Professional Documents
Culture Documents
▼
Thursday, 20 February 2014
Akad Istishna Bab 11
Subjek
salam
istishna
Aturan dan keterangan
Pokok kontrak
Muslam hi
Mashnu’
Barang ditangguhkan, dengan spesikasi
Harga
Dibayar saat kontrak
Boleh saat kontrak, boleh diangsur, boleh kemudian hari
Cara penyelesaian pembayaran merupakan perbedaan utama antara salam dan istishna’
Sifat kontrak
Mengikat secara asli(thob’i)
Mengikat secara ikutan (thabi’i)
Salam mengikat semua pihak sejak semula, sementara istishna’ dianggap mengikat berdasarkan
pendangan para fuqoha demi kemaslahatan, serta tidak bertentangan dengan aturan syariah
Kontrak parallel
Salam paralel
Istishna paralel
Ket:
a). melakukan akad istishna
b). barang diserahkan kepada pembeli
c). pembayaran dilakukan oleh pembeli
2. istishna’ parallel adalah suatu bentuk istishna‘ antara penjual dan pemesan, dimana untuk
memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad istishna’ dengan pihak lain
(subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipesan pemesan. Syaratnya akad istishna’
pertama (antara penjual dan pemesan) tidak bergantung pada istishna’ kedua (antara penjual dan
pemasok) selain itu, akad antara pemesan dan penjualan dan akad antara penjual dan pemasok
harus terpisah dan penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama konstruksi.
Produsen/
Pemasok
Ket:
a). melakukan akad istishna’
b). penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen
c). barang diserahkan dari produsen
d). barang diserahkan kepada pembeli
e). pembayaran dilakukan oleh pembeli
dasar syariah
sumber-sumber akad istishna’
amr bin ‘auf berkata:
“perdamaian dapat di lakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan
yang halal dan menghalalkan yang haram, dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram.”(HR.
tirmidzi)
Abu sa’id alkhudri berkata: ” tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain.” (HR.
ibnu majah, daruquthni, dan yang lain.)
*rukun dan ketentuan akad istishna
Adapun rukun istishna’ ada tiga yaitu:
1. Pelaku terdiri atas pemesan pembeli/mustashna’) dan penjualan (pembuat/shani’).
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna’ yang berbentuk harga.
3. Ijab Kabul/serah terima.
Ketentuan syariah
1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh.
2. Objek akad.
a). ketentuan tentang pembayaran
1.) alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik nerupa uang, barang, atau manfaat,
demikian juga dengan cara pembayarannya.
2.) harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi apabila setelah akad
ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam akad maka penambahan biaya akibat
perubahan ini menjadi tanggung jawab pembeli.
3.) pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan
4.) pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang.
b). ketentuan tentang barang
1.) barang pesanan harus jelas spesifiknya (jenis ukuran mutu) sehingga tidak ada lagi jahalah dan
perselisihan dapat dihindari.
2.) barang pesanan diserahkan kemudian.
3.) waktu dan penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
4.) barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual.
5.) tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.
6.) dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan,pemesan
memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad.
7.) dalam hal pemesan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya meningkat, tidak
boleh dibatalkan sehingga penjual tidak dirugikan karena ia telah menjalankan kewajibannya
sesuai kesepakatan.
3. ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridho/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
berakhirnya akad istishna
Kontrak istishna’ bias berakhir berdasarkan kondisi-kondisi berikut:
1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah pihak.
2. Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak.
3. Pembatalan hukum kontrak. Ini jika muncul sebab yang masuk akal untuk mencegah
dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing-masing pihak bias menuntut
pembatalanya.
Mengeluarkan biaya
Perolehan istishna’.
Asset 1.200
Utang istishna’ 1.200
Pada saat kas diterima. Diangsur selama 3 tahun, jadi setiap tahun membayar Rp500.
kas 500
piutang istishna 500
pendapatan istishna’
tangguh 100
pendapatan istishna’ 100
Kas 425
Pendapatan istishna’
Tangguh 100
Piutang istishna’ 500
Pendapatan istishna 25
Kas 500
Piutang istishna’ 500
Pendapatan istishna’
Tangguh 100
Kas 75
Pendapatan istishna’ 25
Asset 1.200
Utang istishna’ 1.200
Beban istishna tangguh 300
Utang istishna’ 300
Beban istishna’ 25
Kas 75
Beban istishna’
Tangguh 100
Jika terjadi kerugian atas akad istishna’ dan dibayar tunai
Transaksi (dalam ribuan)
penjual
pembeli
Dilakukan akad dengan
Informasisebagai berikut:
- Biaya perolehan
(produksi) Rp 1.000
- Margin keuntungan
Rp200
- Nilai tunai saat
Penyerahan Rp1.200
Kas 1.200
Piutang istishna’ 1.200
Asset 1.200
Utang istishna’ 1.200
Unknown at 17:45
Share
No comments:
Post a Comment
‹
›
Home
View web version
Powered by Blogger.