin lama
waktu pengamatan maka semakin menurun bobot lambung ikan, karena
molekul besar telah banyak yang didigesti menjadi molekul yang lebih kecil
dan telah banyak diserap oleh usus. Adapun hasil praktikum kelompok lain
yang menunjukan bobot lambung ikan mengalami kenaikan, hal ini bisa
disebabkan karena berat ikan lele (Clarias gariepinus) yang di amati berbeda
jumlah pakan yang dikonsumsi, aktivitas yang berbeda dari tiap ikan lele, usia,
status reproduksi, temperatur lingkungan, ukuran lambung, kecepatan digesti,
jenis kelamin, dan tingkat stress yang berbeda (Yuwono, 2001).
Digesti adalah suatu proses penghancuran zat makanan (makromolekul)
menjadi zat yang terlarut (mikro molekul) sehingga zat makanan tersebut
mudah diserap dan kemudian digunakan dalam proses metabolisme. Alat-alat
pencernaan terdiri dari dua saluran yaitu saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Saluran pencernaan meliputi mulut, rongga mulut, faring,
esophagus, lambung, pylorus, usus, rektum, dan porus urogenitalis sedangkan
untuk kelenjar pencernaan terdiri dari hati, empedu, dan pankreas (Fujaya,
2004).
Fungsi rongga mulut, bagian di depan saluran pencernaan merupakan
tempat mulut bermuara, rongga mulut biasanya berisi gigi, rahang, kelenjar
ludah dan alat-alat lainnya yang menyangkut masuknya makanan. Esophagus,
bagian seperti tabung yang menyalurkan makanan ke bagian yang lebih
belakang. Fungsi lambung bagian saluran pencernaan yang membesar, kadang-
kadang berotot, tempat pencernaan makanan berlangsung. Pada beberapa
hewan, dilambung ini terjadi pula absorbsi. Fungsi usus seperti tabung tempat
pencernaan dan absorbsi. Feses biasanya terbentuk di bagian belakang usus.
Fungsi rektum, bagian ujung seluruh pencernaan tempat feses dibentuk dan
disimpan sebelum dikeluarkan (Ville et al., 1988).
Laju digesti pakan berkolerasi dengan pakan yang diberikan, yaitu pakan
harus benar-benar mempertimbangkan kuantitasnya, karena jika pakan yang
diberikan terlalu sedikit akan menghasilkan pertumbuhan ikan kurang,
sedangkan jika terlalu banyak maka akan menyebabkan metabolisme tidak
efisien sehingga tidak tercerna dengan baik dan terbuang yang memungkinkan
pencemaran kualitas air, oleh sebab itu frekuensi pemberian pakan yang tepat
sangat diperlukan untuk meningkatkan efisiensi pakan (Hanief et al., 2014).
Semakin cepat laju digesti maka akan semakin cepat pula laju
metabolisme, dan sebaliknya. Peningkatan nafsu makan pada ikan dipengaruhi
oleh temperatur, pada temperatur yang meningkat maka nafsu makan ikan
mengalami peningkatan, sedangkan apabila terjadi penurunan temperatur air
maka nafsu makan ikan juga mengalami penurunan. Laju digesti atau laju
pengosongan lambung selain dipengaruhi oleh temperatur air juga dipengaruhi
oleh kualitas pakan yang dikonsumsi (Kimball, 1988).
Menurut Lovell (1988), faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan
energi pada ikan yang berkaitan juga dengan laju digesti diantaranya adalah:
1. Spesies : Terdapat suatu perbedaan tingkah laku diantara spesies ikan,
misalnya pada aktifitasnya.
2. Pertumbuhan : biasanya dianggap sebagai hasil dari proses yang cenderung
menurunkan energi tubuh.
3. Ukuran Tubuh : Ikan yang memiliki tubuh kecil maka kecepatan
metabolismenya lebih tinggi dari pada ikan yang memiliki ukuran tubuh
lebih besar.
4. Aktifitas : Aktifitas fisiologi pada ikan perbedaannya dapat dilihat dari laju
pertumbuhan, komposisi pertumbuhan, tingkah laku, dan aktifitas efisiensi
energi serta pada lamanya mencerna makanan hingga mencapai laju
pengosongan lambung yang sesuai.
5. Suhu lingkungan.
Keseimbangan energi tergantung efisiensi pada hewan yang akan
digunakan untuk sumber daya trofik, dan telah berdampak langsung pada
kesehatan. Hal ini di pengaruhi oleh variasi lingkungan untuk ketersediaan serta
kualitas sumber daya tersebut. Ekstraksi energy juga tergantung pada desain
saluran pencernaan. Proses fisiologi dari ikan adalah konsumsi makanan,
digesti, sistem imun dan lain lain dipengaruhi oleh temperatur air dimana
mereka hidup (Ahmad et al., 2014).
Setelah mengetahui fungsi pakan pada ikan, maka pakan yang dikonsumsi
oleh ikan juga diperlukan dalam proses laju digesti. Pakan ikan bervariasi dan
dapat mempengaruhi cepat lambatnya laju digesti, atau cepat lambatnya laju
pengosongan lambung pada ikan. Fungsi dari laju digesti pada ikan yaitu untuk
membantu laju metabolisme ikan agar dalam proses masuknya makanan ke
dalam tubuh akan seimbang dan digunakan oleh untuk pertumbuhan (Yuwono,
2001).
Pengosongan laju digesti dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya
temperatur lingkungan dan kualitas pakan. Temperatur lingkungan yang
optimal akan menyebabkan metabolisme meningkat dan hal itu harus
diimbangi dengan pasokan pakan dari lingkungan. Perbedaan kualitas pakan
akan mencerminkan perbedaan komponen penyusun pakan, perbedaan pada
akhirnya akan berakibat pada perbedaan laju dan kemampuan digesti pada ikan
(Santoso, 1994).
X. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum laju digesti dapat diambil kesimpulan sebagai


berikut :
1. Laju digesti adalah laju kecepatan pemecahan makanan dari tubuh ikan menjadi
molekul yang lebih sederhana kemudian akan di absorpsi.
2. Laju digesti dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, jenis
kelamin, status reproduksi, stress fisiologis, aktivitas, musim, ukuran tubuh, dan
temperatur lingkungan.
DAFTAR REFERENSI

Ahmad, T., Singh, S.P., Khangembam, B.K., Sharma, J.G., Chakrabarti, R. 2014.
Food Consumption and Digestive Enzyme Activity of Clarias Batrachus
Exposed to Various Temperatures. Journal of Aquaculture Nutrition.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Makassar : Direktorat Jenderal Pendidikan


Nasional.
Halver, J. A. 1989. Fish Nutrition. New York : Academic Press.

Hanief, M. A. R, Subandiyono dan Pinandoyo. 2014. Pengaruh Frekuensi


Pemberian Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Benih Tawes
(Puntius Javanicus). Journal of Aquaculture Management and Technology
3(4) pp : 67-74.

Kimball, J. W. 1988. Zoologi. Jakarta : Erlangga.

Lovell, T. 1988. Nutrition and Feeding of Fish. New York : Van Rostrand Reinholl.
Santoso, B. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo dan Lokal. Yogyakarta :
Kanisus.
Solomon, Shola Gabriel., et. al., 2017. Performance of Clarias gariepunys fed
Brewe's Yeast (Saccharomyces cerevisiae) Slurry in Replcemen for soybean
Meal. Journal of Nutrition and Metabolism.
Ville, C. A., F. W. Walker and R. D. Barnes. 1988. Zoologi Umum. Jakarta :
Erlangga.

Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Purwokerto : Fakultas Biologi UNSOED.

You might also like